Draft Makalah Perhitungan Pajak
Draft Makalah Perhitungan Pajak
Mr. B sebagai subjek pajak dalam negeri akan menjadi Wajib Pajak dalam negeri
apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak hal ini dijelaskan dalam penjelasan Pasal 2 ayat (2) Undang Undang Pajak
Penghasilan dibuktikan dengan Mr. B bekerja di PT. XYZ Indonesia di Jakarta pada Januari
2016 memiliki penghasilan sehubungan dengan pekerjaannya berupa gaji yang diterima per
bulan secara teratur serta mendapatkan tunjangan dan uang lembur sesuai dengan yang
tercantum di dalam Formulir 1721-A1 Mr. B., sehingga Mr. B merupakan Wajib Pajak Dalam
Negeri.
Sebagai Wajib Pajak dalam negeri, Mr. B harus memenuhi kewajiban perpajakannya
seperti dijelaskan dalam penjelasan Pasal 2 ayat (2) Undang Undang No 36 tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan yakni Wajib Pajak dalam negeri akan dikenai pajak atas
penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
dimana akan dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif umum dan wajib
menyampaikan SPT Tahunan PPh sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang
dalam suatu tahun pajak.
Permasalahan Mr. B sebagai Wajib Pajak akan muncul ketika Mr. B memiliki
penghasilan dari luar Indonesia. Pada tahun 2016 Mr. B memiliki penghasilan yang berupa
bonus yang dibayarkan oleh XYZ Australia yang merupakan tempat Mr. B bekerja
sebelumnya. Selain itu, Mr. B memiliki sejumlah penghasilan lain yang bersumber dari
negara Australia, berupa bunga yang berasal dari Bank XXX Australia dan penghasilan sewa
atas bangunan yang terdiri dari 2 lokasi yang berada di Australia. Oleh karena itu Mr. B harus
memperhitungkan kembali pajak yang terutang karena Mr. B memiliki penghasilan dari luar
Indonesia karena bisa terdapat penghasilan yang telah dipotong pajak di luar negeri yang
mana atas pemotogan pajak tersebut dapat dikreditkan untuk meringankan beban pajak
berganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh Mr. B dari luar negeri. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2)
Undang Undang Pajak Penghasilan yang berisi sebagai berikut: (1) Pajak yang dibayar atau
terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima ata diperoleh Wajib
Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-
undang ini dalam tahun pajak yang sama. (2) Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang
ini. Berikut adalah analisis terhadap masing masing jenis penghasilan yang diterima oleh Mr.
B.
B.3.1 Penghasilan Atas Pekerjaan Yang dilakukan di Indonesia pada PT XYZ Indonesia
Dalam P3B antara Australia dengan Indonesia Article 15 diatur mengenai Dependent
Personal Services, dalam paragraf 1 dijelaskan bahwa Subject to the provisions of articles
16, 18, 19 and 20, salaries, wages and other similar remuneration derived by an individual
who is a resident of one of the Contracting States in respect of an employment shall be
taxable only in that State unless the employment is exercised in the other Contracting State. If
the employment is so exercised, such remuneration as is derived from that exercise may be
taxed in that other State, sehingga atas penghasilan yang diterima Mr. B akan dikenakan
pajak di negara domisili dalam hal ini negara domisili adalah Indonesia, karena Mr. B adalah
resident Indonesia
Ketentuan diatas akan berlaku apabla Mr. B memenuhi syarat yang tercantum dalam
P3B antara Australia dengan Indonesia Article 15 mengenai Dependent Personal Services,
dalam paragraph 2 yang berisi:
(a) the recipient is present in that other State for a period or periods not exceeding in the
aggregate 120 days in any period of 12 monts; and
(b) the remuneration is paid by, or on behalf of, an employer who is not a resident of
that other State; and
(d) the remuneration is, or upon the application of this article will be, subject to tax in
the first mentioned State.
Mr. B melakukan pekerjaan di Indonesia lebih dari 120 hari dalam periode 12 bulan
yang ditandai dengan kontrak pekerjaan dengan PT XYZ Indonesia mulai tanggal 1 Januari
2016 sampai dengan Maret 2017, dimana gaji yang diterima dibayarkan langsung oleh PT
XYZ Indonesia dan tidak dibebankan sebagai biaya BUT karena pada dasarnya PT XYZ
Indonesia bukan merupakan BUT namun anak perusahaan. Sehingga Indonesia berhak atas
pemajakan atas gaji yang diterima oleh Mr. B, dan yang wajib memotong PPh Pasal 21 atas
penghasilan sebungan dengan pekerjaan Mr. B adalah PT. XYZ.
Dalam kasus ini terhadap penghasilan yang diperoleh Mr. B dari Indonesia, telah
dipotong PPh Pasal 21 oleh PT. XYZ Indonesia. Berdasarkan Pasal 1 angka 2, Pasal 2, Pasal
3, dan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 Tanggal 7
Agustus 2015 Tentang Pedoman teknis tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan
Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, menjelaskan bahwa PPh Pasal 21 adalah pajak
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri yang dipotong oleh pemberi kerja
kepada orang pribadi terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh.
XYZ Ltd. Australia memberikan Bonus atas pekerjaan sebelumnya yang dilakukan
oleh Mr. B sebelum dipindah tugaskan ke Indonesia yang diberikan pada bulan Februari
2016. Dalam kasus ini Mr. B tidak dapat menunjukkan bukti pemotongan pajak atas bonus
yang diterima Mr. B, sehingga Mr. B tidak dapat mengkreditkan pajak yang telah dipotong di
luar negeri seperti diatur dalam Pasal 4 ayat (1) KMK No. 164/KMK.03/2002, yaitu untuk
melaksanakan pengkreditan pajak luar negeri, Wajib Pajak wajib menyampaikan permohonan
kepada Direktur Jenderal Pajak dengan dilampiri laporan keuangan dari penghasilan yang
berasal dari luar negeri, fotokopi Surat Pemberitahuan pajak yang disampaikan di luar negeri,
dan dokumen pembayaran pajak di luar negeri, namun Mr. B harus tetap memperhitungkan
penghasilan yang diperoleh dari luar negeri tersebut kedalam SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi Mr. B karena status Mr. B adalah Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia. Hal ini
dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (1) KMK No. 164/KMK.03/2002, yang menjelaskan bahwa
Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas Penghasilan kena Pajak yang berasal dari
seluruh penghasilan termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Dalam penghasilan Bunga dari Bank XXX Australia, Mr. B dipotong pajak oleh Bank
XXX Australia. Berdasarkan Tax treaty Indonesia Australia Article 11 Interest dalam
paragraph 1 berisi Interest arising in one of the Contracting States, being interest to which a
resident of the other Contracting State is beneficially entitled, may be taxed in that other
state sehingga bunga yang dibayarkan oleh bank XXX Australia kepada Mr. B yang berhak
memungut pajak adalah negara Australia. Hal ini dibuktikan dengan setiap penerimaan bunga
yang diterima Mr. B dipotong pajak oleh Bank XXX Australia. Atas pemotongan pajak ini,
Mr. B memiliki untuk mengkreditkan pajak yang dipotong di luar negeri sebagai kredit pajak
luar negeri kedalam SPT Tahunan PPh OP Mr. B. sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1)
KMK No. 164/KMK.03/2002, yaitu untuk melaksanakan pengkreditan pajak luar negeri,
Wajib Pajak wajib menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan
dilampiri laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri, fotokopi Surat
Pemberitahuan pajak yang disampaikan di luar negeri, dan dokumen pembayaran pajak di
luar negeri.
B.4 Analisis Perhitungan Pajak Pada Saat Pelaporan SPT PPh Orang Pribadi
No Uraian Jumlah
1 Penghasilan Bruto
Gaji / Pensiun atau THT/JHT 1.809.131.771
Tunjangan Lainnya, Uang Lembur dan Sebagainya 1.388.975.991
Jumlah Penghasilan Bruto 3.198.107.762
2 Pengurangan
Biaya Jabatan / Biaya Pensiun 6.000.000
3 Perhitungan PPh Pasal 21
Jumlah Penghasilan Neto 3.192.107.762
Jumlah Penghasilan Neto Setahun / Disetahunkan 3.192.107.762
Penghasilan Tidak Kena Pajak 30.375.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun / Disetahunkan 3.161.732.000
PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Kena Pajak 893.519.600
PPh Pasal 21 Terutang 893.519.600
PPh Pasal 21 yang telah dipotong dan dilunasi 893.519.600
Sumber: Formulir 1721-A1 Mr. B Tahun 2016
Tabel 3.3 Rincian Bunga atas Tabungan A dari Bank XXX Australia
Tabel 3.4 Rincian Bunga atas Tabungan B dari Bank XXX Australia
Bunga atas Tabungan B
Tanggal Jumlah Bunga (AUD) Nilai Jumlah Bunga (IDR)
No
Diterima Jumlah Pajak Tukar Jumlah Pajak
1 31-Jan-14 37,11 3,00 10.661,49 395.648 31.984
2 28-Feb-14 29,57 2,00 10.608,75 313.701 21.218
3 31-Mar-14 36,71 3,00 10.325,30 379.042 30.976
4 30-Apr-14 27,93 2,00 10.764,48 300.652 21.529
5 30-Mei-14 21,64 2,00 10.655,33 230.581 21.311
6 30-Jun-14 214,31 21,00 11.227,38 2.406.252 235.775
7 31-Jul-14 991,41 99,00 10.934,03 10.840.107 1.082.469
8 29-Aug-14 339,62 33,00 10.879,77 3.694.987 359.032
9 30-Sep-14 388,86 38,00 10.758,04 4.183.371 408.806
10 31-Okt-14 67,15 6,00 10.576,54 710.215 63.459
Total
Penghasilan
2.154,32 209,00 23.454.556 2.276.559
Bunga
Tabungan B
Sumber: Bukti Pemotongan Pajak di Luar Negeri yang diolah kembali oleh Penulis
Tabel 3.5 Rincian Bunga atas Tabungan C dari Bank XXX Australia
Bunga atas Tabungan C
Tanggal Jumlah Bunga (AUD) Nilai Jumlah Bunga (IDR)
No
Diterima Jumlah Pajak Tukar Jumlah Pajak
1 31-Okt-14 977,79 97,00 10.576,54 10.341.635 1.025.924
2 28-Nov-14 1.161,41 116,00 10.484,37 12.176.652 1.216.187
3 31-Des-14 1.038,39 108,00 10.098,69 10.991.313 1.090.659
Total Penghasilan 3.227,59 321,00 33.509.600 3.332.770
Bunga Tabungan
C
Sumber: Bukti Pemotongan Pajak di Luar Negeri yang diolah kembali oleh Penulis
Tabel 3.6 Rincian Bunga atas Deposito dari Bank XXX Australia
Bunga atas Deposito
Tanggal Jumlah Bunga (AUD) Nilai Jumlah Bunga (IDR)
No
Diterima Jumlah Pajak Tukar Jumlah Pajak
1 Jan Des 14 16.901,00 1.877,00 10.728,68 181.156.411 20.118.962
Total Penghasilan
16.901,00 1.877,00 181.156.411 20.118.962
Bunga Deposito
Sumber: Bukti Pemotongan Pajak di Luar Negeri yang diolah kembali oleh Penulis
Dari tabel penghasilan bunga atas tabungan A, B, C serta Deposito diringkas sebagai
berikut:
Dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi tahun 2016, Mr. B melaporkan
penghasilan luar negeri dengan jumlah sebagai berikut:
Tabel 3.13 Penghitungan Pajak Penghasilan Yang Terutang Untuk Tahun Pajak 2016
berdasarkan Pasal 1 ayat (3) KMK 164/KMK.03/2002
Uraian
Penghasilan Neto Dalam Negeri 3.192.107.762
Penghasilan Neto Luar Negeri 650.064.632
Jumlah Penghasilan Neto 3.842.172.394
Penghasilan Tidak Kena Pajak 30.375.000
Penghasilan Kena Pajak 3.811.797.394
PPh Terutang (Tarif Pasal 17 UU PPh)
50.000.000 X 5% 2.500.000
200.000.000 X 15% 30.000.000
250.000.000 X 25% 62.500.000
3.049.641.000 X 30% 914.892.300
*) Perhitungan kredit pajak luar negeri PPh Pasal 24 adalah sebagai berikut:
Penghitungan batas maksimum kredit pajak luar negeri:
650.064.632
X 1.009.892.300 = 184.946.908
3.549.641.740
Pada kasus ini, menurut perhitungan di atas diketahui bahwa batas maksimal Mr. B
mengkreditkan pajak luar negeri adalah sebesar 184.946.908 . Pada kasus ini, Mr. B hanya
dipotong pajak sebesar 42.695.696 oleh Bank XXX Australia, sehingga Mr. B boleh
mengkreditkan jumlah tersebut kedalam SPT PPh Tahunan Orang Pribadi sesuai dengan
Pasal (3) dan (4) KMK No. 164/KMK.03/2002 menjelaskan bahwa jumlah kredit pajak
paling tinggi sama dengan jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak
melebihi jumlah tertentu yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar
negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan pajak yang terutang atas
Penghasilan Kena Pajak paling tinggi sama dengan pajak yang terutang atas Penghasilan
Kena Pajak dalam hal Penghasilan Kena Pajak lebih kecil dari penghasilan luar negeri.