4.5.1 Alat Pembuatan Gel Kombinasi Kitosan dengan Ekstrak Gel Aloe vera
1. Timbangan digital
2. Tabung erlenmeyer
3. Pipet tetes
4. Pipet ukur
5. Pengaduk
6. Magnetic Stirrer
2. Tabung reaksi
3. Water-bath
4. Gelas ukur
5. Alat pengocok
6. Corong buctner
Alat Pembuatan Gel Kombinasi Kitosan dengan Ekstrak Gel Aloe vera:
1. Tabung erlenmeyer
2. Magnetic Stirrer
4. Stopwatch
5. Kaca transparan
6. Sentrifugator
4.5.2 Bahan Pembuatan Gel Kombinasi Kitosan dengan Ekstrak Gel Aloe vera
1. Kitosan Berat Molekul Rendah dengan derajat deasetilasi di atas 75%, berat
2. Kitosan Berat Molekul Tinggi dengan derajat deasetilasi di atas 75% , berat
1. Aloe vera
3. Na-CMC 3,5%
Bahan Pembuatan Gel Kombinasi Kitosan dengan Ekstrak Gel Aloe vera:
1. NaOH 1,25%
Pembuatan formulasi gel kombinasi kitosan dengan ekstrak gel Aloe vera dilakukan
di Laboratorium Fitokimia dan Bahan Alam, Fakultas Farmasi, Universitas Widya Mandala,
Surabaya. Pengujian formulasi gel kombinasi kitosan dengan ekstrak gel Aloe vera dilakukan
di Laboratorium F&T Likuida dan Semi Solida, Fakultas Farmasi, Universitas Widya
Mandala, Surabaya.
Pengumpulan sampel, pembuatan sediaan gel kombinasi kitosan dengan ekstrak gel
Aloe vera serta analisis data dimulai sejak bulan April 2015 Februari 2016.
Pembuatan kitosan gel 1% (w/p) dengan berat molekul rendah maupun tinggi dibuat
dengan melarutkan 1 gram bubuk kitosan dalam 100mL asam asetat (CH 3COOH) 1% sesuai
dengan petunjuk pabrik (Sigma-Aldrich, 2013). Kelarutan kitosan yang paling baik ialah
dalam asam asetat (Sugita, 2009). Pengadukan antara serbuk kitosan dan asam asetat dengan
cara manual kemudian menggunakan magnetic stirrer (Budianto, 2013). Larutan yang
dihasilkan baik apabila sediaan yang dihasilkan homogen, tidak ada pengendapan dan bentuk
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Ekstrak gel Aloe vera didapat dengan cara
memotong kecil-kecil 40kg gel Aloe vera hingga halus Aloe vera yang telah dibersihkan dan
dihilangkan durinya dan diambil gel nya (Sulistiawati, 2011). Kemudian, gel Aloe vera yang
telah yang telah halus dikeringakan dengan freeze dry kemudian ditambahkan 4 liter etanol
70% dan diaduk selama 30 menit dengan stirrer magnetic dan didiamkan selama 48 jam.
Hasil maserasi disaring sebanyak 3 kali dengan corong buctner yang dilapisi kertas saring
dan ditampung dengan erlenmeyer. Filtrat hasil penyaringan diuapkan dengan vacum rotary
evaporator. Hasil ekstraksi didapatkan sebanyak 110 mL ekstrak Aloe vera. Selanjutnya untuk
membuat 50mL ekstrak Aloe vera dengan konsentrasi 50%, 25mL ekstrak Aloe vera
dilarutkan dengan menggunakan 25mL Na-CMC 3,5% sedangkan untuk membuat 50mL
ekstrak Aloe vera dengan konsentrasi 75%, 37,5mL ekstrak Aloe vera dilarutkan dengan
4.7.3 Pembuatan Gel Kombinasi Kitosan dan Ekstrak Gel Aloe vera
Pembuatan 100mL gel kombinasi kitosan dan ekstrak gel Aloe vera dilakukan dengan
cara mencampur masing-masing 50mL gel kitosan dengan 50mL ekstrak gel Aloe vera yang
telah dilarutkan dengan Na-CMC 3,5% atau dengan perbandingan volume 1:1 (Silva dkk,
2013). Pencampuran dilakukan secara manual dan dilanjutkan dengan menggunakan stirrer
Gel kombinasi tersebut memiliki pH yang asam sehingga perlu dinetralkan dengan
menambah larutan NaOH. Berdasarkan hasil trial peneliti, untuk medapatkan hasil sediaan
yang baik penetralan dengan NaOH 1,25% menghasilkan sediaan dengan pH yang netral dan
homogen jika dibandingkan dengan NaOH 2%, 2,75% dan 3,5%. Penetralan dilakukan
dengan menambahkan NaOH 1,25% hingga sediaan memiliki pH netral. Sediaan gel yang
baik berada dalam interval pH yang tidak menyebabkan iritasi antara 6-7 dan memiliki
viskositas yang cukup sehingga mudah dalam pengaplikasiannya (Yoshe, 2014). Gel
kombinasi kitosan dengan ekstrak gel Aloe vera yang telah terbentuk diukur pHnya
menggunakan pH meter.
Pencabutan gigi
1) Pinset
3) Needle holder
4) Gunting
5) Disposable syringe 1cc dan 3cc
6) Absorbable sutures
8) Sarung tangan
9) Masker
1) Berker glass
2) Timbangan
3) Pinset
4) Rotary microtome
5) Label
7) Petridish
8) Sarung tangan
9) Mikroskop
10) Kamera
(Lampiran 2)
(Lampiran 2)
3) Asam asetat 1%
4) NaOH 1,25%
5) Alkohol 70%
2) Alkohol 80%
3) Alkohol 95%
5) NaOH 50%
6) Xylene
7) Buffer paraffin
8) Asam Nitrat 5%
4.6.1 Lokasi
4.6.2 Waktu
sampel, pembuatan sediaan histopatologi serta analisis dimulai dari bulan Febuari 2013
(Lampiran 3).
4.7 Cara Kerja dan Prosedur Pengambilan Data
Pada penelitian ini hewan coba yang digunakan adalah Rattus Norvegicus strain Wistar
jantan, usia 3 bulan, berat badan 150-200 gr, diadaptasikan dengan tempat penelitian selama
2 minggu. Hewan coba diletakkan dalam kandang yang jauh dari kebisingan, diberi makanan
dan minuman.
Kelompok 1 (kontrol) : Soket gigi tanpa diberi kitosan gel, langsung dijahit.
kemudian dijahit.
kemudian dijahit.
Kelompok....
Tahapan perlakukan hewan coba mengacu pada penelitian sebelumnya oleh Sularsih
(2011).Prinsip kerja asepsis, semua alat disterilkan dengan panas kering 160C selama 1 jam.
Hewan coba dianastesi menggunakan ketamine dengan dosis 25 mg/kg BB dan xylazine
dengan dosis 10 mg/kg BB yang dilarutkan dalam larutan isotonic saline solution steril lalu
diambil 0,2 ml/ 200 gram BB dan disuntikkan pada paha kanan atas secara intramuskular.
Setelah itu dilakukan pembersihan pada daerah pencabutan dengan semprotan air dan
betadine untuk asepsis daerah pencabutan.Kemudian dilakukan pencabutan gigi pada tikus
menggunakan alat modifikasi tang dan elevator.Pastikan tidak ada sisa gigi yang tertinggal di
Kitosan gel dengan berat molekul rendah dan tinggi dalam syringe berdiameter kecil
dimasukkan ke dalam soket tempat luka bekas pencabutan gigi sebanyak 0,1 ml/ ekor tikus,
absorbable sutures.
lemas.Tulang rahang di daerah interdental gigi incisive dipotong dan dimasukkan ke dalam
dilakukan dengan menggunakan kombinasi ketamine dan xylazine dosis tinggi dan tikus yang
sebelumnya oleh Sularsih (2011).Bagian tikus yang digunakan dalam pembuatan sediaan
histopatologi anatomi adalah gigi incisive kiri rahang bawah beserta tulang rahang di daerah
interdental rahang bawah tikus.Pengambilan sampel rahang tikus dilakukan pada hari ke-7
setelah perlakuan.
Setelah 48 jam, larutan fiksasi diganti dengan yang baru dan dibiarkan selama 48
proses autolisis sel oleh enzim lisosim saat kematian sel serta menjaga agar
2. Setelah dilakukan fiksasi, jaringan dibilas dengan menggunakan air mengalir selama
6-9 jam.
4. Dehidrasi dengan cara memasukkan sediaan rahang dimasukkan ke dalam botol berisi
Tahap dehidrasi ini dilakukan untuk mengekstraksi air yang terdapat dalam jaringan.
ke dalam larutan xylene sebanyak2 kali, masing-masing selama 0,5-1 jam. Pada 10 menit
dalam inkubator.
6. Infiltrasi ke dalam cairan parafin cair pada suhu 62C sebanyak 2 kali selama 1,5
jam.
7. Pembuatan blok parafin. Blok paraffin berisi sampel jaringan kemudian dipotong
menit untuk mewarnai inti sel, kemudian dicuci dengan air mengalir untuk
10. Pengecatan dengan lithium karbonat, slide dimasukkan ke dalam lithium karbonat
selama 1-2 menit agar didapatkan inti membiru, dicuci dengan air mengalir selama 5-10
11. Sampel didehidrasi menggunakan alkohol 95% selama 1 menit dan alkohol 100%
13. Sediaan lalu kemudian ditutup dengan gelas penutup dan siap dilakukan
pembesaran 400x pada 3 lapang pandang yang berbeda oleh dua pengamat. Daerah yang akan
diamati ditentukan terlebih dahulu yaitu bagian tepi daerah sepertiga apikal soket bekas
pencabutan gigi yang berbatasan dengan tulang alveolaris kemudian difoto dan dihitung
Hasil
Analisis data
4.9 Analisis Data
Dari data hasil pengamatan penelitian, untuk menentukan data berdistribusi normal atau
Levenes test.Analisis data perhitungan jumlah sel limfosit yang diperoleh kemudian
dilakukan analisa statistik menggunakan uji One way ANOVA dengan p<0.05 untuk
mengetahui adanya pengaruh pemberian kitosan dengan berat molekul rendah dan tinggi
terhadap perbedaan rerata jumlah sel limfosit pada luka pencabutan gigi. Setelah itu
dilakukan analisis Post-Hoc LSD untuk mengetahui pada kelompok mana terdapat perbedaan
yang bermakna.