Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran adalah kitab suci bagi kaum muslimin dan
menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang
harus umat Islam imani dan aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga umat Islam bisa memperoleh kebaikan
baik di dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, tidaklah
berlebihan jika selama ini kaum muslimin tidak hanya
mempelajari isi dan pesan-pesannya. Tetapi juga telah
berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga otentitasnya.
Upaya itu telah dilakukan sejak Nabi Muhammad SAW masih
berada di Mekkah dan belum berhijrah ke Madinah hingga saat
ini. Dengan kata lain upaya tersebut telah dilaksanakan sejak
Al-Quran diturunkan hingga saat ini.
Dalam mempelajari ilmu Al-Quran ada beberapa hal yang
penting untuk dipelajari dan salah satunya adalah bagaimana
Al-Quran itu diturunkan oleh Allah SWT. Salah satu ilmu yang
membahas hal tersebut adalah nuzulul Quran. Pada awal
turunnya Al-Quran merupakan suatu kejadian yang sangat
mengagetkan dan menggembirakan bagi Rasulullah SAW.
Sebagaimana turunnya surah Al-alaq ayat 1-5, nabi
Muhammad SAW menerimanya sangatlah berat karena
diturunkan lewat perantara malaikat Jibril, sesosok yang
membuat nabi Muhammad ketakutan. Tetapi setelah berkali-
kali malaikat Jibril mengulang akhirnya Nabi Muhammad SAW
dapat menerimanya. Begitupun saat menerima ayat-ayat yang
lain, Rasulullah selalu merasa ketakutan dengan segala
sesuatu yang mengiringi ayat tersebut.
Begitu sulitnya nabi Muhammad SAW dalam menerima
wahyu, membuktikan kalau peristiwa turunnya Al-Quran
merupakan suatu kejadian yang sangat luar biasa dan juga

1
merupakan suatu mukjizat. Dengan turunnya Al-Quran berarti
banyak hal yang perlu dikaji baik dari segi sebab-sebab
turunnya maupun proses turunnya.
Dalam makalah ini pembahasannya hanya terkait dengan
proses turunnya Al-Quran. Dengan mempelajari pembahasan
tersebut maka akan diketahui bagaimana arti sebenarnya
nuzulul quran itu sendiri, bagaimana tahapan turunnya, waktu
penyampaian wahyu dan proses penyampaian wahyu kepada
Nabi Muhammad SAW.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nuzulul Quran ?
2. Bagaimana tahap-tahap turunnya Al-Quran ?
3. Kapan waktu dan periodesasi turunnya Al-Quran ?
4. Bagaimana proses penyampaian wahyu Al-Quran kepada
Nabi Muhammad SAW ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian nuzulul Quran
2. Untuk menjelaskan tahap-tahap turunnya Al-Quran
3. Untuk menjelaskan waktu dan periodesasi turunnya Al-
Quran
4. Untuk menjelaskan proses penyampaian wahyu Al-Quran
kepada Nabi Muhammad SAW.

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Nuzulul Quran
1. Pengertian Nuzulul
Kata nuzul menurut bahasa mempunyai beberapa arti.
Para ulama mempunyai perbedaan pendapat mengenai arti
kata nuzul, antara lain sebagai berikut:
Imam Ar-Raghib Al-Asfihani dalam kitabnya Al-Mufradaat,
kata nuzul mempunyai arti: Al-Inhidar min Uluwwin Ila
Safalin (meluncur dari atas kebawah, atau berarti turun).1
Contohnya, antara lain potongan firman Allah SWT:







Artinya: Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit.
(Q.S. AL-Baqarah: 22)
Imam Al-Fairuz Zabadi dalam kamusnya Al-Muhith Al-Hulul
Fil Makan, Kata Nuzul mempunyai arti Bertempat di
suatu tempat.2 Contohnya, antara lain firman Allah SWT:








Artinya: Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku
pada tempat yang diberkahi dan Engkau adalah sebaik-
baik yang memberi tempat. (Q.S. Al-Mukminun: 29)
Sebagian para ulama mengatakan, kata nuzul itu berarti
turun secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit.
Contohnya, seperti dalam ayat Al-Quran, antara lain:









Artinya: Dialah yang menurunkan Al-Quran kepada
kamu, diantara isinnya ada ayat-ayat yang muhkamat.
Itulah pokok-pokok isi Al-Quran dan yang lain ayat-ayat
mutasyabihat. (Q.S. Al-Imran: 7)

1 Abdul Djalal, Ulumul Quran, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 46

2 Ibid, hlm. 46

3
Para ulama mempunyai beberapa arti dalam
mengartikan kata nuzul menurut istilah, antara lain sebagai
berikut:
Jumhur ulama, arti kata nuzul dalam konteksnya dengan
Al-Quran atau arti dari kalimat nuzulul Quran tidak perlu
menggunakan arti yang hakiki, yaitu yang berarti turun
atau bertempat maupun berkumpul, melainkan perlu
memakai arti yang majaz, atau arti pinjaman atau tidak
asli. Sebab, lafal Al-Quran adalah kalam atau firman Allah
SWT yang tidak relevan jika dikatakan meluncur dari atas,
atau turun. Hal ini dikarenakan Allah SWT itu tidak
bertempat dilangit atau nan jauh diatas sana, sehingga
wahyunya harus turun dari atas kebawah. Menurut
keterangan ayat 186 surah Al- Baqarah, Allah SWT itu
adalah dekat dengan hamba-Nya:






Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku
adalah dekat.
Bahkan menurut ayat 16 surah Qaaf, Allah SWT itu lebih
dekat kepada hamba-hamba-Nya dari pada urat lehernya:









Artinya: Dan Kami adalah lebih dekat kepadanya
daripada urat lehernya.
Allah SWT menyampaikan wahyu Al-Quran kepada Nabi
Muhammad SAW itu tidak tepat, jika kata nuzul tersebut
dikaitkan dengan menurunkan yang merupakan arti
hakiki. Sebab, Allah SWT tidak diatas, karena memang Allah
SWT itu tidak mengambil tempat.3
Karena itu, kata nuzul dalam kalimat nuzulul Quran itu
harus diartikan dengan makna majazi, yaitu Al-Idhhar
(menampakkan atau menjelaskan) atau Al-Ilam

3 Abdul Djalal, Ulumul Quran, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 48

4
(memberitahukan atau menerangkan) ataupun Al-Ifham
(memahamkan atau menerangkan).
Menurut sebagaian ulama, yakni tokoh golongan
Jahamiyah dan Imam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa
dalam mengartikan kata nuzul itu tidak perlu harus
meninggalkan arti hakiki, yang berarti turun dan tidak
harus menggunakan arti majazi. Alasannya, kata nuzul
dengan arti kata turun dari tempat yang tinggi itu sudah
menjadi bahasa kebiasaan orang Arab.
Contohnya, Allah SWT berfirman:








Artinya: Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu
dan pakaian indah untuk perhiasan. (Q.S. Al-Araf: 26)
Jadi, kalau pakaian yang terbuat dari bulu binatang
yang dekat itu pun sudah biasa diungkapkan dengan
menurunkan, maka tidak ada salahnya kalau Al-Quran
dari Allah SWT yang dekat itupun dikatakan dengan
ungkapan diturunkan.4
Menurut penulis, sebenarnya arti tersebut sudah
berupa arti majazi. Seperti dalam bahasa Indonesia pun
biasa dipakai ucapan Surah Keputusan Menterinya Sudah
Turun. Kadang-kadang menteri itu juga dekat saja dengan
orang diberi SK itu, tetapi digunakan ungkapan turun. Hal ini
pun sudah memakai arti majazi. Sebab, meski menteri itu
dekat tempatnya, tetapi kedudukannya lebih tinggi dari
pada yang diberi SK, sehingga tepat kalau dipakai ungkapan
turun, karena dari yang berkedudukan tinggi kepada yang
berkedudukan lebih rendah. Tetapi karena tempat keduanya
adalah sama yaitu sama-sama diatas bumi, maka arti itupun
hanya berupa kiasan atau majazi saja.

4 Abdul Djalal, Ulumul Quran, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 49

5
2. Pengertian Nuzulul Quran
Sesuai dengan pengertian nuzul yang diatas, maka
pengertian Nuzulul Quran ini ada beberapa arti dari
berbagai pendapat para ulama, antara lain sebagai berikut:
Jumhur ulama, antara lain Ar-Razi, Imam As-Suyuthi, Az-
Zarkasyi, dan lain-lain mengatakan: Arti Nuzulul Quran itu
secara hakiki tidak cocok untuk Al-Quran sebagai kalam
Allah yang berada pada Zat-Nya. Sebab, dengan memakai
ungkapan diturunkan, menghendaki adanya materi
kalimat atau lafal atau tulisan huruf yang riel yang harus
diturunkan. Karena itu, arti kalimat Nuzulul Quran itu
harus dipakai makna majazi, yaitu menetapkan atau
memantapkan atau memberitahukan atau memahamkan
atau menyampaikan Al-Quran. Baik disampaikannya Al-
Quran itu ke Lauhil Mahfudh atau ke Baitul Izzah di langit
dunia, maupun kepada Nabi Muhammad SAW sendiri.
Sebagian ulama anatara lain Imam Ibnu Taimiyah dkk
mengatakan: Pengertian Nuzulul Quran itu juga tidak
perlu dialihkan dari arti hakiki kepada arti majazi. Maka
kata Nuzulul Quran itu berarti turunnya Al-Quran.
Sebab, arti tersebut sudah biasa digunakan dalam bahasa
Arab.
Dalam hal ini penulis lebih cenderung kepada pendapat
jumhur ulama. Sebab, penggunaan ungkapan turun untuk
kitab Al-Quran dari sisi Allah SWT kalau secara hakiki
memang terasa kurang sedap dan kurang tepat, sehingga
harus dianggap sebagai arti majazi, sebagai pinjaman dari
arti yang sebenarnya.

B. Tahap-Tahap Turunnya Al-Quran


Yang dimaksud dengan tahap-tahap turunnya Al-Quran
ialah tertib dari fase-fase disampaikan kitab suci Al-Quran,
mulai dari sisi Allah SWT hingga langsung kepada Nabi

6
Muhammad SAW. Kitab suci ini tidak seperti kitab-kitab suci
sebelumnya. Sebab, kitab suci ini kebanyakan diturunkan
secara bertahap-tahap, sehingga betul-betul menunjukkan
kemukjizatannya. Di samping itu, penyampaian kitab suci
tersebut sangat luar biasa, yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab
sebelumnya.5
Tahap-tahap diturunkannya Al-Quran ada tiga fase atau
tahapan, seperti yang akan dijelaskan berikut dengan dalil-
dalil, cara turun, dan hikmahnya:

1. Tahapan Pertama (At-Tanazzulul Awwalu).


Tahapan pertama, Al-Quran diturunkan atau
ditempatkan ke Lauh Mahfudh. Yakni suatu tempat dimana
manusia tidak bisa mengetahuinya secara definitif atau
pasti.
Dalil yang mengisyaratkan bahwa Al-Quran itu
ditempatkan di Lauh Mahfudh itu ialah keterangan firman
Allah SWT:









Artinya: Bahkan (yang didustakan mereka) itu ialah Al-
Quran yang mulia. yang tersimpan di Lauh Mahfudh. (Q.S.
Al-Buruj: 21-22)
Tetapi sejak kapan Al-Quran ditempatkan di Lauh
Mahfudh itu, dan bagaimana caranya adalah merupakan hal-
hal ghaib tidak ada yang mampu mengetahuinya, selain dari
Allah SWT, Dzat yang Maha Mengetahui segala hal yang
tersembunyi. Namun, mengenai bagaimana cara turunnya
Al-Quran itu ke Lauh Mahfudh dapat disitematika secara
sekaligus ke seluruh Al-Quran itu.
Hal itu didasarkan atas dua argumentasi sebagai
berikut: pertama, karena dhahirnya lafal nash 21-22 surah
Al-Buruj itu tidak menunjukkan arti berangsur-angsur seluruh
5 Abdul Djalal, Ulumul Quran, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 50-
51

7
isi Al-Quran. Kedua, karena rahasia atau hikmah
diturunkannya Al-Quran secara berangsur-angsur , seperti
yang akan diterangkan dibelakang, tidak cocok untuk
tanazzul tahap pertama ini. Dengan demikian, tentu
diturunkan secara sekaligus, karena tidak berangsur-angsur.
Adapun hikmah dari tanazul tahap pertama ini adalah
seperti hikmah dari eksistensi Lauh Mahfudh itu sendiri dan
fungsinya sebagai tempat catatan umum (arsip) dari segala
hal yang ditentukan dan diputuskan Allah SWT dari segala
hal yang ditentukan dan diputuskan Allah SWT dari segala
makhluk, alam dan semua kejadian. Sebab, Lauh Mahfudh
itulah yang menunjukkan berbagai data dan fakta serta
argumentasi yang membuktikan kebesaran Allah SWT dan
keluasan Ilmu-Nya serta kekuatan kehendak dan
kebijaksanaannya.

2. Tahapan Kedua (At-Tanazzulu Ats-Tsani)


Tahapan kedua, Al-Quran turun dari Lauh Mahfudh ke
Baitul Izzah di langit dunia.6
Jadi, setelah berada di Lauh Mahfudh, kitab Al-Quran
itu turun ke Baitul Izzah di langit dunia atau langit terdekat
dengan bumi ini.
Banyak dalil yang menerangkan penurunan Al-Quran
tahapan kedua ini, baik dari ayat Al-Quran ataupun dari
hadis Nabi Muhammad SAW, diantaranya sebagai berikut:





Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkan (Al-Quran)
pada suatu malam yang diberkahi. (Q.S. Ad-Dukhan: 3)



Artinya: Sesunguhnya Kami telah menurunkannya (Al-
Quran) pada malam kemuliaan. (Q.S. Al-Qadr: 1)








6 Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Quran dan Ulumul Hadis. Teori
dan Metodologi. (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), hlm 46

8
Artinya: (Beberapa hari itu) ialah bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran.
(Q.S Al-Baqarah: 185)
Artinya: Al-Quran itu dipisahkan dari pembuatannya
lalu diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia, kemudian
mulailah malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi
Muhammad SAW. (H.R. Hakim dari Ibnu Jubair dari Ibnu
Abbas r.a)
Hadits riwayat An-Nasai, Hakim, dan Baihaqi dari Ibnu
Abbas r.a., beliau berkata:
Artinya: Al-Quran itu diturunkan secara sekaligus ke
langit dunia pada malam Qadar, kemudian setelah itu
diturunkan (sedikit demi sedikit) selama dua puluh tahun.
(H.R. Nasai dari Ibnu Abbas)
Hadis riwayat Hakim, Baihaqi, dan lain-lain dari Ibnu
Abbas r.a., beliau berkata:
Artinya: Al-Quran itu diturunkan secara sekaligus
kelangit dunia, dan hal itu adalah seperti perpindahan
bintang-bintang, Allah menurunkannya kepada Nabi
Muhammad SAW sebagian setelah sebagian (yang lain).
(H.R. Hakim, Baihaqi, dari Ibnu Abbas)
Semua dalil ayat dan hadis-hadis tersebut diatas
menunjukkan turunnya Al-Quran tahap kedua ini dan cara
turunnya, yaitu secara sekaligus turun seluruh isi Al-Quran
dari Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah di langit dunia.
Menurut Imam As-Suyuti, semua hadis tersebut
mauquf, yakni hanya sampai kepada Ibnu Abbas r.a. tetapi
hadits tersebut telah diberi hukum sebagai hadis yang
marfu yang sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Sebab,
seperti yang telah disepakati para ahli Mushthalah Hadis,
bahwa riwayat sahabat yang tidak dalam bidang pemikiran
dan tidak diambil dari cerita Israiliat, adalah bisa diberi
hukum marfu dan dapat dijadikan sebagai hujjah atau
argumentasi.

9
Bahkan Imam As Suyuti menjelaskan, Imam Al-Qurthubi
menerangkan adanya ijmak para ulama mengenai cara
turunnya Al-Quran dari Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah ini
secara sekaligus seluruh isi Al-Quran.
Tetapi dalam hal cara turun Al-Quran dari Lauh
Mahfudh ke Baitul Izzah ini, memang ada tiga pendapat dari
para ulama, yaitu sebagai berikut:
a. Sebagian ulama, antara lain Imam As Suyuti, Az-Zarkasyi,
dan lain-lain mengatakan, bahwa turunnya Al-Quran dari
Lauh Mahfudh ke Baitul Izza di langit dunia itu adalah
secara sekaligus turun seluruh isi Al-Quran. Dalil dari
pendapat pertama ini adalah tiga ayat Al-Quran, dan tiga
hadis tersebut diatas. Semua dalil-dalil itu dengan jelas
menerangkan turunnya Al-Quran tahap dua ini secara
sekaligus.
b. Mayoritas ulama, seperti muqatil, Abu Abdillah Al-Halimi,
Al-Mawardi, Al-Qurthubi dan lain-lain mengatakan,
turunnya Al-Quran ke Baitul Izzah itu adalah secara
bertahap sampai dua puluh kali dalam dua puluh malam
Qadar dari 20 tahun. Tiap-tiap tahun diturunkan sejumlah
ayat ke Baitul Izzah yang dilanjutkan akan disampaikan
langsung kepada Nabi Muhammad SAW di bumi.
c. Sebagian ulama lain, seperti Imam As-Syabi dan lain-lain
mengatakan turunnya Al-Quran ke Baitul Izzah itu
pertama-tama dimulai pada malam Qadar. Setelah itu,
diturunkan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit
dalam berbagai kesempatan dari beberapa waktu yang
berlainan.
Namun, karena masalah turunnya Al-Quran dari Lauh
Mahfudh ke Baitul Izzah itu termasuk hal ghaib, yang tidak
bisa diketahui kecuali berdasarkan dalil sami atau
keterangan dari Nabi Muhammad SAW atau para sahabat,

10
maka pendapat yang berdasarkan dalil-dalil itulah yang
diyakini.
Hikmah diturunkannya Al-Quran dari Lauh Mahfudh ke
Baitul Izzah itu ada tiga hal, sebaai berikut:
a. Menunjukkan kehebatan dan kemukjizatan Al-Quran,
yang turunnya tidak sama dengan kitab-kitab suci yang
lain, tetapi berbeda secara khusus, yaitu diturunkan
secara bertahap
b. Menjelaskan kebesaran Nabi Muhammad SAW yang
menerima kitab suci Al-Quran ini, yang tidak diterimanya
langsung sekali diterima, melainkan diatur secara
bertahap. Mula-mula di Lauh mahfudh, lalu ke Baitul Izzah
secara sekaligus, baru kemudian disampaikan langsung
kepada beliau secara berangsur-angsur, sedikit demi
sedikit.
c. Memberitahukan kepada para malaikat dan para nabi
serta para rasul terdahulu, mengenai kemuliaan dan
ketinggian Nabi Muhammad SAW sebagai rasul
penghabisan, dan kitab suci yang terakhir yang
diterimanya.
3. Tahapan Ketiga (At-Tanazzulu Ats-Tsaalistu)
Tahapan ketiga, Al-Quran turun dari Baitul izzah di langit dunia
langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Artinya setelah wahyu kitab Al-
Quran itu pertama kalinya ditempatkan di Lauh Mahfudz lalu keduanya
diturunkannya ke Baitul izzah di langit dunia, kemudian ketiganya
disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad SAW baik melalui
perantara Malaikat Jibril ataupun secara langsung ke dalam hati sanubari
Nabi Muhammad SAW, maupun dari balik tabir.
Dalilnya, ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi, antara lain:





Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat
yang jelas (Q.S. Al-Baqarah: 99)

11








Artinya: Dialah yang menurunkan Al-Quran kepada kamu,
diantara isinnya ada ayat-ayat yang muhkamat. Itulah
pokok-pokok isi Al-Quran dan yang lain ayat-ayat
mutasyabihat. (Q.S. Al-Imran: 7)









Artinya: dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.
(Q.S Asy-Syuara: 193-194)
Dari dalil-dalil tersebut diatas, dapatlah diketahui bahwa cara
turunnya Al-Quran pada tahap ketiga ini adalah secara langsung kepada
Nabi Muhammad SAW dengan cara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit,
dan kadang-kadang lewat perantara Malaikat Jibril.
Adapun hikmah turunnya Al-Quran pada tahap ketiga ini antara lain:
a. Mempermudah pembacaan dan penyampaiannya kepada umat manusia
b. Mempermudah menghafalkannya
c. Mempermudah memahami seluruh isi ajarannya
d. Lebih meresapkan initi ajaran Al-Quran ke dalam sanubari Rasulullah
dan umatnya
e. Lebih mempermudah praktik pelaksanaan hukum-hukum peraturan Al-
Quran yang bermacam-macam
f. Memberi kesempatan kepada umat islam guna menyesuaikan diri
dengan peraturan-peraturan hukum ajaran Al-Quran yang diturunkan
ayat-ayatnya secara berangsur-angsur dan penetapan hukumnya secara
bertahap.

C. Waktu Turunnya Al-Quran dan Periodesasinya


1. Waktu Turunnya Al-Quran
Permulaan turunnya Al-Quran adalah pada malam
Qadar tanggal 17 Ramadhan tahun keempat puluh dari
kelahiran Nabi Muhammad SAW, bertepatan tanggal 6
Agustus 610 M, sewaktu beliau sedang berkhilwat (meditasi)
di dalam Goa Hira di atas jabal Nur, sebelah utara Kota

12
Mekkah. Ayat yang pertama kali turun yaitu surat Al-alaq
ayat 1-5.
Al-Quran selesai diturunkan menjelang Rasulullah
wafat pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 63 dari kelahiran Nabi
Muhammad SAW atau tahun 10 H yang bertepatan dengan
tanggal 27 Oktober 632 M, dengan turunnya ayat terakhir
yaitu ayat 3 surat Al-Maidah.
Karena itu, menurut jumhur ulama,Al-Quran dari
permulaan turun hingga akhir adalah selama 22 tahun 2
bulan lebih 22 hari. Dalam hal ini ada perbedaan pendapat
diantara para ulama, sesuai dengan perselisihan mereka
mengenai lama waktu Nabi tinggal di Mekkah setelah
diangkat menjadi Rasul, apakah 10 tahun atau 13 tahun
atau 15 tahun. Menurut hasil penelitian sebagaian ahli
sejarah Islam telah menyebutkan bahwa, lama waktu Nabi
tinggal di Mekkah itu adalah 12 tahun 5 bulan dan 13 hari,
mulai dari tanggal 17 ramadhan tahun 40 kelahiran Nabi
sampai awal bulan Rabiul awal 54. Sedang mengenai lama
waktu Nabi tinggal di Madinah, menurut Imam As-Suyuthi
adalah selama 10 tahun atau 9 tahun 9 bulan 9 hari, dari
awal Rabiul Awal tahun 45 sampai Dzulhijah tahun 63 atau
10 H

2. Periodesasi Turunnya Al-Quran


Masa turunnya Al-Quran selama 22 tahun lebih itu terbagi
dalam dua periode:
a) Periode pertama adalah periode Mekkah. Yaitu periode
dimana Nabi Muhammad SAW masih tinggal di Mekkah,
yang menurut para ulama ahli tahkiq selama 12 tahun 5
bulan 13 hari. Pada periode Mekkah ini turun kurang lebih
19/30 dari jumlah seluruh isi Al-Quran yang terdiri dari 90
surat yang mencakup 4.773 ayat (menurut mushaf
Utsman sekarang). Semua surah dan ayat yang turun
selama periode pertama ini, menurut para ulama yang

13
berdasarkan orientasinya kepada teori geografisnya
dinamakan surah atau ayat Makiyyah, yang mempunyai
tanda-tanda tersendiri.
b) Periode kedua adalah periode Madinah. Yaitu di mana Nabi
Muhammad SAW sudah hijrah ke Madinah dan diam di
sana yang telah disepakati para ulama 9 tahun 9 bulan
lebih 9 hari. selama periode kedua ini, turunlah lebih
kurang 11/30 dari semua isi al-Quran, yang terdiri dari 24
surah yang meliputi 1463 ayat
Semua surah atau ayat yang turun pada periode madinah
ini, menurut para ulama yang berdasarkan orientasinya
kepada teori geografisnya dinamakan surah atau ayat
Madaniyyah.

D. Proses Penyampaian Wahyu Kepada Nabi Muhammad


SAW
Menurut Asy-Suyuti, dalam peristiwa Nuzulul Quran, Allah
SWT. Menyampaikan wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad
SAW. Dengan lima macam cara, yaitu sebagai berikut:
1. Malaikat (Jibril) datang kepada Nabi Muhammad SAW
menyerupai suara gemerincing lonceng dengan membawa
wahyu. Hal ini merupakan hal terberat bagi Rasulullah Saw
saat menerima wahyu
2. Jibril memasukkan (an yanfusa) firman Allah SWT ke dalam
hati Rasulullah SAW
3. Jibril menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW dengan
menampakkan diri sebagai wujud manusia.
4. Jibril menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW saat
beliau sedang tidur.
5. Allah SWT berbicara langsung kepada Rasulullah SAW baik
saat beliau terjaga seperti dalam peristiwa Isra maupun
dalam keadaan tidur.7

7 Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Quran dan Ulumul Hadis. Teori


dan Metodologi. (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), hlm 52-53

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nuzulul Quran secara harfiah adalah proses turunnya Al-
Quran. Nuzulul Quran adalah sebuah peristiwa bagaimana Al-
Quran itu diturunkan dari Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah dan
pada akhirnya sampai ke nabi Muhammad SAW.
Tahapan penurunan AL-Quran ada tiga, yaitu: pertama Al-
Quran itu ditaruh di Lauh Mahfudh yang mana lauh Mahfudh
sendiri tidak diketahui keberadaannya. Kedua, dari Lauh
Mahfudh kemudian Al-Quran diturunkan ke Baitul Izzah di
langit dunia. Tahap ketiga, Al-Quran diturunkan dari baitul
Izzah kepada nabi Muhammad SAW secara muttawatir.
Permulaan turunnya Al-Quran adalah pada malam Qadar
tanggal 17 Ramadhan tahun keempat puluh dari kelahiran
Nabi Muhammad SAW, sewaktu beliau sedang berkhilwat
(meditasi) di dalam Goa Hira di atas jabal Nur. Ayat yang
pertama kali turun yaitu surat Al-alaq ayat 1-5 sampai
menjelang Nabi Muhammad meninggal dunia. Pada periode
Mekkah ini turun kurang lebih 19/30 dari jumlah seluruh isi Al-
Quran yang terdiri dari 90 surat yang mencakup 4.773 Selama
periode kedua ini, turunlah lebih kurang 11/30 dari semua isi
al-Quran, yang terdiri dari 24 surah yang meliputi 1463 ayat.
malaikat (Jibril) datang kepada Nabi Muhammad SAW
menyerupai suara gemerincing lonceng dengan membawa
wahyu. Jibril memasukkan (an yanfusa) firman Allah SWT ke
dalam hati Rasulullah SAW. Jibril menyampaikan wahyu kepada
Rasulullah SAW dengan menampakkan diri sebagai wujud

15
manusia. Allah SWT berbicara langsung kepada Rasulullah
SAW.

B. Saran
Dari penulisan yang dilakukan di IAIN Tulungagung dan di pusat
belajar bersama IAIN Tulungagung maka penulis memberikan saran sebagai
berikut: Untuk para pembaca : marilah kita menciptakan inovasi-inovasi baru
yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain, dan juga kembangkanlah
makalah ini agar dapat menjadi kesempurnaan.

16

Anda mungkin juga menyukai