Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kapal laut sudah sejak lama merupakan sarana dalam bidang perhubungan dan
perekonomian di Indonesia seperti kapal cargo. Kapal cargo merupakan kapal yang di
gunakan menyeberangi laut untuk mengangkut barang/cargo dari suatu daerah ke derah
lainnya. Kapal cargo bukan hanya menyeberangi antara pulau-pulau lokal tapi banyak
kapal cargo yang dapat menyeberangi samudra di dunia ini. Peristiwa kebakaran
merupakan salah satu kejadian yang tidak diinginkan dan memiliki bnyak kerugian.
Kebakaran tidak memilih tempat, waktu dan korban. berdasarkan Undang-undang No. 1
tahun 1970 tentang keselamatan kerja bahwa dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan,
peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan
dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Beberapa peristiwa kebakaran sering terjadi pada kapal cargo di antaranya kebakaran
kapal cargo Ise Baru di Selat Madura pada tanggal 30 Juli 2016 dan juga kapal cargo
lain yaitu KM New Glory di Pelabuhan Tanjung Perak pada 15 November 2015.
Kebakaran ini terjadi diduga akibat kurang memadainya sistem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran di kapal. Kapal kargo 'Ise Baru' mengalami kebakaran dan
mengakibatkan seorang anak buah kapal (ABK) mengalami luka bakar serius.
Kebakaran kapal yang sedang lego jangkar untuk pengisian BBM di selat Madura ini
diduga dari bagian loker genset di lambung kanan. Ledakan di kapal barang yang
hendak berlayar menuju ke Tanjung Selo, Kalimantan Utara (Kaltara) ini terjadi sekitar
pukul 10.30 wib. Akibat dari ledakan itu, juga mengakibatkan Zainudin (40) Kepala
Kamar Mesin kapal Ise Baru mengalami luka serius hingga 90 persen. Bahkan, 15 ABK
lainnya sempat tidak mengenali wajah korban yang terluka terbakar.

1
(https://news.detik.com/berita-jawa-timur/3265106/kapal-kargo-terbakar-di-selat-
madura-seorang-abk-alami-luka-bakar)
Kapal kargo, KM New Glory, terbakar di depan International Container Terminal
(ICT) Pelabuhan Tanjung Perak. Api diduga berasal dari genset. Saat terjadi kebakaran,
awak kapal sedang melakukan perbaikan kapal. Api berkobar pada bagian belakang
kapal pada pukul 11.30 WIB, hal ini juga dibenarkan oleh Humas Pelindo III Edy
Priyanto. (http://news.detik.com/berita-jawa-timur/3071570/kapal-kargo-terbakar-di-
pelabuhan-tanjung-perak)
Salah satu sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran yaitu sistem
pencegahan aktif salah satu contohnya yaitu sistem instalasi hydrant dan fire sprinkler.
Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran yang tetap, yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan
selang kebakaran. Sistem hydrant terdiri dari: sistem persediaan air, pompa, perpipaan,
kopling outlet dan inlet serta selang dan nozzle. Ada 2 macam hydrant yang digolongkan
berdasarkan jenis dan penempatannya yaitu hydrant gedung dan hydrant halaman.
Hydrant gedung ialah hydrant yang terletak didalam suatu bangunan/gedung. Sedangkan
hydrant halaman ialah hydrant yang terletak diluar bangunan (Anonymous, 1999).
Sedangkan instalasi fire sprinkler merupakan sistem yang digunakan untuk
memadamkan kebakaran ketika terjadi kebakaran di sebuah bangunan. Fire sprinkler
akan menyala secara otomatis ketika ada api yang akan menyebabkan kebakaran.
Sehingga alat ini bisa dihandalkan ketika suatu gedung atau ruang yang sudah terpasang
dengan fire sprinkler tidak ada orang yang mengetahui sumber api, fire sprinkler dapat
bekerja dengan otomatis untuk memadamkan kebarakan. Apalagi prinsip kerja fire
sprinkler dipadukan dengan alarm smoke detector atau alarm fire detector tentunya
kebakaran akan lebih diminimalisir kerugiannya. (www.bromindo.com/fire/sprinkler)
Berdasarkan uraian singkat mengenai sistem instalasi hydrant dan fire sprinkler di
atas dan juga mengenai banyak peristiwa kebakaran pada kapal cargo maka pada tugas
perancangan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran kali ini perlu akan
merancang, menentukan perancangan dan letak penempatan mengenai sistem instalasi
hydrant dan fire sprinkler pada kapal cargo.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang terdapat pada tugas
perancangan sistem instalasi hydrant dan fire sprinkler pada General Cargo MV.
PUTRI BAHARI yaitu :
1. Bagaimana tata cara perencanaan sistem instalasi hydrant dan fire sprinkler pada
kapal Cargo?

2. Bagaimana cara menentukan peletakan serta pemasangan sistem instalasi hydrant dan
fire sprinkler pada kapal Cargo?

3. Bagaimana perhitungan head loss daya pompa ?

4. Bagaimana jenis peletakan pipa dan pompa pada sistem instlasi fire sprinkler dan
hydrant ?

5. Bagaimana estimasi biayanya dalam perancangan instlasi fire sprinkler dan hydrant ?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari perencanaan sistem hydrant dan fire sprinkler sebagai sarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tata cara perencanaan sistem instalasi hydrant dan fire sprinkler pada kapal
cargo.

2. Mengetahui cara menentukan peletakan serta pemasangan sistem instalasi hydrant dan
fire sprinkler.
3. Mampu melakukan perhitungan head loss daya pompa.
4. Mampu mengetahui estimasi biayanya dalam perancangan instlasi sprinkler pada Kapal
Cargo MV. PUTRI BAHARI

1.4 MANFAAT PERANCANGAN


Manfaat yang hendak dicapai pada tugas perancangan ini adalah :
untuk mahasiswa :

3
1 Mahasiswa mampu memahami prosedur pemasangan sistem hydrant dan fire sprinkler
pada kapal cargo.

2 Mahasiswa memiliki kompetensi untuk menyusun tugas besar penyusunan Sistem


pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada instalasi hydrant dan fire sprinkler.
untuk perusahaan pemilik kapal :
1. Perusahaan pemilik kapal melakukan tindakan preventif yaitu memilki sistem
pencegahan dan penggulangan kebakaran

2. Perusahaan pemilik Kapal MV. PUTRI BAHARI, Menjadikan sebagai bahan


rekomendasi dalam perancangan sistem instalasi hydrant dan fire sprinkler yang
benar dan sesuai dengan standar.

1.5 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup perencanaan sistem hydrant pada sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran meliputi:
1. Perancangan sistem hydrant dan fire Sprinkler dilakukan pada Kapal Cargo MV.
PUTRI BAHARI.

2. Standar yang dipakai yaitu NFPA 13 Standard for the installation of Sprinkler System,
NFPA 14 Standard for the Installation of Standpipe, Private Hydrant, and Hose
Systems, international convention for the safety of life at sea ( SOLAS 74 ), BKI
(Biro Klasifikasi Indonesia) Rules For The Classification And Construction Of
Seagoing Steel Ships Vol. 3 Section 12 dan ASME B36.10M Sch-40.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI KEBAKARAN


Kebakaran merupakan kejadian yang muncul dari adanya api yang tidak
terkontrol. Teori Segitiga Api menjelaskan tentang munculnya api, yakni berupa
reaksi oksidasi cepat yang timbul apabila muncul tiga faktor pencipta api secara
bersamaan, yakni bahan yang mudah terbakar, adanya oksigen dan adanya panas yang
sampai pada titik penyalaannya. dan bahayanya terhadap keselamatan jiwa manusia.[]

Gambar 2.1 Teori Segitiga api[]


Tiga faktor diatas ini sering dianggap sebagai teori segitiga api, dimana masing-
masing unsur menjadi sisi dari segita tersebut. Menghilangkan salah satu atau lebih
sisi dari segitiga ini akan mematahkan teori ini dan mengakibatkan kebakaran
berhenti. Ketidak-lengkapan salah satu dari tiga unsur segitiga api akan
mengakibatkan kebakaran tidak pernah terjadi.

Ada 5 produk hasil dari sebuah pembakaran yakni gas hasil pembakaran,nyala api
(flame), panas, asap, dan pengurangan kadar oksigen. Kelima produk pembakaran ini
akan sangat berpengaruh secara fisiologis terhadap kehidupan. Namun yang paling
penting adalah pengaruh terbakar dan keracunan. Penyelidikan terhadap kebakaran
menunjukkan bahwa selama terjadi kebakaran dihasilkan sejumlah gas beracun,

5
dengan tingkat toksisitas yang rendah sampai yang mematikan, antara lain carbon
monoksida,
carbondioksida,hidrogensulfida,sulfurdioksida,ammonia,hidrogensianida,nitrogendio
ksida,acrylicaldehid,danphosgene.Terbakarnya bahan bakar dengan kandungan
oksigen yang cukup biasanya mnghasilkan sesuatu yang terang yang disebut nyala
api( flame).

Berdasarkan International Maritime Organization Resolution A.951 (23) tentang


pedoman lanjutan untuk alat pemadam api portable di laut, kelas kebakaran yang
digunakan adalah sesuai dengan yang digunakan oleh NFPA. Kelas kebakaran secara
umum didefinisikan sebagai kelas A, B, C, D dan F (atau K). Saat ini terdapat dua
standar, yang mendefinisikan kelas kebakaran berdasarkan sifat material yang
terbakar, seperti ditampilkan pada Tabel 2.1 sebagai berikut.[]

Tabel 2.1 Kelas kebakaran menurut NFPA 10 dan ISO 3941


International Organization for National Fire Protection Association
Standardization National Fire (NFPA 10)
Protection Association
(ISO standard 3941)
Class A: Fires involving solid materials, Class A: Fires in ordinary combustible
usually of an organic nature, in which materials such as wood, cloth, paper, rubber
combustion normally takes place with the and many plastics.
formation of glowing embers.

Class B: Fires involving liquids or liquefiable Class B: Fires in flammable liquids, oils,
solids. greases, tars, oil base paints, lacquers and
flammable gases.

Class C: Fires involving gases. Class C: Fires, which involve energized


electrical equipment where the electrical non
conductivity of the extinguishing medium is
of importance. (When electrical equipment is
de-energized, extinguishers for class A or B
fires may be used safely.)

Class D: Fires involving metals. Class D: Fires in combustible metals such as


magnesium, titanium, zirconium, sodium,
lithium and potassium.

Class F: Fires involving cooking oils. Class K: Fires involving cooking grease, fats
and oils.

6
2.2.1 Penyebab Kebakaran
Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyidikan dan analisa dari
setiap kejadian kebakaran dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor
penyebab terjadinya kebakaran antara lain karena manusia, peralatan,
penyalaan sendiri, dan faktor alam. Kebakaran yang disebabkan oleh manusia
diantaranya disebabkan oleh kesalahan manusia berupa kurang hatihati
dalam menggunakan alat yang dapat menimbulkan api, kelalaian atau
kurangnya pengertian tentang bahaya kebakaran. Sedangkan kebakaran pada
peralatan dapat disebabkan oleh kualitas alat yang rendah, cara penggunaan
yang salah, atau pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat.[]

Panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus memancarkan


panasnya dapat menimbulkan kebakaran. Begitu pula pada sanbaran petir,
gempa bumi dan gunung merapi sangat berpotensi memicu terjadinya
kebakaran merupakan contoh dari fenomena alam sebagai penyebab
terjadinya kebakaran. Adapun beberapa bahan kimia yang dapat terbakar
dengan sendirinya akibat karakteristik bahan tersebut. Selain seluruh
penyebab diatas, kebakaran juga dapat terjadi karena disengaja, biasanya
berhubungan dengan tindakan kriminal seperti huruhara, sabotase atau hanya
untuk sekadar mendapatkan asuransi ganti rugi.

2.2 PERENCANAAN SISTEM FIRE SPRINKLER


Suatu sistem instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara tetap/permanen
di dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis dengan
menyemprotkan air di tempat mula terjadi kebakaran.Kepadatan pancaran merupakan
jumlah debit air (liter/menit) yang dikeluarkan oleh 4 kepala springkler yang
berdekatan dan terletak di empat sudut bujur sangkar,persegi panjang atau jajaran
genjang (kepala springklir dipasang secara selang seling) dibagi oleh 4 x luas bujur
sangkar,persegi panjang atau jajaran genjang tersebut diatas (m 2). Kepadatan
pancaran dinyatakan dalam mm/menit. []

7
Gambar 2.2 Sprinkler []
2.2.1. Jenis-Jenis Sprinkler
Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat
adanya panas dari api kebakaran.Menurut FSS Code sistem sprinkler dapat
dibagi atas beberapa jenis, yaitu[7]:

1 Antifreeze system: sistem pipa basah bekerja secara otomatis alat


penyiram yang terdapat pada sistem perpipaan yang mengandung solusi
antibeku dan terhubung ke pasokan air. Solusi antibeku habis, diikuti oleh
air, segera setelah pengoperasian alat penyiram dibuka oleh panas dari api.
2 Deluge System : sistem sprinkler mempekerjakan alat penyiram terbuka
melekat pada sistem perpipaan terhubung ke pasokan air melalui katup
yang dibuka oleh pengoperasian sistem deteksi yang dipasang di daerah
yang sama denga sprinkler. Ketika katup ini membuka, air mengalir ke
sistem pipa dan membuka semua sprinkler yang terhubung dengan sistem.
3 Dry pipe system : Sistem sprinkler kering merupakan suatu instalasi
sistem sprinkler otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya
yang mengandung udara atau nitrogen bertekanan.Pelepasan udara
tersebut akibat adanya panas mengakibatkanapi bertekanan membuka dry
pipe valve.
4 Sistem pra aksi (preaction system):Komponen sistem pra aksi memiliki
alat deteksi dan kutub kendali tertutup, instalasi perpipaan kosong berisi
udara biasa(tidak bertekanan) dan seluruh kepala
sprinklertertutup.Valveuntuk persediaan air dibuka oleh suatu sistem
operasi detektor otomatis yang dengan segera mengalirkan air dalam

8
pipa.Penggerak sistem deteksi membuka katup yang membuat airdapat
mengalir ke sistem pipa sprinklerdan air akan dikeluarkanmelalui
beberapa sprinkleryang terbuka. Kepekaan alat deteksipada sistem pra aksi
ini diatur berbeda dan akan lebih peka,maka dari itu disebut sistem pra
aksi karena ada aksipendahuluan sebelum kepala sprinklerpecah.
5 berbasis air pemadam media: air tawar atau air laut dengan atau tanpa
aditif dicampur untuk meningkatkan kemampuan pemadam kebakaran.
6 Sistem basah (wet pipe system) adalah suatu sistem yang menggunakan
sprinkler otomatis yang disambungkan ke suplai air (water supply).
Dengan demikian air akan segera keluar melalui sprinkler yang telah
terbuka akibat adanya panas dari api.
2.2.2 Kapasitas Pancaran
Sprinkler akan ditempatkan di posisi overhead dan di tempat yang cocok
untuk mempertahankan tingkat aplikasi rata-rata tidak kurang dari 5l//m2/min
atas daerah nominal yang ditutupi oleh Sprinkler. Namun,Administrasi dapat
mengizinkan penggunaan sprinkler yang menyediakan seperti alternatif jumlah
distribusi air seperti yang telah ditunjukkan untuk kepuasan administrasi
menjadi tidak kurang efektif.[7]

2.2.3. Pengaturan Pipa


Sprinkler harus dikelompokkan berdasarkan bagian-bagian tersendiri,
setiap kapal harus terdiri tidak lebih dari 200 sprinkler. Setiap bagian dari
sprinkler harus mampu terisolasi dengan hanya satu stop valve. Stop valce di
setiap bagian harus siap diakses di tiap lokasi di luar bagian atau di dalam
kabin dekat dengan tangga. Lokasi valve harus jelas dan dipasang secara
permanen, untuk menyediakan pencegahan operasi pada stop valve oleh pihak
yang tidak bertanggungjawab.

Pengujian valve harus menyediakan tes terhadap alarm otomatis untuk


setiap bagian sprinkler dengan pelepasan air pada operasi satu sprinkler.
Pengujian valve untuk setiap bagian harus disituasikan dekat dengan stop valve
untuk tiap bagian. Alat pengukur yang mengindikasikan tekanan dalam sistem
harus disediakan di setiap bagian stop valve dan di central station.Masukan air

9
laut ke pompa akan sebisa mungkin berada dalam ruang yang berisi pompa
dan diatur bahwa ketika kapal mengapung tidak akan diperlukan untuk
mematikan pasokan air laut ke pompa untuk setiap tujuan lain dari inspeksi
atau perbaikan pompa.[7]

2.2.4 Klasifikasi Temperatur Sprinkler


Sprinkler memiliki beberapa pewarnaan khusus yang di dasarkan pada
klasifikasi temperatur pada area yang dilindungi. Sprinkler hanya dapat di beri
pewarnaan dari pabrik, Di mana sprinkler yang telah memiliki warna tertentu
diterapkan oleh yang lain dari sprinkler produsen, mereka dapat digantikan
dengan sprinkler baru yang terdaftar memiliki karakteristik yang sama,
termasuk k-factor, respon termal, dan distribusi air.Peraturan klasifikasi
temperatur pada FSS Code dapat diliht pada Tabel 2.2 berikut ini [7]

Tabel 2.2 Klasifikasi Temperatur

Glass bulb nozzles Fusible element nozzles


Nominal release Liquid colour Nominal release Frame colour

temperature (C) code temperature (C) Code

57 orange 57 to 77 uncoioured

68 red 80 to 107 white

79 yellow 121 to 149 blue

93 to 1 00 green 163 to 191 red

121 to 141 blue 204 to 246 green

1 63 to 1 82 mauve 260 to 343 orange

204 to 343 black

2.2.5 Susunan Instalasi Sprinkler


Pada Susunan Instalasi Sistem Springkler dapat dibagi menjadi 2, yaitu
susuanan pada cabang ganda dan susunan cabang tunggal,serta susunan Susunan
cabang ganda[5]

10
1. Susunan Cabang Ganda
Susunan cabang ganda, merupakan susunan sambungan pada springkler
dimana pipa cabang disambungkan ke dua sisi pipa pembagi pemasukan
springkler di tengah dan di ujung.

2. Susunan Cabang Tunggal


Susunan cabang tunggal merupakan susunan sambungan pada springkler
dimana pipa cabang disambungkan ke satu sisi dari pipa pembagi.

3. Susunan Pemasukan Tengah


susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran air dari
tengah.

Gambar 2.3 Susunan pemasukan tengah[5]

4. Susunan Pemasukan Diujung


Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran dari
ujung.

11
Gambar 2.4 Susunan pemasukan diujung[5]
2.2.6 Komponen Sistem Sprinkler
Beberapa definisi mengenai komponen sistem di antaranya [5]:

- Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara


langsung atau melalui riser

- Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik
secara langsung atau melalui riser

- Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa
pembagi,baik secara langsung maupun melalui riser.

2.3 PERENCANAAN SISTEM HYDRANT


Hydrant adalah alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar untuk
mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.
Menurut Kepmen PU No.02/KPTS/1985 sistem hydrant terdiri dari :
1. sumber persediaan air
2. pompa-pompa kebakara
3. selang kebakaran
4. kopling penyambung, dan perlengkapan lainnya.

Sistem instalasi hydrant yaitu suatu sistim pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan

12
selang kebakaran. Sistim ini terdiri dari sistim persediaan air, pompa, dan selang
kebakaran.

2.3.1 Pandangan Umum


Berdasarkan SOLAS 1974 bahwa bahan mudah dibuat tidak efektif oleh
panas tidak akan digunakan untuk listrik kebakaran dan hydrant kecuali
dilindungi secara memadai. Pipa dan hydrant harus ditempatkan sehingga
selang kebakaran yang dapat dengan mudah disambungkan. Susunan pipa
dan hydrant harus sedemikian rupa untuk menghindari kemungkinan
pembekuan. Ketentuan drainase sesuai harus disediakan untuk pipa
kebakaran utama. Katup isolasi harus dipasang pada semua cabang
kebakaran geladak terbuka utama yang digunakan untuk tujuan selain
pemadaman kebakaran. Di dek kapal kargo di mana dapat dilakukan, posisi
dari hydrant harus sedemikian sehingga mereka selalu mudah diakses dan
pipa harus disusun sepraktis mungkin untuk menghindari risiko kerusakan
oleh kargo tersebut.
2.3.2 Diameter Dari Pipa Induk
Diameter dari pipa induk/utama dan layanan air harus cukup untuk
penyaluran yang efektif dari debit air maksimum yang dilepaskan dari dua
pompa kebakaran yang beroperasi secara serempak, kecuali pada kasus
kapal kargo yang diameter hanya perlu cukup 140 m3/h.
2.3.3 Tekanan Pada Hydrant
Dengan dua pompa secara bersamaan mengirimkan air melalui nozzle
yang ditentukan dalam SOLAS 1974 yaitu :

1. Untuk kapal penumpang: 4.000 tonase kotor ke atas 0,40 N/mm2 kurang
dari 4.000 tonase kotor 0,30 N/ mm2
2. Untuk kapal kargo: 6.000 tonase kotor ke atas 0,27 N/ mm2 kurang dari
6.000 tonase kotor 0,25 N/ mm2
3. Tekanan maksimum pada setiap hydrant tidak akan melebihi dimana
kontrol yang efektif dari selang pemadam kebakaran dapat ditunjukkan.

13
2.3.4 Drain dan Test riser
Secara permanen drain riser 3 inchi (76 mm) harus disediakan berdekatan
pada setiap stand pipe, yang dilengkapi dengan pressure regulating device
guna memungkinkan dilakukannya tes pada tiap alat/device. Setiap stand
pipe harus disediakan draining, suatu drain valve dan pipanya, diletakkan
pada titik terendah pada stand pipe. Penentuan suatu stand pipe drain dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Ukuran Stand

pipe Drain Ukuran Stand Ukuran Drain Connection


pipe
Sampai dengan 2 in in atau lebih besar

2 in, 3 in, atau 3 in 1 in atau lebih besar

4 in atau lebih besar 2 in saja


Sumber: NFPA 14, Standar Installation for Standpipe and Hose Systems,
1996 Edition

2.4 POMPA DAN HEAD


Pompa kebakaran harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga mudah dicapai di
dalam gedung atau ditempatkan di dalam bangunan tahan api di luar gedung. Pompa
kebakaran tidak boleh digunakan untuk keperluan lain di luar keperluan
kebakaran. (Dianjurkan pemasangan pompa kebakaran terpisah untuk keperluan
instalasi slang kebakaran)
a Kondisi pipa hisap pompa kebakaran.
Pipa hisap pompa sentrifugal dianggap dalam keadaan tekanan positip, apabila
dipasang pada kedalaman kurang dari 2 meter diukur dari muka air terendah
dalam tangki; dalam keadaan normal muka air harus selalu berada diatas poros
pompa. Panjang pipa hisap tidak boleh lebih dari 30 meter, dengan catatan
bahwa belokan diperhitungkan sebagai pipa dengan panjang 3 meter.
Pemasangan pipa harus selalu diusahakan menanjak terus sampai ke pompa,
kecuali pada pemasangan pompa di bawah tekanan positip.

14
b Pompa dipasang dengan pipa hisap dalam keadaan tekanan positip.
Keadaan yang perlu diperhatikan apabila pompa dipasang pada pipa hisap dalam
keadaan tekanan positip dan berukuran minimum. Sistem bahaya kebakaran berat
harus mempunyai pipa hisap sedemikian rupa, sehingga kecepatan dalam pipa
tidak lebih dari 1,8 m/detik, apabila pompa bekerja pada kapasitas penuh.

Apabila dipasang lebih dari satu pompa, maka pipa hisap boleh dihubungkan satu
sama lain, asalkan selalu diusahakan pemasangan katup penutup pada setiap
bagian pipa hisap, baik yang disambungkan pada setiap pompa maupun yang
disambungkan pada tangki hisap.

c Pompa dipasang dengan pipa hisap dalam keadaan tekanan negatip.


Apabila pompa dipasang dalam keadaan tekanan negatip, perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
1 Ukuran pipa hisap harus sesuai dengan tabel dibawah.
2 Untuk sistem bahaya kebakaran berat ukuran pipa hisap sedemikian rupa,
sehingga kecepatan air dalam pipa tidak lebih dari 1,5 m/detik, apabila
pompa bekerja pada kapasitas penuh.
3 Jarak tegak antara muka air terendah dan poros pompa tidak boleh lebih dari
3,7 m.
4 Pada bagian pipa hisap yang terendah harus dilengkapi dengan katup ujung.
5 Tiap pompa harus mempunyai pipa hisap yang terpisah.
6 Tiap pompa harus mempunyai perlengkapan air pemancing otomatis

Klasifikasi Bahaya Kebakaran Ukuran minimum pipa hisap (mm)


Bahaya kebakaran ringan 80
Bahaya kebakaran sedang Kelompok I 150

Bahaya kebakaran sedang Kelompok II 200


dan III : SNI 03-3989-2000
Sumber
2.4.1 Jumlah pompa kebakaran
Kapal harus dilengkapi dengan pompa kebakaran yang digerakkan secara
independen sebagai berikut:
1. Di kapal penumpang: 4.000 tonase kotor keatas minimal tiga kurang dari
4.000 tonase kotor minimal dua

15
2. Di kapal kargo dari: 1.000 tonase kotor keatas minimal dua kurang dari
1.000 gross tonase minimal dua pompa power-driven, salah satunya harus
didorong dengan sendirinya.

2.4.2 Suplai Air (Water Supply)


Pengaturan untuk ketersediaan pasokan air di tempatkan pada 2 jenis kapal
yaitu :
1 Kapal Penumpang
1.1 Dari 1000 tonase kotor dan ke atas seperti bahwa setidaknya satu jet
efektif air segera tersedia dari hydrant ke lokasi interior sehingga
untuk menjamin Dari 1000 tonase kotor dank e atas seperti bahwa
setidaaknya satu jet efektif air segera tersedia dari hydrantyt ke lokasi
interior sehingga untuk menjamin kelanjutan dari output dari air
dengan otomatis mulai dari satu pompa kebakaran yang diperlukan
kelanjutan dari output dari air dengan otomatis mulai dari satu pompa
kebakaranyang diperlukan
1.2 kurang dari 1000 tonase kotor oleh mulai otomatis dari setidaknya satu
pompa kebakaran atau oleh remote mulai dari jembatan
navigasisetidaknya satu pompa kebakaran. Jika pompa dijalankan
secara otomatis atau jika katub bawah tidak dapat dibuka dimana
pompa jarak jauh dihidupkan, katub bawah akan selalu tetap terbuka,
dan
1.3 Jika dilengkapi dengan ruang mesin tanpa pengawasan berkala sesuai
dengan peraturan II-1/54, bagaian administrasi harus menetapkan
ketentuan untuk pengaturan air tetap pemadam kebakaran untuk ruang
tersebut setara dengan yang dibutuhkan untuk ruang mesin biasanya
dihadiri;
2 Kapal Kargo
2.1 Untuk Bagian Administrasi
Dengan ruang mesin secara berkala tanpa pengawasan atau ketika hanya
satu orang yang diperlukan pada menonton, akan ada air pengiriman
segera dari system kebakaran utama pada tekanan yang sesuai, baik oleh
16
remote awal dari salah satu pompa kebakaran utama dengan remote mulai
dari jembatan stasiun navigasi dan pengendalian kebakaran jika ada, atau
bertekanan permanen dari system kebakaran utama oleh salah satu pompa
kebakaran utama, keculai bahwa administrasi dapat mengabaikan
persyaratan ini untuk kapal kargo kurang dari 1600 tonase kotor jika
pompa kebakaran mulai pengaturan dalam mesin yang berada pada posisi
yang mudah diakses.
2.4.3 Penentuan Kehilangan Tekanan
Penentuan kehilangan tekanan pada sistem didasarkan pada persamaan
Hazen-Williams, sbb :

Dimana: Q = Flow rate (m3/s)


C = Jenis pipa
D = Diameter pipa (m)
Ltot = Lpipa + Lekiv

2.4.4 Penentuan Kapasitas Pompa


Flow header dan kapasitas pompa didesain untuk memenuhi standpipe
terjauh saja karena kemungkinan besar tidak akan terjadi pengoperasian
standpipe secara bersamaan. Misalnya jika debit tersebut adalah 500 gpm =
0.0315 m3/dtk = 1.887 m3/mnt, Kecepatan aliran dalam pipa adalah
kecepatan aliran pada jalur terjauh, diasumsikan 2 m/dtk. Maka diameter
pipa adalah:

Dimana:
Hs = Beda tinggi antara minimum air di tangki dengan titik kritis
Hl = Kehilangan tekanan dari atas tangki ke titik kritis + Sisa tekanan

17
Daya yang dibutuhkan pompa (daya air)

Dimana: Pw = Daya air (kW)


Q = Kapasitas pompa (m3/mnt)
H = Head total pompa
= Massa jenis air (0.9982)

Dimana : p = Efisiensi pompa

2.4.5 Head
Head dalam perpompaan dapat didefinisikan sebagai energi tiap satuan berat
atau tekanan diperlukan untuk memompa cairan melewati sistim pada laju
tertentu. Dalam instalasi pompa head dibedakan menjadi :
1. Head statis yaitu tidak dipengaruhi debit hanya beda tekanan dan
ketinggian
2. head dinamis yaitu head yang dipengaruhi oleh debit terdiri dari losses
karena gesekan, fitting dan diameter saat masuk dan keluar saluran.
Head total pompa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yaitu
H = HL + HmL + HLp + Ha + k.Vo2/2g . (2.6)
Dimana :
H = Head total Pompa (m)
HL = Berbagai kerugian head di pipa (m)
HmL = Berbagai kerugian head di katub, belokan, sambungan dll (m)
HLp = Head tekanan
Ha = Head statis total (m)
k.Vo2/2g =head kecepatan pengeluaran (m)

18
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 SISTEMATIKA PERANCANGAN

19
4.2 TAHAPAN METODELOGI PENELITIAN
Pada Pengerjaan penelitian ini memerlukan proses penelitian yang terstruktur
sehingga diperlukan langkah-langkah yang sistematik dalam pelaksanaannya yaitu

20
melalui metode penelitian. Metode penelitian ini merupakan suatu proses yang
terdiri dari tahap-tahap yang saling terkait satu sama lainnya. Hal ini dimaksudkan
agar proses penelitian nanti dapat dipahami dengan mudah, diikuti oleh pihak lain
secara sistematik dan dapat mendapatkan hasil yang komprehensif. Adapun tahapan-
tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Identifikasi Masalah
Pada bagian ini dilakukan peninjauan awal mengenai permasalahan yang terjadi
dalam ruangan Kapal Cargo MV. PUTRI BAHARI pada ruangan perusahaan
khususnya double bottom, main deck, dan poop deck yang memiliki resiko
terhadap terjadinya kebakaran. Identifikasi kondisi awal ini akan digunakan
untuk menentukan rumusan perasalahan dengan jelas dan menetapkan tujuan
penelitian yang akan dicapai.

2. Penetapan Tujuan, Perumusan Masalah, dan Manfaat Penelitian


Pada tahap ini merupakan pengembangan dari langkah identifikasi masalah,
dimana pada tahap ini penulis menentukan tujuan, rumusan masalah dan
manfaat penelitian apa saja yang ingin dicapai dengan memperhatikan kondisi
dan data kongrit di lapangan. Tahap ini merupakan acuan untuk melakukan
pengumpulan data agar penelita dapat mendapatkan target yang dinginkan.

3. Tahap Studi Literatur


Setelah dilakukan identifikasi terhadap permasalahan maka perlu adanya studi
literatur dari literature yang terkait dengan penelitian untuk memudahkan proses
analisis dalam menyelesaikan permasalahan yang di dapat. Adapun literatur
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi NFPA 13 Standard for the
installation of Sprinkler System, NFPA 14 Standard for the Installation of
Standpipe, Private Hydrant, and Hose Systems, international convention for the
safety of life at sea ( SOLAS 74 ), BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) Rules For
The Classification And Construction Of Seagoing Steel Ships Vol. 3 Section 12
dan ASME B36.10M Sch-40.

4. Tahap Pengumpulan Data

21
Pada tahap ini merupakan tahap dimana akan dilakukan pengumpulan data
yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Data tersebut merupakan data
primer dan data sekunder.

5. Tahap Pengolahan Data


Pada tahap ini dilakukan pengolahan data yang meliputi:

a) Penentuan Jenis Springkler

Tahap ini merupakan tahap awal dari perancangan sistem sprinkler yang akan
digunakan, meliputi jenis sprinkeler yang digunakan,warna sprinkler yang
digunakan pada ruangan double bottom, main deck, dan poop deck

b) Penentuan Jumlah Springkler

Pada tahap ini digunakan untuk mengetahui jumlah springkler yang digunakan
pada ruangan double bottom, main deck, poop deck, boat deck, dan bridge deck
pada Kapal General Cargo MV. PUTRI BAHARI dengan cara melakukan
perhitungan. Apabila Jumlah Springkler yang akan digunakan sudah sesuai
dengan ketentuan SOLAS maka tahap selanjutnya dilakukan tata cara
peletakan springkler dan apabila tidak sesuai dengan ketentuan SOLAS maka
dilakukan perhitungan jumlah springkler lagi

c) Peletakan hydrant dan fire sprinkler

Pada tahap ini dapat mengetahui tata cara peletakan hydrant dan fire
sprinkler pada ruangan ruangan double bottom, main deck, poop deck, boat
deck, dan bridge deck pada Kapal Cargo MV. PUTRI BAHARI.Setelah
dilakukan Peletakan hydrant dan fire sprinkler maka tahap selanjutnya
dilakukan peletakan Pompa.

d) Peletakan Pompa

Pada tahap ini dapat mengetahui berapa jumlah dan peletakan pompa pada
instalasi springkler yang sesuai dengan daya pompa yang dikeluarkan pada
ruangan double bottom, main deck, poop deck, boat deck, dan bridge deck
pada Kapal. Apabila design sudah sesuai dengan SNI 03-3989-2000 maka

22
tahap selanjutnya ialah tahap estimasi biaya perancangan instalasi system
hydrant dan fire sprinkler. Dan apabila tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000
maka dilakukan perancangan ulang instalasi system springkler dan kembali
pada tahapan penentuan jenis springkler.

6. Analisa dan Pembahasan


Pada tahap ini merupakan analisa dari instalasi sistem hydrant dan fire
sprinkler pada Kapal Kapal General Cargo MV. PUTRI BAHARI sebagai
sistem proteksi kebakaran yang terdapat di ruangan double bottom, main deck,
poop deck, boat deck, dan bridge deck.

7. Kesimpulan dan Saran


Setelah dilakukan analisa dan pembahasan ,kemudian ditarik kesimpulan dari
penelitian mengenai instalasi perancangan sistem hydrant dan fire sprinkler.
Tujuan dilakukan kesimpulan agar dapat mengetahui hasil dari penelitian
yang dilakukan , yang meliputi perancangan instalasi hydrant dan fire
sprinkler, jenis hydrant dan fire sprinkler yang digunakan,peletakan hydrant
dan fire sprinkler, peletakan pompa dan estimasi biaya pada perancangan di
Kapal General Cargo MV. PUTRI BAHARI di ruangaan double bottom,
main deck, dan poop deck, boat deck, dan bridge deck.

23
BAB IV
PERENCANAAN DAN PRANCANGAN

4.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dikumpulkan yaitu :
1. Layout Kapal General Cargo MV. PUTRI BAHARI
Layout area ini diperlukan untuk mengetahui lokasi penempatan pilar hydrant
dan fire sprinkler. Layout area dapat dilihat pada lampiran 1.
2. Data spesifikasi kapal
Data spesifikasi kapal ini meliputi data jenis kapal, berat kapal, panjang kapal
dan juga kecepatan kapal.
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Perencanaan jumlah dan peletakan pilar hydrant
a. Kapal General Cargo MV. PUTRI BAHARI
berikut ini merupakan spesifikasi kapal General Cargo MV. PUTRI
BAHARI :
Berat Kotor Kapal =
Panjang Atas Semua = 94.20 M
Panjang Water Line = 90.80 M
Panjang per Pendiular = 86.00 M
Rentang = 14.00 M
Kedalaman Moulded = 7.70 M
Ketentuan Pada SOLAS 74 mengenai panjang selang kebakaran yaitu :
1. 15 m di ruang mesin
2. 20 m di ruang lain dan deck terbuka
3. 25 m untuk geladak terbuka di kapal dengan luas maksimum lenih dari
30 m

24
Menurut SOLAS 74 tahun 2004, untuk menentukan jumlah pilar pada
kapal menggunakan jarak yang telah ditetapkan berdasarkan panjang
selang kebakaran sehingga pada kapal cargo ini membutuhkan 8 pilar
hydrant
b. Spesifikasi Komponen Hydrant Kapal General Cargo MV. PUTRI
BAHARI menggunakan hose hydrant ukuran 2 in. Berdasarkan NFPA
14 - 2000 Standart for the installation of standpipe, private hydrant and
hose system,hose hydrant dengan ukuran 2 in masuk klasifikasi hydrant
kelas I dengan 2839 liter/menit dalam waktu 30 menit. Dari pernyataan
diatas maka laju aliran adalah :
Q = 2839 liter/menit = 0,0473 m3/s
c. Ukuran nozzle
Ukuran nozzle disesuaikan dengan nozzle yang dipakai.
Diketahui ukuran ukuran nozzle = 2 inchi
Diameter dalam = 63,5 mm = 0,0635 m
Luas lubang nozzle (Ao) =
r2 = 3,14 . (0,0635)2 / 4 = 3,2 x 10-3 m2
Kecepatan aliran nozzle (Vo) = Q/A = 0,0473/3,2 x 10-3 = 14,78 m/s
4.2.2 Perencanaan Volume Air Hydrant Dan Bak Penampung Air Hydrant
a. Berdasarkan NFPA 14-2000 laju aliran minimum untuk sistem pipa tegak
hidraulik terjauh sebesar 1893 liter/menit. Tetapi untuk kapal cargo ini
dipakai laju aliran sebesar 2839 liter/menit.

b. Berdasarkan NFPA 14-2000 pasokan minimum yang harus tersedia untuk


kebutuhan sistem sekurang-kurangnya untuk 30 menit

1. kapasitas air yang dibutuhkan(Q) = 2839 liter/menit

2. waktu pasokan minimum = 30 menit

3. volume total air hydrant = 0,0473 m3/s x 1800 s = 85,14 m3


Untuk volume air hydrant yang digunakan menggunakan air laut yang
dipakai untuk penyeimbang kapal pada sistem ballast.

25
c. Berdasarkan NFPA 14 tahun 2000, diameter pipa minimal (dalam inchi)
ditinjau dari jarak total pipa dan total akumulasi aliran sebesar 2839
liter/menit dan jarak total pipa terjauh dari keluaran > 30,5 m yaitu 6 inchi
atau 152,4mm.

4.2.3 Perpipaan Hydrant


Pipa yang digunakan dalam pemasangan instalasi hydrant adalah
Galvanized ironkarena pipa ini banyak digunakan dan mudah dipasang.
Ukuran pipa tegak dengan NPS 6 in dengan pipe schedule number 40,
maka sesuai ASME B16.9-1993 dapat diperhitungkan sebagai berikut:
1. Pipa isap (suction) dengan material Galvanized iron ukuran 6 :
i. Diameter luar pipa = 0,168 m

ii. Diameter dalam pipa = 0,161 m

iii. Tebal pipa = 0,007112 m

2. Perhitungan pipa isap


a. Luas pipa diameter dalam (A)
A = 1/4D2 = 1/4 (0.161)2= 0,020 m2
b. Kecepatan aliran (V)
V=Q/A
= (0,0473 m3 / s) / (0,020 m2) = 2.365 m/s

c. Bilangan Reynold (Re)


Re = dimana nilai berdasarkan lampiran 3 dengan suhu 30 C maka:
v = 0.801x10-6 (sumber : Sularso, 1996)
Re = (V x D)/v = (2.365 m/s x 0.161 )/ 0.801x10-6
= 0,475 x 106 4,75 x 105
Re > 4000 aliran bersifat turbulen (sumber : Sularso,1996)

d. Kerugian gesekan dalam pipa (major losses)

26
Jenis pipa yang digunakan adalah pipa Galvanized iron. Berdasarkan
grafik pada lampiran. Nilai e untuk pipa Galvanized iron adalah 0,15
dimana untuk pipa diameter 6 nilai relative roughness (e/D) adalah
0,0005.
e. Berdasarkan grafik pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai friction factor (f) untuk Reynold number = 4,75 x 105 dan relative
roughness = 0,0005 adalah 0,03.
f. Kerugian gesekan pada pipa isap (major losses) adalah :
l v2
Hl = f D 2g (sumber : Sularso,1996)

0,8 2,3652
Hl = 0.03 0,161 2. 9,81 = 0,0425 m

g. Kerugian pada perubahan geometri (minor losses)


- Kerugian head di katup
Katup pada pipa suction adalah katup jenis gate valve.
Berdasarkan tabel pada lampiran nilai equivalent lengths (Le/D)

untuk gate valve sebesar 8, maka head

pada katup pipa suction adalah :

2
v
hlm = f D 2g (sumber : Fox, Robert W. dan Alan T. McDonald,

1994)
2,3652
hlm = 0.03 .0,8 . 2. 9,81

hlm = 0.0068 m

h. Total head isap (H)


H = head major + head minor
= 0,0425 m + 0.0068 m
= 0,0493 m

27
3. Pipa pengeluaran (discharge) dengan material Galvanized iron ukuran 8 :
- Diameter luar pipa = 0,2191 m
- Diameter dalam pipa = 0,21092 m
- Tebal pipa = 0,00818 m
- Panjang pipa terjauh = 56,7 m
- Gambar instalasi pipa pengeluaran (discharge) dapat dilihat pada
lampiran.

4. Perhitungan pipa pengeluaran (discharge)

a. Luas pipa diameter dalam (A)


A = 1/4D2 = 1/4(0.21092)2 = 0,035 m2
b. Kecepatan aliran (V)
V =Q/A
= (0,0473 m3 / s) / (0,035m2) = 1,35 m/s
c. Bilangan reynold (Re)
Re = (V x D)/v
= (1,35 m/s x 0,21092)/ 0.801x10-6
= 0,355 x 106 3,55 x 105
Re > 4000 aliran bersifat turbulen (sumber : Sularso,1996)
d. Kerugian gesekan dalam pipa (major losses)
Jenis pipa yang digunakan adalah pipa material Galvanized Iron.
Berdasarkan grafik pada lampiran nilai e untuk pipa Galvanized iron
adalah 0,15 dimana untuk pipa Galvanized Iron diameter 8 nilai
relative roughness (e/D) adalah 0,000575.
e. Berdasarkan grafik pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai friction factor (f) untuk Reynold number = 3,55 x 105 dan
relative roughness = 0,000575 adalah 0,0175.
f. Kerugian gesekan pada pipa pengeluaran (major losses) adalah :
2
l v
Hl = f D 2g (sumber : Sularso,1996)

28
2
56.7 1,35
Hl = 0.0175 0,21092 2. 9,81 = 0,44 m

g. Kerugian pada perubahan geometri (minor losses)


- Kerugian head di katup
Katup pada pipa discharge adalah katup jenis gate valve. Berdasarkan
tabel pada lampiran nilai equivalent lengths (Le/D) untuk gate valve
sebesar 8, maka head pada katup pipa suction adalah :
2
v
Hlm = f D 2g (sumber : Fox, Robert W. dan Alan T.McDonald,

1994)
1,352
Hlm = 0.0175 .8 . = 0,013m
2. 9,81

- Kerugian pada belokan pipa


Belokan pada pipa pengeluaran menggunakan belokan lengkung dengan
sudut sebesar 90o (elbow 90o) memiliki nilai Le/D sebesar 30. Maka
nilai minor losses :
2
v
Hlm = f D 2g (sumber : Fox, Robert W. dan Alan T.McDonald,

1994)
2
1,35
Hlm = 0.0175 .30 . 2. 9,81 = 0,049 m

- Pada pipa pengeluaran terdapat 15 belokan, maka kerugian pada belokan


pipa adalah :
hlm = 15 x 0,049 m = 0,735 m

- Fitting tee
Luas pipa pada fitting tee :
A = 1/4D2 = 1/4(0.21092)2

29
= 0,035 m2

Kecepatan aliran jika diketahui kapasitas aliran pada fitting tee adalah
setengah dari kapasitas aliran total (Q), karena aliran terbagi menjadi 2
aliran maka :
Q = Q / 2 = 0.0473 m2/ s / 2 = 0,02365 m3/ s

Maka kecepatan aliran :

V=Q/A
V = 0,02365/ 0,035 = 0.675 m/s

- Bilangan reynold (Re)


Re = (V x D)/v
Re = (0.675 x 0.21092)/ 0,801x10-6
= 0,178 x 106 1.78 x 105
Re < 4000 aliran bersifat laminar (sumber : Sularso,1996)

- Kerugian gesekan dalam fitting tee pada pipa suction jika diketahui
bahwa :
Nilai Re : 1.78 x 105
Nilai e/D Galvanized iron diameter 8 : 0,000575
Friction factor : 0.0185

Berdasarkan tabel pada lampiran 7 nilai equivalent lengths (Le/D)


untuk fitting tee (flow trough run) sebesar 20, maka head pada fitting
tee (flow trough run) pipa discharge adalah :
2
v
hlm = f D 2g (sumber : Fox, Robert W. dan Alan T.McDonald,

1994)

30
2
0,675
hlm = 0.0185 . 20 . 2. 9,81

hlm = 8,59 x 10-5 m


Terdapat 6 fitting tee pada pipa discharge maka :
hlm = 6 x 8,59 x 10-5 m
= 5.195 x 10-4 m

Berdasarkan tabel pada lampiran 7 nilai equivalent lengths (Le/D)


untuk fitting tee (flow trough branch) sebesar 60, maka head pada
fitting tee (flow trough branch) pipa discharge adalah :
2
v
hlm = f D 2g (sumber : Fox, Robert W. dan Alan T.McDonald,

1994)
2
0,675
hlm = 0.0185 . 60 . 2. 9,81

hlm = 0,026 m
Terdapat 6 fitting tee pada pipa discharge maka :
hlm = 6 x 0,026 m = 0,156 m
Total head pengeluaran (H)
H = head major + head minor
= 0.44 m + (0.013 m + 0,049 + 5.154 x 10-4 + 0.156 m)
= 0,658 m

4.2.4 Perencanaan jumlah dan peletakan kepala sprinkler


Kapal Cargo MV. PUTRI BAHARI memiliki jumlah 4 lantai serta ruang
kargo dengan luasan yang berbeda-beda pada beberapa ruangan. Sampel dari
layout ruangan dan detail layout dapat dilhat pada lampiran.

Tabel 4.1 Tabel Kebutuhan Kepala Sprinkler pada Main Deck

31
Tabel
Jumlah
Bagian Panjang Lebar Luasan Warna 4.2
No Ruangan Sprinkle
Kapal (m) (m) (m2) Sprinkler
r
POOP Tabel
1 Pantry 2.1 2.3 4.7 1 hijau
DECK 2 Quarter Master 3.1 2.4 7.3 1 merah
3 Life Jacket Room 3.1 1.4 4.5 1 merah
4 Workshop Room 2.0 2.4 4.8 1 merah
5 Mosque 2.0 1.7 3.4 1 merah
Bagian Panjang Lebar Luasan Jumlah Warna
6
No Third Officer
Ruangan 2.0 2.4 4.8 1 merah
Kapal (m) (m) (m2) Sprinkler Sprinkler
17 Second
Rope Engineer
Store 1.9
2.2 3.1
2.4 5.9
5.2 11 merah
merah
2 RoomFood
Troly 2.713 4.8 13.0 2 merah
38 MessRoom
CO2 2.1
2.2 2.4
2.5 5.0
5.4 11 merah
merah
49 Electricians
Dry Provesion 2.1
2.1 2.4
2.9 5.0
5.9 11 merah
merah
510 Ass. Chief Room
Life Jacket Cook 2.1
3.2 2.4
1.9 5.0
6.2 11 merah
merah
6 Galley 2.6 3.2 8.3 1 hijau
7 Mesh Room 2.8 2.5 7.0 1 merah
8 Boys & Steward 3.0 2.4 7.4 1 merah
MAIN
DECK Fireman &
9 3.3 2.9 9.5 1 merah
Quarter Master
10 Tally Office 1.5 2.0 3.0 1 merah
11 Mail Room 1.6 2.0 3.1 1 merah

12 TV Room 2.8 3.0 8.6 1 merah

13 Cadets 3.1 2.9 8.8 1 merah


Boatswain &
14 3.3 2.5 8.0 1 merah
Seaman
Kebutuhan Kepala Sprinkler pada Poop Deck

32
Tabel 4.3 Tabel Kebutuhan Kepala Sprinkler pada Boat Deck

Jumlah
Bagian Panjang Lebar Luasan Warna
No Ruangan Sprinkle
Kapal (m) (m) (m2) Sprinkler
r
1 Office Room 2.0 2.4 4.8 1 merah
Second Engineer
2 4.8 1 merah
Room 2.0 2.4
3 Radio Operator 2.0 2.4 4.8 1 merah
BOAT 4 3.0 1 merah
Life Jacket Room 3.1 1.0
DECK
5 Polyclinic Room 3.1 2.9 8.8 1 merah
6 Chief Cook 2.0 2.4 4.8 1 merah
7 Second Officer 2.1 2.4 5.0 1 merah
8 Chief Officer 2.0 2.4 4.8 1 merah

Tabel 4.4 Tabel Kebutuhan Kepala Sprinkler pada Bridge Deck

Panjang Lebar Luasan Jumlah Warna


Bagian Kapal No Ruangan
(m) (m) (m2) Sprinkler Sprinkler
1 Doctor Room 2.0 2.4 4.8 1 merah
2 Chief Engineer 2.0 3.6 7.3 1 merah
3 Life Jacket Room 2.5 1.0 2.4 1 merah
BRIDGE C. Engineer Days
DECK 4 2.2 1.9 4.3 1 merah
Room
Captain Days
5 2.2 1.9 4.3 1 merah
Room
6 Captain 2.0 2.9 5.8 1 merah

a Perhitungan Jumlah Sprinkler


Perhitungan jumlah sprinngkler pada Tabel diatas di dasarkan
pada SNI 03-3989 2000 yang menyatakan bahwa jarak antara masing
masing springkler maksimal adalah 4,6 m.Sedangkan ,Jarak maksimal
yang diijinkan antara sprinkler untuk kebakaran berat menurut NFPA 13
adalah 3.7 m dan untuk menghindari adanya space kosong dari
pancaran sprinkler. Namun dalam Kapal Cargo MV. PUTRI BAHARI
perhitungan sprinkler yang digunakan adalah menggunakan SNI 03-
3989 2000 yang menggunakan jarak antar sprinkler maksimal 4,6 m.

b Penentuan Jenis Sprinkler

33
Jenis sprinkler yang digunakan dalam Kapal Cargo MV. PUTRI
BAHARI adalah sprinkler dengan Pendent Sprinkler yaitu kepala
sprinkler (deflector) yang didesain dengan arah pancaran air ke bawah.
c Pemilihan Warna Sprinkler
Warna cairan dalam tabung gelas adalah warna merah dengan
kepekaan terhadap suhu pada temperatur 57 s.d. 77 oC untuk semua
area pada kapal. Hal ini dikarenakan pemilihan tingkat suhu kepala
springkler tidak boleh kurang dari 38 oC di atas suhu ruangan sesuai
dengan NFPA 13 2002 Tabel 6.2.5.1 Temperature Ratings,
Classifications, and Color Codings

4.2.5 Perpipaan Fire Sprinkler


a. Penentuan Jenis Pipa Fire Sprinkler

NFPA 13 mendata bahwa ada tiga standart untuk pipa besi (steel pipe) yaitu
ASTM A53, ASTM A135 dan ASTM A795. Oleh karena itu pada instalasi
fire sprinkler kapal cargo MV. PUTRI BAHARI menggunakan pipa besi
ASTM A53 Schedule 40.

b. Perhitungan Head Losses

Perhitungan Head Loss secara manual pada Main deck,Boat Deck,dan Poop
Deck dilakukan denga menggunakan rumus berdasarkan pada buku Fox
and Mc Donalds Introduction to Fluid Mechanics.

Berikut ini adalah perhitungan Head Loss pada Main Deck Kapal Cargo
MV. PUTRI BAHARI

Diketahui :
Massa jenis air () = 996 kg/m3
Percepatan grafitasi (g) = 9,81 m/s2
Debit air (Q) = 358 L/menit 0,358m3/menit= 0,0063
m3/s
Diameter pipa = 8 inchi 0,202 m
6 inchi 0,154 m
4 inchi 0,102 m
2 inchi 0,054 m
1 inchi 0,025 m

34
Pipa diameter 8 inchi
Luas penampang pipa =1/4 d2
=1/4 (0,202)2
= 0,0302 m2
Q
Kecepatan aliran = Luasan
0,00315m 3/s 0,0063m 3/s
= 0,00316 m2 0,0302 m
2

= 0,1967 m/s
Panjang pipa 8 inchi adalah 5,22 m
Bahan pipa adalah Galvanized stainless 40
Nilai (e) = 0,00015

e 0,00015m
D = 0,202m

Bilangan Reynold (Re)


vD
=

kg m
996 x 0,1967 x 0,202m
m 3
s
= =49463,95913
kg
0,0008
m. s

e
Setelah mendapatkan nilai D dan bilangan reynold maka nilai friction

factor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


2
1
f ={ }
e 1,11
1,8 log (
6,9 d
+
3,7 )
f = 0,02302531
Head Loss Mayor

L V2
HL mayor=f
D 2g

35
2
5,22 m ( 0,1967 m/ s)
HL mayor=0,02302531
0,202 m m
2 9,81
s

HL mayor = 0,112901558 m

Untuk selanjutnya dilakukan perhitungan HL mayor pada setiap diameter


pipa dengan menggunakan rumus yang sama dan selanjutnya mencari HL
mayor total dengan menambahkan semua HL mayor pada semua diameter.

Head Loss Minor


Elbows 90 0 (Standard Bend)
a. Diameter 8 inchi

V2
HL minor=k
2g

2
(0,1967 m/ s)
HLminor=0,42 x2
2 x 9,81 m/ s

= 0,00165649

Nilai k Elbows 90 0 diperoleh dari aplikasi pipe flow dan 2 adalah jumlah
elbow yang dilewati aliaran pada pipa diameter 8 inchi selain nilai elbows
90 0 dihitung juga nilai HL minor yang lain seperti:

- TT (Thought Tee) - Gate Valve

- BT(Branch Tee) - Reduce


- Check valve
Sama seperti mencari Hl mayor nilai HL minor dicari pada setiap diameter
dengan menggunakan rumus yang sama seperti diatas dan kemudian hasil
yang diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan nilai HL minor total.

36
Kecepat
Diamet an Headlo
Jumla v
No er Pipa K Gravitas ss
Gate h (m/s)
(m) ig Minor
Valve
(m/s2)
0.77 0.1 0.4086
1 0.102 1 9.81
14 4 09
0.4086
Jumlah
09
Untuk nilai lengkap perhitungan HL mayor dan HL minor secara lengkap
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

1 Main Deck
Tabel 4.5 Perhitungan HL Mayor

Tabel 4.6 Perhitungan HL Minor

Kecepat
Diamet an Headlo
Jumla v
No er Pipa K Gravitas ss
h (m/s)
(m) ig Minor
(m/s2)
Elbo
0.19 0.4 0.0008
w 90 1 0.102 1 9.81
67 2 28
0.33 0.2 0.0326
0.052 20 9.81
2 84 8 85
0.77 0.5 0.2420
0.025 14 9.81
3 14 7 17
0.2755
Jumlah
3

Tee No Diameter Pipa Jumla v K Kecepatan Headlo


(m) h (m/s) Gravitasi g ss
(m/s2) Minor

37
0.771 0.1649
1 0.052 16 0.34 9.81
4 84
0.771 0.0103
2 0.102 1 0.34 9.81
4 12
0.1649
Jumlah
84

Kecepatan Headlo
Diameter Pipa Jumla v
No K Gravitasi g ss
Check (m) h (m/s)
(m/s2) Minor
Valve
0.771 0.5095
1 0.202 2 8.4 9.81
4 08
0.5095
Jumlah
08

Kecepatan Headlo
Diameter Pipa Jumla v
No K Gravitasi g ss
(m) h (m/s)
(m/s2) Minor
0.338 0.0359
Reduc 1 0.052 k3 0.025 14 0.44 9.81
4 53
er
0.771 0.0312
2 0,154 ke 0,102 1 1.03 9.81
4 38
2.968 1.7375
3 0,102 ke 0,052 1 3.87 9.81
0 62
1.8047
Jumlah
53

2 Poop Deck
Tabel 4.7 Perhitungan HL Mayor

Tabel 4.8 Perhitungan HL Minor

38
Kecepat
Diamet an Headlo
Jumla v
No er Pipa K Gravitas ss
h (m/s)
(m) ig Minor
(m/s2)
Elbo
w 90 0.33 0.4 0.0024
1 0.154 1 9.81
84 2 51
0.77 0.5 0.2165
2 0.052 14 9.81
14 1 41
2.96 0.5
3 0.025 10 9.81 2.5592
80 7
2.7757
Jumlah
41

Kecepatan Headlo
Diameter Pipa Jumla v
No K Gravitasi g ss
(m) h (m/s)
Tee (m/s2) Minor

0.338 0.0277
1 0.052 17 0.28 9.81
4 82
0.0277
Jumlah
82

Kecepatan Headlo
Diameter Pipa Jumla v
No K Gravitasi g ss
(m) h (m/s)
(m/s2) Minor
0.338 0.0151
Reduc 1 0.052 k3 0.025 10 0.26 9.81
4 75
er
0.771 0.0181
2 0,154 ke 0,102 1 0.6 9.81
4 97
2.968 1.0191
3 0,102 ke 0,052 1 2.27 9.81
0 9
14.286
Jumlah
86

3 Boat Deck
Tabel 4.9 Perhitungan HL Mayor

39
Tabel 4.10 Perhitungan HL Minor

Kecepat
Diamet an Headlo
Jumla v
No er Pipa K Gravitas ss
h (m/s)
(m) ig Minor
(m/s2)
Elbo
0.196 0.4 0.0008
w 90 1 0.154 1 9.81
7 5 87
2.968 0.5 2.7477
2 0.052 12 9.81
0 1 73
12.84 0.5 38.321
3 0.025 8 9.81
08 7 95
41.069
Jumlah
72

Kecepatan Headlo
Diameter Pipa Jumla v
No K Gravitasi g ss
(m) h (m/s)
Tee (m/s2) Minor
0.771 0.1031
1 0.052 10 0.34 9.81
4 19
0.1031
Jumlah
19

Kecepatan Headlo
Diameter Pipa Jumla v
No K Gravitasi g ss
(m) h (m/s)
(m/s2) Minor
0.338
Redu 1 0,154 ke 0,102 0 0.26 9.81 0
4
ce
0.771 0.0181
2 0,102 ke 0,052 1 0.6 9.81
4 97
2.968 8.1535
3 0,052 ke 0,025 8 2.27 9.81
0 22
8.1717
Jumlah
19

4 Bridge Deck

40
Tabel 4.11 Perhitungan HL Mayor

Tabel 4.12 Perhitungan HL Minor

Kecepat
Diamet an Headlo
Jumla v
No er Pipa K Gravitas ss
h (m/s)
(m) ig Minor
(m/s2)
Elbo
0.196 0.4 0.0008
w 90 1 0.102 1 9.81
7 5 87
2.968 0.5 2.2898
2 0.052 10 9.81
0 1 11
12.84 0.5 28.741
3 6 9.81
0.025 08 7 46
31.031
Jumlah
27

Kecepatan Headlo
Diameter Pipa Jumla v
No K Gravitasi g ss
(m) h (m/s)
Tee (m/s2) Minor
0.771 0.0824
1 0.052 8 0.34 9.81
4 95
0.0824
Jumlah
95

Redu Kecepatan Headlo


Diameter Pipa Jumla v
ce No K Gravitasi g ss
(m) h (m/s)
(m/s2) Minor
0.338
1 0,154 ke 0,102 0 0.26 9.81 0
4
2 0,102 ke 0,052 1 0.771 0.6 9.81 0.0181
4 97

41
2.968 6.1151
3 0,052 ke 0,025 6 2.27 9.81
0 42
6.1333
Jumlah
38

Dari perhitungan diatas diperoleh nilai total dari HL Mayor dan HL


Minor seperti pada Tabel 4.13 berikut ini:

Tabel 4.13 Perhitungan total HL Mayor dan HL Minor


Total Head
Lokasi Deck
Loss
Main Deck 182.805
Poop Deck 155.682
Boat Deck 168.373
Bridge Deck 109.536

Nilai Head Loss terbesar ada pada ruang main deck dengan nilai Head Loss
sebesar 182.805 m

4.2.6 Penentuan kapasitas pompa


Pompa yang akan digunakan adalah centrifugal pump. Daya pompa
dibutuhkan untuk memastikan air dapat memancar pada titik terjauh dari
reservoir. Berikut adalah daya pompa yang dibutuhkan pada Kapal Kargo
New Water:

Debit air = 378 liter/menit => 0,0063 m3/s


Massa jenis air ( ) = 996 kg/m3
Percepatan gravitasi = 9,8 m/s2
Daya Pompa
Pw =xgxQxH
= 996 kg/m3 x 9,81 m/s2 x 0,0063m3/s x 182,805 m
= 11252.705 kg m2/s2
= 11252.705 Watt
= 11.253 Kwatt

42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan instalasi hydrant yang diperlukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Jumlah hydrant yang akan dipasang pada Kapal General Cargo MV. PUTRI
BAHARI ini berjumlah 8 buah pilar.
2. Dimana untuk jarak jangkauan maksimal semprotan (Xt) untuk tiap hydrant yaitu
25 m, serta untuk ketinggian maksimal semprotan yaitu 6 m.
3. Jenis Pipa yang digunakan yaitu Galvanized iron dengan mempertimbangkan
proses coating, rolling, bending, dan las pada pipa instalasi hydrant dan fire
sprinkler. Dan menggunakan komponen fitting berupa elbow 90 o, fitting tee
(branch dan through), reducing valve, gate valve, dan check valve.
4. Jenis sprinkler yang digunakan di Gedung Kapal Cargo MV. PUTRI BAHARI
adalah jenis sprinkler dengan Pendent Sprinkler yaitu kepala sprinkler(deflector)
yang didesain dengan arah pancaran air ke bawah dan warna cairan dalam tabung
gelas adalah warna merah dengan kepekaan terhadap suhu pada temperatur 68oC
untuk mayoritas area pada kapal, sedangkan sisanya menggunakan temperatur 93
s.d. 100 oC karena dapur dan laundry dapat menghasilkan suhu lebih dari 68o C.
5. Peletakan sprinkler pada setiap ruangan disesuaikan dengan panjang ruangan, lebar
ruangan, jarak antar sprinkler, dan jarak sprinkler dengan dinding. Hal ini di ambil
berdasarkan SNI 03-3989-2000.

43
6. Pada Kapal Cargo MV. PUTRI BAHARI membutuhkan jumlah sprinkler sebanyak
39 buah.

5.2 Saran
Sebelum melakukan pemasangan hydrant dan fire sprinkler pada kapal, sebaiknya
yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
1. Memperhatikan desain kapal yang akan dirancang

2. Memperhatikan peraturan ada solas 74 mengenai regulation 10 mengenai fire


mains and hydrant dan nfpa 14 mengenai standard for the installation of
standpipe, private hydrant,and hose systems. Serta nfpa 13 mengenai standard for
the installation f sprinkler.

3. Melakukan perhitungan dan pertimbangan mengenai jenis hydrant dan fire


sprinkler apakah yang cocok untuk dipasang pada kapal

4. Menentukan tata letak lokasi hydrant dan fire sprinkler sesuai dengan peraturan
yang ada

5. Mengenai sistem instalasi pipa baik jenis material dan nps pipa perlu
dipertimbangkan dengan baik
6. Dalam perhitungan yang akan dilakukan, maka akan dihasilkan berapakah nilai
jarak jangkauan semprotan yang mampu dicapai oleh instalasi hydrant tersebut.

44
DAFTAR PUSTAKA

Fox, R. W. dan Alan T. M. ( 1994 ). Introduction to Fluid mechanics, 4th ed. JohN Wiley
& Sons,Inc., Canada.

Keputusan Direktur Jenderal Perumahan Dan Permukiman Nomor : 58/Kpts/Dm/2002


Tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Direktur Jenderal Perumahan Dan Permukiman

Keputusan menteri pekerjaan umum Nomor 02/KPTS/1985.

NFPA 10 1998, Klasifikasi Bahan Kebakaran

NFPA 14, Standard For Water Spray Fixed System For Fire Protection, 1996 Edition.

SNI 03-1745-2000, Tata Cara Pemasangan Sistem Tegak dan Selang Untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung.

SNI 03-6570-2001, Instalasi Pompa yang Dipasang Tetap untuk Proteksi Kebakaran

Sularso, M. (1996). Pompa dan Kompresor. PT Pradnya Paramita, Jakarta

INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SAFETY OF LIFE AT SEA, 2004.

45
DAFTAR PUSTAKA

BAB I...............................................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................3

1.3 TUJUAN..........................................................................................................................3

1.4 MANFAAT PERANCANGAN...........................................................................................3

1.5 RUANG LINGKUP.............................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

2.1 DEFINISI KEBAKARAN...................................................................................................5

2.2.1 Penyebab Kebakaran.................................................................................................7

2.2 PERENCANAAN SISTEM FIRE SPRINKLER.............................................................7

2.2.1. Jenis-Jenis Sprinkler......................................................................................................8

2.2.2 Kapasitas Pancaran....................................................................................................9

2.2.3. Pengaturan Pipa.........................................................................................................9

2.2.4 Klasifikasi Temperatur Sprinkler.............................................................................10

2.2.5 Susunan Instalasi Sprinkler......................................................................................10

2.2.6 Komponen Sistem Sprinkler....................................................................................12

2.3 PERENCANAAN SISTEM HYDRANT........................................................................12

2.3.1 Pandangan Umum....................................................................................................13

2.3.2 Diameter Dari Pipa Induk........................................................................................13

46
2.3.3 Tekanan Pada Hydrant.............................................................................................13

2.3.4 Drain dan Test riser..................................................................................................14

2.4 POMPA DAN HEAD....................................................................................................14

2.4.1 Jumlah pompa kebakaran........................................................................................15

2.4.2 Suplai Air (Water Supply)........................................................................................16

2.4.3 Penentuan Kehilangan Tekanan...............................................................................17

2.4.4 Penentuan Kapasitas Pompa....................................................................................17

2.4.5 Head.........................................................................................................................18

BAB III..........................................................................................................................................19

3.1 SISTEMATIKA PERANCANGAN.................................................................................19

4.2 TAHAPAN METODELOGI PENELITIAN...................................................................20

BAB IV..........................................................................................................................................24

4.1 Pengumpulan Data...........................................................................................................24

4.2 Pengolahan Data...........................................................................................................24

4.2.1 Perencanaan jumlah dan peletakan pilar hydrant........................................................24

4.2.2 Perencanaan Volume Air Hydrant Dan Bak Penampung Air Hydrant........................25

4.2.3 Perpipaan Hydrant.......................................................................................................26

4.2.4 Perencanaan jumlah dan peletakan kepala sprinkler...................................................31

4.2.5 Perpipaan Fire Sprinkler..............................................................................................33

4.2.6 Penentuan kapasitas pompa.........................................................................................41

BAB V...........................................................................................................................................42

5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................42

5.2 Saran...................................................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................44

47
48

Anda mungkin juga menyukai