Anda di halaman 1dari 40

B-11

2.3.2. Identifikasi masalah

1. Meningkatnya kejadian penyakit Hepatitis A yang banyak menimpa siswa SD dan SMP di Kota
Depok.
2. Dr. Yayat mengetahui bahwa Hepatitis A ditularkan ketubuh manusia melalui saluran pencernaan.
3. Dr. Yayat mengamati banyak potensi faktor risiko penularan hepatitis A.
4. Makanan dikantin sekolah yang tidak higienis, air minum yang tidak terjamin kebersihannya dan air
sungai yang tercemar oleh limbah pabrik.
5. Dr. Yayat belum mengetahui secara pasti angka kejadian dan faktor penyebab penularan yang harus
dibuktikan secara ilmiah.
2.3.3. Analisis masalah

Identifikasi Masalah No.1

1. Meningkatnya kejadian penyakit Hepatitis A yang banyak menimpa siswa SD dan SMP di Kota
Depok.
a. Mengapa Kota Depok diresahkan dengan meningkatnya kejadian penyakit Hepatitis A?
Jawab :
Karena penyakit hepatitis A menular dan merupakan penyakit yang berbahaya apabila tidak
segera di tindak lanjuti, maka dari itu warga depok takut tertular.

b. Apa yang dimaksud dengan Hepatitis A?


Jawab:
Radang/bengkak hati yang disebabkan oleh bakteri dan virus HAV

c. Apa gejala dari penyakit Hepatitis A?


Jawab :
Mual, muntah, demam, hilang nafsu makan, ikterus, diare, urin berwarna gelap.

Identifikasi Masalah No.2

2. Dr. Yayat mengetahui bahwa Hepatitis A ditularkan ketubuh manusia melalui saluran pencernaan.
a. Bagaimana mekanisme terjadinya Hepatitis A?
Jawab :
Dengan pemberian Vaksinasi
Mencuci tangan dengan baik
Tidak menggunakan alat makan yang sama dengan penderita.
b. Bagaimana tindakan pencegahan Hepatitis A?
Jawab :
Menghindari konsumsi makanan dan minuman yang tidak higeinis,
Menghindari menggunakan alat makan dan minum secara bersama-sama
Tidak menggunakan jarum suntik yang tidak steril.

c. Bagaimana cara penularan penyakit Hepatitis A?


Jawab :
Melalui makanan yang tidak higienis

1
B-11
Melalui minuman dan makanan yang telah terkontaminasi virus HAV

Identifikasi Masalah No.3

3. Dr. Yayat mengamati banyak potensi faktor risiko penularan hepatitis A.


a. Apa yang dimaksud dengan faktor risiko?
Jawab :
Faktor yang mungkin menyebabkan suatu efek atau penyakit.

b. Apa saja faktor risiko yang menyebabkan Hepatitis A?


Jawab :
Makanan dan minuman yang tidak higienis
Air sungai yang tercemar oleh limbah pabrik.

c. Bagaimana memastikan itu sebagai faktor risiko?


Jawab :
Dengan melakukan penelitian dan pengamatan

Identifikasi Masalah No.4


4. Makanan dikantin sekolah yang tidak higienis, air minum yang tidak terjamin kebersihannya dan air
sungai yang tercemar oleh limbah pabrik.
a. Apa tindakan selanjutnya untuk menangani 3 faktor tersebut?
Jawab :
Melakukan tindakan pada pedagang-pedagang yang menjual makanan yang tidak higienis
Melakukan penyuluhan untuk peningkatan kebersihan di kota Depok
Melaporkan pihak pabrik yang membuang limbah secara sembarangan.

b. Bagaimana cara memastikan tingkat kebersihan dari 3 faktor risiko tersebut?


Jawab :
Melakukan observasi langsung pada makanan yang dijual di kantin-kantin sekolah.
Mengambil sampel air minum dari kantin sekolah untuk diuji di laboratorium.

c. Bagaimana makanan yang tidak higienis dapat menimbulkan Hepatitis A?

Jawab :

Makanan yang tidak higienis mengandung mikroorganisme yang dapat mengakibatkan


perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, salah satunya virus HAV. Sehingga bahan
pangan tersebut tidak layak dikonsumsi,dan dapat menimbulkan penyakit hepatitis A.

d. Bagaimana air minum yang tidak terjamin kebersihannya dapat menyebabkan penyakit
Hepatitis A?
Jawab :

2
B-11
Air minum yang tidak higienis dapat mengandung virus HAV yang kemudian
dikonsumsi oleh manusia. Sehingga virus masuk kedalam tubuh dan menyebabkan penyakit
hepatitis A.

e. Bagaimana air sungai yang tercemar limbah pabrik dapat menyebabkan penyakit Hepatitis A?

Jawab :

Mikroba (seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus dan bakteri Vibrio
cholerae penyebab kolera, hepatitis A, dan virus penyebab polio). Tinja manusia mengandung
puluhan miliar mikroba yang menimbulkan berbagai penyakit pada manusia.

Identifikasi Masalah No.5

5. Dr. Yayat belum mengetahui secara pasti angka kejadian dan faktor penyebab penularan yang harus
dibuktikan secara ilmiah.
a. Apa yang dimaksud dengan angka kejadian?
Jawab :
Kasus baru penyakit tertentu yang dilaporkan pada periode waktu tertentu, tempat
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dimana penyakit tersebut berjangkit.

b. Bagaimana cara mengukur angka kejadian secara ilmiah?


Jawab :
Dilakukan dengan menghitung jumlah kasus per 1000 atau per 100.000 penduduk per
tahun. Angka ini bisa diberlakukan bagi umur tertentu, jenis kelamin tertentu atau karakteristik
spesifik dari penduduk. (lihat Angka morbiditas, Angka Prevalensi).

c. Jenis penelitian apa yang cocok dilakukan Dr.Yayat berkaitan dengan kasus pada skenario?
Jawab :
Jenis penelitian yang cocok dilakukan Dr. yayat adalah penelitian observasional dengan
desain cross sectional

d. Bagaimana membuktikan faktor-faktor yang menyebabkan penyakit secara ilmiah?


Jawab :
Melakukan tes laboratorium terhadap makanan dan minuman yang terdapat disekitar
lingkungan tempat terjadinya penyakit.

e. Apa saja langkah-langkah yang akan dilakukan Dr.Yayat dalam kasus ini?

Jawab :

I Judul Penelitian
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Penularan Penyakit Hepatitis A Di Kota Depok

3
B-11
II Latar Belakang Penelitian
penyakit hepatitis A sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia yang jumlah pasiennya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Hal ini
disebabkan karena masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang budaya hidup yang bersih
dan sehat, kondisi lingkungan pemukiman yang semakin padat, tingkat ekonomi yang rendah dan
budaya masyarakat kita yang sulit berubah.
Hepatitis termasuk salah satu penyakit berbahaya sehingga termasuk dalam 5 imunisasi yang
biayanya digratiskan oleh pemerintah. Virus hepatitis dapat menular dari satu orang ke orang lain
dengan cara penularan yang berbeda-beda salah satunya melalui makan dan minuman yang
terkontaminasi virus hepatitis A. Namun penyakit hepatitis A dapat dicegah penularannya dengan cara
menghindari konsumsi makanan dan minuman yang tidak higeinis, menghindari menggunakan alat
makan dan minum secara bersama-sama, kemudian tidak menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
Indonesia menempati peringkat ketiga dunia setelah Cina untuk jumlah penderita hepatitis
terbanyak, sekitar 13 juta penduduk Indonesia mengidap penyakit hepatitis A dan 4 juta penduduk
lainnya menderita hepatitis C.
Perkembangan virus hepatitis A di kota Depok akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.
Menurut data yang didapatkan peneliti dari Dinas Kesehatan Kota Depok, kejadian penyakit hepatitis A
mengalami peningkatan dan terus terjadi pada warga kota Depok terutama pada siswa SD dan SMP.
Oleh karena itulah, kami akan melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang
Menyebabkan Penularan Penyakit Hepatitis A Di Kota Depok.

III Perumusan Masalah


Dengan memperhatiakan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1 Apa saja faktor penyebab penyakit hepatitis A ?


2 Apakah terdapat hubungan antara air sungai yang tercemar dengan limbah dengan air limbah
dengan hepatitis A ?
3 Apakah terdapat hubungan antara makanan di kantin sekolah yang tidak higeinis dengan
Hepatitis A ?
4 Apakah terdapat hubungan air minum yang tidak terjamin kebersihan dengan hepatitis A ?

IV Tujuan Penelitian

a Tujuan Umum
1 Untuk mengetahui hubungan antara makanan dan minuman yang tidak higeinis dan air sungai
yang tercemar oleh limbang dengan peningkatan penyakit Hepatitis A di kota Depok

b Tujuan Khusus
1 Untuk mengetahui hubungan antara air sungai yang tercemar oleh limbah dengan hepatitis A

4
B-11
2 Untuk mengetahui hubungan antara makanan di kantin sekolah yang tidak higeinis dengan
Hepatitis A
3 Untuk mengetahui hubungan air minum yang tidak terjamin kebersihan dengan hepatitis A

c Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukkan dalam rangka menanggulangi
penularan hepatitis A dan meningkatkan upaya-upaya pencegahan hepatitis A khususnya di
wilayah kota Depok.

V TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hepatitis A adalah infeksi (iritasi dan pembengkakan) pada hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis A. (MedlinePlus Medical Encyclopedia Hepatitis)

B. PENYEBAB
Hepatitis A terjadi karena serangan virus yang diberi nama Virus Hepatitis A (HAV) yang
merupakan virus RNA positif.(Harrison, 2000, p.1638).

C. PATOGENESA
Virus Hepatitis A disebarkan melalui kotoran atau tinja penderita. Penyebarannya disebut
fecal-oral (tinja ke mulut) karena biasanya tangan secara tidak sengaja menyentuh benda bekas
terkena tinja (misal di kamar mandi) dan kemudian digunakan untuk makan, dapat juga melalui
tranfusi darah, alat-alat tidak steril, tempat tinggal yang sesak, kebersihan yang kurang, juga bisa
melalui kontak seksual dengan penderita. Virus yang masuk ke dalam tubuh juga dapat
menimbulkan penyakit Hepatitis. Kuman ini masuk ke dalam tubuh dengan perantara makanan atau
air yang tercemar. Di dalam saluran penceranakan kuman tersebut dapat berkembang biak dengan
cepat, kemudian diangkut melalui aliran darah ke dalam hati, dimana tinggal di dalam kapiler-
kapiler darah dan menyerang jaringan-jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan radang hati.
(Manjsoer A, 2000, p.525-528)

D. MANIFESTASI KLINIS
Umumnya Hepatitis Virus A menunjukkan gambaran klinis :
1 Masa Inkubasi : Berlangsung kurang lebih 28 hari
2 Masa Prodromal : 3-10 hari, rasa lesu/lemah badan, panas, mual sampai muntah, anoreksia,
nyeri perut sebelah kanan

5
B-11
3 Masa Ikterik : didahului urine berwarna coklat, sclera kuning, kemudian seluruh badan, puncak
ikterik dalam 1-2 minggu, hepatomegali ringan yang nyeri tekan
4 Masa Penyembuhan : ikterus berangsur berkurang dan hilang dalam 2-6 minggu,demikian pula
anorksia, lemas badan dan hepatomegali. Penyembuhan sempurna sebagian besar terjadi dalam
3-4 bulan (PDT Ilmu Penyakit Dalam divisi Gasteroenterologi-Hepatologi)

E. KOMPLIKASI
Komplikasi akibat Hepatitits A hampir tidak ada kecuali pada para lansia atau seseorang
yang memang sudah mengidap penyakit hati kronis atau sirosis.

F. PENATALAKSANAAN
Istirahat baring pada masa masih banyak keluhan, mobilisasi berangsur dimulai jika keluhan
atau gejala berkurang, bilirubin dan transaminase serum menurun. Aktifitas normal sehari-hari
dimulai setelah keluhan hilang dan data laboratorium normal.
Diit khusus tidak ada, yang penting adalah jumlah kalori dan protein adekuat, disesuaikan
dengan slera penderita, terkadang pemasukan nutrisi dan cairan kurang akibat mual dan muntah,
sehingga perlu ditunjang oleh nutrisi parenteral : infuse Dekstrose 10-20 %, 1500 kalori/hari.
Hingga sekarang belum ada pengobatan spesifik bagi hepatitis virus akut. Tidak ada indikasi
terapi kortikosteroid untuk hepatitis virus akut, penambahan vitamin dengan makanan tinggi
kalori protein diberikan pada penderita yang mengalami penurunan berat badan atau malnutrisi.
(PDT Ilmu Penyakit Dalam divisi Gasteroenterologi-Hepatologi).

G. PENCEGAHAN
1. Pencegahan Umum
Meliputi nasihat kepada pasien :
a Perbaikan higien makanan-minuman.
b Perbaikan higien sanitasi lingkungan dan pribadi.
c Isolasi pasien (anak dilarang ke sekolah atau penitipan anak sampai
b

2. Pencegahan Khusus
Dengan cara :
a Pasif dengan immunoglobulin normal manusia (NHIG : Normal Human Immune Globulin).
b Aktif dengan vaksin HAV yang diinaktifasi.

VI METODE PENELITIAN

A Jenis Penelitian

6
B-11
Jenis penelitian ini bersifat observasional yang menggambarkan pengetahuan, perilakuan
masyarakat, dan keadaan sanitasi serta upaya penanggulangan dinas kesehatan kota depok, terhadap
kejadian hepatitis A

B Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi adalah seluruh warga kota Depok dan sampelnya adalah siswa SD dan SMP kota
depok kisaran umur 8 -15 tahun.

C Cara pengambilan sampel


Sampel di ambil secara simple random sampling, yaitu cara mengundi anggota populasi atau
tehnik lotre sehingga setiap unit mempunyai peluang yang sama untuk dipilih. Terlebih dahulu
nama-nama siswa SD dan SMP disusun dalam daftar kemudian dilakukan pengundian dengan cara
menuliskan no daftar ke secarik kertas yang kemudian dimasukkan kedalam suatu wadah dan
dilakukan pengocokan sampai keluar sejumlah gulungan kertas sesuai jumlah sampel yang
diinginkan. Nomor-nomor ynag terpilihih inilah yang menjadi sampel untuk pengambilan data.

D Waktu dan tempat penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan desember 2011, di kota depok. Penelitian dilakukan di kota
Depok karena didapatkan peningkatan jumlah penderita hepatitis A dalam kurun waktu tertentu.

E Pengumpulan, Pengolahan, dan analisis data


1 Pengumpulan Data
a Data Primer
Dikumpulkan dengan tehnik wawancara dengan menggunakan acuan kuisioner dan
observasi langsung dengan responden.
b Data Sekunder
Data diambil dari Dinas Kesehatan kota depok
2 Pengolahan Data
a Data mentah terkumpul
b Pengeditan
3 Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan melakukan observasi dan penqgukuran variable-variabel
yang merupakan factor risiko dan efek sekaligus pada saat yang sama menurut status keadaan
variabel pada saat itu

4 Variabel Penelitian
- Variable bebas (independen) :
Risiko : Air sungai tercemar oleh air limbah
Makanan dikantin sekolah yang tidak higeinis
Air minum yang tidak terjamin kebersihannya
- Variable Terikat (dependen)
Efek : Hepatitis A

VII Hipotesis

7
B-11
Makanan dan minuman yang tidak higeinis dan pencemaran air sungai oleh limbah
dapat menyebabkan penyakit hepatitis A.

f. Bagaimana etika penelitian yang harus dilakukan?

Jawab :
Salah satunya mengenai etika permintaan informed consent pada subjek penelitian,yang
terdiri dari:
a. penjelasan manfaat penelitian
b. penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan
c. penjelasan manfaat yang akan didapatkan
d. persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan
dengan prosedur penelitian
e. persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja
f. jaminan anonimitas dan kerahasiaan.

g. Apa metode penelitian yang cocok dilakukan Dr.yayat ?

Jawab :

Metode yang cocok dilakukan Dr.yayat adalah metode penelitian cross-sectional.

h. Langkah-langkah apa yang haarus dilakukan Dr.Yayat untuk mengembangkan gagasan


penelitian?
Jawab :
Meninjau kebijakan otoritas
Mencermati isu dilingkungan
Diskusi
Brainstorming
Intuisi
Mengamati
Mendengar pendapat ahli
Membaca
Memetik pengalaman

8
B-11

2.3.4. Kerangka Konsep


Makanan
Air sungai Peningkatan penyakit tidak
tercemar limbah Hepatitis A di Kota Higienis
pabrik Depok
Air
minum
tidak
Dr. Yayat yang Kadinkes meminta bersih
bertanggung laporan segera untuk
jawab Walikota Depok

Mencari faktor
resiko dan angka
kejadian Keterbatasan
waktu

Melakukan Study cross-


penelitian secara sectional
observasiona;

Pengumpul Penarikan Penulisa


Hipotesis
an data kesimpulan n
laporan

2.3.5. Hipotesis

9
B-11
Penelitian yang sesuai untuk memastikan faktor resiko penyakit Hepatitis A pada kasus ini adalah study
cross sectional.

2.3.6. Keterbatasan Ilmu

How I
Pokok What I What I have
No. What I know will
Bahasan Dont Know to prove
learn

1. Hepatitis A Penyebab, Mekanisme Mekanisme PDF,


pencegahan penyebaran penyebaran text
hepatitis hepatitis book
dan
internet
2. Langkah- Sistematika Pemahaman Penggambaran PDF
langkah penelitian melalui tabel dan
penelitian internet

3. Jenis-jenis Macam-macam Cara Membuat PDF


penelitian jenis penelitian melakukan laporan dan text
penelitian penelitian yang book
baik

4. Design Macam-macam Pemahaman Cara Text


penelitian desain mendalam menentukan book
penelitian desain dan
penelitian internet

5. Pengemba Pengertian Cara Mengembangk PDF


ngan mengembang an gagasan dan text
gagasan kan gagasan penelitian book
penelitian penelitian

10
B-11
yang baik

6. Etika Pengertian etika Etika Menerapkan PDF,


penelitian penelitian penelitian etika yang baik dan text
yang baik dalam setiap book
penelitian

7. Makanan Ciri-ciri Kandungan Cara Internet


& makanan yang makanan membedakan dan text
minuman tidak higienis yang tidak makanan yang book
tidak higienis higienis dan
higienis tidak higienis

8. Air limbah Ciri-ciri air Cara menguji PDF,


limbah air limbah dan text
Kandungan
yang tercemar. book
air limbah

2.3.7. Learning Issue


1 Hepatitis A
2 Langkah-langkah penelitian
3 Jenis-jenis penelitian
4 Desain penelitian
5 Pengembangan gagasan penelitian
6 Etika penelitian
7 Makanan dan minuman yang tidak higienis
8 Air limbah

2.4. Sintesis

1. Hepatitis A
Hepatitis A adalah peradangan (iritasi dan pembengkakan) dari hati dari virus hepatitis A. Virus
Hepatitis A kebanyakan ditemukan dalam tinja dan darah orang yang terinfeksi sekitar 15 - 45 hari
sebelum gejala terjadi dan selama minggu pertama sakit.
Hepatitis A adalah penyakit menular akut dari hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A
(Hepatitis A), suatu virus RNA, biasanya menyebar rute fekal-oral; ditularkan dari orang ke -orang
dengan konsumsi makanan yang terkontaminasi atau air atau melalui kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi. Puluhan juta orang diperkirakan di seluruh dunia untuk menjadi terinfeksi dengan
Hepatitis A setiap tahun. Waktu antara infeksi dan munculnya gejala-gejala (periode inkubasi) adalah
antara dua dan enam minggu dan rata-rata masa inkubasi adalah 28 hari.

11
B-11
Di negara berkembang, dan di daerah dengan standar higiene yang buruk, kejadian infeksi virus
ini adalah tinggi dan penyakit biasanya dikontrak pada anak usia dini. Sebagai kenaikan pendapatan
dan akses untuk membersihkan air meningkat, insiden HAV menurun. Hepatitis A menyebabkan infeksi
ada tanda-tanda dan gejala klinis pada lebih dari 90% anak yang terinfeksi dan karena infeksi
menganugerahkan kekebalan seumur hidup, penyakit ini tidak ada makna khususuntuk mereka yang
terinfeksi awal kehidupan. Di Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara industri lainnya, di sisi lain,
infeksi dikontrak terutama oleh orang dewasa muda yang rentan, kebanyakan dari mereka terinfeksi
dengan virus selama perjalanan ke negara-negara dengan kejadian penyakit yang tinggi atau
melalui kontak dengan orang menular.
Infeksi HAV menghasilkan penyakit self-terbatas yang tidak mengakibatkan infeksi kronis atau
penyakit hati kronis. Namun, 10-15% dari pasien mungkin mengalami gejala kekambuhan selama 6
bulan setelah penyakit akut. Gagal hati akut dari hepatitis A jarang terjadi (secara keseluruhan tingkat
fatalitas kasus: 0,5%). Risiko untuk infeksi simtomatik secara langsung berkaitan dengan usia, dengan>
80% orang dewasa mengalami gejala kompatibel dengan hepatitis virus akut dan mayoritas anak-anak
memiliki salah infeksi asimtomatik atau tidak dikenal. Antibodi dihasilkan sebagai respons terhadap
infeksi HAV. Berlangsung selama hidup dan memberikan perlindungan terhadap reinfeksi. Penyakit ini
dapat dicegah dengan vaksinasi, vaksin hepatitis A dan telah terbukti efektif dalam mengendalikan
wabah di seluruh dunia.
Anda dapat terkena hepatitis A jika:
Anda makan atau minum makanan atau air yang telah terkontaminasi oleh tinja (feses) yang
mengandung virus hepatitis A (buah, sayur, kerang, es, dan air adalah sumber umum dari virus
hepatitis A.
Anda datang di kontak dengan tinja atau darah orang yang saat ini memiliki penyakit
Seseorang dengan hepatitis A tidak mencuci tangan-nya dengan benar setelah pergi ke kamar
mandi dan menyentuh benda-benda atau makanan lain
Anda berpartisipasi dalam praktek-praktek seksual yang melibatkan kontak oral-anal
Faktor risiko meliputi:
Perjalanan Internasional, terutama ke Asia atau Selatan atau Amerika Tengah
Penggunaan obat IV
Tinggal di rumah jompo atau pusat rehabilitasi
Bekerja dalam perawatan kesehatan, makanan, atau industri limbah
Gejala: Gejala biasanya akan muncul 2 - 6 minggu setelah terkena virus hepatitis A. Biasanya
gejalanya ringan, tetapi dapat berlangsung sampai beberapa bulan, terutama pada orang dewasa.
Gejala meliputi:
Urin berwarna gelap
Kelelahan
Gatal
Kehilangan nafsu makan
Demam rendah

12
B-11
Mual dan muntah
Tinja berwarna pucat
Kuning kulit (jaundice)

Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A. Istirahat dianjurkan ketika gejala yang paling
parah. Orang dengan hepatitis akut harus menghindari alkohol dan zat-zat yang beracun ke
includingacetaminophen, hati (Tylenol). Makanan berlemak dapat menyebabkan muntah, karena zat
dari hati diperlukan untuk mencerna lemak. Makanan berlemak sebaiknya dihindari selama fase akut.

Setelah menelan, HAV memasuki aliran darah melalui epitel orofaring atau usus. Darah yang
membawa virus untuk target, hati, di mana ia mengalikan dalam hepatosit dan sel-sel Kupfer
(makrofag hati). Virion disekresikan ke dalam empedu dan dirilis dalam tinja. HAV diekskresi dalam
jumlah besar sekitar 11 hari sebelum munculnya gejala atau anti-HAV IgM antibodi dalam
darah. Masa inkubasi adalah 15-50 hari dan mortalitas kurang dari 0,5%. Dalam hepatosit hati genom
RNA dilepaskan dari mantel protein dan diterjemahkan oleh ribosom sel sendiri. Tidak seperti
anggota lain dari picornavirus virus ini membutuhkan eukariota utuh memulai 4G faktor (eIF4G)
untuk inisiasi penerjemahan. Persyaratan untuk hasil faktor ketidakmampuan untuk menutup tuan
sintesis protein seperti picornavirus lain. Virus ini kemudian harus efisien bersaing untuk mesin
translasi seluler yang dapat menjelaskan pertumbuhan yang buruk dalam kultur sel. Agaknya untuk
alasan ini virus telah mengadopsi penggunaan strategis kodon alami yang sangat deoptimized
sehubungan dengan bahwa host selular. Tepatnya bagaimana strategi ini bekerja tidak cukup jelas
belum.

Tidak ada sitotoksisitas virus dimediasi jelas mungkin karena kebutuhan sendiri virus untuk
utuh dan patologi hati kemungkinan dimediasi imun.

Virus Hepatitis (HAV) adalah sebuah picornavirus, itu adalah non-menyelimuti dan berisi
beruntai tunggal RNApackaged di shell protein Hanya ada satu serotipe virus, tetapi ada beberapa
genotipe menggunakan Kodon dalam.. genom bias dan luar biasa yang berbeda dari inangnya. Ini
juga memiliki situs entri miskin internal yang ribosom. Di wilayah yang kode untuk kapsid HAV ada
sangat kekal kelompok kodon langka yang membatasi variabilitas antigenik.

Virus menyebar melalui rute fekal-oral dan infeksi sering terjadi dalam kondisi sanitasi yang
buruk dan kepadatan penduduk.Hepatitis A dapat ditularkan melalui rute parenteral tetapi sangat
jarang oleh darah dan produk darah. Food-borne wabah yang tidak biasa, dan konsumsi ofshellfish
dibudidayakan di air tercemar dikaitkan dengan risiko tinggi infeksi. Sekitar 40% dari semua virus
hepatitis akut disebabkan oleh HAV. individu yang terinfeksi menular sebelum onset gejala, kira-kira

13
B-11
10 hari setelah infeksi. Virus ini tahan terhadap deterjen, asam (pH 1), pelarut (misalnya, eter,
kloroform), pengeringan, dan suhu sampai 60 C. Hal ini dapat bertahan selama berbulan-bulan di air
segar dan garam. Wabah common-source (misalnya, air, restoran) yang khas. Infeksi sering terjadi
pada anak di negara berkembang, mencapai 100 kejadian%, namun setelah infeksi ada kekebalan
seumur hidup. HAV dapat dilemahkan oleh: pengobatan klorin (air minum), formalin (0,35%, 37 C,
72 jam), asam perasetat (2%, 4 jam), beta-propiolactone (0,25%, 1 jam), dan radiasi UV (2
W/cm2/min).

Meskipun HAV diekskresi dalam tinja menjelang akhir masa inkubasi, diagnosis spesifik dibuat
oleh deteksi HAV IgM antibodi spesifik dalam darah antibodi IgM hanya hadir dalam darah menyusul
infeksi hepatitis akut A.. Hal ini terdeteksi dari satu sampai dua minggu setelah infeksi awal dan
berlangsung sampai 14 minggu. Kehadiran antibodi IgG dalam darah berarti bahwa tahap akut
penyakit ini masa lalu dan orang tersebut kebal terhadap infeksi lebih lanjut. IgG antibodi terhadap
HAV juga ditemukan dalam darah berikut vaksinasi dan tes untuk kekebalan terhadap virus
didasarkan pada deteksi antibodi ini.

Selama tahap akut infeksi, alanin transferase enzim hati (ALT) hadir dalam darah pada tingkat
yang jauh lebih tinggi daripada normal. Enzim berasal dari sel-sel hati yang telah rusak oleh virus.

Virus hepatitis A hadir dalam darah, (viral load), dan kotoran orang yang terinfeksi sampai dua
minggu sebelum penyakit klinis berkembang.

Pencegahan:
Untuk informasi tentang vaksin, sifat-sifatnya, dan aplikasinya, lihat vaksin hepatitis A.
Hepatitis A dapat dicegah dengan vaksinasi, kebersihan dan sanitasi.
Vaksin ini melindungi terhadap HAV lebih dari 95% kasus selama lebih dari 20 tahun. Ini
berisi dilemahkan Sebuah virus hepatitis memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi masa depan
Vaksin pertama bertahap pada tahun 1996 untuk anak-anak di daerah berisiko tinggi, dan pada
tahun 1999 hal ini menyebar ke daerah dengan tingkat infeksi mengangkat. Vaksin diberikan
dengan suntikan. Dosis awal memberikan perlindungan mulai 2-4 minggu setelah vaksinasi, dosis
penguat kedua, diberikan enam sampai dua belas bulan kemudian, memberikan perlindungan
selama lebih dari dua puluh tahun.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A. Penderita disarankan untuk istirahat,
hindari makanan berlemak dan alkohol (ini mungkin buruk ditoleransi selama beberapa bulan

14
B-11
tambahan selama fase pemulihan dan menyebabkan kambuh kecil), makan diet seimbang, dan tetap
terhidrasi.

2. Langkah-Langkah Penelitian

Serangkaian proses penelitian dimana peneliti menghadapi suatu masalah dan berupaya
memecahkan masalah tersebut sampai pada pengambilan kesimpulan apakah hasil penelitian itu dapat
memecahkan masalah atau tidak. Langkah penelitian ini sangat terkait satu dengan yang lain dan
sistematis sehingga diperoleh hasil penelitian yang baik.

Langkah-langkah penelitiannya:

1. Topik
2. Latar belakang
a. Uraikan masalah dan prevalensi
b. Apa dampak dan solusi
c. Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah
d. Penjelasan perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang terdahulu dan
berikan alasan penelitian.
3. Identifikasi, pemilihan dan rumusan masalah
4. Tentukan tujuan dan manfaat penelitian
5. Studi pustaka
6. Rumusan hipotesis
7. Identifikasi variabel dan tata penelitian
8. Pemilihan alat dan pemilihan data
9. Perancangan pengobatan data
10. Penentuan sampling
11. Pengumpulan data
12. Pengelolahan analisis data
13. Penarikan kesimpulan
14. Penyusunan laporan penelitian

Jadi, dalam kasus ini dr.yayat harus melakukan penelitian sesuai dengan langkah-langkah
penelitian agar penelitian tersebut berjalan dengan baik dan benar.

3. Jenis-Jenis Penelitian
Jenis-jenis penelitian yaitu:
Penelitian dapat digolongkan atau dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu, antara lain berdasarkan:
1. Tujuan;
2. Pendekatan;
3. Tempat;

15
B-11
4. Pemakaian atau hasil / alasan yang diperoleh;
5. Bidang ilmu yang diteliti;
6. Taraf Penelitian;
7. Teknik yang digunakan;
8. Keilmiahan;
9. Spesialisasi bidang (ilmu) garapan;
Juga ada Pembagian secara umum:

Berdasarkan hasil / alasan yang diperoleh :


1. Basic Research (Penelitian Dasar): mempunyai alasan intelektual, dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan;
2. Applied Reseach (Penelitian Terapan) : mempunyai alasan praktis, keinginan untuk
mengetahui; bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien.
Berdasarkan Bidang yang diteliti:
1. Penelitian Sosial: Secara khusus meneliti bidang sosial : ekonomi, pendidikan, hukum
dsb;

2. Penelitian Eksakta: Secara khusus meneliti bidang eksakta : Kimia, Fisika, Teknik; dsb;

Berdasarkan Tempat Penelitian :


1. Field Research (Penelitian Lapangan / Kancah): langsung di lapangan;
2. Library Research (Penelitian Kepustakaan) : Dilaksanakan dengan menggunakan literatur
(kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;
3. Laboratory Research (Penelitian Laboratorium) : dilaksanakan pada tempat tertentu / lab ,
biasanya bersifat eksperimen atau percobaan;

Berdasarkan Teknik yang digunakan :


1. Survey Research (Penelitian Survei) : Tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan
khusus) terhadap variabel yang diteliti:
2. Experimen Research (Penelitian Percobaan) : dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus)
terhadap variabel yang diteliti;
Berdasarkan Keilmiahan :
1. Penelitian Ilmiah : Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran,
menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian
ilmiah atau meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar atau tinggi-rendahnya mutu
ilmiah suatu penelitian yaitu :

16
B-11
a. Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti:
b. Kemampuan untuk meramalkan : sampai dimana kesimpulan yang sama dapat
dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat / waktu lain;
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah :

a) Purposiveness : fokus tujuan yang jelas;


b) Rigor : teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;
c) Testibility : prosedur pengujian hipotesis jelas
d) Replicability : Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
e) Objectivity : Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
f) Generalizability :Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
g) Precision : Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat
dilihat;
h) Parsimony : Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
2. Penelitian non ilmiah : Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah.
Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen,
Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana,
Tatanegara, Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman),
Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll;
Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian,
yangd itatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu,
sekarang, akan datang. Penelitian yangd ilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel
masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan /
menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian
eksperimen.
Penelitian secara umum :
Penelitian Survei:
Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb;
Melakukan evaluasi serta perbandinagn terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam
menangani hal yang serupa;
Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara sampel;
Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;
Penelitian ini dapat berupa :
a. Penelitian Exploratif (Penjajagan): Terbuka, mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang
masalah yang diteliti masih terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya :
Apakah yang paling mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam

17
B-11
lima tahun terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan
jembatan yang baik?
b. Penelitian Deskriptif : Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang
berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena
dalam masyarakat. Peneliti menegmbangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak
menguji hipotesis;
c. Penelitian Evaluasi : mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan
sebelumnya. Evaluasi disini mencakup formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan
program), Sumatif (dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian
tujuan);
d. Penelitian Eksplanasi (Penjelasan) : menggunakan data yang sama, menjelaskan
hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis;
e. Penelitian Prediksi : Meramalkan fenomena atau keadaan tertentu;
f. Penelitian Pengembangan Sosial : Dikembangkan berdasarkan survei yang dilakukan
secara berkala: Misal : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003;
Grounded Research : Mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan analisis
perbandingan; bertujuan mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan
teori, mengembangkan teori; pengumpulan dan analisis data dalam waktu yang bersamaan.
Dalam riset ini data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data. Ciri-cirinya : Data
merupakan sumber teori dan sumber hipotesis, Teori menerangkan data setelah data diurai.
Studi Kasus : Mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari
unit yang menjadi subjek; tujuannya memberikan gambaran secara detail tentang latar
belakang, sifat, karakteristik yang khas dari kasus, yang kemudian dijadikan suatu hal yang
bersifat umum. Hasilnya merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal. Ruang
lingkupnya bisa bagian / segmen, atau keseluruhan siklus /aspek. Penelitian ini lebih ditekankan
kepada pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil.
Penelitian Eksperimen : Dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian
serta diadakan kontrol terhadap variabel tertentu; Untuk pengujian hipotesis tertentu;
dimaksudkan untuk mengetahui hubungan hubungan sebab - akibat variabel penelitian; Konsep
dan varaiabelnya harus jelas, pengukuran cermat. Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki ada
tidaknya hubungan sebab-akibat serta berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara
memberikan perlakukan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menjediakan
kontrol untuk perbandingan.

18
B-11
Table penggolongan jenis penelitian
No. Penggolongan Menurut Jenis/Ragam Penelitian
1. Tujuan a.Eksplorasi;
b. Pengembangan;
c. Verifikasi
2. Pendekatan a.
Lon
g
i
t
u
d
i
n
a
l
;
b.
Cro
s
s
-
s
e
c
t
i
o
n
a
l
;
c.
Kua
n

19
B-11
t
i
t
a
t
i
f
;
d.
Sur
v
e
i
;
e.
Ass
e
s
s
m
e
n
t
;
f.
Eva
l
u
a
s
i
;
g.
Act

20
B-11
i
o
n

R
e
s
e
a
r
c
h
;
3. Tempat a. Library;
b. Laboratorium
c. Field
4. Pemakaian a. Pure;
b. Applied
5. Bidang Ilmu a. Pendidikan ;
b. Agama;
c. Manajemen;
d. Komunikasi;
e. Administrasi;
f. Keteknikan;
g. Bahasa;
h. Hukum;
i. Sejarah;
j. Antropologi;
k. Sosiologi;
l. Filsafat;
6. Taraf Penelitian a. Deskriftif;
b. Eksplanasi

21
B-11
7. Saat terjadinya variable a. Historis;
b. Ekspos-Fakto;
c. Eksperimen

Jadi, jenis penelitian yang dapat dilakukan oleh dr.yayat dari skenario ini adalah jenis penelitian
observasional karena dr.yayat ingin mengetahui faktor resiko penyebab terjadinya penyakit Hepatitis A
di Kota Depok.

4. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga
dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian dengan
sahih, obyektif, akurat, serta hemat.

Desain penelitian terbagi menjadi dua, yakni Observasional dan Intervensional.

1. Observasional

a. Laporan kasus

b. Seri kasus

c. Studi cross-sectional termasuk survey

d. Studi kasus control

e. Studi kohort

f. Meta-analisi

2. Intervensional

a. Uji Klinis

b. Intervensi

Desain yang dapat digunakan oleh dr.Yayat dalam kasus ini adalah desain penelitian
observasional yakni studi cross-sectional (potong lintang).

Macam-macam metode penelitian:

22
B-11
1. Penelitian Studi Case Control
Pada studi kasus case control, observasi atau pengukuran variabel bebas dan variabel
tergantung tidak dilakukan pada saat yang sama. Peneliti melakukan pengukuran variabel
tergantung, yakni efek, sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif; karena itu studi case
control disebut sebagai studi longitudinal, artinya subyek tidak hanya diobservasi pada satu saat
tetapi diikuti selama periode yang ditentukan.

Seperti telah disebutkan, pada studi case control dilakukan identifikasi subyek (kasus) yang
telah terkena penyakit (efek), kemudian ditelusur secara retrospektif ada atau tidaknya faktor risiko
yang diduga berperan. Untuk kontrol harus dipilih subyek dari populasi dengan karakteristik yang
sama dengan kasus; bedanya kelompok kontrol ini tidak menderita penyakit atau kelainan yang
diteliti. Pemilihan subyek kontrol ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan cara serasi
(matching) atau tanpa matching.

Seperti pada studi cross sectional, hasil pengukuran pada studi case control dalam tabel 2 x
2. Hubungan sebab akibat antara faktor risiko dan efek diperoleh secara tidak langsung, yakni
dengan menghitung risiko relatif, yang dalam studi case control dinyatakan sebagai rasio odds
(odds ratio). Odds adalah perbandingan antara peluang (probabilitas) untuk terjadinya efek
dinyatakan dengan P, maka odds adalah P/(1-P). Sebagai contoh, bila peluang atau kemungkinan
Muhammad Ali untuk menang melawan Joe Frazier adalah 75%, maka odds Ali untuk menang
adalah = 75% : 25% = 3.

Rasio odds menunujukkan berapa besar peran faktor risiko yang diteliti terhadap terjadinya
penyakit (efek), jadi serupa dengan rasio prevalens pada studi cross sectional atau risiko relatif pada
studi kohort. Nilai rasio odds = 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti ternyata bukan
merupakan risiko untuk terjadinya efek. Rasio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa benar
faktor yang diteliti merupakan faktor risiko, sedangkan rasio yang kurang dari 1 menunjukkan
bahwa faktor tersebut merupakan faktor protektif untuk terjadinya efek. Nilai rasio odds ini harus
disertai interval kepercayaannya.

2. Penelitian Studi Kohort


Pada penelitian kohort yang diidentifikasi lebih dahulu adalah kausa atau faktor risikonya,
kemudian sekelompok subyek (yang disebut kohort) diikuti secara prospektif selama periode
tertentu untuk menentukan terjadi atau tidaknya efek. Pada penelitian kohort murni, yang diamati
adalah subyek yang belum mengalami pejanan faktor risiko yang dipelajari serta belum mengalami
efek.

23
B-11
Sebagian subyek secara alamiah akan mengalami pajanan terhadap faktor risiko tertentu,
sebagian lainnya tidak. Subyek yang terpajan faktor risiko akan menjadi kelompok yang diteliti
sedangkan yang lainnya menjadi kelompok kontrol. Kedua kelompok kemudian akan diikuti selama
masa tertentu untuk kemudian ditentukan apakah telah terjadi efek atau penyakit yang diteliti.
Hasil studi kohort disusun dalam tabel 2 x 2 dan dapat ditentukan insidens terjadinya efek
pada kelompok terpajan dan kelompok kontrol. Selanjutnya dapat dihitung risiko relatif, atau risiko
insidens, yakni perbandingan antara insidens efek pada kelompok dengan faktor risiko dengan
insidens efek pada kelompok tanpa faktor risiko.Risiko relatif menunjukkan besarnya peran faktor
risiko terhadap terjadinya penyakit; bila risiko relatif = 1 maka faktor yang diteliti bukanlah
merupakan faktor risiko, nilai yang lebih daripada 1 menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakan
risiko, sedangkan nilai yang kurang dari 1 menunujukkan bahwa faktor yang diteliti tersebut
bersifat protektif.
Selain studi kohort protektif, ada pula studi kohort retrospektif. Pada desain ini peneliti
mengidentifikasi faktor risiko dan efek pada kohort yang terjadi di masa lalu. Analisis yang
digunakan sama dengan pada studi kohort prospektif. Kesahihan hasil studi ini bergantung pada
kualitas data pada rekam medis atau sumber data lain. Baik faktor risiko maupun efek yang diteliti
harus didefinisikan dengan jelas. Salah satu kelemahannya adalah terdapat kemungkinan bahwa
pelbagai pengukuran yang dilakukan pada masa lampau tidak memenuhi standar, karena data yang
ada adalah data pelayanan, dan data penelitian.

3. Penelitian Cross Setional


Peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Dengan
demikian maka pada studi cross-sectional peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap
pengukuran yang dilakukan. Desain cross sectional sering digunakan baik dalam studi klinis dan
lapangan; desain ini dapat digunakan pada penelitian deskriptif maupun analitik.
Contoh penelitian cross sectional deskriptif :
Presentase bayi yang mendapat ASI eksklusif di komunitas
Prevalens obesitas pada mahasiswa di Jakarta
Indeks tuberkulin pada anak
Contoh penelitian cross sectional analitik :
Beda proporsi pemberian ASI eksklusif pada pelbagai tingkat pendidikan ibu
Beda kadar kolesterol dokter anak dan dokter bedah
Beda prevalens penyakit tertentu antara siswa lelaki dan perempuan
Peran pelbagai faktor risiko dalam terjadinya penyakit tertentu

Dalam studi analitik cross sectional yang mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan
penyakit (efek), pengukuran terhadap variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek)
hanya dilakukan sekali dalam waktu yang bersamaan. Dari pengukuran tersebut maka dapat

24
B-11
diketahui jumlah subyek yang mengalami efek, baik pada kelompok subyek yang faktor risiko,
maupun pada kelompok tanpa faktor risiko.

Hasil pengukuran biasanya disusun pada tabel 2 x 2; dari tabel dapat dilihat prevalens
penyakit (efek) pada kelompok dengan atau tanpa faktor risiko, kemudian dapat dihitung rasio
prevalens, yakni perbandingan antara prevalens efek pada kelompok subyek yang memiliki faktor
risiko dengan prevalens efek pada kelompok subyek tanpa faktor risiko.

Rasio prevalens memberikan gambaran peran faktor risiko terhadap terjadinya efek atau
penyakit. Bila rasio prevalens sama dengan 1, artinya prevalens penyakit pada subyek dengan
faktor A sama dengan prevalens pada subyek tanpa faktor A, maka faktor tersebut bukanlah faktor
risiko. Bilai nilai rasio prevalens lebih dari 1 berarti faktor A tersebut merupakan faktor risiko, dan
nilai yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakan faktor protektif (mencegah
terjadinya efek).

Jadi, desain penelitian yang dapat digunakan oleh dr. yayat dalam kasus ini adalah desain
penelitian studi cross-sectional karena studi cross-sectional tidak memakan waktu yang lama mengingat
Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok meminta laporan dengan segara.

5. Pengembangan Gagasan Penelitian

Gagasan penelitian adalah hal yang mendasari suatu penelitian. Hal yang paling penting dari
penelitian. Cara menemukan ide atau gagasan awal atau topik atau masalah adalah sebagai berikut :

Meninjau kebijakan otoritas


Mencermati isu dilingkungan
Diskusi
Brainstorming
Intuisi
Mengamati
Mendengar pendapat ahli
Membaca
Memetik pengalaman

Cara mengembangkan ide atau gagasan penelitian yaitu :

1. Mencatat gagasan awal


2. Melakukan pengembangan dengan rumus Ta kutiru Ko. (Ta = tambah, ku = kurang, ti = ganti, ru =
rubah, ko = kombinasi

25
B-11
3. Menyeleksi gagasan-gagasan

Kriteria untuk menyeleksi gagasan penelitian yaitu :

1. Orisinil
2. Inovatif
3. Pragmatis, bermanfaat pada kehidupan praktis
Meningkatkan income
Menghemat energi
Memperoleh energi alternatif
Pelestarian lingkungan
Meningkatkan produksi
Meningkatkan kesehatan
Memperoleh bahan baru

4. Manageable
Waktu
Tenaga
Biaya
Pengetahuan
Sumber

Jadi, dr. yayat sebelum melakukan penelitian sebaiknya ia harus memperhatikan cara yang tepat
untuk mengembangkan gagasan penelitian seperti cara-cara yang di atas agar penelitian yang dilakukan
dapat membuahkan hasil yang baik dan maksimal.

6. Etika Penelitian

Kode etik penelitian kedokteran, yang diberi nama Nuremberg Code, pada awalnya dibentuk
sebagai akibat dari berbagai percobaan tidak berperikemanusiaan oleh para dokter NAZI terhadap para
tahanan Perang Dunia II. Salah satu yang penting dalam kode tersebut adalah keharusan adanya
persetujuan informed consent dari orang sebagai subyek penelitian. Pada tahun 1964, World Medical
Association dalam sidangnya yang ke 18 telah mengeluarkan peraturan-peraturan yang dituangkan ke
dalam Deklarasi Helsinki I. Baik dalam Neurenberg Code maupun dalam Deklarasi Helsinki I, para
peneliti dihimbau untuk memperhatikan dan mematuhi peraturan-peraturan penelitian yang disetujui
bersama. Peneliti harus dapat membuat keputusan sendiri apakah penelitiannya menyimpang atau tidak
dari norma etik yang telah digariskan. Karena tidak ada pengawasan maka banyak penelitian yang
dirasakan masih menyimpang dari norma-norma kode etik. Untuk menghindari hal tersebut di atas
maka pada tahun 1975 dalam World Health Assembly ke 20 di Tokyo telah dibuat Deklarasi Helsinki II

26
B-11
sebagai hasil revisi dari Deklarasi Helsinki I. Perubahan yang penting adalah adanya peraturan yang
mengharuskan semua protokol penelitian yang menyangkut manusia, harus ditinjau dahulu oleh suatu
Komisi khusus untuk dipertimbangkan, diberi komentar dan mendapatkan pengarahan (consideration,
comments and guidance). Selain itu pada protokol juga harus dicantumkan adanya pertimbangan etik.
Deklarasi tersebut telah disempurnakan kembali oleh World Medical Assembly, tahun 1983 di Venesia,
tahun 1985 di Hongkong dan di Edinburg, Scotland tahun 2000.
Di Indonesia standar etik penelitian kesehatan yang melibatkan manusia sebagai subyek
didasarkan pada azas perikemanusiaan yang merupakan salah satu dasar falsafah bangsa Indonesia,
Pancasila. Hal tersebut kemudian diatur dalam UU Kesehatan no 23/ 1992 dan lebih lanjut diatur dalam
PP no 39/ 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam Bab IV diuraikan tentang
perlindungan dan hak-hak manusia sebagai subyek penelitian dan sanksi bila penyelenggaraan
penelitian melanggar ketentuan dalam PP tersebut. Dengan demikian semua penelitian yang
menyangkut manusia harus didasari oleh moral dan etika Pancasila, disamping pedoman etik penelitian
yang telah disetujui secara internasional. Adalah menjadi kewajiban kita semua bahwa penelitian yang
dilakukan dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah, moral dan etika yang berdasarkan Ketuhanan
dan Perikemanusiaan.
Etika Penelitian Ilmiah

I. Prinsip-prinsip Etika Penelitian Ilmiah


Etika berasal dari bahasan Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek etimologis
memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Menurut
pandangan Sastrapratedja (2004), etika dalam konteks filsafat merupakan refleksi filsafati atas
moralitas masyarakat sehingga etika disebut pula sebagai filsafat moral. Etika membantu manusia
untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga membantu kita untuk
merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena
adanya perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan masyarakat. Sedangkan etika dalam ranah
penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan
penelitian.Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap
ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun intervensi
yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan
subyek penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan (Jacob, 2004).
Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat prinsip utama,
yaitu:

27
B-11

1 Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).


Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang
terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan
bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan
yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti
mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent) yang terdiri dari:
a. penjelasan manfaat penelitian
b. penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan
c. penjelasan manfaat yang akan didapatkan
d. persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan
prosedur penelitian
e. persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja
f. jaminan anonimitas dan kerahasiaan.
Namun kadangkala, formulir persetujuan subyek tidak cukup memberikan proteksi bagi
subyek itu sendiri terutama untuk penelitian-penelitian klinik karena terdapat perbedaan
pengetahuan dan otoritas antara peneliti dengan subyek (Sumathipala & Siribaddana, 2004).
Kelemahan tersebut dapat diantisipasi dengan adanya prosedur penelitian (Syse, 2000).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy


and confidentiality).
Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu.
Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu termasuk
informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya
diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.
Dalam aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama
maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan
kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification
number) sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).


Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip
keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan
memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta
perasaan religius subyek penelitian. Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip
keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun

28
B-11
yang terpenting adalah bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan di antara
anggota kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian
membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi
dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai contoh dalam prosedur penelitian, peneliti
mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang
sama baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)
(Milton, 1999; Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, 2004).
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil
yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat
populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek
(nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stres
tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera,
kesakitan, stres, maupun kematian subyek penelitian.

II. Penelitian yang membutuhkan Ethical Clearance


Pada dasarnya seluruh penelitian/riset yang menggunakan manusia sebagai subyek
penelitian harus mendapatkan Ethical Clearance , baik penelitian yang melakukan pengambilan
spesimen, ataupun yang tidak melakukan pengambilan spesimen. Penelitian/riset yang dimaksud
adalah penelitian biomedik yang mencakup riset pada farmasetik, alat kesehatan, radiasi dan
pemotretan, prosedur bedah, rekam medis, sampel biologik, serta penelitian epidemiologik, sosial
dan psikososial.

III. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian etik penelitian kesehatan:
a) Surat usulan dari institusi tempat peneliti bekerja, bila usulan berasal dari luar institusi Badan
Litbangkes yang memiliki Komisi Etik Institusi, maka usulan harus berasal dari Komisi etik
institusi tersebut (bukan dari peneliti utama/pimpinan insitusi)
b) Surat rekomendasi dari Panitia Pembina Ilmiah.
c) Protokol penelitian meliputi tujuan dan manfaat, metodologi yang menjelaskan secara terperinci
mengenai : tata cara pengambilan sample (darah/urine/spesimen lainnya), tujuan pemeriksaan,
intervensi yang diberikan, serta manfaat bagi responden (bila ada uji klinik/ pengambilan
sample), jumlah biaya yang diperlukan dalam penelitian tersebut.
d) Daftar tim peneliti, beserta keahliannya

29
B-11
e) Curriculum vitae peneliti utama atau Ketua Pelaksana, untuk melihat apakah kemampuan
peneliti utama atau ketua pelaksana sudah sesuai dengan apa yang akan dikerjakan.
f) Keterangan pembiayaan, untuk melihat apakah sudah etis bila suatu penelitian dilihat dari
jumlah biaya dan hasil yang akan didapat.
g) Ethical clearance dari institusi lain (bila ada).
h) Penjelasan dan Informed Consent dalam 1 lembar / tidak terpisah Izin atau persetujaun dari
subyek penelitian untuk turut berpartisipasi dalam penelitian, dalam bentuk tulisan yang
ditandatangani atau tidak ditandatangani oleh subyek dan saksinya, disebut informed consent.
Aspek-aspek yang perlu dicantumkan dalam suatu informed consent adalah sebagai berikut :
1. Kesediaan subyek untuk secara sukarela bersedia berpartisipasi dalam penelitian itu, termasuk
penelitian eksperimen.
2. Penjelasan tentang penelitian.
3. Pernyataan tentang berapa lama subyek penelitian perlu berpartisipasi dalam penelitian
4. Gambaran tentang apa yang akan dilakukan terhadap subyek penelitian, sebagai peserta
sukarela penelitian. Setiap prosedur eksperimental perlu dijelaskan.
5. Gambaran mengenai resiko dan rasa tidak enak yang mungkin dialami subyek, jika subyek
berpartisipasi dalam penelitian.
6. Gambaran tentang keuntungan atau ganti rugi bagi subyek, jika subyek berpartisipasi dalam
penelitian ini.
7. Informasi mengenai pengobatan dan alternatif lain yang akan diberikan kepada subyek, jika
subyek mengalami resiko dalam penelitian.
8. Gambaran tentang terjaminnya rahasia biodata dan hasil pemeriksaan medis subyek.
9. Penjelasan mengenai pengobatan medis dan ganti rugi yang akan diberikan kepada subyek, jika
subyek mengalami masalah yang berhubungan dengan penelitian.
10. Nama jelas dan alamat berserta nomor telepon yang lengkap, kepada siapa calon subyek dapat
menanyakan tentang masalah kesehatan yang mungkin muncul berkaitan dengan penelitian
tersebut.
11. Pengertian partisipasi dalam penelitian haruslah sukarela, bahwa subyek dapat memutuskan
untuk meninggalkan penelitian tanpa dirugikan, bahwa apabila ia bersedia berpartisipasi
kemudian sesudah jangka waktu tertentu ia meninggalkan penelitian, ia bebas pergi tanpa ada
sanksinya.
12. Jumlah subyek penelitian yang akan turut serta dalam penelitian dan lokasi penelitian akan
dilaksanakan.
13. Subyek akan diberitahukan jika terjadi problem yang membahayakan subyek dalam penelitian
tersebut.
Etika mencakup norma untuk berperilaku, memisahkan apa yang seharusnya dilakukan dan
apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Rangkuman Etika Penelitian meliputi butir-butir
berikut :

a. Kejujuran

30
B-11
Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan metode dan
prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur pada kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan.
Hargai rekan peneliti, jangan mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan Anda sebagai pekerjaan
Anda.

b. Obyektivitas

Upayakan minimalisasi kesalahan/bias dalam rancangan percobaan, analisis dan interpretasi


data, penilaian ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi, pengaruh pemberi dana/sponsor penelitian.

c. Integritas

Tepati selalu janji dan perjanjian, lakukan penelitian dengan tulus, menjaga konsistensi
pikiran dan perbuatan

d. Ketelitian

Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpedulian, secara teratur catat pekerjaan
yang Anda dan rekan anda kerjakan, misalnya kapan dan di manapengumpulan data dilakukan.
Catat juga alamat korespondensi responden, jurnalatau agen publikasi lainnya.

e. Keterbukaan

Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat dan sumber daya penelitian. Terbuka
terhadap kritik dan ide-ide baru

f. Penghargaan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)

Perhatikan paten, copyrights, dan bentuk hak-hal intelektual lainnya. Jangan gunakan data,
metode, atau hasil yang belum dipublikasi tanpa ijin penelitinya. Tuliskan nara sumber semua yang
memberikan kontribusi pada riset Anda. Jangan pernah melakukan plagiasi..

g. Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden)

Bila penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, catatan kriminal atau data lain yang oleh
responden dianggap sebagai rahasia, maka peneliti harus menjaga kerahasiaan data tersebut.

h. Publikasi yang terpercaya

31
B-11
Hindari mempublikasikan penelitian yang sama berulang-ulang ke pelbagai media (jurnal,
seminar).

i. Pembinaan yang konstruktif

Bantu membimbing, memberi arahan dan masukan bagi mahasiswa/peneliti pemula.


Perkenankan mereka mengembangkan ide mereka menjadi penelitian yang berkualits.

j. Penghargaan terhadap Kolega/Rekan Kerja

Hargai dan perlakukan rekan penelitian Anda dengan semestinya. Bila penelitian dilakukan
oleh suatu tim akan dipublikasikan, maka peneliti dengan kontribusi terbesar ditetapkan sebagai
penulis pertama (first author), sedangkan yang lainmenjadi penulis kedua (co-author(s)). Urutan
menunjukkan besarnya kontribusianggota tim dalam penelitian.

k. Tanggung Jawab Sosial

Upayakan penelitian Anda berguna demi kemaslahan masyarakat, meningkatkan taraf hidup,
memudahkan kehidupan dan meringankan beban hidup masyarakat. Anda juga bertanggung jawab
melakukan pendampingan nagi masyarakat yangingin mengaplikasikan hasil penelitian Anda.

l. Tidak melakukan Diskriminasi

Hindari melakukan pembedaan perlakuan pada rekan kerja atau mahasiswa karena alasan jenis
kelamin, ras, suku, dan faktor-faktor lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan
kompetensi dan integritas ilmiah.

m. Kompetensi

Tingkatkan kemampuan dan keahlian meneliti melalui pendidikan dan pembelajaran seumur
hidup; secara bertahap tingkatkan kompetensi Anda sampai taraf Pakar.

n. Legalitas

Pahami dan patuhi peraturan institusional dan kebijakan pemeintah yang terkait dengan
penelitian Anda.

o. Rancang pengujian dengan hewan percobaan dengan baik

32
B-11
Bila penelitian memerlukan hewan percobaan, maka percobaan harus dirancang sebaik
mungkin, tidak dengan gegabah melakukan sembarang perlakuan pada hewan percobaan.

p. Mengutamakan keselamatan Manusia

Bila harus mengunakan manusia untuk menguji penelitian, maka penelitian harus dirancang
dengan teliti, efek negatif harus diminimalkan, manfaat dimaksimalkan, hormati harkat
kemanusiaan, privasi dan hak obyek penelitian Anda tersebut; siapkan pencegahan dan pengobatan
bila sampel Anda menderita efek negatif penelitian.

Keterkaitan Learning Issue dengan scenario :


Dalam kasus ini dr. Yayat akan melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui dengan pasti
faktor resiko dan angka kejadian, sehingga data yang diberikan nanti akan menjadi valid, sebelum
melakukan penelitian sebaiknya dr. Yayat harus memahami prinsip-prinsip serta etika dalam melakukan
sebuah penelitian di bidang kesehatan, sehingga ia akan lebih disiplin dalam menerapkan etika tersebut
serta akan selalu menghormati hak-hak subyek penelitian.

7. Makanan dan Minuman Yang Tidak Higienis


Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber
makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat
menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya
cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan juga
dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan
tersebut tidak layak dikomsumsi.
Keberadaan bakteri pathogen dalam makanan tentu bukan salah satu yang termasuk dalam
zat-zat yang telah disebutkan di atas. Adanya bakteri pathogen dalam makanan merupakan salah
satu indicator makanan tersebut bukanlah makanan higienis. Makanan yang mengandung bakteri
pathogen dapat menimbulkan penyakit.

Indeks pangan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok: (1) infeksi dimana makanan
tidak menunjang pertumbuhan patogen tersebut, misalnya, pathogen penyebab tuberkolosis
( Mycobacterium bovis dan M. tubercolosis), brucellosis (Brucela aortus, b. melitensis), diprteri
(Corynebacterium diptheriae), disentri oleh Campylobacter, demam tifus,kolera , hepatitis, dan lain-
lain; dan (2) infeksi dimana makanan berfungsi sebagai medium kultur untuk pertumbuhan patogen
hingga mencapai jumah yang memadai untuk menimbulkan infeksi bagi pengkomsumsi makanan

33
B-11
tersebut; infeksi ini mencakup Salmonela spp, Listeria, vibrio parahaemolyticus, dan Escherichia
coli enteropatogenik.

Terdapat banyak bakteri patogen yang membahayakan kesehatan manusia. Berikut ini
beberapa di antaranya:

1. Escherichia coli

E. coli merupakan mikroflora alami yang terdapat pada saluran pencernaan manusia dan
hewan. Beberapa galur E. coli yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia adalah
enterotoksigenik, enterohaemorrhagik, enteropatogenik, enteroinuasiue, dan enteroagregatif.

2. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus terdapat pada rongga hidung, kulit, tenggorokan, dan saluran
pencernaan manusia dan hewan. Bahan makanan yang disiapkan menggunakan tangan, seperti
penyiapan sayuran mentah untuk salad, berpotensi terkontaminasi S. aureus.

Jenis makanan lain yang sering terkontaminasi oleh S. aureus adalah daging dan produk
daging, ayam, telur, salad (telur, tuna, ayam, kentang, dan makaroni), produk bakeri, pastry, pai,
sandwich, serta susu dan produk susu. Keracunan oleh S. aureus diakibatkan oleh enterotoksin yang
tahan panas yang dihasilkan oleh bakteri tersebut.

3. Salmonella

Salmonella bersifat patogen pada manusia dan hewan lainnya, dan dapat menyebabkan
demam enterik dan gastroentritis. Diketahui terdapat 200 jenis dari 2.300 serotip Salmonella yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thyposa
yang secara klinis ditandai dengan demam yang lebih dari 7 hari, disertai gangguan kesadaran dan
gangguan saluran cerna.

4. Shigella

Shigella merupakan bakteri patogen di usus manusia dan primata penyebab shigella (disentri
basher). Makanan yang sering terkontaminasi Shigella adalah salad, sayuran segar (mentah), susu
dan produk susu, serta air yang terkontaminasi. Sayuran segar yang tumbuh pada tanah terpolusi

34
B-11
dapat menjadi faktor penyebab penyakit, seperti disentri basher atau shigellosis yang disebabkan
oleh Shigella. Menurut USFDA (1999), diperkirakan 300.000 kasus shigellosis terjadi di Amerika
Serikat setiap tahun.

5. Vibrio cholera

Sebagian besar genus Vibrio ditemukan di perairan air tawar atau air laut, serta merupakan
bakteri patogen dalam budi daya ikan dan udang. Spesies Vibrio yang termasuk patogen adalah V.
cholerae, V. parahaemolyticus, dan V. vulvinicus. Spesies V. chloreae dan V. parahaemolyticus
merupakan sumber kontaminasi silang antara buah dan sayuran mentah, sedangkan V. vulvinicus
penyebab infeksi pada manusia.

6. Clostridium botulinum

Clostiridium botulinum merupakan bahaya utama pada makanan kaleng karena dapat
menyebabkan keracunan botulinin. Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan kaku,
mata berkunang-kunang, dan kejang-kejang yang menyebabkan kematian karena sukar bernapas.
Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada
kaleng yang bocor, sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar. Botulinin
merupakan sebuah molekul protein dengan daya keracunan yang sangat kuat. Satu mikrogram
botulinin sudah cukup mematikan manusia. Untungnya karena merupakan protein, botulinin bersifat
termolabil dan dapat diinaktifkan dengan pemanasan pada suhu 80 derajat Celsius selama 30 menit.
Garam dengan konsentrasi 8 persen atau lebih serta pH 4,5 atau kurang dapat menghambat
pertumbuhan C. botulinum, sehingga produksi botulinin dapat dicegah.

7. Pseudomonas cocovenenans

Senyawa beracun yang dapat diproduksi oleh Pseudomonas cocovenenans adalah


toksoflavin dan asam bongkrek. Kedua senyawa beracun tersebut diproduksi di dalam tempe
bongkrek, suatu tempe yang dibuat dengan bahan baku utama ampas kelapa.

Asam bongkrek bersifat sangat fatal dan biasanya merupakan penyebab kematian. Hal ini
disebabkan toksin mengganggu metabolisme glikogen dengan memobilisasi glikogen dari hati,
sehingga terjadi hiperglikemia yang kemudian berubah menjadi hipoglikemia. Penderita
hipoglikemia biasanya meninggal empat hari setelah mengonsumsi tempe bongkrek yang beracun.

35
B-11
Jadi disiplin dalam hal mengkonsumsi makanan yang higienis akan membantu kita menjaga
kesehatan dan mencegah penyakit Hepatitis A yang dapat disebabkan oleh makanan. Untuk lebih
menjaga kebersihan maka mencuci tangan sebelum makan juga merupakan hal wajib yang tidak
boleh terlupakan.

8. Air Limbah

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti
danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah
adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus
hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam
fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air
tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan
dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.

Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan
perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.

Persoalan polusi air jutaan orang bergantung pada Sungai Gangga yang tercemar.

Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi
kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi
dan sumur). Telah dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian
dan penyakit, dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya. Diperkirakan 700
juta orang India tidak memiliki akses ke toilet, dan 1.000 anak-anak India meninggal karena
penyakit diare setiap hari. Sekitar 90% dari kota-kota Cina menderita polusi air hingga tingkatan
tertentu, dan hampir 500 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman. Ditambah
lagi selain polusi air merupakan masalah akut di negara berkembang, negara-negara industri/maju
masih berjuang dengan masalah polusi juga. Dalam laporan nasional yang paling baru pada kualitas
air di Amerika Serikat, 45 persen dari mil sungai dinilai, 47 persen dari danau hektar dinilai, dan 32
persen dari teluk dinilai dan muara mil persegi diklasifikasikan sebagai tercemar.

Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika
tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran
ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan.

36
B-11
Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi juga menyebabkan
perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.

Penyebab
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.

Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.

Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen
pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak
parah terhadap seluruh ekosistem.

Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin
organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang
dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.

Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum

pencemaran air oleh sampah

Akibat

Dapat menyebabkan banjir

Erosi

Kekurangan sumber air

Dapat membuat sumber penyakit

Tanah Longsor

Dapat merusak Ekosistem sungai

Kerugian untuk Nelayan

37
B-11
Penanggulangan terhadap Terjadinya Pencemaran Air dan Pengolahan Limbah

Penanggulangan terjadinya pencemaran air

Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam memenuhi
kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara lain tidak
membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah industri secara
sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam selokan. Tidak
menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida akan
mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa
fosfat merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran air.

Pencemaran air yang telah terjadi secara alami misalnya adanya jumlah logam-logam berat
yang masuk dan menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini dapat meracuni organ tubuh
melalui pencernaan karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung logam berat
meskipun diperlukan dalam jumlah kecil. Penumpukan logam-logam berat ini terjadi dalam
tumbuh-tumbuhan karena terkontaminasi oleh limbah industri. Untuk menanggulangi agar tidak
terjadi penumpukan logam-logam berat, maka limbah industri hendaknya dilakukan pengolahan
sebelum dibuang ke lingkungan.

Proses pencegahan terjadinya pencemaran lebih baik daripada proses penanggulangan


terhadap pencemaran yang telah terjadi.

Pengolahan limbah

Limbah industri sebelum dibuang ke tempat pembuangan, dialirkan ke sungai atau selokan
hendaknya dikumpulkan di suatu tempat yang disediakan, kemudian diolah, agar bila terpaksa harus
dibuang ke sungai tidak menyebabkan terjadinya pencemaran air. Bahkan kalau dapat setelah diolah
tidak dibuang ke sungai melainkan dapat digunakan lagi untuk keperluan industri sendiri.

Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintetis yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme dipisahkan, kemudian diolah menjadi bahan lain yang berguna, misalnya
dapat diolah menjadi keset. Sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dikubur
dalam lubang tanah, kemudian kalau sudah membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.

38
B-11
Limbah hitam (bahasa Inggris: blackwater) adalah air limbah yang berasal dari buangan
biologis seperti kakus, berbentuk tinja manusia, maupun buangan lainnya berupa cairan ataupun
buangan biologis lainnya yang terbawa oleh air limbah rumah tangga bekas cuci piring, maupun
limbah cairan dari dapur.

Setiap manusia rata-rata mengeluarkan 125-250 gram limbah hitam (tinja dan air kencing)
per hari, sehingga ribuan ton limbah hitam diproduksi setiap harinya. Di luar jumlahnya, limbah
hitam mengandung empat komponen berbahaya:

1. Mikroba (seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus dan


bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera, hepatitis A, dan virus penyebab polio). Tinja manusia
mengandung puluhan miliar mikroba termasuk bakteri koli-tinja (E. coli).
2. Materi organik berupa sisa dan ampas makanan yang tidak tercerna dalam
bentuk karbohidrat, enzim, lemak, mikroba, dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung
materi organik yang setara dengan 200-300 mg BOD5. Kandungan BOD yang tinggi
mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna hitam.

3. Telur cacing. Prevalensi anak cacingan yang diakibatkan cacing cambuk dan cacing
gelak bisa mencapai 70 persen dari balita di Indonesia.

4. Nutrien yang umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan fosfor (P) yang dibawa oleh sisa
sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedangkan
fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 mg dan
fosfat seberat 30mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya
warna air jadi hijau. Gangang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan air
lainya mati. Fenomena yang disebut eutrofikasi ini mudah dijumpai, termasuk di waduk, danau,
maupun balong-balong.

Jadi, dalam kasus skenario ini air yang tercemar merupakan faktor resiko penyebab
mewabahnya penyakit Hepatitis A di Kota Depok.

39
B-11

DAFTAR PUSTAKA

http://www.health.nsw.gov.au/hepatitisA/ Diakses pada 20 Desember 2011


http://www.abdulhamid.files.wordpress.com/.../materi_kuliah319feb06.doc/ Diakses pada 20 Desember
2011
http://www.staff.uny.ac.id/Pengembangan Gagasan Penelitian/ Diakses pada Selasa, 20 Desember 2011
http://www.scribd.com/doc/24452080/Etika-Penelitian/ Diakses pada Selasa, 20 Desember 2011
http://industri16ririn.blog.mercubuana.ac.id/tag/bermula-dari-makanan-higienis/. Diakses pada 20
Desember 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah_hitam/ Diakses pada 20 Desember 2011
Pratiknya, Ahmad W.2010.Dasar-DasarMetodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta:CV.
Rajagrafindo Persada
Notoatmodjo, S.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
Sastroasmoro, S dan Ismael, S.2011.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.Jakarta : CV. Agung Seto

40

Anda mungkin juga menyukai