6 Transplantasi Organ
6 Transplantasi Organ
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami
perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang kesehatan
yaitu teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis
untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu yang
lain. Sampai sekarang penelitian tentang transplantasi organ masih terus dilakukan.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada
pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan
pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus mengalami peningkatan melebihi
ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di Cina, pada tahun 1999 tercatat hanya 24
transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78 angka. Sedangkan tahun 2003
angkanya bertambah 356. Jumlah tersebut semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu 507 kali
transplantasi. Tidak hanya hati, jumlah transplantasi keseluruhan organ di China memang
meningkat drastis. Setidaknya telah terjadi 3 kali lipat melebihi Amerika Serikat.
Ketidakseimbangan antara jumlah pemberi organ dengan penerima organ hampir terjadi di
seluruh dunia.
1
Penulis mengambil tema makalah Transplantasi organ dikarenakan maraknya kasus
transplantasi di Indonesia serta masih adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat maupun
dunia kesehaan tentang etis dan tidaknya praktek transplantasi organ.
B. Pokok Permasalahan
1. Apa pengertian Transplantasi Organ
2. Apa saja klasifikasi Transplantasi Organ
3. Apa penyebab Transplantasi Organ
4. Bagaimana pandangan agama mengenai transplantasi organ
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui praktek transplantasi organ di dunia pada umumnya dan praktek transplantasi
organ di Indonesia pada khususnya dilihat dari sudut dilema etik dan dari segi agama islam.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian transplantasi organ
2. Mengetahui Klasifikasi transplantasi organ
3. Mengetahui penyebab transplantasi organ
4. Mengetahui transplantasi organ dari segi agama
D. Manfaat
Bagi penulis :
1. Makalah ini disusun sebagai tugas Semester Pendek mata kuliah Agama Islam
2. Sebagai sarana memperluas wawasan mengenai transplantasi organ
Bagi Pembaca
3. Sebagai sarana mengetahui apa itu transplantasi organ
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
jaringan yang pertama kali dilakukan di Mesir sekitar 2000 tahun sebelum diutusnya Nabi Isa
as. Sedang di India beberapa puluh tahun sebelum lahirnya Nabi Isa as. seorang ahli bedah
bangsa Hindu telah berhasil memperbaiki hidung seorang tahanan yang cacat akibat siksaan,
dengan cara mentransplantasikan sebagian kulit dan jaringan lemak yang diambil dari
lengannya. Pengalaman inilah yang merangsang Gaspare Tagliacosi, seorang ahli bedah Itali,
pada tahun 1597M untuk mencoba memperbaiki cacat hidung seseorang dengan
menggunakan kulit milik kawannya.
Pada ujung abad ke-19 M para ahli bedah, baru berhasil mentransplantasikan jaringan,
namun sejak penemuan John Murphy pada tahun 1897 yang berhasil menyambung pembuluh
darah pada binatang percobaan, barulah terbuka pintu percobaan mentransplantasikan organ
dari manusia ke manusia lain. Percobaan yang telah dilakukan terhadap binatang akhirnya
berhasil, meskipun ia menghabiskan waktu cukup lama yaitu satu setengah abad. Pada tahun
1954 M Dr. J.E. Murray berhasil mentransplantasikan ginjal kepada seorang anak yang
berasal dari saudara kembarnya yang membawa perkembangan pesat dan lebih maju dalam
bidang transplantasi.
Tatkala Islam muncul pada abad ke-7 Masehi, ilmu bedah sudah dikenal di berbagai
negara dunia, khususnya negara-negara maju saat itu, seperti dua negara adidaya Romawi dan
Persia. Namun pencangkokan jaringan belum mengalami perkembangan yang berarti,
meskipun sudah ditempuh berbagai upaya untuk mengembangkannya. Selama ribuan tahun
setelah melewati bantuk eksperimen barulah berhasil pada akhir abad ke-19 M, untuk
pencangkokan jaringan, dan pada pertengahan abad ke-20 M untuk pencangkokan organ
manusia.
Di masa Nabi saw. negara Islam telah memperhatikan masalah kesehatan rakyat,
bahkan senantiasa berupaya menjamin kesehatan dan pengobatan bagi seluruh rakyatnya
secara cuma-cuma. Ada beberapa dokter ahli bedah di masa Nabi yang cukup terkenal seperti
al Harth bin Kildah dan Abu Ramtah Rafa'ah, juga Rafidah al Aslamiyah dari kaum wanita.
Meskipun pencangkokan organ tubuh belum dikenal oleh dunia saat itu, namun
operasi plastik yang menggunakan organ buatan atau palsu sudah dikenal di masa Nabi saw,
sebagaimana yang diriwayatkan Imam Abu Daud dan Tirmidzi dari Abdurrahman bin Tharfah
(Sunan Abu Dawud, hadits. no.4232) "bahwa kakeknya 'Arfajah bin As'ad pernah terpotong
hidungnya pada perang Kulab, lalu ia memasang hidung (palsu) dari logam perak, namun
hidung tersebut mulai membau (membusuk), maka Nabi saw. menyuruhnya untuk memasang
4
hidung (palsu) dari logam emas". Imam Ibnu Sa'ad dalam Thabaqatnya (III/58) juga telah
meriwayatkan dari Waqid bin Abi Yaser bahwa 'Utsman (bin 'Affan) pernah memasang
mahkota gigi dari emas, supaya giginya lebih kuat (tahan lama).
Pada periode Islam selanjutnya berkat doktrin Islam tentang urgensi kedokteran mulai
bertebaran karya-karya monumental kedokteran yang banyak memuat berbagai praktek
kedokteran termasuk transplantasi dan sekaligus mencuatkan banyak nama besar dari
ilmuwan muslim dalam bidang kesehatan dan ilmu kedokteran, diantaranya adalah: Al-Rozy
(Th.251-311 H.) yang telah menemukan dan membedakan pembuluh vena dan arteri
disamping banyak membahas masalah kedokteran yang lain seperti, bedah tulang dan gips
dalam bukunya Al-Athibba. Lebih jauh dari itu, mereka bahkan telah merintis proses
spesialisasi berbagai kajian dari suatu bidang dan disiplin. Az-Zahrawi ahli kedokteran
muslim yang meninggal di Andalusia sesudah tahun 400-an Hijriyah telah berhasil dan
menjadi orang pertama yang memisahkan ilmu bedah dan menjadikannya subjek tersendiri
dari bidang Ilmu Kedokteran. Beliau telah menulis sebuah buku besar yang monumental
dalam bidang kedokteran khususnya ilmu bedah dan diberi judul "At-tashrif".
1. Autotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.
2. Homotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.
3. Heterotransplantasi
Pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies ke spesies lain.
4. Autograft
Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal ini dilakukan dengan
jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui, atau jaringan lebih sangat
dibutuhkan di tempat lain (contoh termasuk kulit grafts , ekstraksi vena untuk CABG ,
dll) Kadang-kadang autograft dilakukan untuk mengangkat jaringan dan kemudian
5
mengobatinya atau orang, sebelum mengembalikannya (contoh termasuk batang
autograft sel dan penyimpanan darah sebelum operasi ).
5. Allograft
Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua non-identik anggota
genetis yang sama spesies . Sebagian besar jaringan manusia dan organ transplantasi
yang allografts. Karena perbedaan genetik antara organ dan penerima, penerima sistem
kekebalan tubuh akan mengidentifikasi organ sebagai benda asing dan berusaha untuk
menghancurkannya, menyebabkan penolakan transplantasi .
6. Isograft
Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang ditransplantasikan dari
donor ke penerima yang identik secara genetis (seperti kembar identik ). Isografts
dibedakan dari jenis lain transplantasi karena sementara mereka secara anatomi identik
dengan allografts, mereka tidak memicu respon kekebalan.
7. Xenograft dan xenotransplantation
Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies yang lain. Sebuah contoh adalah
transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan sukses. Contoh lain adalah
mencoba-primata (ikan primata non manusia)-transplantasi Piscine dari pulau kecil (yaitu
pankreas pulau jaringan atau) jaringan.
8. Transplantasi Split
Kadang-kadang organ almarhum-donor, biasanya hati, dapat dibagi antara dua penerima,
terutama orang dewasa dan seorang anak. Ini bukan biasanya sebuah pilihan yang
diinginkan karena transplantasi organ secara keseluruhan lebih berhasil.
9. Transplantasi Domino
Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik karena kedua paru-paru
perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah secara teknis untuk menggantikan
jantung dan paru-paru pada waktu yang sama. Sebagai jantung asli penerima biasanya
sehat, dapat dipindahkan ke orang lain yang membutuhkan transplantasi jantung.
(parsudi,2007).
Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh, maka
transplantasi dapat dibedakan menjadi :
a. Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ tubuh seseorang
ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam kesehatan. Donor
hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ yang bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah
dan sumsum tulang, serta organ-organ yang berpasangan misalnya ginjal.
6
b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau jaringan dari
tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis organ yang biasanya didonorkan
adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea,
ginjal dan pankreas.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
transplantasi, yaitu :
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang
diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan
kekurangan jaringan atau organ. (anonim,2006)
2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan atau organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut,
untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang
hidup atau dari jenazah orang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan
kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit, ginjal,
sumsum tulang dan darah (tranfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah :
jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-paru dan sel otak.
7
Transplantasi atau pencangkokan organ tubuh adalah pemindahan organ tubuh tertentu
yang mempunyai daya hidup yang sehat, dari seseorang untuk menggantikan organ tubuh
yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan baik milik orang lain.
Orang yang anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-donor), sedang yang
menerima disebut repisien.
Cara ini merupakan solusi bagi penyembuhan organ tubuh tersebut karena
penyembuhan/pengobatan dengan prosedur medis biasa tidak ada harapan kesembuhannya.
Ditinjau dari segi kondisi donor (pendonor)-nya maka ada tiga keadaan donor:
2. Donor dalam kedaan sakit (koma) yang diduga kuat akan meninggal segera;
Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan
donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu :
Untuk menentukan hukum boleh tidaknya transplantasi organ tubuh, perlu dilihat kapan
pelakasanaannya.
Sebagaimana dijelaskan ada tiga keadaan transplantasi dilakukan, yaitu pada saat donor
masih hidup sehat, donor ketika sakit (koma) dan didiuga kuat akan meninggal dan donor
dalam keadaan sudah meninggal. Berikut hukum transplantasi sesuai keadaannya masing-
masing.
Pertama, apabila pencangkokan tersebut dilakukan, di mana donor dalam keadaan sehat
wal afiat, maka hukumnya menurut Prof Drs. Masyfuk Zuhdi, dilarang (haram) berdasarkan
alasan-alasan sebagai berikut:
8
Artinya:Menolak kerusakan harus didahulukan atas meraih kemaslahatan
Dalam kasus ini, pendonor mengorbankan dirinya dengan cara melepas organ tubuhnya untuk
diberikan kepada dan demi kemaslahatan orang lain, yakni resipien.
9
ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS
Al Baqarah: 178)
Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS Al-Maa-
idah 2)
10
1. Tidak akan membahayakan kelangsungan hidup yang wajar bagi
donatur jaringan/organ. Karena kaidah hukum islam menyatakan
bahwa suatu bahaya tidak boleh dihilangkan dengan resiko
mendatangkan bahaya serupa/sebanding.
2. Hal itu harus dilakukan oleh donatur dengan sukarela tanpa
paksaan dan tidak boleh diperjual belikan.
3. Boleh dilakukan bila memang benar-benar transplantasi sebagai
alternatif peluang satu-satunya bagi penyembuhan penyakit pasien
dan benar-benar darurat.
4. Boleh dilakukan bila kemumgkinan keberhasilan transplantasi
tersebut peluangnya optimis sangat besar.
11
Kejelasan hukum transplantasi organ dari donor yang sudah meninggal
harus memperhatikan hukum-hukum sebagai berikut:
12
Mengenai hukum darurat, maka Allah SWT telah membolehkan orang
yang terpaksa yang telah kehabisan bekal makanan, dan kehidupannya
terancam kematian untuk memakan apa saja yang didapatinya dari
makanan yang diharamkan Allah seperti bangkai, darah, daging babi,
dan lain-lain hingga dia dapat mempertahankan hidupnya.
13
termasuk dalam kategori obat yang mana kita diperintahkan Nabi untuk
mencarinya bagi yang sakit.
Segi Resipien atau Reseptor harus diperhatikan hal-hal berikut untuk didahulukan
antara lain:
a) Keyakinan agamanya.
(QS Al Hujurat: 1, Ali Imran: 28, Al Mumtahanah: 8).
14
Segi Donor juga harus diperhatikan ketentuan berikut dalam prioritas
pengambilan:
a) Menanam jaringan/organ imitasi buatan bila
memungkinkan secara medis.
b) Mengambil jaringan/organ dari tubuh orang
yang sama selama memungkinkan karena dapat tumbuh kembali seperti, kulit
dan lainnya.
c) Mengambil dari organ/jaringan binatang yang
halal, adapun binatang lainnya dalam kondisi gawat darurat dan tidak
ditemukan yang halal. Dalam sebuah riwayat atsar disebutkan: Berobatlah
wahai hamba-hamba Allah, namun janganlah berobat dengan barang
haram. Tetapi dalam kondisi darurat syari, sebagaimana dalam kaedah fiqh
disebutkan Adh Dharurat Tubihul Mahdhuraat (darurat membolehkan
pemanfaatan hal yang haram) atau kaedah Adh Dhararu Yuzaal (Bahaya
harus dihilangkan) yang mengacu pada ayar dharurat seperti surat Al Maidah:
3 maka boleh memanfaatkan barang haram dengan sekedar kebutuhan dan
tidak boleh berlebihan dan jadi kebiasaan sebab dalam kaedah fiqh dijelaskan
Adh Dharurat Tuqaddar Biqadarihaa (Pertimbangan Kondisi Darurat
Harus Dibatasi Sekedarnya) sebagaimana mengacu pada batasan dalam ayat
darurat tersebut diatas; fii makhmashah ghaira mutajanifin lill itsmi (karena
kondisi kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa) atau dalam surat Al Baqarah:
173 dibatasi; famanidh dhuturra ghaira baaghin walaa aadin falaa itsma
alaih (Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa/darurat sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya).
d) Mengambil dari tubuh orang yang mati dengan
ketentuan seperti penjelasan di atas.
e) Mengambil dari tubuh orang yang masih hidup
dengan ketentuan seperti diatas disamping orang tersebut adalah mukallaf
(baligh dan berakal) dengan kesadaran, pengertian, suka rela atau tanpa
paksaan.
15
Sebagaimana halnya dalam kasus-kasus lain, karena karakter fikih dalam Islam,
pendapat yang muncul tak hanya satu, tapi beragam, dan satu dengan lainnya bahkan
terkadang saling bertolak belakang, meski menggunakan sumber-sumber yang
identik. Berikut akan disampaikan beberapa pandangan yang cukup populer mengenai
pro dan kontra transplantasi organ.
16
a) Kesucian hidup/tubuh manusia : setiap bentuk
agresi terhadap tubuh manusia dilarang, karena ada beberapa perintah yang
jelas mengenai ini dalam Al-Quran.
Dalam kaitan ini ada satu hadis (ucapan) Nabi Muhammad yang terkenal yang
sering dikutip untuk menunjukkan dilarangnya manipulasi atas tubuh manusia,
meskipun sudah menjadi mayat: Mematahkan tulang mayat seseorang
adalah sama berdosa dan melanggarnya dengan mematahkan tulang orang
itu ketika ia masih hidup.
Masalah
Apabila transplantasi organ tubuh diperbolehkan, lalu bagaimana apabila organ tubuh
tersebut dipakai oleh resipien melakukan tindakan dosa atau tindakan yang berpahala?
Dengan kata lain, apakah pemilik organ tubuh asal akan mendapat pahala, jika organ tubuh
tersebut dipakai repisien untuk melakukan perbuatan yang baik. Sebaliknya, apakah pendonor
akan mendapat dosa apabila organ tubuh tersebut dipakai repisien melakukan dosa?
Pendonor tidak akan mendapat pahala dan dosa akibat perbuatan repisien, berdasarkn dalil-
dalil berikut ini:
1. Firman Allah:
2. Hadits Rasulullah:
17
Artinya:Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga
perkara, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang berguna dan anak yang shaleh yang mendoakan
kepadanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transplantasi merupakan hal yang sangat rumit dalam pengambilan tindakan yang tepat,
karena banyak pendapat yang menentang dan mendukung tentang pelaksanaan transplantasi
dengan berbagai alasan yang berbeda-beda. dari uraian pembahasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa hukum pelaksanaan transplantasi organ itu bergantung pada alasana
mengapa harus melakukan hal tersebut. jika alasannya tidak mendukung maka kegiatan
transplantasi tesebut sangat dilarang dan hukumnya haram serta ilegal.
B. Saran
Saran yang ingin disampaikan bagi pembaca adalah jika ingin melakukan
transplantasi organ, pahami betul dari mana organ tersebut berasal. Dari donor hidup ataukah
dari seseorang yang sudah meninggal. Usahakan untuk mencari upaya penyembuhan lain
sebelum memilih transplantasi organ sebagai alternatif pengobatan.
Untuk penulis, saran yang ingin disampaikan adalah, lakukan penulisan dengan
objektif dan gunakan bebagai macam referensi yang ada agar tulisan benar-benar terbukti
validitasnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Aibak, Kutbuddin, Fiqh Kontemporer, Surabaya: Lembaga Kajian Agama dan Filsafat, 2009.
As-Sayuthi, Imam Jalaluddin `Abdirrahman ibn Abi Bakr, Al-Asybahu wan Nadhair,
Surabaya: Toko Kitab Hidayah, 1965.
Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, Depag RI: 2002.
Nata, Abuddin, Masail Al-Fiqhiyah, Jakarta: Kencana, 2006.
Nawawi, Imam, Terjemah Matan Hadits Arba`in, Solo: Insan Kamil, 2010.
Qardhawi, Yusuf, Fatwa-fatwa Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
19