Anda di halaman 1dari 7

Journal Reading

Peningkatan Sensitivitas dari Skrining Pendengaran Pada Remaja


Dengan Penambahan Frekuensi Tinggi

Ditulis Oleh :
Deepa L. Sekhar, Thomas R. Zalewski, Jessica S. Beiler, Beth Czarnecki, Ashley
L. Barr, Tonya S. King, dan Ian M. Paul.

Dibacakan Oleh :
Lia Meiviane Tanudjaja
16014101044
Masa KKM : 17 April 14 Mei 2017

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
JURNAL
Peningkatan Sensitivitas dari Skrining Pendengaran Pada Remaja Dengan
Penambahan Frekuensi Tinggi

Ditulis Oleh :
Deepa L. Sekhar, Thomas R. Zalewski, Jessica S. Beiler, Beth Czarnecki, Ashley
L. Barr, Tonya S. King, dan Ian M. Paul.

Dibacakan Oleh :
Lia Meiviane Tanudjaja
16014101044
Masa KKM : 17 April 14 Mei 2017

Telah dibacakan, disetujui dan disahkan pada Mei 2017

Mengetahui,
Supervisor Pembimbing

dr. R. E. C. Tumbel, SpTHT-KL (K)

2
Peningkatan Sensitivitas dari Skrining Pendengaran Pada Remaja Dengan
Penambahan Frekuensi Tinggi

Abstrak
Tujuan:
Satu dari enam remaja di Amerika Serikat (AS) yang menderita gangguan
pendengaran berfrekuensi tinggi sering dikaitkan dengan kebisingan yang
membahayakan pendengaran. Skrining pendengaran yang dilakukan oleh American
Academy of Pediatrics (AAP) biasa pada frekuensi 500, 1000, 2000, dan 4000 Hertz.
Studi ini dilakukan untuk menentukan (1) sensitivitas dan spesifitas dari skrining
pendengaran oleh AAP untuk remaja dengan gangguan pendengaran dan (2) apakah
dengan menambah pemeriksaan frekuensi tinggi dapat meningkatkan sensitivitas,
sementara tetap dilakukan pemeriksaan yang ada, dapat menurunkan kejadian hasil
positif palsu.

Metode:
134 sampel remaja di kelas sebelas sebagai partisipan dalam skrining gangguan
pendengaran, termasuk dilakukannya pemeriksaan gold standard dengan ruangan
khusus (Sound treated booth) untuk menilai sensitivitas dan spesifitas.

Hasil:
Dari 43 remaja dengan gangguan pendengaran, 27 orang menderita gangguan
pendengaran frekuensi tinggi. Sensitivitas dan spesifitas skrining AAP adalah 58,1%
dan 91,2%. Penambahan frekuensi tinggi (6000, 8000 Hz) secara signifikan
meningkatkan sensitivitas menjadi 79,1% dan spesifitas menjadi 81,3%.

Kesimpulan:
Sensitivitas skrining pendengaran pada remaja meningkat dengan penambahan
pemeriksaan frekuensi tinggi. Pemeriksaan berulang menghasilkan spesifitas yang
stabil.

PENDAHULUAN

3
Data yang ada memperlihatkan satu dari enam remaja menderita gangguan
pendengaran pada frekuensi tinggi ( 3.000 Hz) sering dikaitkan dengan kebisingan
yang membahayakan pendengaran. Hal ini berlawanan dengan gangguan
pendengaran berfrekuensi rendah yang sering diasosiasikan dengan otitis media dan
efusi, dan lebih sering terjadi pada anak. American Academy of Pediatrics (AAP)
merekomendasikan skrining pendengaran untuk anak dan remaja menggunakan
audiometri nada murni pada level pendengaran 20 desibel (dB HL) pada frekuensi
500, 1.000, 2.000, dan 4.000 Hz. Gangguan pendengaran ringan biasanya dikaitkan
dengan prestasi akademik, perilaku, dan interaksi sosial.
Sebelumnya telah dilaporkan bahwa skrining pendengaran pada remaja
dengan penambahan pemeriksaan frekuensi tinggi dan ambang memiliki sensitivitas
tinggi tetapi juga memiliki hasil positif palsu yang tinggi. Studi ini dilakukan untuk
menentukan (1) sensitivitas dan spesifitas dari skrining pendengaran oleh AAP untuk
remaja dengan gangguan pendengaran dan (2) apakah dengan menambah
pemeriksaan frekuensi tinggi dapat meningkatkan sensitivitas, sementara tetap
dilakukan pemeriksaan yang ada, dapat menurunkan kejadian hasil positif palsu
(menghasilkan spesifitas yang stabil).

Metode
Partisipan
Orang tua atau wali dari 309 remaja kelas sebelas di Sekolah Menengah
Lebanon menerima surat terkait dengan skrining pendengaran yang akan dilakukan,
dengan pilihan boleh menolak berpartisipasi.

Desain Studi
Perawat-perawat Negara bagian Penn dilakukan orientasi oleh Audiologis
yang berlisensi, mengenai studi skrining pendengaran. Skrining pendengaran ini
dilakukan beberapa ambang, yaitu 250, 500, 1.000, 2.000, 3.000, 4.000, 6.000, dan
8.000 Hz. Ambang pendengaran dinilai dengan melihat respon pada intensitas
terendah pada dua dari tiga percobaan. Pemeriksaan dimulai dari 1.000 Hz dan 30 dB
HL, intensitas diturunkan per 10 dB HL sampai suara tidak dapat didengar, lalu
ditingkatkan per 5 dB HL untuk mencapai ambang batas pendengaran. Setelah dua

4
ronde dilakukan pemeriksaan, sensitivitas dan spesifitas dinilai dengan audiogram.
Hasil dari pemeriksaan dalam ruangan khusus kedap suara merupakan glod standard.
Studi ronde pertama pemeriksaan skrining pendengaran dilakukan pada 17
Oktober 2013, menggunakan audiometer dengan headphone standar.
Studi ronde kedua dilakukan pada 17, 20 Desember 2013, dan 28 Januari
2014. Dua perawat yang sudah diberi pelatihan oleh audiologis melakukan kembali
studi skrining di ruangan konferens. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan di ruangan
khusus kedap suara (Sound treated booth) dengan gold standard.
Audiogram dikategorikan sebagai berikut:
1. Pass (lulus) ambang 25 dB HL
2. Refer - satu atau lebih ambang > 25 dB HL
3. Refer jika satu atau kedua telinga sesuai dengan kriteria ambang
pendengaran terganggu yang diinduksi suara, menunjukkan paparan
terhadap suara kebisingan yang berbahaya;
a) Ambang 15 dB HL pada frekuensi 500 dan/atau 1.000 Hz
b) Meningkat pada frekuensi 3.000, 4.000, atau 6.000 Hz dengan minimal
15 dB HL lebih rendah dibandingkan dengan ambang tertinggi pada
frekuensi 500 atau 1.000 Hz.
c) Pemulihan pada ambang setidaknya 10 dB HL di frekuensi 8.000 Hz
dibandingkan dengan ambang terendah pada frekuensi 3.000, 4.000,
atau 6.000 Hz.
Hasil audiogram yang sesuai dengan kategori dua dan tiga dapat
diklasifikasikan sebagai kategori tiga. Kategori ini dibuat berdasarkan publikasi
sebelumnya, Kriteria Skrining Pennsylvania (menggunakan 25 dB HL).
Dua audiologi berlisensi secara independen melihat kembali ulasan hasil
pemeriksaan.

Hasil
Dari 309 peserta, 248 menyelesaikan ronde pertama dan 134 menyelesaikan
kedua ronde. Dari 43 peserta dengan hasil abnormal, 16 peserta masuk dalam kategori
2, 27 peserta lainnya masuk dalam kategori 3. Skrining pendengaran oleh AAP
memperlihatkan sensitivitas 58,1% gangguan pendengaran pada remaja. Dengan
menambahkan pemeriksaan frekuensi 6.000 dan 8.000 Hz pada ambang 20 dB HL,
secara signifikan meningkatkan sensitivitas hingga 79,1%.

5
Diskusi/Kesimpulan
Hasil studi dengan menambahkan frekuensi 6.000 dan 8,000 Hz pada
pemeriksaan skrining pendengaran remaja oleh AAP. Hal ini memungkinkan dengan
menggunakan audiometer standar terhadap potensi akademik, perilaku, dan manfaat
sosial dari identifikasi dini gangguan pendengaran.
Skrining dengan tambahan dua frekuensi pada 20 dB HL membutuhkan
tambahan waktu, dengan pemeriksaan berulang pada mereka yang memiliki
gangguan. Walaupun peningkatan 20 poin pada sensitivitas diimbangi dengan
punurunan 10 poin spesifitas, para penulis masih menganggap spesifitas dapat
diterima walaupun terjadi peningkatan kebisingan ambien pada ronde pertama.
Perubahan dan penambahan yang ada dalam studi ini harus dipertimbangkan dalam
pedoman skrining pendengaran pada remaja di masa mendatang.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Shargorodsky J, Curhan SG, Curhan GC, Eavey R. Change in prevalence of


hearing loss in US adolescents. JAMA 2010;304:772e8.
2. Niskar AS, Kieszak SM, Holmes A, et al. Prevalence of hearing loss among
children 6 to 19 years of age: The Third National Health and Nutrition
Examination Survey. JAMA 1998;279:1071e5.
3. Harlor AD Jr, Bower C. Hearing assessment in infants and children:
Recommendations beyond neonatal screening. Pediatrics 2009;124: 1252e63.
4. American Academy of Audiology. Childhood hearing screening guidelines; 2011.
Available at: http://www.cdc.gov/ncbddd/hearingloss/documents/ aaa_childhood-
hearing-guidelines_2011.pdf. Accessed January 6, 2016.
5. Flamme GA, Stephenson MR, Deiters KK, et al. Short-term variability of pure-
tone thresholds obtained with TDH-39P earphones. Int J Audiol 2014; 53:S5e15.
6. Sekhar DL, Zalewski TR, Ghossaini SN, et al. Pilot study of a high-frequency
school-based hearing screen to detect adolescent hearing loss. J Med Screen
2014;21:18e23.
7. Sekhar DL, Rhoades JA, Longenecker AL, et al. Improving detection of adolescent
hearing loss. Arch Pediatr Adolesc Med 2011;165:1094e100.
8. PA Department of Health. Guidelines for the school hearing screening program for
Pennsylvanias school age population; 2011. Available at:
http://www.chadphila.org/files/CHADassets/downloads/Hearing-Screening-
Protocol.pdf. Accessed January 6, 2016.
9. Killion MC, Studebaker GA. A-weighted equivalents of permissible ambient noise
during audiometric testing. J Acoust Soc Am 1978;63:1633e5.
10. OSHA. Audiometric test rooms. Occupational health and environmental control.
Available at: https://www.osha.gov/pls/oshaweb/owadisp.show_ document?
p_tableSTANDARDS&p_id9739. Accessed January 6, 2016.

Anda mungkin juga menyukai