Anda di halaman 1dari 10

Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia

ABSTRAK

Prediksi kebangkrutan memberikan gambaran umum kepada manajemen dan investor


mengenai kondisi aktual perusahaan secara singkat dan jelas, karena kondisi buruk tidak
terjadi secara tiba-tiba maka dapat terlihat secara reguler. Prediksi kebangkrutan dalam
penelitian ini menggunakan tiga pendekatan, yaitu model Z-Score, Springate, dan Zmijewski.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan logam dan industri manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan juga mengetahui apakah ada perbedaan yang
signifikan dari ketiga model tersebut untuk menguji pendekatan standar perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari 11 perusahaan di industri ebasic dan tipe
logam dan lain-lain. Regresi linier dan uji-t digunakan untuk membuktikan hipotesis. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap prediksi
model Z-Score dan Springate, namun ada perbedaan yang signifikan dengan prediksi model
Z-Score dengan Zmijewski dan Springate dengan Zmijewski. Prediksi model Z-Score
menunjukkan banyak perusahaan berada dalam keadaan kebangkrutan potensial, begitu juga
dengan Springate, namun Zmijewski menyatakan bahwa perusahaannya lebih sehat.

1. LATAR BELAKANG

Analisis rasio dibagi menjadi lima jenis, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar, kelima rasio dasar tersebut berperan dalam
menilai kondisi keuangan suatu perusahaan sesuai dengan komponen data yang digunakan
dalam rasio ini. Kelima rasio dasar dalam akuntansi ini digabungkan sehingga model analisis
rasio mampu memprediksi kebangkrutan perusahaan. Masalah kebangkrutan banyak
digunakan dalam penelitian sebelumnya. Saran mesas memberikan informasi multi guna
untuk banyak pihak, seperti Aghaei et al. (2013) yang mempelajari prediksi kebangkrutan
anak perusahaan terbesar di Iran yang mengindikasikan kondisi keseluruhan perusahaan sehat
dengan model penelitian Z-Score. Bellovary dkk. (2007) yang melakukan diskusi mengenai
model prediksi kebangkrutan menemukan bahwa model Z-Score merupakan model prediksi
kebangkrutan yang paling populer digunakan. Di Indonesia prediksi kebangkrutan telah
banyak diterapkan, salah satunya oleh Peter dan Yoseph (2011) dan Qureshi dkk. (2014) yang
melakukan analisis kebangkrutan model Z-Score, Springate, dan Zmijewski di industri
makanan.

Mengantisipasi kondisi keuangan perusahaan lebih awal sangat penting dilakukan oleh
masing-masing perusahaan untuk kelanjutan operasi perusahaan dan strategi pemasaran yang
lebih baik. Kondisi sebuah perusahaan yang menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran harus
mulai diantisipasi sejak awal dari kebangkrutan perusahaan. Industri besi dan baja di
Indonesia harus dikembangkan mulai sekarang, hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara
seperti yang dilakukan oleh Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia yang mendorong
pemerintah untuk membantu mendukung penguatan sektor industri baja dengan
menyederhanakan Sejumlah peraturan agar bisa bersaing dengan ASEAN Economic
Community (AEC) pada 2015. Produksi besi dan baja di dalam negeri, hanya sekitar 7,2 juta
ton, sementara permintaan nasional mencapai hampir 10 juta ton, sehingga kekurangan stok
harus dipenuhi melalui impor dari negara lain. Hal ini akan mempengaruhi kondisi
perusahaan manufaktur di Indonesia yang harus bersaing dengan perusahaan asing sehingga
syarat keunggulan perusahaan harus menjadi syarat utama sebelum AEC di tahun 2015 nanti.
Pada tahun 2025 akan ada program pemerintah mengenai infrastruktur konektivitas, termasuk
jalan, pelabuhan laut, bandara, kereta api, dan pembangkit energi yang akan disinkronkan
dengan koridor ekonomi Indonesia. Untuk terus bertahan dalam persaingan yang tajam segera
setelah pasar dibuka dengan bebas akan menjadi tugas besar bagi perusahaan manufaktur,
sehingga kebutuhan untuk pengungkapan kondisi perusahaan agar bisa diantisipasi dapat
dilakukan sejak awal (Shezad et al., 2014). ).

Prediksi kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio model
yang telah dikembangkan sejak tahun 1968 oleh negara yang tidak bertuan. Model yang
digunakan adalah Z-Score, Springate, dan Zmijewski. Model Z-Score menggunakan lima
rasio, Springate menggunakan empat rasio, sedangkan Zmijewski hanya menggunakan tiga
rasio, perhitungan dan analisis dengan menggunakan ketiga model ini tentu sangat
memungkinkan untuk menghasilkan kesimpulan yang berbeda sehingga perlu fortesting
menggunakan tiga model.

2. TINJAUAN LITERATUR

Menurut Hanafi dan Halim (2007), analisis kebangkrutan dilakukan untuk mendapatkan
peringatan dini kebangkrutan (tanda awal kebangkrutan). Tanda-tanda awal kebangkrutan,
semakin baik manajemen karena manajemen dapat melakukan perbaikan (Khan, 2014).
Pemberi pinjaman dan juga pemegang saham dapat melakukan persiapan untuk mengatasi
kemungkinan yang lebih buruk. Tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan
menggunakan data akuntansi. Dalam penelitian praktis dan juga inempirical, kesulitan
keuangan sulit didefinisikan. Kesulitan yang berarti bisa berarti dimulainya masalah
likuiditas (jangka pendek), yang merupakan kesulitan keuangan paling ringan, hingga
deklarasi kebangkrutan, yang merupakan kesulitan paling parah. Dengan demikian kesulitan
keuangan bisa dilihat sebagai kesulitan yang panjang, mulai dari yang ringan sampai yang
paling parah.

2.1. Model Z-Score


Model kebangkrutan telah dikembangkan di beberapa negara, Altman (1968) melakukan
survei terhadap model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss,
Brasil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Prancis. Model prediksi
kebangkrutan Z-Score bisa digunakan dengan rumus sebagai berikut:

Z-Score = 0.012X1 + 0.033X3 + 0.014X2 + 0.006X4 + 0.999X5

Keterangan:

X1 = Aktiva lancar-kewajiban lancar / total aset

X2 = Saldo laba / total aset

X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / total aset

X4 = Nilai pasar saham biasa dan preferen / nilai buku dari hutang

X5 = Penjualan / total aset

Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini
adalah perusahaan yang mencetak Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang sehat,
sedangkan perusahaan yang memiliki Z Score <1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan
yang berpotensi bangkrut. Z-Score <1.81 diklasifikasikan sebagai perusahaan di daerah abu-
abu atau daerah-daerah abu-abu, dengan nilai "cut-off" untuk indeks ini adalah 2.675
(Muslich, 2007).

2.2. Model Springate


Model ini dikembangkan pada tahun 1978 oleh Gorgon LV Springate. Model Springate
adalah model yang menggunakan rasio multiple discriminant analysis (MDA). Dalam metode
MDA dibutuhkan lebih dari satu rasio keuangan terkait kebangkrutan perusahaan untuk
membangun model yang baik. Untuk mengetahui rasio di mana saja yang bisa mendeteksi
kemungkinan kebangkrutan, penggunaan MDA untuk memilih 4 Rasio dari 19 rasio
keuangan yang sangat populer dalam literatur, yang mampu membedakan antara bisnis yang
sehat dan bangkrut. Model Springate adalah:

S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0.4D

Keterangan:

A = Modal kerja / total aset

B = Laba sebelum bunga dan pajak / total aset

C = Laba sebelum pajak / kewajiban lancar


D = Penjualan / total aset

Model Springate ini memiliki perhitungan standar dimana perusahaan memiliki nilai S>
0,0862 tergolong perusahaan yang sehat, sedangkan perusahaan dengan nilai S <0,862
tergolong potensial perusahaan bangkrut.

2.3. Model Zmijewski


Model Zmijewski (1984) menggunakan analisis rasio yang mengukur kinerja, leverage dan
likuiditas perusahaan untuk prediksi model. Zmijewski menggunakan analisis yang
diterapkan pada 40 perusahaan yang telah bangkrut dan 800 perusahaan yang masih bertahan
pada saat itu. Kriteria penilaian model Zmijewski adalah nilai X yang semakin besar, semakin
besar kemungkinan perusahaan bangkrut, modelnya berhasil dikembangkan sebagai berikut:

X = -4.3-4.5X1 + 5.7X2 - 0.004X3

Keterangan:

X1 = Laba setelah pajak / total aset

X2 = Total hutang / total aset

X3 = Aktiva lancar / kewajiban lancar

3. DESAIN PENELITIAN

Terdapat penelitian seperti ini sebelumnya, seperti Chava dan Jarrow (2004) melakukan
analisis yang memprediksi keakuratan kebangkrutan dengan model Hazard menggunakan
tujuh rasio ke perusahaan di Amerika sejak tahun 1962 sampai 1999 dan membuat keputusan
bahwa prediksi model bahaya bertentangan dengan model Z-Score dan model zmijewski.
Mansi et al. (2010) membuat perbandingan akurasi 4 model prediksi bangkrut yang biasanya
digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, seperti Z-Score, Ohlson, KMV-
Mertin Distance to Default, dan Cambell dkk. Yang membuat hasil adalah Cambell dkk.
adalah model terbaik untuk memberikan penjelasan tentang variasi penampang. Dalam riset
prediksi kebangkrutan Indonesia yang pernah dilakukan sebelumnya, seperti Kuncoro (2012)
tentang kebangkrutan PT Betonjaya Manunggal Tbk sejak 2007 hingga 2012 menggunakan
model Springate dan Zmijewski dimana kedua model tersebut memberikan kesimpulan yang
sama, yaitu PT Betonjaya Manungga Tbk tidak bangkrut, Tapi nilai Springate dan Zmijewski
berbeda jumlahnya. Adnan dan Arisudhana (2011) membuat penelitian kebangkrutan
perusahaan menggunakan model Z-Score dan Springate di perusahaan properti yang
membuat kesimpulan model Z-Score memberikan kesimpulan yang berbeda dengan model
Springate sejak 2005-2009 di perusahaan properti. Peter dan Yoseph (2011) juga membuat
prediksi prediksi kebangkrutan dengan tiga model, seperti Z-Score, Springate, dan Zmijewski
kepada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 2005-2009 yang membuat kesimpulan
berbeda antara tiga model prediksi, model Z-Score. Dengan model Zmijewski memberikan
kesimpulan yang kontradiktif. Beberapa penelitian sudah dilakukan sebelum penelitian kami
tentang prediksi kebangkrutan, namun kita harus mengetahui hasil dari tiga model tersebut
jika kita menggunakan model prediksi kebangkrutan ke perusahaan logam.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis data menggunakan Z-Score


Prediksi kebangkrutan dengan menggunakan pendekatan Z-Score untuk 11 perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek tersebut menyatakan bahwa hanya PT Alakasa Industrindo Tbk dan PT
Tembaga Mulia Semanan Tbk yang sebelumnya sehat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir,
namun PT Tembaga Mulia Semanan telah mengalami "Area abu-abu" pada 2009. PT
Alumindo Light Metal Industry Tbk mengalami kondisi buruk di tahun 2009 dan meningkat
2 tahun ke depan, namun kembali ke area yang berpotensi bangkrut pada 2012 dan 2013. PT
Betonjaya Manunggal Tbk sudah memiliki kondisi area grey sejak 2009 dan Terus
mengalami penurunan hingga 2013. PT Citra Tubindo Tbk, PT Indah Aluminium Industry
Tbk, Jakarta Kyoei Steel Works Tbk, PT Jaya Pari Steel Tbk, PT Lion Metal Works Tbk, dan
PT Pelangi Indah Canindo Tbk mengalami kondisi bangkrut selama 5 tahun berturut-turut
dari 2009 sampai 2013. PT Lionmesh Prima Tbk mengalami kondisi sedang dan ke bawah
yang juga tidak baik. Oleh karena itu, dengan menggunakan rumus Z-Score untuk
memprediksi default perusahaan manufaktur logam hanya diatesikan dua perusahaan sehat
selama 5 tahun terakhir.

4.2. Analisis Data menggunakan Springate


Model prediksi kebangkrutan Springate menyatakan bahwa semua perusahaan telah
mengalami masa yang sehat, namun hanya 6 perusahaan yang sehat selama 5 tahun berturut-
turut yaitu PT Alakasa Industrindo Tbk, PT Betonjaya Manunggal Tbk, PT Citra Tubindo
Tbk, PT Lion Metal Works Tbk, PT Lionmesh Prima Tbk, dan PT Tembaga Mulia Semanan
Tbk, sedangkan PT Jakarta Kyoie Steel Works Tbk dan PT Pelangi Indah Canindo Tbk terus
mengalami kondisi buruk dalam 5 tahun terakhir.

PT Alumindo Light Metal Industry Tbk mengalami kondisi bangkrut pada tahun 2009 namun
mengalami perbaikan sehingga kondisi membaik di tahun depan dan mengalami
kebangkrutan pada kondisi potensi kebangkrutan pada 2013. PT Indah Aluminium Industry
Tbk telah mengalami potensi kebangkrutan pada tahun 2009 dan 2011. Namun kondisi
membaik di tahun-tahun berikutnya sampai 2013. PT Jaya Pari Steel Tbk tidak pernah
mengalami kondisi buruk di tahun 2009 dan terus membaik hingga 4 tahun ke depan
perusahaan dalam kondisi sehat. Hasil perhitungan dengan menggunakan model yang
diindikasikan hanya PT Betonjaya Springate Semanan Manunggal Tbk dan PT Alakasa
Industrindo Tbk, yang memiliki hasil perhitungan yang sama dengan model Z-Score.
4.3. Analisis Data menggunakan Zmijewski
Perhitungan prediksi kebangkrutan menggunakan Zmijewski memberikan hasil lebih banyak
yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih mengarah pada perusahaan yang sehat
atau berpotensi bangkrut. Ini karena tidak ada skala pasti yang digunakan untuk
menyampaikan perusahaan yang sehat atau berpotensi bangkrut. Perhitungan Prednis
Bangkrut dengan menggunakan model Zmijewski tidak memiliki skala yang pasti dalam
menilai suatu perusahaan bila harus kondisi baik atau buruk, namun nilai X (nilai Zmijewski)
dapat dilihat sebagai hasil dari rata-rata perusahaan dalam jumlah negatif atau kecil. Angka,
artinya perusahaan bisa dikategorikan dalam kondisi baik.

4.4. Analisis Regresi Linier


Dalam model prediksi Z-Score, komponen dari rumus yang digunakan adalah: Aktiva lancar,
kewajiban lancar, jumlah aset, laba ditahan, jumlah aset, laba sebelum bunga dan pajak, nilai
pasar saham, nilai buku hutang, dan penjualan. Melalui regresi linier, dapat dilihat bahwa
nilai penjualan signifikansi 0,016 dengan nilai (tingkat signifikansi) sebesar 0,05 berarti
0,016 <0,05 atau signifikan berpengaruh terhadap nilai Z-Score, sedangkan aset lancar
memiliki sig 0,817, 0,268 Kewajiban lancar, jumlah aset sebesar 0,504, 0,649 laba ditahan,
laba sebelum bunga dan pajak 0,652, nilai pasar saham biasa dan preferensi 0,247, 0,328 dan
nilai buku hutang yang berarti bahwa semua nilai> 0,05 nilai (tingkat signifikansi) Atau
tidak berpengaruh signifikan terhadap perhitungan Z-Score (Tabel 1).

Model prediksi musim semi menggunakan angka modal kerja, total aset, laba sebelum bunga
dan pajak, laba sebelum pajak, kewajiban lancar, dan penjualan dalam perhitungan untuk
memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Melalui regresi linier, nilai modal kerja
memiliki signifikansi 0,437, 0,707 total aset, laba sebelum pajak 0,513, laba sebelum bunga
dan pajak 0,461, 0,969 kewajiban lancar, dan penjualan 0,969 yang berarti bahwa semua
nilai> 0,05 nilai (tingkat signifikansi ) Yang digunakan dalam menghitung nilai Springate
dengan SPSS Version 17 atau tidak berpengaruh signifikan. Tak satu pun dari komponen
perhitungan dalam perhitungan bangkrut perusahaan model Springate sangat berpengaruh
signifikan terhadap hasil perhitungan (Tabel 2).

Model prediksi Zmijewski juga memiliki formula yang menggunakan sejumlah komponen
yang berasal dari laporan keuangan, yaitu; Laba setelah pajak, jumlah aset, jumlah kewajiban,
aktiva lancar dan kewajiban lancar. Model perhitungan ini paling sederhana bila dilihat dari
komponen perhitungan perhitungan kebangkrutan yang dibandingkan dengan dua model
prediksi sebelumnya. Melalui regresi linier, dapat dilihat bahwa nilai aktiva lancar menjadi
signifikan 0,562 dengan nilai (tingkat signifikansi) sebesar 0,05 berarti 0,562> 0,05, atau
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai Zmijewski, sedangkan laba setelah pajak
memiliki sig 0,055, Total aset sebesar 0,002, total 0,000 hutang dan kewajiban lancar 0,000
yang berarti bahwa semua nilai ini <0,05 nilai (tingkat signifikansi) yang digunakan dalam
menghitung nilai Z-Score dengan SPSS Version 17 atau ada yang signifikan. Pengaruhnya
terhadap hasil perhitungan (Tabel 3).
4.5. Analisis Korelasi
Analisis korelasi sederhana dilakukan pada dua model untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara perhitungan model Z-Score dan perhitungan model Springate dengan
menggunakan SPSS Version 17 diperoleh tingkat korelasi antara model prediksi yang
menunjukkan hubungan antara 0.664 menunjukkan hubungan yang kuat antara keduanya.
Hubungan antara kedua prediksi ini searah karena jumlahnya adalah hubungan positif (Tabel
4). Analisis korelasi sederhana untuk model Z-Score dan Zmijewski dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara dua model prediksi kebangkrutan. Kesimpulannya adalah
bahwa hubungan variabel dependen sangat kuat dengan angka yang menunjukkan hubungan
antara keduanya di 0,769. Hubungan antara kedua prediksi ini searah karena hubungan positif
numberis (Tabel 5). Analisis korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dua prediksi kebangkrutan antara model Springate dan model Zmijewski yang
menghasilkan hubungan antara model prediksi Springate dan prediksi model Zmijewski yang
sangat rendah dengan angka 0.000 nomor link antara keduanya. Hubungan antara kedua
prediksi ini searah karena jumlahnya adalah hubungan positif (Tabel 6).
4.6. Pengujian Hipotesis
Kriteria penerimaan hipotesis adalah bahwa jika taritmetika ttabel atau taritmetika ttabel
dan tidak dapat diterima jika sebaliknya, probabilitas kesalahan 5% dan df 54. Hipotesis
pertama adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara analisis kebangkrutan model
Z-Score Dan Springate di perusahaan manufaktur. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai t
untuk model prediksi Z-Score dengan Springate adalah -0,155 dan nilai t tabel prediksi untuk
Z-Score dan Springate adalah 2.00488. Berdasarkan ketentuan hipotesis yang ada dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara model prediksi Z-Score
dengan model prediktif dalam menghitung kebangkrutan perusahaan manufaktur logam
Springate.

Hipotesis kedua adalah menguji apakah ada perbedaan signifikan antara model analitis
kebangkrutan Z-Score dan Zmijewski di perusahaan manufaktur.

Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa nilai t untuk model prediksi Z-Score dengan model prediksi
Zmijewski adalah 4.316 dan uji t menggunakan tabel untuk kedua model prediksi bernilai
2.00488 dengan probabilitas kesalahan 5% dan df 54, Untuk itu dapat dinyatakan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara model prediksi Z-Score dengan model prediksi Zmijewski
dalam menghitung prediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur logam.

Hipotesis ketiga adalah menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara analisis
kebangkrutan model Springate dan model Zmijewski di perusahaan manufaktur.

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai uji-t untuk perhitungan prediksi Springate dan
Zmijewski adalah 3.662 dan nilai t-test menggunakan tabel bernilai 2.00488 dengan
probabilitas kesalahan 5% dan 54 df, untuk itu Dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara Zmijewski dan model prediksi Springate dalam prediksi kebangkrutan
menghitung perusahaan manufaktur logam dan sejenisnya.
5. KESIMPULAN

Secara umum, manufaktur baja dan logam perusahaan seperti besi sebagian besar dalam
kesehatan yang baik meskipun kondisi naik turun tahun yang pasti. Namun, bila
menggunakan model prediksi Z-Score banyak perusahaan yang dinyatakan berpotensi
bangkrut, hal ini bisa terjadi karena perbedaan perhitungan skala pada masing-masing model.
Pendekatan Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur menunjukkan
bahwa hanya 16% dari 11 perusahaan selama 5 tahun terakhir yang dinyatakan sehat, 13%
jatuh ke wilayah abu-abu, dan 71% lainnya berpotensi dinyatakan bangkrut. Pendekatan
Springate menyatakan 73% perusahaan manufaktur sedang mengalami kondisi baik (sehat),
sedangkan 27% lainnya dinyatakan berpotensi bangkrut. Dimana pendekatan Zmijewski telah
menyimpulkan bahwa 89% perusahaan manufaktur yang disurvei selama 5 tahun terakhir
mengalami kondisi yang baik (sehat) dan 11% lainnya berpotensi dinyatakan bangkrut.
Kesimpulan dari ketiga model tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap
pendekatan Z-Score dengan Zmijewski dan Springate dengan Zmijewski, namun tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pendekatan Z-Score dengan Springate. Hasil Model Z-score
secara signifikan dipengaruhi oleh data penjualan perusahaan, dan dalam 5 tahun terakhir
dinyatakan bahwa hanya 2 perusahaan yang dinyatakan sehat. Model Springate tidak
memiliki komponen perhitungan yang mempengaruhi hasil prediksi secara signifikan, hasil
prediksi ini sama-sama dipengaruhi oleh masing-masing komponen penghitung prediksi.
Sedangkan untuk model prediksi ada empat komponen perhitungan Zmijewski yang secara
signifikan mempengaruhi hasil perhitungan prediksi, ada keuntungan setelah pajak, total aset,
total hutang dan hutang lancar, hal tersebut mengindikasikan adanya perubahan pada masing-
masing komponen tersebut akan mempengaruhi hasil prediksi. Secara signifikan.

Anda mungkin juga menyukai