Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM XI:

ANTIMICROBIAL SUSCEPTIBILITY TESTING


I. TUJUAN
I.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan uji kepekaan atau uji resistensi bakteri terhadap
berbagai macam antibiotika dengan metode difusi (disk diffusion method) sesuai
dengan standart CLSI
I.2 Tujuan Khusus
I.2.1 Mahasiswa mampu melakukan uji kepekaan/uji resistensi
Staphylococcus aureus terhadap berbagai macam antibiotika dengan
metode difusi sesuai dengan standart CLSI
I.2.2 Mahasiswa mampu melakukan uji kepekaan/uji resistensi Escherichia
coli terhadap berbagai macam antibiotika dengan metode difusi sesuai
dengan standart CLSI

II. DASAR TEORI


II.1 Antimicrobial Susceptibilty Testing atau Uji Sensitivitas Antimikroba
Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa
murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis
menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering
digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah
penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan
akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung
zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan
sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa
semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin
sensitif (Waluyo, 2008).
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap
antibiotik atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik
untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba. Zona Hambat merupakan
tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat antibakteri atau
antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan
mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya: Tetracycline,
Erytromycin, dan Streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang
memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
secara luas (Djide, 2008). Suatu penurunan aktivitas antimikroba akan dapat
menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia,
sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya
metode merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan
hilangnya aktivitas antimikroba (Djide, 2008)
II.2 Microdelution Method
Cara Tabung (Tube Dilution Method), membuat penipisan antibiotik pada
sederetan tabung reaksi yang berisi perbenihan cair. Ke dalam tabung-tabung
tersebut dimasukkan kuman yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan
kemudian dieram. Dengan cara ini akan diketahui konsentrasi terendah
antibiotik yang menghambat pertumbuhan kuman yang disebut Konsentrasi
Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC)
(Waluyo, 2008).
II.3 Disk diffusion Method
Cara Cakram (Disc Method), menggunakan cakram kertas saring yang
mengandung antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar tertentu yang diletakkan
di atas lempeng agar yang ditanami kuman yang akan diperiksa, kemudian di
inkubasi. Apabila tampak adanya zona hambatan pertumbuhan kuman di
sekeliling cakram antibiotik, maka kuman yang diperiksa sensitif terhadap
antibiotik tersebut. Cara ini disebut juga cara difusi agar, yang lazim dilakukan
adalah cara Kirby-Bauer (Waluyo, 2008)..
II.4 Antibiotik
Kegiatan antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.
Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru
dikembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey
(Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan khasiat antibiotik diisolir oleh
penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat
toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Suwandi,
2003).
Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang dalam
jumlah amat kecil atau rendah bersifat merusak atau menghambat
mikroorganisme lain. Antibiotik mempunyai nilai ekonomi yang tinggi terutama
di bidang kesehatan, karena kegunaanya dalam mengobati berbagai penyakit
infeksi. Antibiotik banyak dihasilkan oleh alga, lichen, tumbuhan tingkat tinggi,
hewan tingkat rendah, vertebrata dan mikroorganisme (Suwandi, 2003).
Antibiotik yang digunakan dalam praktikum ini antar lain:
1. Ampicilin (AMP 10)
Ampisilin adalah antibiotika golongan penisilin semi sintetik, dipakai
secara per oral dan parenteral, aktif terhadap bakteri gram positif dan
negatif dengan spektrum antibakteri
2. Cefotaxime (CTX 30)
Cefotaxime adalah obat untuk berbagai macam infeksi bakteri seperti
infeksi pernapasan bagian bawah, infeksi saluran kemih, meningitis, dan
gonore. Cefotaxime termasuk dalam obat antibiotik kelas cephalosporin.
Cata kerjanya adalah dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.
Antibiotik seperti cefotaxime tidak akan bekerja pada infeksi virus
seperti pilek dan flu. Menggunakan antibiotik saat tidak dibutuhkan
meningkatkan risiko terkena infeksi yang kebal dengan pengobatan
antibiotik. Hanya minum sesuai dengan instruksi dokter.
3. Cefoxitin (FOX 30)
Cefoxitin adalah kelompok obat yang disebut cephalosporin
antibiotics. Cefoxitin bekerja dengan cara mematikan bakteri dalam tubuh.
Cefoxitin digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri,
termasuk keadaan parah atau yang mengancam nyawa. (detik health)
4. Ciprofloxacin (CIP 5)
Ciprofloxacin adalah antibiotik yang digunakan untuk menangani
berbagai jenis infeksi akibat bakteri, misalnya infeksi saluran kemih,
infeksi pada saluran pencernaan, infeksi pada mata, dan infeksi menular
seksual. Jenis obat ini bekerja dengan membunuh atau mencegah
perkembangan bakteri yang menjadi penyebab infeksi. Karena itu,
ciprofloxacin tidak akan efektif untuk mengobati flu atau pilek yang
disebabkan oleh infeksi virus.
5. Cloramphenicol (C 30)
Chloramphenicol adalah obat untuk mengobati infeksi bakteri pada
mata. Chloramphenicol adalah antibiotik yang bekerja dengan
menghentikan pertumbuhan bakteri. Obat ini hanya mengobati infeksi
bakteri pada mata, dan tidak akan efektif pada jenis infeksi mata lainnya.
6. Erithromycin (ERY 15)
Erythromycin adalah golongan antibiotik makrolida yang dapat
digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri akut, seperti
infeksi kulit, mata, telinga, saluran kemih, dan pernapasan.
7. Gentamicin (GEN 10 atau CN 10)
Gentamicin adalah obat dengan fungsi untuk mencegah atau mengobati
berbagai infeksi bakteri. Gentamicin termasuk golongan antibiotik
aminoglikosida. Obat ini bekerja dengan menghentikan pertumbuhan
bakteri. Dosis gentamicin dan efek samping gentamicin akan dijelaskan
lebih lanjut di bawah ini.
8. Tetracylne (TET 30)
Tetracycline adalah kelompok obat antibiotik. Obat ini berfungsi untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri dengan menghentikan
pertumbuhan bakteri. Obat ini tidak akan berfungsi untuk mengatasi
infeksi yang disebabkan oleh virus, seperti flu dan pilek.
9. Trimethoprim-sulfametoxazole (SXT 1.25/23.75)
Obat ini adalah kombinasi dari dua antibiotik: sulfametoksazol dan
trimetoprim, yang ddigunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi
bakteri (seperti infeksi telinga tengah, infeksi saluran kencing, pernapasan,
dan usus). Obat ini juga digunakan untuk mencegah dan mengobati
pneumonia jenis tertentu.
Obat kombinasisulfamethoxazole + trimethoprim tidak boleh
digunakan pada anak-anak berusia kurang dari 2 bulan karena ada risiko
efek samping yang serius. Obat ini hanya mengobati infeksi jenis tertentu
dan tidak akan bekerja untuk infeksi virus (seperti flu). Penggunaan yang
tidak perlu atau penyalahgunaan antibiotik dapat menyebabkan
efektivitasnya menurun.
III. METODELOGI PRAKTIKUM
III.1 Alat dan Bahan
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Lidi kapas steril
4. Lampu bunsen
5. Pinset
6. Penggaris
7. Tabel CLSI
8. Inkubator
9. Cawan petri plastik
10. Kertas lingkaran penanda
III.2 Bahan
1. Mueller Hinton agar plate
2. Suspensi bakteri Staphylococcus aureus sesuai dengan 0.5 Mac Farlan
Standard
3. Suspensi bakteri Echerichia coli sesuai dengan 0.5 Mac Farland Standard
4. Disk antibiotika untuk S.aureus :
- Tetracyclne (TET 30),
- Cefoxitin (FOX 30),
- Gentamicin (GEN 10 atau CN 10),
- Erythromycin (ERY 15),
- Cloramphenicol (C 30)
- Trimethoprim-sulfamethoxazole (SXT 1.25/23.75)
5. Disk antibiotika untuk E.coli:
- Ampicillin (AMP 10)
- Gentamicin (GEN 10 atau CN 10)
- Cefotaxime (CTX 30)
- Ciprofloxacin (CIP 5)
- Cloramphenicol (C 30)
- Trimethoprim-sulfamethoxazole (SXT 1.25/23.75)
III.3 Cara Kerja
1. Nyalakan lampu bunsen terlebih dahulu sebelum melakukan tes resistensi
2. Siapkan media Mueller Hinton agar plate.
3. Masukkan lidi kapas steril ke dalam suspensi bakteri, aduk suspensi bakteri
kemudian peras lidi kapas steril dengan cara memutar mutar lidi kapas steril
di dalam tabung bagian pinggir tabung reaksi tanpamengenai suspensinya.
4. Dengan lidi kapas steril yang sudah ada suspensi bakterinya, ratakan pada
permukaan media Mueller Hinton agar plate.
5. Letakkan disk disk antibiotika pada permukaan Mueller Hinton agar plate
yang sudah ada bakterinya.
6. Disk antibiotika yang dipasang dipermukaan media, disesuaikan dengan
jenis bakterinya sesuai dengan titik pada kertas lingkaran
7. Inkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 350 C.
8. Setelah diinkubasi, ukur diameter zona hambatan dengan penggaris atau
jangka sorong untuk masing masing disk antibiotika (tulis dalam milimeter,
BUKAN centimeter)
9. Cocokkan hasilnya (mm) dengan table CLSI.
10. Simpulkan hasilnya setelah dicocokan dengan table CLSI apakah sensitive
(S) , Intermediate (I) atau Resisten (R).
11.
IV. HASIL PENGAMATAN
N GAMBAR FOTO KETERANGAN
O
1 MSSA (Methicillin-sensitive
Staphylococcus aureus)

SXT 25 = 22 mm
E 15 = 29 mm
C 30= 28 mm
FOX30 = 31 mm
TE 30 = 12 mm
CN 10 = 21 mm

Dokumentasi pribadi (2017)


2 MSSA (Methicillin-sensitive
Staphylococcus aureus)

E 15 = 27 mm
SXT 25 = 29 mm
FOX 30 = 23 mm
C 30= -
TE 30= 9 mm
CN 10= 20 mm

Dokumentasi pribadi (2017)


3 MRSA
(Methicillin-Resisten
Staphylococcus aureus)

TE = -
CN = -
SXT = -
FOX = -
C = 9 mm
E = 30 mm

Dokumentasi pribadi (2017)


4 MRSA
(Methicillin-Resisten
Staphylococcus aureus)

C = 9 mm
FOX = -
SXT = -
CN = -
TE = 6 mm
E = 30 mm

Dokumentasi pribadi (2017)


6 Escherichia coli 1

AMP = -
C = 7 mm
CIP = 33 mm
CN = 20 mm
CTX = 33 mm
SXT = -

Dokumentasi pribadi (2017)


7 Escherichia coli 2

AMP = -
C = 8 mm
CIP = 34 mm
CN = 20 mm
CTX = 32 mm
SXT = -

Dokumentasi pribadi (2017)


V. PEMBAHASAN
Praktikum Antimicroba Susceptibility Testing atau uji kepekaan bakteri
terhadap antibiotik tertentu dilaksanakan pada hari rabu tanggal 17 mei 2017.
Praktikum ini bertempatan di laboratorium basah Gedung E Fakultas kedokteran
Universitas Diponegoro. Praktikum ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah
suatu bakteri masih sensitif atau resisten terhadap berbagai macam antibiotik
tertentu. Uji kepekaan atau uji resistensi ini dilakukan pada bakteri Eschericia
coli, Staphylococcu aureus resisten terhadap meticilin dan Staphylococcu aureus
sensitif terhadap meticilin dengan metode disk diffusion methode. Masing masing
bakteri diinokulasikan pada media Mueller Hinton agar plate secara aseptik yaitu
dilakukan di dekat api lampu spirtus agar tidak terkontaminasi mikroba lain,
setelah itu diletakkan antibiotik pada tempat tertentu sesuai letak titik pada kertas
lingkaran secara aseptik. Bakteri E. coli pada medium diberikan disk antibiotik
ampicillin (AMP 10), gentamicin (GEN 10 atau CN 10), Cefotaxime (CTX 30),
Ciprofloxacin (CIP 5), Cloramphenicol (C 30), Trimethoprim-sulfamethoxazole
(SXT 1.25/23.75). Bakteri S. Aureus coli pada medium diberikan disk antibiotik
Tetracycline (TET 30), gentamicin (GEN 10) atau CN 10), Cefoxitin (FOX 30),
Erythtomicin (ERY 15), Cloramphenicol (C 30), Trimethoprim-sulfamethoxazole
(SXT 1.25/23.75)
V.1 MSSA (Methicillin-sensitive Staphylococcus aureus)
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora
dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan
diameter sekitar 0,8-1,0 m (madigan, 2008). S. aureus tumbuh dengan optimum
pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan
mikroflora normal manusia (Prescott, 2002).
Respon yang ditunjukkan dengan panjang diameter zona hambat yang
diberikan oleh bakteri antar antibiotik berbeda beda. Data respon yang timbul
akibat pemberian antibiotik akan menunjukkan apakah bakteri tersebut sensitive
(S), Resisten (R), atau Intermediate (I). Menurut CLSI (2016), untuk antibiotik
Trimethoprim-sulfametoxazol (SXT 25) bakteri S bila diameter zona hambat (D)
16 mm, R bila D 10 mm, I bila D 11 mm 15 mm; untuk antibiotik
Erythromycin (E 15), bakteri S bila diameter zona hambat (D) 23 mm, R bila D
13 mm, I bila D 14 mm 22 mm; untuk antibiotik Chloramphenicol (C30)
bakteri S bila diameter zona hambat (D) 18 mm, R bila D 12 mm, I bila D 13
mm 17 mm; untuk antibiotik Cefoxitin (FOX 30) bakteri S bila diameter zona
hambat (D) 18 mm, R bila D 14 mm, I bila D 15 mm 17 mm; untuk
antibiotik Tetracycline (TE 30) bakteri S bila diameter zona hambat (D) 15 mm,
R bila D 12 mm, I bila D 13 mm 14 mm; untuk antibiotik Gentamicin (CN 10)
bakteri S bila diameter zona hambat (D) 16 mm, R bila D 10 mm, I bila D 11
mm 15 mm.
Bakteri MSSA diinokulasiikan pada dua medium Mueller Hilton Agar plate.
Cawan petri MSSA pertama menunjukkan data sebagai berikut :
SXT 25 = 22 mm, FOX 30= 31 mm,
E 15 = 29 mm, TE 30 = 12 mm,
C 30 = 28 mm, CN 10 = 21 mm.
Data yang didapat dari hasil praktikum diinterpretasikan dengan tabel CLSI
(Clinical and Laboratory Standart Institute) maka didapatkan hasil praktikum
bahwa bateri MSSA pada cawan petri pertama sensitive terhadap antibiotik
Trimethoprim-sulfametoxazol (SXT 25), Erythromicin (E15), Chloramphenicol
(C30), Cefoxitin (FOX 30), dan Gentamicin (CN 10) dan intermediate terhadap
Tetracyclin (TE 30). Cawan petri MSSA kedua menunjukkan data sebagai berikut:
E 15 = 27 mm C 30= -
SXT 25 = 29 mm TE 30= 9 mm
FOX 30 = 23 mm CN 10= 20 mm
Data yang didapat dari hasil praktikum diinterpretasikan dengan tabel CLSI
(Clinical and Laboratory Standart Institute) maka didapatkan hasil praktikum
bahwa bateri MSSA pada cawan petri kedua sensitive terhadap antibiotik
Trimethoprim-sulfametoxazol (SXT 25), Erythromicin (E15), Cefoxitin (FOX 30),
dan Gentamicin (CN 10), serta resisten terhadap Chloramphenicol (C30) dan
Tetracyclin (TE 30).
V.2 MRSA (Methicillin-resisten Staphylococcus aureus)
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora
dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan
diameter sekitar 0,8-1,0 m (madigan, 2008). S. aureus tumbuh dengan optimum
pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan
mikroflora normal manusia (Prescott, 2002).
Respon yang ditunjukkan dengan panjang diameter zona hambat yang
diberikan oleh bakteri antar antibiotik berbeda beda. Data respon yang timbul
akibat pemberian antibiotik akan menunjukkan apakah bakteri tersebut sensitive
(S), Resisten (R), atau Intermediate (I). Menurut CLSI (2016),
Antibiotik Trimethoprim-sulfametoxazol (SXT 25) bakteri S bila diameter
zona hambat (D) 16 mm, R bila D 10 mm, I bila D 11 mm 15 mm (CLSI,
2016)
Antibiotik Erythromycin (E 15), bakteri S bila diameter zona hambat (D) 23
mm, R bila D 13 mm, I bila D 14 mm 22 mm.
Antibiotik Chloramphenicol (C 30) bakteri S bila diameter zona hambat (D)
18 mm, R bila D 12 mm, I bila D 13 mm 17 mm.
Antibiotik Cefoxitin (FOX 30) bakteri S bila diameter zona hambat (D) 18
mm, R bila D 14 mm, I bila D 15 mm 17 mm.
antibiotik Tetracycline (TE 30) bakteri S bila diameter zona hambat (D) 15
mm, R bila D 12 mm, I bila D 13 mm 14 mm;
antibiotik Gentamicin (CN 10) bakteri S bila diameter zona hambat (D) 16
mm, R bila D 10 mm, I bila D 11 mm 15 mm.
Bakteri MRSA diinokulasiikan pada dua medium Mueller Hilton Agar plate.
Cawan petri MRSA pertama menunjukkan data sebagai berikut :
TE 30= - FOX 30 = -
CN 10 = - C 30 = 9 mm
SXT 25 = - E 15= 30 mm
Data yang didapat dari hasil praktikum diinterpretasikan dengan tabel CLSI
(Clinical and Laboratory Standart Institute) maka didapatkan hasil praktikum
bahwa bateri MRSA pada cawan petri pertama resisten terhadap antibiotik
Trimethoprim-sulfametoxazol (SXT 25), Tetracycline (TE) 30, Chloramphenicol
(C30), Cefoxitin (FOX 30), dan Gentamicin (CN 10) dan Sensitive terhadap
Erythromicin (E 15). Cawan petri MSSA kedua menunjukkan data sebagai
berikut:
C = 9 mm CN = -
FOX = - TE = 6 mm
SXT = - E = 30 mm
Data yang didapat dari hasil praktikum diinterpretasikan dengan tabel CLSI
(Clinical and Laboratory Standart Institute) maka didapatkan hasil praktikum
bahwa bateri MRSA pada cawan petri kedua sensitive terhadap antibiotik,
Erythromicin (E15), serta resisten terhadap Chloramphenicol (C30),
Trimethoprim-sulfametoxazol (SXT 25), Cefoxitin (FOX 30), Gentamicin (CN
10) dan Tetracyclin (TE 30).
V.3 Escherichia coli
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies
utama bakteri gram negatif. Bakteri ini merupakan bakteri anaerob fakultatif yaitu
bakteri yang tidak membutuhkan oksigen dalam proses metabolismenya
(Levinson W. 2008).
Respon yang ditunjukkan dengan panjang diameter zona hambat yang
diberikan oleh bakteri antar antibiotik berbeda beda. Data respon yang timbul
akibat pemberian antibiotik akan menunjukkan apakah bakteri tersebut sensitive
(S), Resisten (R), atau Intermediate (I).
Antibiotik Ampicillin (AMP 10) menunjukkan E.coli S bila diameter zona
hambat (D) 17 mm, R bila D 13 mm, I bila D 14 mm 16 mm (CLSI, 2016)
Antibiotik Gentamicin menunjukkan E.coli S bila diameter zona hambat (D)
15 mm, R bila D 12 mm, I bila D 13 mm 14 mm (CLSI, 2016).
Antibiotik Cefotaxime (CTX 30) E.coli S bila diameter zona hambat (D) 26
mm, R bila D 22 mm, I bila D 23 mm 25 mm (CLSI, 2016).
Antibiotik Ciprofloxacin (CIP 5) E.coli S bila diameter zona hambat (D) 21
mm, R bila D 15 mm, I bila D 16 mm 20 mm (CLSI, 2016).
Antibiotik Chloramphenicol (C 30) E.coli S bila diameter zona hambat (D)
18 mm, R bila D 12 mm, I bila D 13 mm 17 mm (CLSI, 2016).
Antibiotik Trimethoprim sulfametoxazole (SXT 125) E.coli S bila diameter
zona hambat (D) 16 mm, R bila D 10 mm, I bila D 11 mm 15 mm (CLSI,
2016).

VI. KESIMPULAN
VII. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai