Oleh :
Preceptor :
BAB I
PENDAHULUAN
Pleura adalah membrane tipis yang terdiri dari dua lapisan, yaitu pleura
visceralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan
mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis,
serabut saraf, dan pembuluh limfe. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari
sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler, dan pembuluh getah
bening.1
rongga pleura berisi darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks atau empyema
thoracis bila berisi nanah, pneumotoraks bila berisi udara. Penyebab dari kelainan
BAB II
LAPORAN KASUS
2
IDENTIFIKASI PASIEN
MR : 08.57.23
9Nama : Tn.T
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan : SMA
WIB
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
3
Batuk kering sejak 2 minggu yang lalu. Demam juga dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu.
apabila beraktivitas, seperti berjalan atau pergi ke kamar mandi. Os merasa sesak
walaupun tidur dengan posisi apapun, dirinya tetap merasa sesak. Os mengaku
sesak dirasa semakin memberat apabila dalam posisi tidur, dan agak membaik bila
os dalam posisi duduk. Keluhan nyeri dada disangkal. Keluhan mual muntah
disangkal. Os juga menyangkal keluhan bengkak pada kedua kaki dan tangan.
hari Rabu, 15 Maret 2017. Saat diperiksa oleh dokter spesialis penyakit dalam, os
didiagnosa suspek efusi pleura. Pada saat pemeriksaan, os mengaku ada sedikit
mengeluhkan batuk sejak 2 minggu yang lalu. Batuk yang dirasakan oleh os tidak
4
berdahak. Os mengaku batuk dirasakan terus menerus. Saat tertidur, os sering
terbangun karena batuk. Os mengaku tidak pernah mengeluarkan darah saat batuk.
Pasien mengaku BAK frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih, sedikit berbusa,
jumlah sekitar satu gelas belimbing tiap kali BAK dan tidak ada darah. Nyeri saat
BAK (-). Riwayat kencing batu disangkal. BAB (+), warna kecoklatan, darah (-),
konsistensi keras, frekuensi 2-4 kali seminggu, Nyeri saat BAB (-). Riwayat
rokok.
5
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Batu ginjal/saluran
Cacar air - Malaria -
kemih
- Faringitis - Disentri - Burut (hernia)
- Difteri - Hepatitis - Penyakit prostat
Tifus
- Batuk rejan - - Wasir
abdomen
- Campak - Hipotensi - Diabetes
Influenza - Sifilis - Alergi
- Tonsilitis - Gosnore - Tumor
Penyakit Jantung
- Kholera - Hipertensi -
Koroner
Demam Ulkus
- - - Asma Bronkhial
rematik akut ventrikulus
Ulkus
- Pneumonia - - Gagal Ginjal Kronik
duodeni
- Pleuritis - Gastritis - Serosis Hepatis
- Tuberkulosis - Batu empedu Thypoid
Keadaan Penyebab
Hubungan Diagnosa
Kesehatan Meninggal
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
RIWAYAT MAKANAN
6
Frekuensi/ hari : 3 x/ hari
Tetap ( )
Turun ( )
Naik ( )
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
Kepala
Mata
7
menurun
- Sembab pada kelopak
mata
Telinga
Hidung
Mulut
- Bibir - Lidah
- Gusi - Gangguan pengecapan
- Selaput - Sariawan
Tenggorokan
Leher
Dada (Jantung/Paru)
8
- Nyeri dada Sesak nafas
- Berdebar - Batuk darah
Sesak saat berbaring Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
Perasaan
- Kesemutan - Gangguan koordinasi otot
- Otot lemah - Sensitifitas
menurun/meningkat
- Kejang - Pingsan
- Kesulitan berbicara - Kedutan (tik)
- Hilang ingatan - Pusing (vertigo)
- Lain-lain - Gangguan bicara (disartri)
9
Ekstremitas
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Suhu : 39C
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku :
Wajar/gelisah/tenang/hipoaktif/hiperaktif
10
Alam perasaan :
Biasa/sedih/gembira/cemas/takut/marah
Status Generalisata
Kulit
ada
ada
Normal
Kering
: Normal
Kepala
Simetris
Rambut : Normal
Mata
11
Sklera : Normal Gerakan mata :
Normal
: Normal
Tidak ada
Telinga
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Hidung
Mulut
12
Trismus : Normal Lidah : Normal
Leher
peningkatan)
Tidak teraba
Tidak teraba
Thorax
Normal
inspirasi
Palpasi : Massa (-), krepitasi (-), vokal fremitus
V kebawah
Perkusi : Kanan : pekak di ICS V
Kiri : sonor
13
Batas paru hepar : redup di ICS VI
(-/-)
Jantung
sinistra
sinistra
parasternalis sinistra
88 x/menit,
Abdomen
14
Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen tidak ada, Hati dan
Ekstremitas
Deformitas (-)
Bengkak (-)
Sianosis (-)
Ptekie (-)
Bengkak (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
15
Pemeriksaan Ro. Thorax PA, 18 Maret 2017
CTR : Sulit dinilai, batas kanan jantung superposisi dengan opasitas homogeny
16
Kesan:
Volume : 25 ml
Warna : Kuning
Kekeruhan : Jernih
pH : 7.0
Mikroskopis
Rivalta : Negatif
Kimia
17
Pemeriksaan Sitologi Pleura, 18 Maret 2017
Makroskopik
Mikroskopik
Hapusan cukup sel terdiri dari sel-sel limfosit dan histiosit. Latar belakang bahan
serous.
Kesimpulan
18
RESUME
merasa sesak bertambah berat apabila beraktivitas, seperti berjalan atau pergi ke
mengeluh tidur yang sangat terganggu, bahkan terkadang tidak bisa tidur
tetap merasa sesak. Os mengaku sesak dirasa semakin memberat apabila dalam
posisi tidur, dan agak membaik bila os dalam posisi duduk. Keluhan nyeri dada
bengkak pada kedua kaki dan tangan. Sesak dirasakan semakin memberat sejak 1
dalam di dekat rumahnya pada hari Rabu, 15 Maret 2017. Saat diperiksa oleh
dokter spesialis penyakit dalam, os didiagnosa suspek efusi pleura. Pada saat
pemeriksaan, os mengaku ada sedikit cairan yang diambil dari paru-paru sebelah
Maret 2017.
19
mengeluhkan batuk sejak 2 minggu yang lalu. Batuk yang dirasakan oleh os tidak
terbangun karena batuk. Os mengaku tidak pernah mengeluarkan darah saat batuk.
Pasien mengaku BAK frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih, sedikit berbusa,
jumlah sekitar satu gelas belimbing tiap kali BAK dan tidak ada darah. Nyeri saat
BAK (-). Riwayat kencing batu disangkal. BAB (+), warna kecoklatan, darah (-),
konsistensi keras, frekuensi 2-4 kali seminggu, Nyeri saat BAB (-). Riwayat
rokok.
20
Pada pemeriksaan penunjang, dilakukan USG, Rontgen
didapatkan kesan jantung sulit dinilai, suspek TB Paru lesi luas, dan efusi
pleura dupleks, kanan lebih berat. Hasil Analisa pleura didapatkan berwarna
kuning, jernih, pH 7.0, berat jenis 1015, mikroskopis sel PMN 60% dan MN 40%,
hasil tes Rivalta negatif, kadar gula 115 mg%, total protein 5.1 mg%, dan albumin
2.98 mg%. Hasil pemeriksaan sitologi pleura didapatkan hapusan cukup sel terdiri
dari sel-sel limfosit dan histiosit, latar belakang bahan serous, dengan kesimpulan
DAFTAR MASALAH
1. Sesak nafas
2. Batuk kering
3. Demam, bersifat naik-turun. Berkeringat terus menerus sepanjang hari.
4. Penurunan nafsu makan.
5. Hipertensi, tekanan darah pasien saat masuk IGD 160/100 mmHg.
6. Pada pemeriksaan fisik, vocal fremitus paru kanan
kesan jantung sulit dinilai, suspek TB Paru lesi luas, dan efusi pleura
kuning, jernih, pH 7.0, berat jenis 1015, mikroskopis sel PMN 60% dan
21
MN 40%, hasil tes Rivalta negatif, kadar gula 115 mg%, total protein 5.1
didapatkan hapusan cukup sel terdiri dari sel-sel limfosit dan histiosit, latar
dipertimbangkan
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
mg/hari
- Diet rendah garam sekitar 2
gr/hari
- Punksi Pleura, dilakukan 17
kuning, jernih
22
Farmakologi
- IVFD RL xx gtt/menit
- Inj.Ceftriaxone vial 2x1 IV
- Metilprednisolone 4 mg tab 3x1
- Paracetamol 500 mg tab 3x1
- Amlodipin 10 mg tab 1x1
Terapi Pulang;
ANJURAN PEMERIKSAAN
- Sputum S-P-S
PROGNOSIS
23
- Quo ad vitam : dubia ad
bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad
bonam
FOLLOW UP
Suhu : 39OC
Pernapasan : 28 x/m
Kepala:
Wajah oedem (-), oedem palpebra (-), konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik
-/-, pupil isokor, reflek cahaya +/+
Leher:
Paru:
24
P: Pekak pada ICS V paru kanan
Jantung:
Abdomen:
I: Dinding perut cembung, asites (-), scar (-), pelebaran vena (-)
P: tidak ada nyeri tekan pada bengkak, hepar lien tidak teraba
Extremitas:
25
Keringat bercucuran. Demam dirasakan mulai berkurang. Batuk
Suhu : 36,1OC
Pernapasan : 34 x/m
Kepala:
Wajah oedem (-), oedem palpebra (-), konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik
-/-, pupil isokor, reflek cahaya +/+
Leher:
Paru:
Jantung:
26
Batas jantung kiri bawah : ICS VI linea midclavikularis sinistra
Abdomen:
I: Dinding perut cembung, asites (-), scar (-), pelebaran vena (-)
P: tidak ada nyeri tekan pada bengkak, hepar lien tidak teraba
Extremitas:
Nadi : 86 x/m
Suhu : 36,0OC
Pernapasan : 22 x/m
Kepala:
27
Wajah oedem (-), oedem palpebra (-), konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik
-/-, pupil isokor, reflek cahaya +/+
Leher:
Paru:
Jantung:
Abdomen:
I: Dinding perut cembung, asites (-), scar (-), pelebaran vena (-)
P: tidak ada nyeri tekan pada bengkak, hepar lien tidak teraba
Extremitas:
28
Extremitas inferior et superior: oedem -/-
A Efusi Pleura Dextra ec. Suspek TB Paru
- BLPL
- Up infus
- Isoniazid 300 mg tab 1x1
P - Etambutol 500 mg tab 1x1
- Pirazinamid 500 mg tab 2x1
- B6 tab 1x1
- Metilprednisolone 4 mg tab 3x1
BAB III
ANALISA KASUS
Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari dua lapisan, yaitu pleura
visceralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan
mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis,
serabut saraf, dan pembuluh limfe. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari
sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler, dan pembuluh getah bening.
29
hidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi, hemotoraks bila rongga pleura
berisi darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks atau empyema thoracis bila berisi
nanah, pneumotoraks bila berisi udara. Penyebab dari kelainan patologi pada
IGD RSPBA dengan keluhan sesak napas 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
beraktivitas, seperti berjalan atau pergi ke kamar mandi. Os merasa sesak tetap
bahkan terkadang tidak bisa tidur dikarenakan sesak. Os mengaku walaupun tidur
dengan posisi apapun, dirinya tetap merasa sesak. Os mengaku sesak dirasa
semakin memberat apabila dalam posisi tidur, dan agak membaik bila os dalam
posisi duduk. Hal ini sesuai dengan teori bahwa efusi pleura merupakan salah satu
bentuk penyakit paru restriktif, yang ditandai dengan peningkatan kekakuan paru,
volume paru, termasuk kapasitas vital. Kerja pernapasan akan meningkat untuk
mengatasi daya elastik alat pernapasan, sehingga napas menjadi cepat dan
30
Penting untuk diketahui darimana asalnya sesak napas, dari paru atau
karena kelainan jantung. Pada kasus ini, sesak napas terjadi terus menerus,
memberat apabila pasien beraktivitas dan berbaring. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa sesak napas yang terjadi akibat efusi pleura bervariasi mengikuti
posisi akumulasi cairan di dalam rongga pleura. Sesak akan memberat apabila
pasien berbaring karena seluruh lapang paru akan tertekan dan pengembangan
menggigil disangkal oleh pasien. Hal ini sesuai dengan teori bahwa demam yang
demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
mengeluarkan darah saat batuk. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan
bahwa gejala batuk banyak ditemukan pada kasus tuberculosis paru. Batuk terjadi
31
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproductive) kemudian setelah
sputum. Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas,
berkurang secara perlahan, sekarang os mengaku memiliki berat sekitar 50 kg. Hal
ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa gejala malaise sering ditemukan
yang sering ditemukan yaitu anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala
malaise ini makin lama makin memberat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur.1
pada lapang paru dextra. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada
32
efusi pleura pada inspeksi paru yang sakit terlihat agak
jantung sulit dinilai, suspek TB Paru lesi luas, dan efusi pleura dupleks, kanan
lebih berat. Menurut teori, pada efusi pleura, permukaan cairan yang terdapat
dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan
daerah lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya horizontal
dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut, yang dapat
berasal dari luar atau dalam paru-paru itu sendiri. Terkadang sulit membedakan
antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan adhesi karena radang
33
(pleuritis). Perlu pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral decubitus. Cairan
jenis 1.015, mikroskopis sel PMN 60% dan MN 40%, hasil tes Rivalta negatif,
kadar gula 115 mg%, total protein 5.1 mg%, dan albumin 2.98 mg%.
34
Alur Pemeriksaan Analisis Cairan Pleura
Dari tabel di atas, hasil yang didapat dari analisis pleura pada pasien
Rivalta) dan juga beberapa karakteristik eksudat (pH, dan leukosit). Hal ini sesuai
35
dengan teori bahwa terkadang, dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-
sifatnya sebagian sifat transudat dan sebagian sifat eksudat, sehingga usaha untuk
membedakan antara transudat dan eksudat menjadi sukar. Menurut teori, analisa
pada pleuraakibat infeksi, infark paru, atau neoplasma. Protein yang terdapat
dalam cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan
aliran getah bening ini (misalnya pada pleuritis tuberculosa) akan menyebabkan
dari sel-sel limfosit dan histiosit, latar belakang bahan serous, dengan kesimpulan
36
pemeriksaan sitologi pada kasus tuberculosis paru akan menunjukkan dominasi
sel limfosit, yang menandakan adanya infeksi kronik seperti pleuritis tuberculosa
atau limfoma maligna. Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting
untuk diagnostic penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau
900 ml. Hal ini sesuai dengan teori bahwa aspirasi cairan pleura, salah satu nya
melalui punksi pleura merupakan sarana yang berguna untuk diagnostik maupun
dilakukan pada bagian bawah paru sela iga linea axillaris posterior dengan
memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya
tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi lebih baik
menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema paru akut. Edema paru dapat
diketahui betul, tapi diperkirakan karena adanya tekanan intrapleural yang tinggi
abnormal.1,3
37
antipiretik (paracetamol 500 mg tab 3x1), serta antihipertensi (amlodipine 10 mg
tab 1x1). Pemberian terapi farmakologis ini sesuai dengan teori, bahwa pada
demam saja dan dianggap sebagai fever of unknown origin. Diagnosis diberikan
Etambutol selama 2 minggu. Bila keluhan membaik terapi dengan obat anti
untuk meresolusi cairan yang mungkin masih tersisa di rongga pleura, walaupun
DAFTAR PUSTAKA
38
3. Halim, H. Penyakit-Penyakit Pleura. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
III, Edisi V, hal. 2329-2336. Jakarta; Interna Publishing, 2009.
39