Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang

Widhi Wasa karena atas rahmat dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan Pemahaman

Sistem Utilitas yaitu Sistem Power/Kelistrikan/Pencahyaan pada bangunandalam rangka

memenuhi tuntutan tugas yang pertama pada mata kuliah Sains Bangunan dan Utilistas 2.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas ini. Penulis menyadari bahwa tugas

ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi penyempurnaan tugas ini selanjutnya.

Denpasar, Mei 2016

Penulis

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 1


DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

2.1 Sistem Utilitas Listrik......................................................................................................6


2.1.1 Sistem kelistikan secara umum.................................................................................6
2.2 Komponen Utilitas Listrik dan Spesifikasinya............................................................7
1. GGL Induksi Primer :................................................................................................15
2. GGL Induksi Sekunder :..............................................................................................15
3. Rasio perbandingan lilitan (primer dan sekunder) :.....................................................15
2.3 Sistem Pencahayaan Buatan.......................................................................................27
BAB III.....................................................................................................................................33

PENUTUP................................................................................................................................33

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................33
3.2 Saran...............................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................34

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 2


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangunan merupakan kumpulan dari beberapa ruang yang satukan ke dalam satu jenis

bangunan secara utuh. Ruangan-ruangan yang berada di dalam bangunan tersebut

disatukan untuk memenuhi dan mewadahi segala kegiatan bagi civitas yang ada di

dalamnya. Sebuah bangunan sebelum dibangun tentu saja harus melalui tahapan-tahapan

perancangan dengan mempertimbangkan keinginan dari penghuni bangunan tersebut.


Bangunan secara fisik terdiri dari elemen-elemen penyusunnya seperti dinding, lantai

serta atap. Namun, tidak dapat diabaikan pula mengenai sistem utilitas yang mendukung

dalam ruangan tersebut. Sistem utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas

bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan,

kesehatan, keselamatan, kemudian komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. Bangunan

yang baik tidak hanya dapat memenuhi aspek kontruksi di dalamnya tetapi sistem-sistem

yang mendukung bangunan salah satunya sistem utilitas.


Sistem utilitas merupkan rangkaian sistem-sistem yang dapat mendukung keadaan

bangunan dengan kondisi di sekitarnya serta dapat pula memenuhi keinginan setiap

civitas yang berkegiatan di dalam bangunan. Faktor-faktor perancangan utilitas terdiri

dari sistem plumbing, sistem kelistrikan / power, sistem sampah, sistem pencahayaan

alami/buatan, sistem penghawaan alami/ buatan, sistem manajemen kebakaran, serta

sistem transportasi mekanis / non mekanis.

Dalam penulisan sistem utilitas ini, kami mengangkat materi tentang Sistem

Kelistrikan/Pencahyaan Buatan pada suatu bangunan. Selain itu, penulisan ini kami

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 3


kerjakan untuk memenuhi tuntutan tugas mata kuliah Sains Bangunan dan Utilitas 2 di

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang kami peroleh, yaitu :

1. Apa itu sistem kelistrikan/pencahyaan buatan ?

2. Apa saja komponen komponen sistem kelistrikan ?

3. Apa saja komponen komponen sistem pencahyaan buatan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan yang kami dapatkan yaitu :

1. Mengetahui tentang sistem kelistrikan/pencahyaan buatan ?

2. Mengetahui komponen komponen sistem kelistrikan ?

3. Mengetahui komponen komponen sistem pencahyaan buatan ?

1.4 Manfaat Penulisan


Mahasiswa

Bagi mahasiswa hasil penulisan ini bermanfaat untuk mengetahui mengenai

sistem utilitas yang dapat diterapkan pada sebuah bangunan khususnya sistem

kelistrikan/pencahyaan buatan dan sebagai bekal untuk menambah pengetahuan

mahasiswa tentang kelistrikan dan pencahyaan buatan.

Pembaca

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 4


Bagi pembaca sendiri makalah ini bermanfaat sebagai referensi serta

menambah pengetahuan pembaca mengenai sistem utilitas khususnya sistem

kelistrikan/pencahyaan buatan

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 5


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Utilitas Listrik

2.1.1 Sistem kelistikan secara umum.

Sistem elektrikal pada suatu bangunan adalah pemasok energi untuk


penerangan, pendinginan, pemanasan, dan pengoperasian peralatan-peralatan listrik.
Sistem ini harus dipasang sesuai peraturan instalasi listrik yang berlaku sehingga
memenuhi standar keamanan dan keselamatan bagi penggunanya serta efisien. Sistem
elektrikal untuk penerangan harus diintegrasikan dengan sistem pancahayaan pasif
dari desain jendela dan bukaan-bukaan pada bangunan.

Umumnya daya listrik diperoleh dari perusahaan pemasok energi listrik PLN.
Untuk beberapa hal sumber cadangan listrik berupa generator sering digunakan untuk
kondisi darurat, seperti untuk lif, pompa kebakaran, lampu pintu emergensi, telepon,
alarm, peralatan kedokteran dirumah sakit, alat-alat dilaboratorium, pabrik, dsb.

Teknik pemasangan jaringan kabel sangat beragam; ada yang tertanam, diluar
terekspos, menggunakan pipa/saluran kabel, dibawah lantai, didalam dinding, diatas
plafon, dsb. Sistem jaringan elektrikal harus dilengkapi pengaman berupa grounded
(netral), untuk mengurangi dampak statik.

Semua ini tergantung kebutuhan, fungsi bangunan, kemudahan penempatan


outlet dan intake, fleksibilitas, estetika interior, perawatan dan keamanan. Setiap
perencanaan jaringan elektrikal harus dapat pengesahan dari ahli instalatur listrik
berlesensi.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 6


2.2 Komponen Utilitas Listrik dan Spesifikasinya

Berdasarkan sumber energinya sistem kelistrikan pada bangunan gedung dibagi


menjadi dua sumber yaitu : Sumber Listrik dari PLN dan Sumber Listrik dari Genset, dimana
sumber listrik gedung memprioritaskan PLN sebagai sumber utama dan genset sebagai
cadangan (back up) bagian-bagian dari sistem kelistrikan pada sistem bangunan gedung ini
adalah sebagai berikut :

Kubikal Tegangan Menegah

Kubikal (Panel) Tegangan Menengah atau Medium Voltage


Distribution Panel (MVDP) adalah panel yang berfungsi sebagai pemutus
(PMT) dan pemisah (PMS) daya listrik dari PLN. MVDP pada umumnya
terdiri dari circuit breaker dan disconnection switch untuk tegangan menengah.
Daya listrik yang telah melalui MVDP kemudian didistribusikan ke
Transformator Step Down.

Gambar 2.2.1. Kubikal Tegangan Menegah

Sumber : httm ://www.electrical-architecture.com

Bagian Bagian dari Konstruksi Kubikel


A. Kompartemen
B. Rel / Busbar
C. Kotak Pemutus
D. Pemisah Hubung Tanah
E. Terminal Penghubung
F. Fuse Holder
G. Mekanik Kubikel

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 7


H. Lampu Indikator
I. Pemanas (Heater)
J. Handle Kubikel (Tuas Operasi)

Gambar : Bagian-bagian Kubikel


Sumber : hudankurniawan.blogspot.com

A. Kompartemen
Merupakan rumah dari terminal penghubung, LBS, PMT, PMS, Fuse, Trafo
ukur, (CT, PT) peralatan mekanis dan instalasi tegangan rendah, sehingga tidak
membahayakan operator terhadap adanya sentuhan langsung ke bagian - bagian
yang bertegangan Berupa lemari / kotak terbuat pelat baja, terbagi menjadi 2
(dua) bagian, bagian atas untuk busbar dan bagian bawah untuk penyambungan
dengan terminasi kabel Komponen bagian bawah, pada bagian depan berupa
pintu yang dapat dibuka tetapi bisa dilakukan apabila tegangan sudah dibebaskan
dan terminasi kabel sudah ditanahkan

1. Kompartemen busbar
2. Kompartemen tegangan rendah
3. Pemutus beban dan saklar pentanahan
4. Kompartemen mekanik operasi
5. Kompartemen kabel

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 8


Gambar : Kompartemen
Sumber : https://www.scribd.com/doc/110265360/Konstruksi-KUBIKEL

B. Rel / Busbar 20 kV Isolator Tonggak


Merupakan rel penghubung antara kubikel yang satu dengan lainnya, posisi rel
umumnya terletak pada bagian atas kubikel, pada kubikel type RMU (Ring Main
Unit) rel 20 kV terdapat dalam tabung SF 6 vacum bentuk rel ada yang bulat ada
yang pipih. Busbar harus dari bahan tembaga atau aluminium. Busbar aluinium
harus dilapisi timah pada titik sambungan busbar. Busbar dapat dilapis karet
silikon atau bahan EPDM (heat shrink insulation material) untuk memenuhi
ketahanan tingkat isolasinya. Bahan pelapis tersebut yang dipakai tidak bisa
terbakar dan bila dari bahan yang dapat terbakar tetapi api dapat cepat mati
dengan sendirinya (selfextinguishing). Isolator tonggak dapat dibuat dari bahan
porselin atau isolasi lain yang tidak mudah terbakar. Isolator porselin berdasarkan
rekomendasi IEC 168.
Jarak rambat tidak boleh kurang dari 320 mm. Isolator sintetis harus bebas dari
cacat permukaan seperti rongga-rongga (fold blow holes) dan sebagainya, yang
dapat mengganggu operasi isolator selanjutnya ( sesuai rekomendasi IEC 660 ).
C. Kontak Pemutus
Sebagai pemutus / penghubung aliran listrik kontak pemutus terdiri dari dua
bagian yaitu kontak gerak (moving contact) dan kontak tetap (fixed contact)
sebagai peredam busur api pada kubikel jenis LBS atau PMT digunakan media
minyak, gas SF6, vacum atau dengan hembusan udara, selain itu memperkecil
terjadinya busur api dilakukan dengan pembukaan dan penutupan kontak
pemutus secara cepat secara mekanis.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 9


D. Sirkuit Pembumian
Merupakan bagian logam PHB yang bukan merupakan bagian sirkuit utama
atau sirkuit bantu dan yang dapat bermuatan sehingga membahayakan harus
dihubungkan ke penghantar pembumian.
Penghantar tersebut terbuat dari tembaga dan mampu mengalirkan arus
sebesar 12,5 kA selama 1 detik tanpa menjadi rusak. Kepadatan arus di sirkuit
pembumian tidak boleh melampaui 200 A/mm2 dengan luas penampang
penghantar tidak kurang dari 30 mm2 Pada setiap ujung penghantar
disambung dengan instalasi sistem pembumian pembumian melalui baut
berukuran M12. Penghantar pembumian ditempatkan sedemikian sehingga
tidak merintangi tangan untuk mencapai terminal kabel. Selungkup
kompartemen sekurang-kurangnya harus terselubung di satu titik dengan
penghantar bumi.
Kontinuitas pembumian antara badan kompartemen dan sekat atau tutup
diyakinkan melalui pemasangan baut dan mur atau cara lain yang dapat
diandalkan. Kontinuitas pembumian antara bagian bergerak yang berengsel
dengan luas penampang tidak kurang dari 30 mm2 suatu penguat ditambahkan
pada pita tersebut untuk melindungi anyaman pita terhadap tegangan mekanis
yang tidak semestinya. Bagian sakelar pembumian harus terhubung ke
penghantar utama pembumian melalui penghantar tembaga yang kaku dan
fleksibel dengan luas penampangnya tidak kurang dari 30 mm2 . Setiap
kubikel yang dilengkapi sakelar pembumian harus dipasang terminal tembaga
untuk pembumian yang dihubungkan ke penghantar pembumian dengan
penjepit pembumian sementara.

E. Pemisah Hubung Tanah (Pemisah Tanah)


Berfungsi mengamankan kubikel pada saat tidak bertegangan dengan
menghubungkan terminal kabel ketanah (grounding), sehingga bila ada
personil yang bekerja pada kubikel tersebut terhindar terhadap adanya
kesalahan operasi yang menyebabkan kabel terisi tegangan. PMS tanah ini
biasanya mempunyai sistem interlock dengan pintu kubikel dan mekanik LBS
pintu tidak bisa dibuka jika PMS tanah belum masuk, LBS tidak bisa masuk
sebelum PMS tanah dibuka. Posisi buka atau tutup ke tiga pisau sakelar

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 10


pembumian harus dapat diperiksa melalui lubang pengamatan terdapat pada
PHB.
Sebagai alternatif pisau-pisau sakelar pembumian dapat dipasang indikator
untuk menentukan posisi buka atau tutup. Indikator tersebut harus sesuai
dengan posisi sebenarnya dari pisau-pisau sakelar pembumian tersebut.
Sakelar pembumian dan penghubung singkat harus mempunyai kapasitas
penyambungan 31,5 kA (puncak), nilai ini dapat dikurangi sehingga 2,5 kA
jika rangkaian diamankan dengan pengaman beban jenis HRC. Sakelar
pembumian umumnya memeiliki kapasitas penyambungan 5,8 kA. Sakelar
pembumian harus dioperasikan manual secara terpisah.

F. Terminal Penghubung
Untuk menghubungkan bagian-bagian kubikel yang bertegangan satu
dengan yang lainnya, ada beberapa terminal antara lain :

a. Terminal busbar, tempat dudukan busbar T


b. Terminal kabel, tempat menghubungkan kabel incoming dan out
going
c. Terminal PT, tempat menyambung transformator tegangan untuk
pengukuran
d. Terminal CT, tempat menyambungkan transformator arus untuk
pengukuran

G. Fuse Holder
Untuk menempatkan fuse pengaman trafo pada kubikel PB atau kubikel PT

H. Mekanik Kubikel
Berfungsi untuk menggerakkan dan merubah posisi membuka / menutup
kontak LBS PMT dan PMS maupun pemisah hubung tanah dibuat sedemikian
rupa, sehingga pada waktu membuka dan menutup kontak pemutus
berlangsung dengan cepat
I. Lampu Indikator
Untuk menandai adanya tegangan (20 kV) pada sisi kabel, baik berasal
dari sisi lain kabel tersebut atau berasal dari busbar sebagai akibat alat hubung
dimasukkan, lampu indikator menyala dikarenakan adanya arus kapasitip yang
dihasilkan oleh kapasitor pembagi tegangan. Kubikel jenis PMT lampu
SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 11
indikator digunakan nuntuk menandai posisi alat-hubungnya dengan 2 ( dua )
warna yang berbeda untuk posisi masuk atau keluar. Sumber listrik untuk
lampu indikator berasal daris sumber arus searah ( DC ) yang dihubungkan
dengan kontak bantu yang bekerja serempak dengan kerja poros penggerak
alat-hubung utama.

J. Indikator Hubung Singkat Dan Indikator Gangguan Ke Bumi (jika diperlukan)


Perlengkapan ini harus dipasang pada setiap penyulang keluar dan terdiri
dari Transformator arus jenis resin yang dipasang melingkari kabel. Satu
kotak untuk rele, batere yang dapat dimuati kembali (rechargeable) dan alat
pemberi muatan (changer) yang dipasang pada dinding di dalam gardu. Catu
daya sebesar 200 V 50 Hz. Satu indikator luminious yang tahan cuaca yang
dapat ditempatkan di bagian luar bangunan pada dinding

Spesifikasi indikator hubung singkat dan indikator gangguan ke bumi :


Current sensing 3 core type CT or 3 single core
Fault current threshold : 40, 80, 160 A
Resetting automatic with LV supply restoration
Accuracy : 10 %

K. Pemanas (Heater)
Untuk memanaskan ruang terminal kabel agar kelembabannya terjaga.
keadaan ini diharapkan dapat mengurangi efek corona pada terminal kubikel
tersebut, besarnya tegangan heater 220 V sumber tegangan berasal dari trafo
distribusi

I. Handle Kubikel
Untuk menggerakkan mekanik kubikel, yaitu membuka atau menutup
posisi kontak hubung : PMT, PMS, LBS, pemisah tanah (grounding) atau
pengisian pegas untuk energi membuka / menutup kontak hubung, pada satu
kubikel, jumlah handle yang tersedia bisa satu macam atau lebih

J. Sistem Interlock (Interlock) Dan Pengunci


Sistem interlock harus dilengkapi untuk mencegah kemungkinan
kesalahan atau kelainan operasi dari peralatan dan untuk menjamin keamanan
operasi. Gawai interlock harus dari jenis mekanis dengan standar pembuatan
yang paling tinggi, tak dapat diganggu gugat dan mempunyai kekuatan
mekanis lebih tinggi dari kontrol mekanisnya. Pada kubikel jenis PMT yang
dilengkapi dengan motor listrik sebagai penggerak alat hubung dan dikontrol

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 12


dengan sistem kontrol listrik arus searah, maka sistem interlockpun juga
diberlakukan pada sistem kontrol listriknya. Yaitu bila posisi komponen
kubikel belum pada posisi siap dioperasikan, maka sistem kontrol tidak dapat
dioperasikan.

Macam- macam sistem interlock pada Kubikel :


Interlock pintu
Pintu Kubikel harus tidak dapat dibuka jika :
Sakelar utama (sakelar tegangan menengah) dalam keadaan tertutup
Sakelar pembumian dalam keadaan terbuka.
Pintu Kubikel harus tidak dapat ditutup jika sakelar pembumian dalam
keadaan terbuka.
Interlock sakelar utama
Sakelar utama (sakelar tegangan menengah) harus tidak dapat
dioperasikan jika :
Pintu Kubikel dalam keadaan terbuka.
Sakelar pembumian dalam keadaan tertutup.
Interlock sakelar pembumian
Sakelar pembumian harus tidak dapat ditutup jika sakelar utama dalam
keadaan tertutup
Penguncian
Perlengkapan penguncian harus disediakan untuk :
Sakelar pembumian pada posisi terbuka atau tertutup, Sakelar utama
atau pemutusan tenaga pada posisi terbuka Pintu Kubikel

2.2.1 Trafo Step Down

Transformator (Trafo) Step Down berfungsi untuk menurunkan


tegangan, dalam hal ini menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan
rendah. Trafo step down menurut lokasi pemasangannya dibedakan menjadi
dua, yaitu trafo tipe pasangan luar (outdoor) dan trafo tipe pasangan dalam
(indoor).

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 13


Trafo Step Down dirancang untuk mengurangi tegangan listrik.
Tegangan Primer adalah lebih besar dari tegangan sekunder. Misalnya untuk
menggunakan peralatan 110V di negara dengan pasokan listrik 220v.

Trafo tipe outdoor pada umumnya dipasang di gardu tiang listrik, pada
jaringan distribusi listrik. Sedangkan trafo tipe indoor, dipasang / dilokasikan
di ruangan khusus infrastruktur listrik untuk bangunan gedung tertentu (pabrik,
hotel, rumah sakit, dan lain-lain). Trafo step down langsung terhubung dengan
kubikal tegangan menengah dan panel utama tegangan rendah.

Gambar 2.2.2. Trafo Step Down

Sumber : teknikelektronika.com

Gambar 2.2.3. Skema Kerja Trafo Step Down

Sumber : teknikelektronika.com

A. Prinsip Kerja Trafo

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 14


Di dalam parkteknya, dikenal 3 sistem pendeteksian dan pengendalian transmormasi,
yaitu :

1. GGL Induksi Primer (e)

2. GGL Induksi Sekunder (es)

3. Rasio perbandingan lilitan (primer dan sekunder) (a)

Gambar 2.2.4. Skema Kerja Trafo Step Down


Sumber : teknikelektronika.com

1. GGL Induksi Primer :


Sebagai contoh kumpatan primer kita hubungkan dengan sumber tegangan arus bolak
balik (AC), maka arus I1 akan mengalir pada kumparan primer, dan menimbulkan flux
magnet yang berubah- ubah sesuai frekuensi arus I1 pada kernel trafo, dan menimbulkan
GGL induksi e pada kumparan primer.

Cara menghitung besar GGL induksi primer e adalah :


e = N.d / dt volt
dengan : e = GGL Induksi primer
N = Jumlah lilitan primer
d = Jumlah GGM, dalam weber
dt = Perubahan waktu, dalam detik
2. GGL Induksi Sekunder :
Perubahan flux magnetik yang menginduksi GGL ep adalah flux bersama (mutual
flux), sehingga GGL induksi muncul pada kumparen sekunder sebagai es yang besarnya
adalah :
es = Ns (d / dt) volt dengan Ns = jumlah lilitan kumparan sekunder dari (1) dan (2),
3. Rasio perbandingan lilitan (primer dan sekunder) :
Perbandingan lilitan dapat didapat dari perbandingan lilitan sebagai berikut :
a = ep / es = Np / Ns dengan a = rasio perbandingan lilitan (turn ratio) transformator

2.2.2 Genset (Generator Set)

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 15


Sumber energi listrik selain PLN berasal dari unit Generator Set (genset).
Generator Set berfungsi sebagai pensuplai daya listrik cadangan yang dapat
bekerja apabila daya listrik utama dari PLN terputus.

Genset terhubung dan dikontrol dengan Panel Kontrol Genset (PKG).


PKG terhubung dengan unit Panel Utama Tegangan Rendah (LVMDP). PKG
akan menghidupkan genset dan mensuplai tegangan ke LVMDP bilamana
terjadi gangguan pada sumber PLN, sehingga akan memberikan pelayanan yang
berlanjut terhadap ketersediaan sumber tenaga listrik dan diharapkan dengan
sistem tersebut sistem energi listrik akan terpenuhi. Terdapat 2 jenis generator
set yaitu generator set open dan generator set silent.

Gambar 2.2.5. Generator Set Open Gambar 2.2.6. Generator Set Silent
Sumber : teknikelektronika.com Sumber : teknikelektronika.com

Komponen utama dari generator

Komponen utama dari generator listrik dapat secara luas diklasifikasikan sebagai berikut :

Mesin

Alternator

Sistem Bahan Bakar

Voltage Regulator

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 16


Pendingin dan Exhaust Sistem

Sistem Pelumasan

Charger Baterai

Control Panel

Majelis Utama / Bingkai

Gambar : Komponen Generator Set

Sumber : www.sewarentalgenset.com

Penjelasan mengenai komponen utama generator sebagai berikut :

(1) Mesin

Mesin adalah sumber energi input mekanik ke generator. Ukuran mesin


berbanding lurus dengan daya output maksimum generator dapat
menyediakan. Ada beberapa faktor yang perlu diingat ketika menilai mesin
generator Anda. Produsen mesin harus berkonsultasi untuk mendapatkan
spesifikasi operasi mesin penuh dan jadwal pemeliharaan.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 17


(A) Jenis Bahan Bakar Bekas mesin Generator beroperasi pada
berbagai bahan bakar seperti solar, bensin, propana (dalam bentuk cair
atau gas), atau gas alam. Mesin yang lebih kecil biasanya beroperasi
pada bensin, sementara mesin yang lebih besar berjalan di diesel,
propana cair, gas propana, atau gas alam. Mesin tertentu juga dapat
beroperasi pada pakan ganda dari kedua diesel dan gas dalam mode
operasi bi-fuel.

(B) Overhead Valve (OHV) Mesin vs Mesin non-OHV mesin OHV


berbeda dari mesin lain dalam intake dan exhaust katup mesin yang
terletak di kepala silinder mesin sebagai lawan yang dipasang pada
blok mesin. Mesin OHV memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
mesin lain seperti:

Desain kompak

mekanisme operasi Simpler

Daya tahan

User-friendly dalam operasi

Rendah kebisingan selama operasi

tingkat emisi rendah Namun, OHV-mesin juga lebih mahal


daripada mesin lainnya.

(C) Cast Iron Lengan (CIS) di Mesin Cylinder The CIS


adalah lapisan dalam silinder mesin. Ini mengurangi keausan, dan
memastikan daya tahan mesin. Kebanyakan OHV-mesin yang
dilengkapi dengan CIS tetapi penting untuk memeriksa fitur ini di
mesin generator menurut penyewaan Genset. CIS bukanlah fitur mahal
tapi memainkan peran penting dalam ketahanan mesin terutama jika
Anda perlu menggunakan generator Anda sering atau untuk jangka
waktu yang lama.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 18


(2) Alternator

Alternator, juga dikenal sebagai genhead, adalah bagian dari generator yang
menghasilkan output listrik dari input mekanis yang disediakan oleh mesin. Ini berisi
perakitan bagian-bagian stasioner dan bergerak terbungkus dalam perumahan.
Komponen bekerja sama untuk menyebabkan gerakan relatif antara medan magnet
dan listrik, yang pada gilirannya menghasilkan listrik.

(A) Stator ini adalah komponen stasioner. Ini berisi satu set
konduktor listrik luka dalam gulungan atas inti besi.

(B) Rotor / Armature ini adalah komponen bergerak yang


menghasilkan medan magnet berputar di salah satu dari tiga cara
berikut:

(I) Dengan induksi ini dikenal sebagai alternator brushless dan


biasanya digunakan dalam generator besar.

(Ii) Dengan magnet permanen Hal ini biasa terjadi di unit alternator
kecil.

(Iii) Dengan menggunakan exciter Sebuah exciter merupakan sumber


kecil arus searah (DC) yang memberikan energi rotor melalui perakitan
melakukan slip ring dan sikat.

Rotor menghasilkan medan magnet bergerak di sekitar stator, yang menginduksi


tegangan perbedaan antara gulungan stator. Ini menghasilkan arus bolak-balik (AC)
output dari generator.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang Anda butuhkan untuk diingat saat menilai
alternator generator:

(A) Logam vs Perumahan Plastik Sebuah desain semua logam memastikan daya
tahan alternator. Perumahan plastik bisa cacat dengan waktu dan menyebabkan bagian
yang bergerak dari alternator yang akan terkena. Hal ini meningkatkan dan keausan
dan yang lebih penting, adalah berbahaya bagi pengguna.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 19


(B) bantalan bola dibandingkan Needle Bearing bantalan bola yang disukai dan
bertahan lebih lama.

(C) Brushless Desain Sebuah alternator yang tidak menggunakan kuas


membutuhkan perawatan yang kurang dan juga menghasilkan tenaga bersih.

(3) Sistem Bahan Bakar

Tangki bahan bakar biasanya memiliki kapasitas yang cukup untuk


menjaga generator operasional selama 6 sampai 8 jam pada rata-rata. Dalam
kasus unit pembangkit kecil, tangki bahan bakar merupakan bagian dari dasar
selip generator atau dipasang di atas bingkai pembangkit. Untuk aplikasi
komersial, mungkin perlu untuk mendirikan dan menginstal tangki bahan
bakar eksternal. Semua instalasi tersebut tunduk pada persetujuan dari Divisi
Perencanaan Kota. Klik link berikut untuk informasi lebih lanjut mengenai
tangki bahan bakar untuk generator.

o Fitur umum dari sistem bahan bakar meliputi berikut ini:

(A) sambungan pipa dari tangki bahan bakar ke mesin Garis suplai
mengarahkan bahan bakar dari tangki ke mesin dan garis kembali
mengarahkan bahan bakar dari mesin ke tangki.(B) pipa ventilasi untuk
tangki bahan bakar Tangki bahan bakar memiliki pipa ventilasi untuk
mencegah penumpukan tekanan atau vakum selama mengisi dan
drainase tangki. Ketika Anda mengisi ulang tangki bahan bakar,
pastikan logam-ke-logam kontak antara nozzle pengisi dan tangki
bahan bakar untuk menghindari percikan api.

(C) koneksi Overflow dari tangki bahan bakar ke pipa pembuangan


ini diperlukan agar setiap meluap selama mengisi tangki tidak
menyebabkan tumpahan cairan pada genset.

(D) pompa bahan bakar ini mentransfer bahan bakar dari tangki
penyimpanan utama ke tangki hari. Pompa bahan bakar biasanya
dioperasikan secara elektrik.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 20


(E) Bahan Bakar Air Separator / Fuel Filter Ini memisahkan air dan
benda asing dari bahan bakar cair untuk melindungi komponen lain
dari generator dari korosi dan kontaminasi.

(F) Fuel Injector Ini atomizes bahan bakar cair dan semprotan jumlah
yang diperlukan bahan bakar ke ruang bakar mesin.

(4) Voltage Regulator

Seperti namanya, komponen ini mengatur tegangan output dari generator.


Mekanisme ini dijelaskan di bawah terhadap setiap komponen yang berperan
dalam proses siklus regulasi tegangan.

(1) Voltage Regulator: Konversi AC ke DC Voltage Current


Regulator tegangan mengambil sebagian kecil dari output generator
tegangan AC dan mengubahnya menjadi arus DC. Regulator tegangan
kemudian feed arus DC ini untuk satu set gulungan sekunder di stator,
yang dikenal sebagai gulungan exciter.

(2) Exciter Windings: Konversi DC ke AC Current Current Gulungan


exciter sekarang berfungsi mirip dengan gulungan stator primer dan
menghasilkan arus AC yang kecil. Gulungan exciter yang terhubung ke
unit yang dikenal sebagai berputar rectifier.

(3) Rotating Rectifier: Konversi AC ke DC Current Current ini


memperbaiki arus AC yang dihasilkan oleh gulungan exciter dan
mengubahnya menjadi arus DC. Arus DC ini diumpankan ke rotor /
angker untuk menciptakan medan elektromagnetik selain medan
magnet berputar rotor / angker.

(4) Rotor / Armature: Konversi DC ke AC Current Voltage Rotor /


angker sekarang menginduksi tegangan AC yang lebih besar di seluruh
gulungan stator, yang generator sekarang menghasilkan sebagai output
tegangan AC yang lebih besar.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 21


Siklus ini terus berlanjut sampai generator mulai menghasilkan output
tegangan setara dengan kapasitas operasi penuh. Sebagai output dari generator
meningkat, regulator tegangan menghasilkan kurang arus DC. Setelah
generator mencapai kapasitas operasi penuh, regulator tegangan mencapai
keadaan keseimbangan dan menghasilkan cukup arus DC untuk
mempertahankan output generator di tingkat operasi penuh.

Bila Anda menambahkan beban untuk generator, tegangan output dips


sedikit. Hal ini mendorong regulator tegangan ke dalam tindakan dan siklus di
atas dimulai. Siklus ini terus berlanjut sampai landai keluaran pembangkit
hingga kapasitas operasi penuh aslinya.

(5) Cooling & Exhaust Sistem

(A) Sistem Pendingin

Penggunaan terus-menerus dari generator menyebabkan berbagai


komponen untuk mendapatkan memanas. Sangat penting untuk
memiliki pendingin dan ventilasi sistem untuk menarik panas yang
dihasilkan dalam proses.

Baku / air tawar kadang-kadang digunakan sebagai pendingin untuk


generator, tetapi ini sebagian besar terbatas pada situasi tertentu seperti
generator kecil dalam aplikasi kota atau unit yang sangat besar lebih
dari 2.250 kW dan di atas. Hidrogen kadang-kadang digunakan sebagai
pendingin untuk belitan stator unit pembangkit besar karena lebih
efisien dalam menyerap panas dari pendingin lainnya. Hidrogen
menghilangkan panas dari generator dan transfer melalui penukar
panas ke dalam sirkuit pendingin sekunder yang berisi air de-
mineralisasi sebagai pendingin. Inilah sebabnya mengapa generator
yang sangat besar dan pembangkit listrik kecil sering memiliki menara
pendingin yang besar di samping mereka. Untuk semua aplikasi umum
lainnya, baik perumahan dan industri, radiator standar dan kipas
dipasang pada generator dan bekerja sebagai sistem pendingin primer.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 22


Hal ini penting untuk memeriksa tingkat pendingin generator pada
setiap hari. Sistem pendingin dan pompa air baku harus memerah
setelah setiap 600 jam dan penukar panas harus dibersihkan setelah
setiap 2.400 jam operasi pembangkit. Generator harus ditempatkan di
daerah terbuka dan berventilasi yang memiliki pasokan yang cukup
dari udara segar. The National Electric Code (NEC) mengamanatkan
bahwa ruang minimal 3 meter harus diizinkan di semua sisi generator
untuk memastikan aliran udara pendingin.

(B) Exhaust Sistem

Asap knalpot yang dipancarkan oleh generator yang sama seperti


knalpot dari setiap diesel atau gasonline mesin lain dan mengandung
bahan kimia yang sangat beracun yang perlu dikelola dengan baik.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menginstal sistem pembuangan
yang memadai untuk membuang gas buang. Hal ini tidak dapat
ditekankan cukup karena keracunan karbon monoksida tetap menjadi
salah satu penyebab paling umum kematian di pos daerah badai
terpengaruh karena orang cenderung bahkan tidak berpikir tentang hal
itu sampai terlambat.

Pipa knalpot biasanya terbuat dari besi cor, besi tempa, atau baja. Ini
harus berdiri bebas dan tidak boleh didukung oleh mesin generator.
Pipa knalpot biasanya melekat pada mesin menggunakan konektor
fleksibel untuk meminimalkan getaran dan mencegah kerusakan sistem
pembuangan generator. Pipa knalpot berakhir di luar ruangan dan
memimpin jauh dari pintu, jendela dan bukaan lainnya ke rumah atau
bangunan. Anda harus memastikan bahwa sistem pembuangan
generator Anda tidak terhubung dengan yang peralatan lainnya. Anda
juga harus berkonsultasi dengan tata kota setempat untuk menentukan
apakah operasi generator Anda akan perlu untuk mendapatkan
persetujuan dari pemerintah daerah untuk memastikan Anda sesuai
dengan undang-undang lokal melindungi terhadap denda dan hukuman
lainnya.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 23


(6) Sistem Pelumas

Karena generator terdiri bagian yang bergerak dalam mesin, ia


membutuhkan pelumasan untuk memastikan daya tahan dan kelancaran
operasional untuk jangka waktu yang panjang. Mesin generator dilumasi oleh
minyak yang tersimpan dalam pompa. Anda harus memeriksa tingkat minyak
pelumas setiap 8 jam operasi pembangkit. Anda juga harus memeriksa setiap
kebocoran pelumas dan mengubah minyak pelumas setiap 500 jam operasi
pembangkit.

(7) Charger Baterai

Fungsi awal generator adalah baterai dioperasikan. Charger baterai


menyimpan baterai genset diisi dengan memasok dengan melayang tegangan
yang tepat. Jika tegangan mengambang sangat rendah, baterai akan tetap
undercharged. Jika tegangan mengambang sangat tinggi, hal itu akan
mempersingkat masa pakai baterai. Pengisi daya baterai biasanya terbuat dari
stainless steel untuk mencegah korosi. Mereka juga sepenuhnya otomatis dan
tidak memerlukan penyesuaian yang harus dibuat atau pengaturan yang akan
diubah. The DC tegangan output dari charger baterai ditetapkan sebesar 2.33
Volt per sel, yang merupakan tegangan mengambang yang tepat untuk baterai
asam timbal. Charger baterai memiliki DC tegangan output terisolasi yang
tidak mengganggu fungsi normal dari generator.

(8) Control Panel

Ini adalah antarmuka pengguna generator dan berisi ketentuan untuk outlet
listrik dan kontrol. Artikel berikut memberikan rincian lebih lanjut mengenai
panel kontrol pembuat. Produsen yang berbeda memiliki fitur beragam yang
ditawarkan di panel kontrol unit mereka. Beberapa di antaranya disebutkan di
bawah ini.

(A) Listrik start dan shut-down panel mulai Auto kontrol otomatis
memulai generator Anda selama pemadaman listrik, memantau

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 24


generator saat beroperasi, dan secara otomatis menutup unit bila
diperlukan lagi.

(B) alat pengukur Engine alat pengukur yang berbeda menunjukkan


parameter penting seperti tekanan minyak, suhu pendingin, tegangan
baterai, kecepatan putaran mesin, dan durasi operasi. Pengukuran
konstan dan pemantauan parameter ini memungkinkan built-in shut
down generator ketika semua ini melewati ambang batas masing-
masing.

(C) Generator pengukur Panel kontrol juga memiliki meter untuk


pengukuran arus dan tegangan, dan frekuensi operasi.

(D) kontrol lain Tahap saklar pemilih, switch frekuensi, dan saklar
kontrol mesin (mode manual, mode otomatis) antara lain.

(9) Majelis Utama / Bingkai

Semua generator, portabel atau stasioner, telah disesuaikan rumah yang


menyediakan basis dukungan struktural. Bingkai juga memungkinkan untuk
dihasilkan harus dibumikan untuk keselamatan.

3. Panel Utama Tegangan Rendah dan Panel Distribusi

Panel Utama Tegangan Rendah atau Low Voltage Main Distribution


Panel (LVMDP) berfungsi sebagai gerbang utama masuknya daya listrik ke
suatu bangunan gedung. Pada LVMDP, dipasang circuit breaker utama untuk
seluruh kebutuhan listrik bangunan gedung. LVMDP menerima daya listrik
dari trafo dan/atau genset untuk selanjutnya didistribusikan ke panel-panel
distribusi tegangan rendah.

Pada LVMDP, dipasang komponen-komponen proteksi listrik yang


berfungsi melindungi seluruh peralatan listrik maupun elektronik dalam

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 25


bangunan gedung terhadap gangguan-gangguan yang beresiko merusak
peralatan; seperti petir, hubung singkat dan lain-lain.

Gambar: Panel Utama Tegangan Rendah (LVMDP)

Panel distribusi adalah panel yang tersambung langsung dengan beban


listrik, seperti lampu, kotak kontak, AC, dan lain-lain. Pada panel distribusi,
dipasang satu circuit breaker berkapasitas besar sebagai pemutus utama, dan
beberapa circuit breaker berkapasitas kecil sebagai pemutus yang dihubungkan
langsung ke beban listrik. Pada panel-panel untuk kebutuhan tertentu seperti
pompa transfer air bersih dan motor-motor, dipasang komponen-komponen
kontrol sesuai dengan kebutuhan.

Gambar: Panel Distribusi

Panel ini menyalurkan tenaga listrik/tegangan sebesar 20kv (20.000


volt) dari panel/gardu PLN menuju LVMDP (panel distribusi tegangan
rendah) ada beberapa komponen yang digunakan pada panel ini :

- Voltmeter
SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 26
- Amperemeter
- Lampu Indikator
- Relay protektor
- LBS (load break switch)
- VCB (vacum circuit breaker)

Gambar : Skema kerja distribusi listrik

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 27


1. Mekanisme Distribusi Kelistrikan/ Penerangan Dalam Bangunan

Gambar : Skema mekanisme distribusi listrik

Dari mekanisme diatas dijelaskan bahwa sumber listrik utama bangunan


berasal dari PLN kemudian diteruskan ke meteran listrik. Setelah itu di salurkan ke
meteran pada masing-masing pelanggan selanjutnya distribusikan ke panel induk/
main distributor. Kemudian aliran listrik menuju panel distribusi, pada panel distribusi
inilah panel yang tersambung langsung dengan beban listrik, seperti lampu, kotak
kontak, AC, dan lain-lain dapat teraliri listrik dengan baik.

2.3 Sistem Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah sistem pencahayaan yang sengaja dibuat oleh


pengguna bangunan. Pencahyaan buatan sendiri adalah cahaya yang membantu

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 28


menerangi bangunan ketika pencahyaan dari alam(pencahayaan alami) tidak dapat
digunakan dalam kondisi tertentu seperti saat malam hari, perlunya penerangan yang
merata pada sebuah ruang, dan pemakaian cahaya untuk kebutuhan khusus.

Dari segi sumber cahayanya, pencahayaan buatan sudah pasti tidak dating dari
alam sehingga pencahayaan buatan menimbulkan pancaran cahayanya dari suatu alat
elektronik seperti lampu penerangan. Dalam usaha untuk menimbulkan cahaya, sudah
tentu alat elektronik sendiri memerlukan power/listrik untuk melakukan proses
mengubah energi listrik menjadi energi cahaya.

Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat


dibedakan atas 3 macam yakni :

1. Sistem Pencahayaan Merata

Gambar : Sistem Pencahayaan Merata


Sumber : https://1219251032putuandiirawan.wordpress.com/2015/04/14/setting-pencahayaan/

Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan.
Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk
melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara
teratur di seluruh langi-langit.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 29


2. Sistem Pencahayaan Terarah

Gambar : Sistem Pencahayaan Terarah


Sumber : https://1219251032putuandiirawan.wordpress.com/2015/04/14/setting-pencahayaan/

Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah
tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan
tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek
tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni
melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan dengan
sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang
mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.

3. Sistem Pencahayaan Setempat

Gambar : Sistem Pencahayaan Setempat


Sumber : https://1219251032putuandiirawan.wordpress.com/2015/04/14/setting-pencahayaan/

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 30


Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya
tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Untuk mendapatkan pencahayaan yang
sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai
dengan kebutuhannya.

Tipe tipe dari pencahayaan buatan sebagai berikut :


Menurut Siswanto (1993:18) penerangan yang digunakan dapat dibedakan menjadi 3
macam sistem/tipe penerangan yaitu :

1. Pencahayaan Umum (General Lighting)


Sistem pencahayaan ini harus menghasilkan iluminasi yang merata pada
bidang kerja dan bidang ini biasanya terletak pada ketinggian 30-60 inchi diatas
lantai. Untuk memenuhi persyaratan itu maka armatur harus dipasang simetris, dan
jarak lampu satu dengan lainnya perlu diperhatikan, dianjurkan antara 1,5-2 kali jarak
antara lampu dan bidang kerja.

2. Pencahayaan Terarah (Localized General Lighting)


Pada tipe ini diperlukan bila intensitas penerangan yang merata tidak
diperlukan untuk semua tempat kerja tetapi hanya bagian tertentu saja yang
membutuhkan tingkat iluminasi, maka lampu tambahan dapat dipasang pada daerah
tersebut.

3. Pencahayaan Lokal (Local Lighting)


Sistem pencahayaan lokal ini diperlukan khususnya untuk pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian. Kerugian dari sistem pencahayaan ini dapat menyebabkan
kesilauan, maka pencahayaan lokal perlu dikoordinasikan dengan penerangan umum.

Menurut Sumamur PK (1998:10) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
pencahayaan buatan antara lain:

1.Pembagian lumensi dalam lapangan penglihatan


Lapangan penglihatan yang baik adalah dengan kekuatan terbesar ditengah
pada daerah kerja yang dilakukan. Perbandingan terbaik antara lumensi pusat, daerah
sekitar pusat dan lingkungan sekitarnya adalah 10:3:1. Kondisi penerangan
SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 31
dinyatakan baik atau tidak bila memenuhi syarat jika perbedaan lumensi melebihi
perbandingan 40:1 baik di lapangan penglihatan pekerjaan maupun terhadap
lingkungan luar.

2. Kesilauan
Terjadi bila perbedaan penyebaran luminensi melebihi perbandingan 40 :1,
namun pada umumnya terjadi karena keterbatasan kemampuan penglihatan.Kepekaan
retina seluruhnya menyesuaikan dengan luminensi rata-rata sehingga pda lapangan
penglihatan dengan luminensi berbeda, retina terlalu peka untuk luminensi yang
tinggi, tetapi sangat kurang peka untuk daerah yang samar-samar.

3. Arah Cahaya
Sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur
pencahayaan yang baik. Cahaya dari berbagai arah dapat meniadakan gangguan oleh
bayangan.

4.Warna Cahaya
Warna cahaya dan komposisi spektrumnya sangat penting dalam
membandingkan dan mengkombinasikan warna-warna dalam lingkungan kerja atau
tempat kerja sebagai akibat pencahayaan yang menentukan rupa dari lingkungan.
Dengan adanya kombinasi tata warna dan dekorasi yang serasi maka akan
menimbulkan suasana kerja yang nyaman sehingga kegairahan kerja akan meningkat

5. Panas akibat sumber cahaya.


Baik sumber pencahayaan alam maupun pencahayaan buatan dapat menimbulkan
suhu udara di tempat kerja. Pertambahan suhu yang berlebihan dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan bekerja dan akan merupakan beban tambahan.

2.2.3 Komponen Utilitas dan Layout Instalasi Pencahayaan Buatan

A. Lampu listrik.
Lampu listrik adalah salah satu komponen berupa benda yang dapat
memancarkan cahaya yang didukung oleh energi listrik. Berikut ini adalah
contoh - contoh lampu :
1. Lampu Pijar Biasa.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 32


Jenis lampu yang dikembangkan Thomas Alfa Edison ini memakai
filamen tungsten yaitu semacam kawat pijar didalam bola kaca yang diisi
gas nitrogen, argon, kripton, hidrogen dan sebagainya. Lampu pijar atau
bohlam biasa ini hanya bertahan 1000 jam atau untuk rata-rata pemakaian
10 jam sehari semalam, hanya bertahan kira-kira 3 4 bulan. Warna
cahaya lampu pijar adalah kuning derajat suhu warna 2500 2700 K
(Kelvin)

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 33


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami peroleh setelah melakukan penulisan diatas yaitu

sistem kelistrikan merupakan sistem yang memberikan power atau energy. Energi yang

dimaksud adalah energy untuk menghidupkan peralatan elektronik yang membantu pekerjaan

manusia. Dengan adanya kelistrikan, maka bangunan dapat berfungsi lebih optimal karena

energy listrik sangatlah membantu manusia.

Kedua, selain sistem kelistrikan adapula sistem pencahyaan buatan. Sistem

pencahayaan buatan adalah sistem yang sangat memerlukan adanya energy listrik.

Pencahayaan buatan sendiri membantu memberikan penerangan tambahan saat pencahyaan

alami tak mampu untuk mengakomodasi kebutuhan cahaya manusia.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :

Energi listrik adalah energi yang dibangitkan oleh badan badan seperti PLTA,

PLTN, PLTU dan sebagainya sehingga dalam hal ini kita harus bijak bijak memakai energi

listrik. Marilah bersama sama kita sukseskan program pemerintah untuk hemat listrik.

Penggunaan satu jenis lampu dapat mempengaruhi kualitas pencahyaan, tipe pencahayaan,

dan energi yang dibutuhkan oleh karena itu bijaklah memilih lampu dan menggunakan lampu

sebagai sistem pencahyaan buatan.

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 34


DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Usman. 2002. Modul Instalasi Listrik. Bandung: TEDC

https://1219251032putuandiirawan.wordpress.com/2015/04/14/setting-pencahayaan/
www.sewarentalgenset.com
hudankurniawan.blogspot.com
https://www.scribd.com/doc/110265360/Konstruksi-KUBIKEL

SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 35


SISTEM KELISTRIKAN/PENCAHYAAN BUATAN | 36

Anda mungkin juga menyukai