Anda di halaman 1dari 5

Mengelola Resiko Nilai Tukar

Resiko nilai tukar adalah resiko yang diakibatkan karena adanya perubahan nilai tukar mata uang
asing. Pada umumnya, transaksi-transaksi bisnis yang berhubungan dengan mata uang asing (valuta
asing) biasanya akan menghadapi masalah perubahan nilai kurs mata uang tersebut.
Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Mata uang suatu negara
merupakan cerminan kondisi ekonomi suatu negara. Apabila perekonomian suatu negara membaik,
maka mata uang negara tersebut akan menguat terhadap mata uang negara lain. Jika suatu negara
menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain, maka perubahan kurs tidak lagi terjadi
melalui mekanisme pasar.
Pada sistem kurs bebas, apabila mata uang menguat disebut dengan apresiasi dan jika mata uang
melemah disebut depresiasi. Sedangkan pada sistem kurs tetap, apabila mata uang menguat
disebut revaluasi dan jika mata uang melemah disebut devaluasi.
Perusahaan dipengaruhi oleh perubahan kurs yang disebut dengan eksposur. Secara khusus,
perusahaan multinasional menghadapi eksposur transaksi, translasi dan ekonomi, yang berubah akibat
kurs valas dan mempengaruhi perusahaan dalam cara yang berbeda dan memerlukan teknik
manajemen yang berbeda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar


Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi kurs mata uang yang ada di berbagai negara yaitu:
Inflasi

Pertumbuhan ekonomi

Perbedaan tingkat bunga rill

Perbedaan tingkat bunga nominal

Independensi bank sentral

Daya saing negara

Kebijakan moneter longgar

Ekspektasi

Sumber Risiko Valas dan Penanganan Risiko Valas


1. Transaction Exposure
Transaction exposure merupakan risiko yang dihadapi oleh perusahaan ketika melakukan
transaksi dengan pihak lain, baik itu supplier, pelanggan, ataupun pihak lainnya dengan
menggunakan mata uang asing. Sehingga, perusahaan yang terlibat transaksi ini terekspos
terhadap risiko perubahan nilai valas di masa depan. Perusahaan yang melakukan jual beli
dengan denominasi mata uang asing menghadapi transaction exposure ini.
Misalnya, perusahaan importir A yang berbasis di Indonesia, punya utang ke suppliernya
perusahaan B yang berbasis di AS dalam mata uang dollar. Perusahaan A mengalami
ketidakpastian karena ketika mereka harus membayar utangnya di masa depan nilai tukar bisa
berubah.
Jadi, apabila nilai rupiah melemah, maka importir akan mengalami kerugian, semakin besar
pelemahannya, maka semakin besar kerugian yang diderita. Akan tetapi apabila nilai rupiah
menguat maka importir tersebut akan memeperoleh keuntungan karena menyediakan rupiah
dalam jumlah yang lebih sedikit.
Dari sisi eksportir, jika rupiah melemah, maka eksportir akan memperoleh keuntungan karena
memperoleh banyak rupiah. Sebaliknya apabila rupiah menguat, eksportir tersebut akan
mengalami kerugian karena memperoleh rupiah dalam jumlah yang lebih sedikit.

2. Translation Exposure
Translation exposure yaitu melakukan kebijakan untuk mengkonversi aktiva dan passive
perusahaan dalam bentuk valas yang jangka panjang ke dalam bentuk mata uang domestic
negara. Tujuan translation exposure adalah untuk konsolidasi dan pelaporan.
Translation atau accounting exposure muncul karena laporan keuangan dari cabang asing yang
dalam mata uang asing, harus dikonversi ke dalam reporting currency perusahaan induk untuk
membuat laporan keuangan konsolidasi. Misalnya, laporan keuangan dari cabang yang
menggunakan mata uang asing dikonsolidasikan ke laporan keuangan perusahaan induk ke dalam
mata uang lokal. Translation exposure ini dapat mengakibatkan perubahan pada item-item neraca
seperti utang dan piutang, juga aset dan utang jangka panjang.

3. Economy Exposure
Economy exposure adalah eksposur valas cash flows perusahaan terhadap perubahan-
perubahan nilai tukar riil (mengukur perubahan-perubahan nilai tukar yang mempengaruhi nilai
perusahaan yang diukurdalam ekspektasi cash flows masa datang). Eksposur yang didasarkan
pada nilai-nilai pasar mengasumsikan bahwa tujuan financial perusahaan adalah untuk
memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

4. Operation Exposure
Operation exposure yaitu operasi perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs. Misalnya,
jepang menjual sepeda motor honda ke indonesia. Jika nilai yen menguat terhadap rupiah, maka
harga sepeda motor honda di indonesia menjadi lebih mahal dibanding sebelumnya. Sehingga
terjadi penurunan daya saing sepeda motor honda di indonesia.

Untuk dapat mengurangi risiko valas, maka salah satu strategi yang dapat dipergunakan adalah
dengan cara mengatasi exposure yang disebabkan oleh mata uang asing, maka dapat dilakukan
Hedging.
Hedging adalah suatu aktivitas lindung nilai dalam rangka mengantisipasi pergerakan mata uang
asing. Manfaat dari hedging yaitu melindungi asset perusahaan dari potensi kerugian valas, serta
mengurangi variasi dari arus kas di masa depan. Perusahaan memperoleh suatu kepastian melalui
hedging.Teknik-teknik hedging yang pada umumnya digunakan untuk mengatasi transaction exposure
antara lain adalah:

a) Mengelola Foreign Exchange Risk

Transaction exposure dapat diatasi dengan beberapa cara, antara lain contractual, operating dan
financial hedge. Contractual hedge ini meliputi kontrak forward, future, dan option. Sementara
itu operating dan financial hedge meliputi penggunaan risk-sharing agreement, leads & lags,
swap, dan strategi lainnya yang juga digunakan untuk mengatasi operating exposure.

b) Forward hedge
Cara yang paling sederhana dalam menghilangkan transaction exposure adalah dengan
melakukan forward hedge. Forward hedge memungkinkan perusahaan untuk mematok nilai valas
untuk masa depan, yang sudah ditentukan sejak hari ini. Kontrak forward pada umumnya
dilakukan dengan pihak bank sebagai counterparty.

Misalnya, sebuah perusahaan AS mengekspor ke Eropa, dan akan menerima pembayaran sebesar
50,000 dalam 90 hari ke depan. Misalnya spot rate saat ini adalah $1.2790/, sementara 3-
month forward rate adalah $1.2850/. Dengan melakukan forward hedge, maka dalam 3 bulan
mendatang perusahaan AS akan menerima 50,000 dan menukarkannya pada rate $1.2850/, dan
menerima $64,250. Dengan melakukan forward hedge berarti transaction exposure tereliminasi.
Tanpa melakukan hedging, maka perusahaan terekspos oleh risiko pergerakan mata uang asing,
bisa gain ataupun loss.

c) Futures hedge

Konsep dalam forward dan futures hedge pada dasarnya sama, yang berbeda adalah
mekanismenya. Jika forward maka counterparty adalah bank, maka dalam futures ada perantara
yakni clearing exchange. Kelemahan dari metode ini adalah penggunaan marked to market,
sehingga dalam pergerakan harian bisa tercipta gain ataupun loss, dan jika margin tidak cukup
kuat, maka bisa terkena call margin.

d) Money market hedge

Hedging di pasar uang yakni aktivitas lindung nilai untuk utang maupun piutang di masa depan,
dengan cara mengambil posisi di pasar uang. Money market hedge meliputi aktivitas meminjam
dan berinvestasi dengan mata uang yang berbeda.

Misalnya, jika sebuah perusahaan di Eropa punya piutang sebanyak $100,000, maka terekspos
risiko jika nantinya Dollar melemah terhadap Euro. Untuk mengeliminasi risiko tersebut, maka
perusahaan bisa mengambil pinjaman dalam Dollar, menukarnya ke Euro, kemudian berinvestasi
pada pasar uang. Selanjutnya hasil pembayaran piutang tersebut akan digunakan untuk melunasi
pinjaman.

e) Currency option hedge

Hedging menggunakan option yakni dengan menggunakan hak beli atau hak jual sejumlah mata
uang asing pada tingkat harga tertentu untuk melakukan lindung nilai. Hedging options
memungkinkan perusahaan untuk melindungi risiko pergerakan mata uang asing yang tidak
diharapkan, juga memungkinkan perusahaan untuk menangguk untung.

Seperti yang telah diungkapkan diatas, ketika perusahaan menghadapi transaction exposure, ia
mempunyai dua opsi, yakni hedging atau tidak. Seandainya perusahaan tidak mau melakukan
hedging, maka opsi yang dimilikinya untuk meminimalisir risiko valas adalah:
a) Mentransfer risiko tersebut terhadap pihak lain. Misalnya, perusahaan Indonesia
mengenakan harga jual produk ekspornya ke AS dalam Rupiah, bukannya Dollar. Sehingga,
pihak lawan (importir AS) yang terekspos terhadap pergerakan mata uang rupiah.
b) Meminta pelunasan cepat. Risiko mata uang asing dapat diminimalisir jikaperusahaan
meminta pelunasan secepatnya, sehingga bisa menggunakan nilai mata uang spot.
c) Melakukan netting. Ini biasanya dilakukan oleh perusahaan MNC yang punyabanyak
cabang dan melakukan banyak transaksi valas. Yang dilakukan adalahmengkonsolidasikan
seluruh posisi mata uang asing dalam satu negara, dan dihitung net-nya dari transaksi-
transaksi yang terjadi dengan pihak lain.

MANAJEMEN MODAL KERJA


Secara kuantitatif modal kerja adalah sama dengan jumlah asset saat ini dikurangi hutang yang ada
saat ini. Prakteknya modal kerja lebih memperhatikan efisiensi dari asset saat ini seperti kas, piutang
dan persediaan.Kas dan pitang sangat mudah dipengaruhi oleh fluktuasi nilai mata uang, perubahan
nilai tkar dan kebijakan pajak. Pejabat keuangan perusahaan multinasional harus memeprtimbangkan
posisi modal kerja perusahaan untuk setiap anak perusahaannya di luar negeri dan dalam setiap mata
uang yang dipakai oleh seluruh anak perusahaan untuk menjalankan bisnis serta perusahaan secara
keseluruhan. Dalam proses manajemen kerja para pejabat keuangan harus mempertimbangkan tiga
tujuan perusahaan yaitu:

a) Meminimalkan jumlah modal kerja


Bagian keuangan akan berusaha meminimalkan saldo modal kerja perusahaan. Baik perusahaan
domestic maupun internasional harus memiliki modal kerja karena 2 alasan :

- Untuk memudahkan transaksi sehari-hari

- Untuk memenuhi kebutuhan kas yang tidak diantisipasi sebelumnya

Salah satu teknik yang bisa digunakan perusahaan multinasiaonal untuk meminimalkan
kepemilikan kas perusahaan adalah manajemen kas tersentralisasi . Manajer kas tersentralisasi,
biasanya anggota staf bendahara perusahaan multinasional, mengkoordinasi arus kas perusahaan
tersebut diseluruh dunia. Setiap anak perusahaan akan mengirim pada manajer kas tersentralisasi
laporan tentang kas harian dan analisa saldo yang diharapkan perusahaan dan kebutuhan jangka
pendek, yang rentangnya dari 1 minggu sampai 1 bulan tergantung pada ketentuaninduk
perusahaan. Laporan-laporan ini kemudian digabungkan oleh staf manajer kas tersentralisasi
tersebut,yang menggunakannya untuk mengurangi jumlah cadangan preventif yang dipegang
oleh perusahaan secara keseluruhan dan untuk perencanaan investasi jangka pendek dan
perencanaan strategi utang bagi perusahaan.

Selain itu, Keahlian staf menejer kas tersebut bisa dipakai untuk mencari kesempatan investasi
jangka pendek yang paling baik dan tersediauntuk memanfaatkan kelebihan kas perusahaan dan
untuk memonitor perubahan-perubahan nilai mata uang asing. Dengan mengalihkan tugas-tugas
inni dari anak perusahaan ke induk perusahaan, pendekatan ini juga mengurangi jumlah tenaga
spesialis yang sangat trampil dan dibayar mahal yang dibutuhkan oleh perusahaan. Akan lebih
efisien dan efektif dari segi biaya untuk mengkonsentrasikan pengumpulan informasi keuangan
dan pengambilan keputusan dalam satu unit perusahaan daripada meminta setiap anak
perusahaan untuk melakukan pekerjaan ini sendiri-sendiri.

b) Meminimalkan biaya konversi mata uang


Bisnis internasional menghadapi kesulitan lain. Anak perusahaan mereka diluar negeri secara
terus menerus membeli dan menjual suku cadang dan barang jadi diantara mereka sendiri.
Misalnya Samsung, chaeboll terbesar di korea selatan memliki pabrik perakitan besar dan juga
pemasok dandistributor suku candang yang merupaka anak perusahaan Samsung diseluruh dunia.
Transfer berkesinambungan suku cadangdan barang jadi di antra anak peruhaan Samsung
menghalikan begitu banayak faktur dan kebutuha berkesinambungan untuk mentranfer dana di
natra rekening mereka. Jumlah komulatif biaya yang dibebankan bank untuk mentranfer dana ini
dan mengkonversi mata uang yang dipakai menjadi sangat besar. Untuk transaksi yang sangat
besar yang melibatkan dua mata uang utama, Fee dan biaya untuk konversi mata uang ini rata-
rata 0,3% nilai transkasi. Untuk transaksi dalam jumlah lebih kecil atau teransksi mata uang tidak
terlalu kuat dalam pasar yang tidak luas, fee dan biaya seperti itu bisa dengan mudah menjadi
tiga atau empat kali lebih besar.

c) Meminimalkan resiko nilai tukar


Para staf keuangan perusahaan bisa juga menyesuaikan baruaan mata uang yang membentuk
modal kerja perusahaan untuk mengurangi resiko nilai tukar. Sering kali perusahaan memakai
strategi leads and lags (strategi mempercepat dam memperlambat pembayaran utang) untuk
meningkatkan kepemilikan bersih mata uang yang di perkirakan nilainya akan naik dan untuk
mengurangi kepemilkian bersih mata uang yang nilainya diperkirakan akan turun.
Para staf keuangan perusahaan perusahaan multinasional menghadapi tugas yang komplek.
Mereka harus memastikan bahwa setiap anak perusahaan memiliki saldo cadangan kas dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang sudah di prediksi. Arus kas keluar sehari-
hari dan saldo cadangan perfentif dalam jumlah yang wajar. Mereka juga harus menyeimbangkan
antara setiap kebutuhan kas setiap anak perusahaan, baik yang diperkirakan atau tidak,dan biaya
kesempatan atas kepemilikan aktiva dalam bentuk yang memberi hasil rendah, sementara secara
simultan juga memonitor biaya konfersi mata uang yang berhubungan dengan modal kerja, dan
resiko nilai tukar.biasanya tugas-tugas ini dikerjakan oleh suatu unit di perusahaan, seperti
departemen keuangan di induk perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai