Anda di halaman 1dari 20

EFEK FOTOLISTRIK

ABSTRAK
Telah dilakukan eksperimen tentang Efek Fotolistrik yang bertujuan Mendiskripsikan
grafik arus terhadap tegaigan untuk menemukan stopping potensial, Menentukan konstanta Planck
melalui grafik energy dan frekuensi, Menentukan fungsi kerja, Menentukan energi kinetik ,dan
Mendeskripsikan pengaruh intensitas terhadap arus. Eksperimen ini menggunakan media PHET
simulation untuk memudahkan pengambilan data. pada percobaan pertama mengunakan
tegangan batrai sebagai variabel manipulasi sedangkan intesitas, panjang gelombang, dan
jenis logam sebagai variabel kontrol. nilai arus sebagai variabel respon percobaan pertama.
pada percobaan ke dua menggukan variabel manipulasi berupa nilai panjang gelombang.
variabel kontolnya adalah intensitas cahaya dan variabel responnya adalah Vs( stopping
potensial). pada percobaan ketiga menggunakan variabel manipulasi berupa intensitas,
variabel kontrol panjang gelombang dan variabel responnya adalah kuat arus. Berdasarkan
hasil data dan analisis percobaan pertama di peroleh bahwa tegangan batrai berpengaruh
variatif terhadap kuat arus. pada percobaan ke dua di dapatkan Semakin besar frekuensi yang
diberikan, maka potensial penghenti juga semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
cahaya berperilaku sebagai partikel sesuai dengan teori kuantum. Hasil eksperimen diperoleh
nilai konstanta Planck 6,416 x 1034 untuk logam calsium , sebesar 6,894 x 1034 untuk
platinum, sebesar 6,845 x 1034 untuk logam tembagga, sebesar 6,832 x1034 untuk logam zinc,
dan sebesar 6,805 x1034 untuk logam sodium. nilai ini mendakati teori yaitu sebesar 6,63 x
1034 .pada percobaan kedua juga diperoleh nilai fungsi kerja setiap logam . sedangkan pada
percobaan tiga didapatkan hasil bahwa intensitas berbanding lurus terhadap arus.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa cahaya berperilaku sebagai partikel
menurut teori kuantum. Hal ini terlihat dari tidak adanya perubahan arus yang signifikan
akibat perubahan intensitas cahaya namun potensial penghenti dipengaruhi oleh perubahan
frekuensi. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori.

KATA KUNCI: efek fotolistrik, konstanta Planck, teori kuantum


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penemuan efek fotolistrik merupakan salah satu tonggak sejarah kelahiran
fisika kuantum. Untuk merumuskan teori yang cocok dengan eksperimen, sekali lagi
orang dihadapkan pada situasi dimana faham klasik yang selama puluhan tahun telah
diyakini sebaga faham yang benar, harus dirombak. Faham yang dimaksud adalah
konsepsi bahwa cahaya sebagai gelombang.
Efek fotolistrik merupakan gejala fisika yang pertama kali ditemukan oleh
Hertz pada tahun 1887 ketika mendemonstrasikan keberadaan gelombang
elektromagnetik. Kemudian, Lenard menggunakan sebuah tabung kaca yang
divakumkan yang di dalamnya terdapat dua buah elektrode. Ketika itu, teori fisika
tidak dapat menjelaskan hasil pengamatan Lenard. Setelahnya, Einstein dengan
menggunakan gagasan kuanta Planck memberikan penjelasan teoritis terhadap hasil
pengamatan gejala fotolistrik. Einstein merumuskan persamaan yang menghubungkan
antara potensial ambang dengan frekuensi cahaya monokromatik yang digunakan
dalam menyinari katode, yaitu .
Pada percobaan ini, kita akan mengamati perilaku cahaya sebagai partikel
menurut teori kuantum dan merombak pernyataan cahaya sebagai gelombang oleh
teori klasik. Selain itu, pada percobaan ini akan di analisis untuk menentukan
konstanta Planck. Dengan adanya eksperimen ini, kita dapat mengetahui bagaimana
hubungan intensitas cahaya terhadap arus fotoelektrik. Selain itu, kita akan
menyelidiki bagaimana penjelasan teori klasik dan teori kuantum mengenai cahaya.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam praktikum fotolistrik antara lain:
1.Bagaimana hubungan grafik arus terhadap tegangan untuk menemukan stopping
potensial?
2. Bagaimana menentukan konstanta Planck melalui grafik energy dan frekuensi?
3. Bagaimana menentukan fungsi kerja?
4. Bagaimana menentukan kinetik energi?
5. Bagaimana pengaruh intensitas terhadap arus?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam praktikum fotolistrik antara lain:
1. Mendiskripsikan grafik arus terhadap tegaigan untuk menemukan stopping potensial
2. Menentukan konstanta Planck melalui grafik energy dan frekuensi
3. Menentukan fungsi kerja
4. Menentukan energi kinetik
5. Mendeskripsikan pengaruh intensitas terhadap arus.
BAB II
LANDASAN TEORI

Efek Fotolistrik

Efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari permukaan logam karena logam
tersebut disinari cahaya. Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck,
kemudian Albert Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki
bahwa cahaya merupakan pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut foton yang
memiliki energi sebesar hf . Percobaan yang dilakukan Einstein lebih dikenal dengan
sebutan efek fotolistrik.

gambar 2.1 Skema alat untuk menyelidiki efek fotolistrik.

Gambar diatas menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein untuk


mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara yang dilengkapi
dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan sumber tegangan arus searah (DC).
Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam ruang gelap, maka amperemeter tidak menunjukkan
adanya arus listrik. Akan tetapi pada saat permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar
amperemeter menunjukkan adanya arus listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus
listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (yang
selanjutnya disebut elektron foto) A bergerak menuju B. Apabila tegangan baterai diperkecil
sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik juga semakin mengecil dan jika tegangan terus
diperkecil sampai nilainya negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai tertentu (-Vo),
amperemeter menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang mengalir atau tidak
ada elektron yang keluar dari keping A. Potensial Vo ini disebut potensial henti, yang nilainya
tidak tergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi
kinetik maksimum elektron yang keluar dari permukaan adalah sebesar:
Gambar 2.2 Grafik hubungan antara intensitas dengan potensial henti

dengan :
Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV)
m = massa elektron (kg)
v = kecepatan elektron (m/s)
e = muatan elektron (C)
Vo = potensial henti (volt)

Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton) yang dijatuhkan
pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul jika
frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal yang
mampu menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada jenis logam yang dipakai.

Teori Gelombang Tentang Efek Fotolistrik

Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori gelombang dan teori
kuantum (foton) untuk menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada
dua besaran yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang gelombang) dan intensitas.
Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang terjadi pada efek
fotolistrik, antara lain:
a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar jika
intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa energi kinetik
elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton yang dijatuhkan.

b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang frekuensi, asal
intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek fotolistrik baru akan terjadi
jika frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi
minimal yang tertentu agar dapat timbul elektron foto.

c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan elektron
dari permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas dari permukaan
logam dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu
penyinaran.

d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum elektron
foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar.

Teori Kuantum Tentang Efek Fotolistrik

Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum
bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan intensitas
foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak menambah energi foton selama
frekuensi foton tetap.
Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga
energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton tersebut
lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka diperlukan energi
minimal sebesar energi ikat elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang diperlukan
untuk melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau energi ambang.
Besarnya Wo tergantung pada jenis logam yang digunakan. Apabila energi foton yang
diberikan pada elektron lebih besar dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan
berubah menjadi energi kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi
ambangnya (hf < Wo) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang
mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang. Sebaliknya panjang
gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut panjang gelombang
ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan energi kinetik elektron foto
dapat dinyatakan dalam persamaan:

E = Wo + Ek atau Ek = E Wo

sehingga Ek = hf hfo = h (f fo)

gambar 2.2 Grafik hubungan antara Ek dengan frekuensi

dengan :
Ek = energi kinetik maksimum elektron foto
h = konstanta Planck
f = frekuensi foton
fo = frekuensi ambang

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efek Fotolistrik

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fotolistrik ini yaitu :

1. Faktor yang mempengaruhi keluar atau tidaknya elektron adalah frekuensi dari cahaya
dan jenis logam yang dipakai.

2. Frekuensi cahaya mempengaruhi energi kinetik dari elektron oleh karena itu, seberapa
cepatnya elektron bergerak setelah keluar dari logam ditentukan oleh frekuensi cahaya

3. Banyak atau tidaknya elektron yang keluar ditentukan oleh besarnya intensitas cahaya
yang diberikan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. ALAT
PhET simullation: Photoelectric effect

B. LANGKAH PERCOBAAN
1. Percobaan I
1) Mempersiapkan simulasi efek fotolistrik PhET
2) Mencentang current vs. battery voltage pada bagian grafik
3) mengatur intensitas dan panjang gelombang
4) Memanipulasi nilai tegangan dan mencetak grafik.
2. Percobaan II
1) Mempersiapkan simulasi efek fotolistrik PhET
2) Mengatur intensitas 100% dan memanipulasi panjang gelombang
3) Mencatat arus listrik pada tegangan baterai 0V.
4) Mencari nilai stopping potential (Vs).
5) Mengulangi langkah 1, 2, 3, dan 4 dengan intensitas 50%
6) mencatat data kedalam grafik
3. Percobaan III
1) Mempersiapkan simulasi efek fotolistrik PhET
2) Mengatur jenis logam dan panjang gelombang yang diinginkan.
3) Memanipulasi intensitas cahaya dan mencatat besar arus listrik

C. VARIABEL
1. Percobaan I
Variabel Manipulasi : tegangan baterai
Variabel Kontrol : Intensitas, panjang gelombang, dan jenis logam
Variabel Respon : arus listrik
2. Percobaan II
Variabel Manipulasi : Panjang gelombang
Variabel Kontrol : Intensitas
Variabel Respon : stopping potential (Vs)
3. Percobaan III
Variabel Manipulasi : Intensitas
Variabel Kontrol : Panjang gelombang
Variabel Respon : Arus Listrik
BAB IV
ANALISIS DATA

A. PERCOBAAN I
Efek fotolistrik terjadi ketika elektron terlepas dari permukaan suatu
permukaan logam yang disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari
energi ambang (fungsi kerja) logam. Pada percobaan pertama ini bertujuan untuk
mendiskripsikan grafik arus terhadap tegangan batrai, kami melakan percobaan
mengunakan logam calcium yang di sinari dengan sinar UV (ultraviolet) 200 nm
dengan intensitas 100%. pada percobaan ini kami memanipulasi tegangan batrai
antara tegangan -8 V sampai 8 V didapatkan respon berupa nilai arus yang
bervariatif. berdasarkan gambar 4.1 grafik arus terhadap tegangan teramati ketika
teganan -8 V sampai -3,4 V di dapatkan nilai arus 0 A. ketika tegangan -3,4 V sampai
0 V di dapatkan nilai arus dalam grafik kesebandinagan, yang artinya semakin
tegangan mengarah ke nilai beda potensial positive maka semakin besar nilai arus.
pada tengangan 0 sampai 8 V di dapatkan nilai arus yang konstan sebesar 1,2 A. Dari
percoaan terlihat bahwa pengaruh tegangan terhadap arus terbagi menjadi 3 bagian
yaitu arus akan konstan bila di beri tegangan positive, pada tegangan -3,4 V sampai 0
V akan terbentuk grafik linier ke atas,dan pada tegangan kurang dari -3,4 V nilai arus
nol. nilai tegangan -3,4 V dalam percobaan ini adalah nilai minimun tegangan untuk
bisa menghasilkan arus atau yang di kenal Vs (stopping potensial). Nilai Vs

(stopping potensial) berbeda beda untuk setiap logam. Nilai Vs ini yang di
gunakan untuk nantinya
mengetahui energy ambang atau
fungsi kerja (w). Energi ambang
adalah energy minimum yang di
butuhkan untuk melepas elektron
dari logam.
Gambar 4.1. Grafik arus terhadap tegangan

B. PERCOBAAN II

Panjang Stopping Potential Arus Listrik


Jenis Energi
Gelomban Frekuensi Intensitas Intensitas Intensitas Intensitas
logam Kinetik
g (nm) 100% 50% 100% 50%
130 0.0023077 -7.4 -7.4 0.882 0.574 11.84
213 0.0014085 -3.6 -3.6 1.456 0.728 5.76
Sodium
293 0.0010239 -2 -2 0.603 0.301 3.2
419 0.000716 -0.6 -0.6 0.1 0.05 0.96
113 0.0026549 -6.8 -6.8 0.997 0.499 10.88
155 0.0019355 -3.8 -3.8 1.169 0.585 6.08
Zinc
235 0.0012766 -1 -1 0.123 0.062 1.6
268 0.0011194 -0.2 -0.2 0.016 0 0.32
108 0.0027778 -6.8 -6.8 0.957 0.476 10.88
155 0.0019355 -3.6 -3.6 0.874 0.465 5.76
Copper
207 0.0014493 -1.2 -1.2 0.19 0.95 1.92
243 0.0012346 -0.2 -0.2 0.022 0 0.32
100 0.003 -6.2 -6.2 0.882 0.441 9.92
124 0.0024194 -3.8 -3.8 0.936 0.468 6.08
Platinum
166 0.0018072 -1.2 -1.2 0.125 0.063 1.92
185 0.0016216 -0.2 -0.2 0.016 0 0.32
122 0.002459 -7.2 -7.2 1.076 0.538 11.52
185 0.0016216 -3.8 -3.8 1.474 0.737 6.08
Calcium
254 0.0011811 -2 -2 0.55 0.275 3.2
315 0.0009524 -1.2 -1.2 0.186 0.093 1.92
Tabel 4.1. Data hasil percobaan kedua

Data diatas merupakan data percobaan ketika memanipulasi panjang gelombang


terhadap arus listrik pada saat intensitas photon 100% dan 50% untuk logam yang berbeda.
Dalam tabel nampak bahwa setiap logam memiliki range yang berbeda-beda untuk dapat
menghasilkan efek fotolistrik. Hal tersebut terjadi karena setiap logam memiliki energi ikat
elektron yang berbeda-beda sehingga range setiap logam untuk dapat menghasilkan efek
fotolistrik berbeda pula.
Dengan memanipulasi panjang gelombang pada setiap logam, didapati bahwa arus
yang dihasilkan berubah-ubah seiring dengan berubahnya panjang gelombang. Intensitas
photon yang dipancarkan juga turut dimanipulasi, dari tabel nampak bahwa intensitas juga
berpengaruh terhadap arus listrik. Dari tabel nampak bahwa arus yang dihasilkan pada saat
intensitas photon 50% didapati lebih kecil dibandingkan dengan arus yang dihasilkan saat
intensitas photon 100%.
Dalam menentukan fungsi kerja untuk setiap bahan logam katoda, dalam hal ini bahan
logam yang disinari perlu dipasang berkebalikan dengan kondisi semula, sehingga ketika
mencapai suatu nilai tegangan tertentu, elektron yang terlontar dari bahan logam yang
tersinari photon tidak lagi dapat mencapai plat kolektor, dalam hal ini arus listrik sama
dengan nol. Stopping potensial adalah nilai tegangan yang diambil ketika arus tepat sama
dengan nol. Dalam hal ini, energi kinetik maksimum didefinisikan sebagai hasil kali dari
muatan elektron dan stopping potensial ( V s ). Dari percobaan didapatkan energi kinetik
berbeda-beda untuk setiap panjang gelombang dan jenis logam.

sodium
15

10 f(x) = 6805.29x - 3.84Linear ()


R = 1
5

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dari percobaan ini, data dalam tabel
tersebut dapat dijadikan kedalam grafik hubungan antara frekuensi dan energi kinetik ( V s
). Berikut adalah grafik hubungan antara frekuensi dan ( e V s ) untuk setiap jenis logam:

Gambar 4.2. Grafik hubungan


antara frekuensi dan energi
kinetik untuk jenis logam yang
berbeda.
calcium
15

10 Linear ()
f(x) = 6416.32x - 4.29
R = 1
5

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

platinum
15

10 Linear ()
f(x) = 6894.91x - 10.69
R = 1
5

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

copper
15

10 Linear ()
f(x) = 6845.14x - 7.94
R = 1
5

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
zinc
15

10 f(x) = 6832.9x - 7.21 Linear ()


R = 1
5

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dari grafik didapati bahwa hubungan antara
frekuensi dan energi kinetik adalah berbanding lurus. Dimana energi kinetik bergantung pada
frekuensi. Berikut merupakan persamaan garis linear dari keenam grafik pada gambar 4.2:

Jenis logam Persamaan garis Gradien


Sodium y = 6805.3x - 3.8425 6805.3
Zinc y = 6832.9x - 7.2143 6832.9
Copper y = 6845.1x - 7.9386 6845.1
Platinum y = 6894.9x - 10.692 6894.9
Calcium y = 6416.3x - 4.288 6416.3
Tabel 4.2. Tabel persamaan garis linear untuk masing-masing logam

Berdasarkan persamaan eV s yang merupakan fungsi linear terhadap frekuensi,


maka kemiringan garis dari persamaan linear tersebut adalah konstanta Planck dimana secara
teori konstanta Planck adalah 6.63 1034 Js . Dari percobaan ini, didapati konstanta
34 34
Planck pada logam sodium adalah 6.68 10 Js , pada logam zinc 6.83 10 Js ,
logam copper 6.84 1034 Js , logam platinum sebesar 6.89 1034 Js , dan logam
calcium 6.41 1034 Js . Dari sini Glectr bahwa hasil perhitungan dari percobaan ini
mendekati teori.
Selain dipengaruhi oleh frekuensi,energi kinetik maksimum juga dipengaruhi oleh
fungsi kerja untuk setiap bahan logam. Fungsi kerja sebuah bahan metal adalah jumlah
minimum gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan Gelectron atau membebaskan ikatan
elektron yang paling lemah dari permukaan logam.

K max =hW

Dari percobaan, didapatkan fungsi kerja adalah sebagai berikut:

Jenis Logam Fungsi kerja


Sodium 3.842
Zinc 7.214
Copper 7.938
Platinum 10.692
calcium 4.288
Tabel 4.3. Fungsi kerja untuk setiap jenis logam

Nampak bahwa Platinum merupakan satu-satunya logam yang memiliki fungsi kerja paling
besar.
C. PERCOBAAN III

Jenis Logam Intensitas Panjang Arus Listrik


(%) Gelombang (nm) (A)
Calcium 10 200 0.124
20 0.248
30 0.37
40 0.484
50 0.609
60 0.733
70 0.847
80 0.978
90 1.093
100 1.217
sodium 10 450 0
20 0
30 0.016
40 0.02
50 0.025
60 0.031
70 0.036
80 0.041
90 0.046
100 0.051

Tabel 4.4. Tabel pengaruh intensitas terhadap arus listrik


Gambar 4.3. Intensitas terhadap arus listrik

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pengaruh intensitas cahaya terhadap


arus fotoelektrik adalah berbanding lurus. Ketika tombol ON-OFF pada perangkat
pengukuran konstanta Planck dihidupkan dan belum dinaikkan intensitas cahanyanya, pada
layar belum ada arus yang terbaca. Kemudian, saat intensitas cahaya dinaikkan, penunjukkan
arus pada layar juga meningkat. Semakin meningkat intensitas, semakin tinggi pula jumlah
arus yang terbaca pada layar. Sehingga dapat dikatakan bahwa intensitas cahaya berbanding
lurus dengan kuat arus fotolistrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus listrik. Aliran arus
ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (disebut sebagai elektron-
foto). Apabila tegangan (Vs) diperkecil, arus ikut mengecil dan jika tegangan terus diperkecil
sampai nilainya negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai tertentu (-Vs), layar
menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang mengalir atau tidak ada elektron
yang keluar dari permukaan logam. Potensial Vs ini disebut potensial penghenti.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap energi kinetik elektron-foto berdasarkan
percobaan yang dilakukan yaitu intensitas cahaya tidak bergantung pada energi kinetik
elektron-foto. Kenaikan intensitas cahaya menyebabkan kenaikan partikel cahaya (foton)
yang membentur permukaan logam. Sehingga apabila intensitas cahaya dinaikkan maka
energi yang diterima elektron juga meningkat. Akibatnya, energi atau elektron-foto yang
dihasilkan juga meningkat sehingga arus fotoelektrik yang dihasilkan juga meningkat.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap energi kinetik elektron-foto berdasarkan
percobaan yang dilakukan yaitu intensitas cahaya tidak bergantung pada energi kinetik
elektron-foto tetapi hanya bergantung pada panjang gelombang.
BAB V
SIMPULAN

1. dari percobaan dapat di simpulkan bahwa tegangan batrai berpengaruh terhadap arus.
pengaruh bervariatif untuk tegangam terteuntu. pada tegangan -8 V sampai -3,4 V di
dapatkan nilai arus. pada tegangan -3,4 V sampai 0 V menunjukan grafik
kesebandingan dimana semakin tegangan batrai mengarah ke positif maka arus
semakin besar. pada tegangan 0 V sampai 8 V di dapatkan nilai arus sebesar 1,2 A
2. Dari hasil percobaan didapati konstanta Planck pada logam sodium adalah
6.68 1034 Js , pada logam zinc 6.83 1034 Js , logam copper
34 34
6.84 10 Js , logam platinum sebesar 6.89 10 Js , dan logam calcium
34
6.41 10 Js . Dari percobaan ini bahwa hasil perhitungan dari percobaan ini
mendekati teori.
3. Fungsi kerja didapatkan dari hasil analisis data dalam grafik berupa persamaan garis
linear. didapati fungsi kerja untuk logam sodium adalah 3.843, untuk logam zinc
7.214, untuk logam copper 7.938, untuk logam platinum 10.692, dan untuk logam
calcium 4.288.
4. Energi kinetik didapat dari pehangan rhitungan hasil kali muatan elektron (e) dan
besar tegangan henti (Vs). Selain dipengaruhi oleh frekuensi, energi kinetik
maksimum juga dipengaruhi oleh fungsi kerja untuk setiap bahan logam. Fungsi kerja
sebuah bahan metal adalah jumlah minimum gaya yang dibutuhkan untuk
memindahkan electron atau membebaskan ikatan elektron yang paling lemah dari
permukaan logam
5. intensitas cahaya pada percobaan ketiga mempengaruhi kuat arus dari rangkaian.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2015.Efek Fotolistrik. http://fisikazone.com/efek-fotolistrik/ pada tanggal 4 Mei


2016 pukul 15.17 WIB

Anonim.2015.Efek Fotolistrik. http://www.docfoc.com/makalah-efek-fotolistrikdocx.


Diakses pada tanggal 4 Mei 2016 pukul 15.21 WIB.

Beiser, Arthur. 2003. Concepts of Modern Physics Sixth Edition. McGraw-Hill. New York.

Intri, Refaldi Dwi.2016. Efek Fotolistrik. http://www.nusaprivat.com/efek-fotolistrik/.


Diakses pada tanggal 4 Mei 2016 pukul 15.38 WIB.

Anda mungkin juga menyukai