Anda di halaman 1dari 8

RENCANA KEGIATAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

MENGGAMBAR BEBAS

Disusun Oleh :
Nur Lel Fitriani 22020112130046
Hening Sri Wulandari 22020112130058
Henny Kumala Sari 22020112140091
Ambar Beby Septiani 22020112140014
Diksi Puspita Dewi 22020112130031

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

A. TOPIK
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. LANDASAN TEORI
HALUSINASI
a. PENGERTIAN
Halusinasi adalah keadaan dimana seseorang merasa melihat,
mendengar, meraba, mencium dan mengecap sesuatu yang sebenarnya
tidak ada (Canadian Mental Health Association, 2013). Halusinasi
menurut Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2000 adalah gerakan
penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua sistem panca indera terjadi pada saat
kesadaran individu penuh atau baik (Dermawan dan Rusdi, 2013).
Halusinasi bisa aterjadi karena berbagai sebab. Halusinasi
visual terjadi karena adanya lesi di bagian cortek yang juga mengenai
area oksipital dan temporoparietal di otak. Halusinasi dengar biasanya
berhubungan dengan lesi pada lobus temporal dan lesi di bagian
Uncinate gyrus (Chaudhury, 2010.)
b. TANDA DAN GEJALA
Halusinasi yang sering terjadi berupa halusinasi dengar dan biasanya
terdengar suara-suara yang menyuruh seseorang mengerjakan sesuatu
(diketahui sebagai perintah halusinasi).
Tanda dan gejala orang yang mengalami halusinasi dengar antara lain
(Canadian Mental Health Association, 2013) :
1 Orang tersebut terlihat asik sendiri dan tidak menyadari lingkungan
sekitarnya,
2 berbicara dengan dirinya sendiri,
3 kesulitan dalan memahami
4 mengikuti percakapan dan mengalami kesalahan interpretasi kata-
kata dan tindakan dari orang lain.
5 orang yang mengalami halusinasi bisa juga mengisolasi diri atau
mendengarkan radio atau suara-suara lainya untuk menghilangkan
suara yang didengarnya.
Tanda dan gejala orang yang mengalami halusinasi jenis lain antara
1. terlihat seperti berinteraksi dengan helusinasinya
2. fokus pada sesuatu yang tidak dapat dilihat,
3. menyentuh, mengoreskan atau menyikat sesuatu pada dirinya
sendiri,
4. mencium bau atau memegangi hidung
5. meludah makanan tanpa alasan.
c. ETIOLOGI
1) Faktor predisposisi(Stuart, 2007)
a) Biologis
Terdapat abnormalitas perkembangan saraf respon
neurobiologis dapat menjadi salah satu etiologic terjadinya
halusinasi. Pada pencitraan otak pada penderita skizofrenia
terdapat pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan
dan atropi cerebellum, serta terdapat beberapa zat kimia yang
ditemukan seperti dopamine neurotransmitter yang diproduksi
secara berlebihan.
b) Psikologis
Keluarga, teman, lingkungan yang berada disekitar klien
dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien. Kekerasan dan
penolakan yang klien terima di masa lalu dapat mempengaruhi
gangguan orientasi.
c) Sosial budaya
Keadaan sosial budaa dapat mempengaruhi gangguan
orientasi klien, seperti konflik sosial budaya, kemiskinan.

2) Faktor presipitasi
Menurut Kelliat (2006), secara umum halusinasi muncul setelah
terjadinya hubungan bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Tingkat halusinasi akan
meningkat untuk kambuh bergantung pada penilaian klien terhadap
stressor dan cara koping klien.
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan pusat pengaturan
informasi pada otak mengakibatkan otak salah dalam
mengintrepetasikan stimulus yang diterima.
b) Stress lingkungan
Klien melebihi ambang toleranis stress yang dimiliki
sehingga muncul gangguan perilaku
c) Sumber koping
Sumber koping yang maladaptive dapat mempengaruhi
respon klien terhadap suatu stressor yang muncul.

d. RENTANG RESPON HALUSINASI

Adaptif Malada

Psikologis logis Kadang pikiran Ganggunagn proses


Persepsi akurat terganggu pikir
Emosi konsisten Ilusi Halusinasi
Dengan pengalaman Emosi berlebihan atau Tidak mampu
Perilaku sesuai kurang mengalami
Hubungan positif Perilaku yang tidak Emosi
biasa Perilaku tidak
Menarik diri terorganisir
Isolasi sosial

Halusinasi adalah salah satu dari respon maladaptif yang berada


pada rentag neurobiologis. Respon halusinasi adalah respon persepsi
paling maladaptif.individu yang memiliki persepsi yang sehat akan
mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima dari panca indera. Pasien dengam
halusinasi akan mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun
stimulus tersebut tidak ada (Purba dkk, 2008).
e. JENIS HALUSINASI
Stuart mengatakan bahwa jenis halusinasi terdiri dari 5 yaitu (Stuart
dan Laraia, 2007)
1) Halusinasi pendengaran
Pada halusinasi pendengaran klien akan mendengar suara atau
bunyi yang tidak nyata. Suara ini akan terdengar dari suara
sederhana sampai suara orang. Klien akan berbicara sendiri dan
kadang klien mendengar perkataan bahwa klien harus melakukan
sesuatu yang membahayakan.
2) Halusinasi penglihatan
Halusinasi penglihatan adalah stimulus visual dalam bentuk
kilatan cahaya, gambar geometri, gambar kartun, bayangan rumit
atau bayangan yang menyenangkan atau menakutkan. Contoh pada
halusinasi penglihatan adalah melihat monster.
3) Halusinasi penciuman
Karakteristik dari halusinasi penciuman adalah klien merasa
mencium sesuatu seperti bau darah, urine, feses padahal bau
tersebut tidak nyata.
4) Halusinasi pengecapan
Pada halusinasi ini klien akan merasa seperti mengecap sesuatu
yang tidak nyata seperti darah atau urine.
5) Halusinasi perabaan
Klien akan mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
adanya stimulus yang jelas.
f. TAHAP HALUSINASI (Purba dkk, 2008)

Tahap Karakteristik Perilaku pasien


Tahap I a. Mengalami ansietas, a. Tersenyum dan
Memberi rasa nyaman kesepian, rasa tertawa sendiri
b. Menggerakan bibir
Tingkat ansietas sedang bersalah dan
tanpa suara
Halusinasi merupakan ketakutan
c. Pergerakan mata
b. Mencoba berfokus
suatu kesenangan
yang cepat
pada pikiran yang
d. Respon verbal
dapat
lambat
menghilangkan e. Diam dan
ansietas berkonsentrasi
c. Pikiran dan
pengalaman sensori
masih dalam kontrol
kesadaran
Tahap II a. Pengalaman sensori a. Peningkatan tanda-
Menyalahkan menakutkan tanda ansietas,
Tingkat ansietas berat b. Mulai merasa peningkatan TTV
b. Rentang perhatian
Halusinasi menyebabkan kehilangan kontrol
c. Merasa dilecehkan menyempit
antipati
c. Konsentrasi
oleh pengalaman
dengan
sensori
d. Menarik diri dari pengalaman
orang lain sensori
e. Non psikotik d. Kehilangan
membedakan
antara halusinasi
dan realita
Tahap III a. Klien menyerah dan a. Perintah halusinasi
Mengontrol tingkat menerima ditaati
b. Sulit berhubungan
kecemasan berat pengalaman sensori
b. Isi halusinasi denganorang lain
Pengalaman sensori tidak
c. Rentang perhatian
menjadi atraktif
dapat ditolak lagi
c. Kesepian bila hanya beberapa
sensori berakhir detik/ menit
d. Psikotik d. Gejala sisa ansietas
berat, berkeringat,
tremor, tidak
mampu mengikuti
perintah
Tahap IV a. Pengalaman sensori a. Perilaku panik
b. Pontensi tinggi
Menguasai tingkat menjadi ancaman
b. Halusinasi dapat untuk bunuh diri
kecemasan panik
berlangsung selama atau membunuh
Klien dipengaruhi oleh
c. Tindakan
beberapa jam atau
waham
kekerasan, agitasi,
hari
c. Psikotik menarik diri atau
ketakutan
d. Tidak mampu
merespon terhadap
perintah yang
kompleks
e. Tidak mampu
berespon terhadap
lebih dari satu
orang

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas
tang dilakukan perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagau target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamina
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi tempat
klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
yang maladaptif. Tindakan keperawatan yang ditujukan pada klien, baik
secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan upaya
menyeluruh dalam menyelesaikan masalah klien.
Terapi aktifitas kelompok yang dikembangkan adalah sosialisasi,
stimulasi persepsi, stimulasi sensori dan orientasi (Kelliat, 2004).
Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menajsi menarik
diri terhadap ingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendiria dan
halusinasinys sehingga semakin jauh dari hubungan sosial dengan
lingkungan sekitarnya. Terapi aktifitas kelompok cocok digunakan untuk
klien dengan gangguan persepsi-sensori dapat tertolong dalam hal
sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktifitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Kelliat, 2004). Salah
satu bentuk terapi aktifitas kelompok adalah menggambar. Menggambar
dapat melatih kemampuan klien untuk mengekspresikan perasaannya pada
saat itu.
D. KLIEN
1. Kriteria
2. Proses Seleksi
E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu :
Hari/ Tanggal :
Jam :
2. Tim Terapis
Tim Pembagian Tugas
Terapis
Leader - Memimpin berlangsungnya TAK
- Merencanakan, mengontrol dan mengatur
berlangsungnya TAK
- Menyampaikan materi sesuai TAK
- Memimpin diskusi kelompok
Co Leader - Membuka acara
- Mendampingi leader
- Mengambil alih posisi leader jika leader bloking
- Menyerahkan kembali kepada leader posisi leader
Fasilitator - Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
- Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien
anggota kelompok untuk aktif mengikuti
berlangsungnya TAK.
Observer - Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat
pada format yang tersedia).
- Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai
persiapan, proses hingga penutupan
3. Metode dan Media
F. SETTING TEMPAT
G. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
2. Orientasi
3. Kerja
4. Terminasi

Anda mungkin juga menyukai