12 Votes
Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan kerja.
Contohya adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang rawan terjadi
kebakaran, tidak mematuhi peraturan dan larangan K3, dan lain-lain. Tindakan ini bisa
berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Terjatuh
Tertimpa benda
Tertumbuk
Terjepit
Pengaruh suhu
Mesin
Alat angkut
Patah tulang
Dislokasi ( keseleo )
Amputasi
Luka di permukaan
Keracunan-keracunan mendadak
Pengaruh radiasi
Lain-lain
Kepala
Leher
Badan
Anggota atas
Anggota bawah
Banyak tempat
http://www.safetyshoe.com/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-terjadinya-kecelakaan-kerja/
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, yaitu unsafe condition
dan unsafe behavior. Unsafe Behavior merupakan perilaku dan kebiasaan yang mengarah
pada terjadinya kecelakaan kerja seperti tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan
penggunaan peralatan yang tidak standard sedangkan Unsafe Condition merupakan kondisi
tempat kerja yang tidak aman seperti terlalu gelap, panas dan gangguan-gangguan faktor fisik
lingkungan kerja lainnya. Faktor-faktor kecelakaan kerja tersebut dapat dieliminasi dengan
adanya komitmen perusahaan dalam menetapkan kebijakan dan peraturan K3 serta didukung
oleh kualitas SDM perusahaan dalam pelaksanaannya.
Sayangnya, masih sedikit perusahaan di Indonesia yang berkomitmen untuk melaksanakan
pedoman SMK3 dalam lingkungan kerjanya. Menurut catatan SPSI, baru sekitar 45% dari
total jumlah perusahaan di Indonesia (data Depnaker tahun 2002, perusahaan di bawah
pengawasannya sebanyak 176.713) yang memuat komitmen K3 dalam perjanjian kerja
bersamanya. Jika perusahaan sadar, komitmennya dalam melaksanakan kebijakan K3
sebenarnya dapat membantu mengurangi angka kecelakaan kerja di lingkungan kerja.
Dengan sadar dan berkomitmen, perusahaan akan melakukan berbagai upaya untuk
mewujudkan kondisi kerja yang aman dan sehat. Komitmen perusahaan yang rendah ini
diperburuk lagi dengan masih rendahnya kualitas SDM di Indonesia yang turut memberikan
point dalam kejadian kecelakaan kerja, data dari Badan Pusat Statistik tahun 2003
menunjukkan bahwa hanya 2.7% angkatan kerja di Indonesia yang mempunyai latar belakang
pendidikan perguruan tinggi dan 54.6% angkatan kerja hanya tamatan SD.
Usaha pemerhati K3 dunia untuk menurunkan angka kecelakaan kerja melalui suatu pedoman
terhadap pelaksanaan K3 telah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Awalnya adalah dengan
penerbitan suatu pendekatan sistem manajemen yaitu Health and Safety Management-
HS(G)65 yang dikembangkan oleh Health and Safety Executive Inggris yang diterbitkan
terakhir pada tahun 1977. Mei 1996 muncul standar pelaksanaan K3,BS 8800 (British
Standard 8800) yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi K3 melalui
penyediaan pedoman bagaimana manajemen K3 berintegrasi dengan manajemen dari aspek
bisnis yang lain. Hingga tahun 1999 muncul standar baru yaitu OHSAS 18001 yang
dikeluarkan sebagai spesifikasi dan didasarkan pada model yang sama dengan ISO 14001,
bersamaan dengan itu diterbitkan pula OHSAS 18002 sebagai pedoman pada penerapan
OHSAS 18001