DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
A. Latar Belakang
Menurut data WHO, pada tahun 2013 jumlah penderita skizofrenia mencapai 450
juta jiwa di seluruh dunia. Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar
6,55%. Data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) di seluruh Indonesia menyebutkan hingga
kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang (Maslim, 2012).
Statistik pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa juga cukup memprihatinkan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Riset Kesehatan Dasar 2013
memberikan informasi mengenai prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk
Indonesia 1,7 per mil serta 14,3 persen proporsi rumah tangga yang pernah memasung
anggota keluarganya (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumbawa Barat juga menemukan setidaknya 9 dari 30 orang penderita skizofrenia
dipasung dan pihak terkait telah berusaha melawan pemasungan selama beberapa tahun
(Dikes Minta Penderita Gangguan Jiwa Tidak Dipasung, 2016).
Ada beberapa penyebab orang dengan gangguan jiwa memiliki stigma bahkan
memperoleh diskriminasi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menduga hal ini
akibat pengobatan dan akses ke pelayanan kesehatan jiwa belum memadai (Riset
Kesehatan Dasar, 2013). Faktor lain yang menjadi penyebab permasalahan ini yaitu
kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai gangguan jiwa serta
penanganannya. Amelia (2012) menguatkan asumsi tersebut dengan menuliskan bahwa
ketidaktahuan atau pengertian yang salah dari keluarga atau anggota masyarakat
mengenai skizofrenia menjadi penyebab penderita memperoleh stigma dan diskriminasi.
Masyarakat umumnya menganggap penderita bukan individu sakit yang memerlukan
pertolongan melainkan individu yang berbahaya bagi lingkungan.
Meskipun penderita gangguan jiwa belum bisa disembuhkan 100%, tetapi para
penderita gangguan jiwa memiliki hak untuk sembuh dan diperlakukan secara
manusiawi. UU RI No. 18 Tahun 2014 Bab I Pasal 3 Tentang Kesehatan Jiwa telah
menjelaskan bahwa upaya kesehatan jiwa bertujuan menjamin setiap orang dapat
mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas
dari ketakutan, tekanan dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatatan jiwa
(Kemenkes, 2014). Kesadaran masyarakat mengenai gangguan jiwa dan penanganannya
perlu ditingkatkan agar permasalahan stigma dan diskriminasi tidak berlarut-larut.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam peringatan Hari Kesehatan Jiwa
Sedunia (HKJS) tahun 2015 menyebutkan bahwa masyarakat harus menyadari bahwa
orang dengan masalah kejiwaan berat sekali pun masih bisa produktif bila dirawat
dengan baik, terutama oleh keluarganya sendiri serta masyarakat yang masih
menganggap gangguan jiwa adalah masalah di luar kesehatan dan berkaitan dengan
supranatural perlu diluruskan (Perlakuan Bermartabat Bantu Pulihkan Gangguan
Kejiwaan 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan 50 menit diharapkan masyarakat mampu memahami
Penyuluhan Tentang Konsep Sehat Jiwa, Gangguan Jiwa, Stigma-Stigma Masyarakat
Terkait Jiwa
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian sehat jiwa
b. Mengetahui ciri-ciri sehat jiwa
c. Mengetahui pengertian gangguan jiwa
d. Mengetahui pengertian Stigma masyarakat
e. Mengetahui Faktor Penyebab Stigma masyarakat
f. Mengetahui dampak Stigma masyarakat
g. Mengetahui Strategi untuk Mengubah Stigma masyarakat
C. Rencana Kegiatan
1. Topik : menjelaskan Penyuluhan Tentang Konsep Sehat Jiwa,
Gangguan Jiwa, Stigma-Stigma Masyarakat Terkait
Jiwa
2. Metode : Ceramah, demonstrasi
3. media dan alat` : In focus, lefleat, laptop
4. Waktu dan tempat : Tanggal 24 april 2017
Jam : 14:00 WIB
5. Tempat : masjid al-firdaus
6. Setting Tempat
1 2 3
4 5
Keterangan :
1. Fasilitator
2. Presentator
3. Moderator
4. Audience
5. Dokumentasi
6. Observer
7. Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 10 menit Pembukaan :
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri dan dosen - Mendengarkan dan
pembimbing memperkenalkan diri
- Memvalidasi perasaan keluarga - Menjawab
- Menjelaskan tujuan - Mendengarkan
- Mengingatkan kontrak waktu - Memperhatikan
2. 30 menit Pelaksanaan :
- Melakukan pemeriksaan - Mendengarkan
tekanan darah
- Mengevaluasi pertemuan - Menjawab
sebelumnya
- Menjelaskan cara menciptakan - Mendengarkan
lingkungan yang sehat
- Memberi kesempatan keluarga - Bertanya
untuk bertanya
- Melakukan modifikasi - Mendemonstrasikan
lingkungan yang sehat
- Memberikan reinforcement
- Mendengarkan
positif
3. 10 menit Penutup :
- Menyimpulkan kegiatan - Mendengarkan
- Mengingatkan kontrak untuk - Menjawab
pertemuan selanjutnya
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
D. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Mahasiswa menghadiri kegiatan
b. Tempat, media dan alat kegiatan tersedia sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Mahasiswa dan masyarakat berperan dan bekerja sesuai dengan rencana
b. Masyarakat hadir dan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan
c. Masyarakat berperan aktif dalam mengikuti kegiatan
3. Evaluasi Hasil
a. Masyarakat mampu memahami Penyuluhan Tentang Konsep Sehat Jiwa,
Gangguan Jiwa, Stigma-Stigma Masyarakat Terkait Jiwa
E. Ringkasan Materi
KESEHATAN JIWA TERKAID STIGMA DAN DISKRIMINASI
DIMASYARAKAT
1. Pengertian sehat jiwa
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain
Kesehatan jiwa adalah suatu kondiri yang memungkinkan perkembangan optimal bagi
individu secara fisik,intelektual dan emosional sepanjang hal itu tidak bertentangn
dengan kepentingan orang lain (WHO).
Sehat jiwa menurut Dirjen Keswa Depkes RI (1991) adalah kondisi yang
memungkinkan berkembangnya fisik,intelektual dan emosional seseorang secara oftimal
sehingga ia mampu tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungannya secara wajar dengan
harkat martabat manusia.
Kesehatan jiwa deselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara oftimal
baik intelektual maupun emosional (pasal 24,UU tentang kesehatan,1992).Upaya
peningkatan kesehatan jiwa dilakukan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara
oftimal,baik intelektual maupun emosional melalui pendekatan peningkatan
kesehatan,pencegahan dan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,agar
seseorang dapat tetap atau kembali hidup secara harmonis,baik dalam lingkungan
keluarga,lingkungan kerja dan atau dalam lingkungan masyarakat.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia
2. Ciri-ciri sehat jiwa
a. Bersikap positif terhadap diri sendiri
b. Mampu tumbuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri.
c. Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya
d. Bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang diambil
e. Mempunyai persepsi yang realistis dan menghargai perasaan perasaan serta sikap
orang lain
f. Mampu menyuaikan diri dengan lingkungan
Ciri ciri individu yang sehat jiwa meliputi menyadari sepenuhnya kemampuan
dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif
dan memenuhi kebutuhan hidupnya dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,
menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama
orang lain.
3. Rentang sehat jiwa
4. Masalah psikososial
Masalah psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat
psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa, atau
(gangguan kesehatan) secara nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang
berdampak pada lingkungan sosial.
Ciri-ciri masalah psikososial, yaitu :
a. Cemas, hawatir berlebihan, takut
b. Mudah tersinggung
c. Sulit berkonsentrasi
d. Bersifat ragu-ragu merasa rendah diri
e. Merasa kecewa
f. Pemarah dan agresif
g. Reaksi fisik seperti jantung berdebar,, otot tegang, sakit kepala
salah
g) Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak
menentu
h) Keterampilan, bakat dan kreativitas
i) Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j) Tingkat perkembangan emosi
2. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
a) Kestabilan keluarga
b) Pola mengasuh anak
c) Tingkat ekonomi
d) Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
e) Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas
koping. Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
gangguan perilaku.
Hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit,
perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan prosedur
menanggapi stressor.
b. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Secara umum tanda dan gejala yang mungkin muncul pada gangguan jiwa menurut J
Proses pikir kacau (merasa asing atau ide-ide kebesaran), 3. Serangan depresi yang
lama, apathi, ekstrem, 4. Asnsietas berlebihan, ketakutan, atau curiga, 5. Menarik diri
dari lingkungan, merasa tidak punya teman, orientasi diri abnormal, 6. Menolak
masalah, resistensi, 7. Berpikir atau membicarakan bunuh diri, 8. Merasa ada keluhan
fisik, perubahan pola makan dan tidur, 9. Marah atau permusuhan yang tidak
Stigma Publik
Stereotipe keyakinan negatife tentang kelompok (seperti
berbahaya, ketidakmampuan, kelemahan karakter)
Self-stigma
Jika dilihat dari stigma yang dialami oleh penderita gangguan jiwa, maka
dampak yang muncul dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
penanganan pada klien dengan stigma bahwa orang yang menderita gangguan jiwa
karena kesurupan sedangkan stigma yang kedua adalah bahwa penderita gangguan
jiwa merupakan aib keluarga.
Perlakuan yang terjadi pada penderita gangguan jiwa dengan stigma bahwa
mereka mengalami penyakit yang berhubungan dengan kekuatan supranatural yaitu
mereka akan segera diberi pengobatan dengan memanggil dukun atau kyai yang dapat
mengusir roh jahat dari tubuh penderita. Waktu penyembuhan tersebut bisa memakan
waktu sebentar ataupun lama. Dampak yang ditimbulkan adalah bahwa gangguan
jiwa yang terjadi pada penderita tersebut akan semakin berat tanpa pertolongan
dengan segera.
Sedangkan perlakuan pada orang yang menganggap gangguan jiwa adalah aib
yaitu dengan cara menyembunyikan keadaan gangguan jiwa tersebut dari masyarakat.
Mereka tidak segera membawa orang yang mengalami gangguan jiwa tersebut ke
profesional tetapi cenderung menyembunyikan atau merahasiakan keadaan tersebut
dari orang lain ataupun masyarakat. Hal ini berdampak pada pengobatan yang
terlambat dapat memeperparah keadaan gangguan jiwanya.
b. Dampak diskriminasi
penderita gangguan jiwa seringkali mendapat stigma dan diskrimansi yang lebih
besar dibanding dengan penyakit medis lainnya. Selain individu yang mengalami
gangguan yang diberi stigma, keluarga juga mendapatkan konsekuensi negatif berupa
penolakan, penyangkalan, dan disisihkan di lingkungannya (Priyanto dalam
Sulistyorini, 2013).
Jenkins dan Karno (1992) dalam Ariananda (2015) lebih lanjut menjelaskan
bahwa skizofrenia seringkali dihubungkan dengan stigma bahwa gangguan bersifat
menetap dan tidak dapat disembuhkan. Stigma inilah yang akhirnya membuat Orang
denganGangguanJiwa dipasung agar tidak membuat masyarakat membuat stigma,
hal ini dihubungkan denngan keluarga yang merasa malu karena keluargan Orang
denganGangguanJiwa juga akan diberikan stigma yang buruk oleh masyarakat.
Meminimalisir bukanlah perkara yang mudah, sebab masyarakat umumnya banyak
yang masih tidak paham dengan konsep gangguan jiwa terutama skizofrenia. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang OrangdenganGangguanJiwa menjadi sebuah hal
penting untuk mengurangi stigma dan diskriminasi pada Orang dengan Gangguan
Jiwa
DAFTAR PUSTAKA
Buckles, dkk. (2008). Beyond Stigma and Discrimination : Challenges for Social Work
Practice in Psychiatric Rehabilitation and Recovery, Journal of Social Work in
Disability & Rehabilitation, vol. 7, no. 3, hal. 232-283
Dadang Hawari. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Gaya Baru.
Jakarta
Sibitz, dkk. (2009). Stigma Resistance in Patients with Schizophrenia. Schizophrenia
Bulletion, vol. 10, no. 1093, hal. 1-8
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic. Jakarta:
EGC.
Makalah Keperawatanku, Community Mental Health Nursing. Post 14 Maret 2012. Diambil
pada tanggal 15 April 2013, dari alamat
http://makalahkeperawatanku.blogspot.com/2012/03/community-mental-health-
nursing.html
Dunia Remaja, Beberapa jenis gangguan jiwa yang banyak terjadi pada masa remaja. Post
23 Februari 2012. Diambil pada tanggal 15 April 2013, dari alamat
http://reni77.wordpress.com/2012/02/23/beberapa-jenis-gangguan-jiwa-yang-banyak-
terjadi-pada-masa-remaja/
Kesehatan komposiana, Gangguan Jiwa Pada Anak. Post 12 April 2013. Diambil pada
tanggal 15 April 2013, dari alamat
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/04/12/gangguan-jiwa-pada-anak
545552.html?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khewp