Anda di halaman 1dari 1

Tahun 1966 merupakan tonggak searah penting bagi bangsa indonesia, bukan

hanya dalam konteks politik tetapi juga dalam konteks ekonomi. Perekonomian
Indonesia memulai babakan baru yang signifikan sejak saat itu. Secara politis, kurun
waktu sejak kemerdekaan hingga tahun 1965 dapat dipilah menjadi 3 periode yaitu,

1. Periode 1945 1950


2. Periode Demokrasi Parlementer
3. Peiode Demokrasi Terpimpin

Periode demokrasi parlementer juga dikenal sebagai periode demokrasi liberal.


Periode ini berakhir pada tanggal 5 juli 1959, ketika presiden Soekarno menerbitkan
sebuah dekrit yang menyatakan indonesia kembali ke UUD 1945. Sejak itukancah
politik dalam negeri berada dalam suasana demokrasi terpimpin. Periode
demokrasi terpimpin dikenal pula sebagai periode demokrasi orde lama (1945-
1965).Dalam kuru waktu 4 tahun (1945 1949) terdapat lima pemerintahan.
Sementara dalam demokrasi parlementer (1950 1959) terdapat tujuh
pemerintahan.

Kabinet Hatta (Desember 1949 September 1950)

Kaibnet Hatta merupakan satu-satunya kabinet dalam sejarah politik indonesia yang
dipimpin oleh seorang pakar ekonomi profesional. Tindakan paling penting yang
dilakukan kabinet ini yakni reformasi moneter melalui devaluasi mata uang secara
serempak dan pemotongan uang yang beredar pada bulan maret 1950.

Kabinet Natsir (September 1959 Maret 1951)

Kabinet Natsir merupakan kabinet pertama dalam negara kesatuan republik


indonesia. Ia menunjuk Sjafruddin prawiranegara sebagai menteri keuangan serta
Sumitro djojohadikusumo sebagai menteri perdagangan dan industri. Kabinet ini
berhasil memanfaatkan perang korea untuk keperluan pembangunan. Ekspor
terdorong kuat sehingga mampu mengatasi kesulitan neraca pembayaran, sekaligus
menaikkan penerimaan pemerintah. Pada masa kabinet natsir inilah pertama kalinya
terumuskan suatu perencanaan pembangunan, yang disebut Rencana Urgensi
Perekonomian (RUP). Namun kabinet ini belum sempat menjalankannya dan pada
masa kabinet berikutnya melaksanakannya dengan nama baru Rencana Lima
Tahun. Kendati dalam beberapa hal antara sjafruddin dan soemitro berbeda
pendapat namun orientasi mereka secara nominal sama, bercorak sosialis
pragmatis.

Anda mungkin juga menyukai