Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang sempurna dan rahmatan lil
alamin, hal tersebut tergambar dari tuntasnya berbagai hukum
yang mengatur umatnya dan dirumuskan dalam kitab suci yaitu
Alquran juga hadis. Diantara hukum-hukum yang ada di dalam
Alquran salah satunya yaitu berkenaan tentang mawaris yaitu
kepusakaan harta terhadap meninggalnya seseorang. Dalam
fikih mawaris banyak masalah diatur hal-hal yang berkenaan
dengan mawaris. Di antara masalah itu ialah aul. aul ialah suatu
keadaan dimana harta yang seharusnya dibagi sesuai kadar
masing-masing berdasarkan ketentuan syara terjadi kelebihan
jumlah harta dari harta pokok. Disini ulama berijtihad dalam
kitab-kitab fikih agar semua ashabul furudh tidak merasakan
kedzoliman melainkan keadilan terhadap harta waris tersebut.
Inilah yang akan penulis uraikan dalam makalah yang sederhana
ini.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan aul?


2. Bagaimana cara menyelesaikan aul?
3. Apa asal masalah yang dapat diaulkan?
4. Bagaimana cara berhitung masalah aul?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar dapat mengetahui dan memahami aul?


2. Agar dapat mengetahui dan memahami cara menyelesaikan aul?
3. Agar dapat mengetahui dan memahami asal masalah yang dapat diaulkan?
4. Agar dapat mengetahui dan memahami cara berhitung masalah aul?

1
D. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya materi maupun hal-hal yang berhubungan
dengan rumusan masalah di atas, maka penulis membatasi pembahasan ini sesuai
yang terdapat dalam rumusan masalah. Mengenai hal lain yang tidak memiliki
hubungan dengan hal-hal yang tercantum pada rumusan masalah diatas tidak
penulis uraikan pada makalah ini.

E. Metode Penulisan
Adapun metode yang penulis pergunakan dalam penulisan makalah ini
yaitu dengan metode telaah kepustakaan dengan menggunakan buku perpustakaan
sebagai bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang berkaitan dengan
makalah yang penulis simpulkan dalam bentuk makalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aul
Aul merupakan kata dari bahasa Arab yang banyak arti, ada kalanya
bermakna adz-dzulmu (kelaliman) juga al-jauru (kecurangan).1 Kadang juga aul
berarti al-irtifa yang berarti naik. Singkatnya aul yaitu hal kurangnya harta
warisan yang terjadi dalam pembagian harta waris dimana setelah dilakukan
pembagian harta waris kepada orang-orang yang berhak menerima (ashabul
furudh)2 yang menjadikan bertambahnya jumlah saham yang telah ditentukan dan
berkurangnya bagian-bagian ahli waris. Hal ini dikarenakan furudh-furudh yang
ada dan jumlahnya saling memenuhi, yang dapat menghabiskan seluruh harta
pusaka, padahal masih ada ashabul furudh yang tidak mendapatan bagian. Dengan
demikian pengurangan akan mengena pada setiap ahli waris. 3 Dalam hukum
positif indonesia terutama dalam undang-undang Peradilan Agama juga di atur
tentang mawaris ini.4

1Muhammad Ali Ash Shabuniy, Hukum Waris Islam , Surabaya: Al Ikhlas, 1995,
h. 147.

2M. Iqbal Damawi, Kamus Istilah Islam : Kata-kata yang Sering Digunakan
dalam Dunia Islam, Yogyakarta: Qudsi Media, 2012, h. 19.

3Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita ; Edisi Lengkap, Jakarta:


Pustaka Al-Kautsar, cet 13, 2004, h. 532. Lihat juga Muhammad Ali Ash
Shabuniy, Hukum Waris Islam..., h. 147.

4Hasbiyallah, Belajar Mudah Ilmu Waris, Bandung: Rosdakarya, 2007, h. 47


48.

3
B. Cara-cara Menyelesaikan Aul
Penyelesaian aul secara teori dalam beberapa literatur kewarisan banyak
ditemukan apa yang disebut sebagai masalah imajinatif. Yang terdapat di
dalamnya adalah beberapa kemungkinan susunan ahli waris yang menyebabkan
perbedaan penyebut. Misalkan dari yang asalanya perenam (.../6) ditingkatkan
menjadi pecahan pertujuh (.../7), perdelapan (.../8), persembilan (.../9) dan
persepuluh (.../10). Dari yang asalanya pecahan perdua belas (.../12) ditingkatkan
menjadi pertiga belas (.../13), perlima belas (.../15) dan pertujuh belas (.../17).
Dari yang asalnya perdua puluh empat (.../24) ditingkatkan menjadi pecahan
perdua puluh tujuh (.../27).5
Para ulama mazhab berbeda pendapat terhadap masalah aul, apakah
dipikul bersama oleh orang yang menerima bagian tersebut atau dibebankan
kepada salah satu pihak di antara ashabul furudh. Mazhab empat mengatakan
harus dilakukan aul artinya kekurangan itu dipikul oleh mereka yang menerima
bagian sesuai dengan besarnya fardh mereka. Sedangkan imamiyah memiliki
pendapat yang menyatakan tidak adanya aul dan menetapkan bagian mereka
sebagaimana semula.6

C. Asal Masalah yang Dapat di aulkan


Para ahli faraidh juga memberikan sebutan tertentu untuk berbagai
kemungkinan aul ini dan disebutnya sebagai masalah: nama-nama masalah itu
diantaranya:7
1. Mubahalah
Mubahalah adalah suatu keadaan dimana ahli waris terdiri dari mereka
yang jumlah furudhnya menghasilkan penyelesaian aul dari pecahan perenam
menjadi perdelapan. Contoh dalam hal ini umpamanya ahli waris terdiri dari:
1 Suami Mendapat

5Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Kencana, 2008, h. 100


101.

6Muhammad Jawad Mughniyah (pent), Fikih Lima Mazhab : Jafari, Hanafi,


Maliki, Syafii dan Hambali, Jakarta: PT Lentera Basritama, cet 10, 2003, h. 565.

7Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam..., h. 101 103.

4
1 Saudara perempuan Mendapat
1 Ibu Mendapat 1/3
Jumlahnya yaitu 8/6
Maka ditingkatkan menjadi .../8
Sehingga
1 Suami Semula Mendapat 3/6 menjadi 3/8
1 Saudara perempuan Semula Mendapat 3/6 menjadi 3/8
1 Ibu Semula Mendapat 2/6 menjadi 2/8

2. Gharra
Masalah gharra timbul bila ahli waris terdiri dari mereka
yang jumlah furudhnya menyebabkan penyelesaian secara aul
dengan meningkatkan dari pecahan perenam menjadi
persembilan. Contoh dalam hal ini umpamanya ahli waris terdiri dari:
1 Suami Mendapat
Saudara pr
1 Mendapat
kandung
1 Saudara pr seayah Mendapat 1/6
3 Saudara seibu Mendapat 1/3
Jumlahnya yaitu 9/6
Maka ditingkatkan menjadi .../9
Sehingga
1 Suami Semula Mendapat 3/6 menjadi 3/9
Saudara pr
1 Semula Mendapat 3/6 menjadi 3/9
kandung
1 Saudara pr seayah Semula mendapat 1/6 menjadi 1/9
3 Saudara seibu Semula Mendapat 2/6 menjadi 2/9

3. Ummu al-Furukh
Masalah ummu al-furukh atau disebut juga syuraihiyah terjadi bila ahli
waris terdiri dari mereka yang jumlah furudhnya menyebabkan penyelesaian
secara aul dengan meningkatkan pecahan dari perenam menjadi persepuluh.
Contoh dalam kasus ini umpamanya ahli waris terdiri dari:

1 Suami Mendapat
1 Ibu Mendapat 1/6
2 Saudara pr Mendapat 2/3

5
kandung
3 Saudara seibu Mendapat 1/3
Jumlahnya yaitu 10/6
Maka ditingkatkan menjadi .../10
Sehingga
1 Suami Semula Mendapat 3/6 menjadi 3/10
1 Ibu Semula Mendapat 1/6 menjadi 1/10
Saudara pr
2 Semula mendapat 4/6 menjadi 4/10
kandung
3 Saudara seibu Semula Mendapat 2/6 menjadi 2/10

4. Ummu al-Aramil
Masalah ummu al-aramil terjadi bila ahli waris terdiri dari mereka yang
jumlah furudhnya menyebabkan timbulnya penyelesaian secara aul dengan
meningkatkan pecahannya dari perdua belas menjadi pertujuh belas. Contoh
dalam kasus ini umpamanya ahli waris terdiri atas:
1 istri Mendapat 1/4
Saudara pr
2 Mendapat 2/3
kandung
2 Saudara seibu Mendapat 1/3
1 Ibu Mendapat 1/6
Jumlahnya yaitu 17/12
Maka ditingkatkan menjadi .../17
Sehingga
Semula Mendapat 3/12 menjadi
1 istri
3/17
Saudara pr Semula Mendapat 8/12 menjadi
2
kandung 8/17
Semula mendapat 4/12 menjadi
2 Saudara seibu
4/17
Semula Mendapat 2/12 menjadi
1 Ibu
2/17

5. Minbariyah
Masalah minbariyah terjadi bila ahli waris terdiri dari mereka yang
jumlah furudhnya menyebabkan terjadi penyelesaian secara aul dengan

6
meningkatkan pecahannya dari perdua empat menjadi perdua tujuh. Contoh dalam
kasus ini sebagaimana komposisi ahli waris sebagai berikut:

1 Istri Mendapat 1/8


2 Anak pr Mendapat 2/3
1 Ayah Mendapat 1/6
1 Ibu Mendapat 1/6
Jumlahnya yaitu 27/24
Maka ditingkatkan menjadi .../27
Sehingga
1 Istri Semula Mendapat 3/24 menjadi 3/27
2 Anak pr Semula Mendapat 16/24 menjadi 16/27
1 Ayah Semula mendapat 4/24 menjadi 4/27
1 Ibu Semula Mendapat 4/24 menjadi 4/27

D. Cara Berhitung Masalah Aul


Aul merupakan suatu keadaan dalam pembagian dimana harta tersebut
habis pada suatu keadaan dalam komposisi ahli waris, sedang masih terdapat
ashabul furudh yang belum mendapatkan harta. Jika mengalami hal demikian,
agar terjadinya keadilan dalam menetapkan harta waris, maka hitungannya dengan
cara aul, yaitu membagi secara proporsional. Berikut contoh-contoh soal waris
dalam keadaan aul:
1. Ahli waris terdiri atas suami, seorang saudara perempuan sekandung dan seorang
perempuan seibu. Berapa bagian masing-masing pewaris dengan harta
7 M:
Penyelesaian:
Suami - = 3/6 = 3/7 x 7 = 3M
> M
1 Sdr Pr Kdg - = 3/6 = 3/7 x 7 = 3M
> M
1 Sdr Pr - 1/6 = 1/6 = 1/7 x 7 = 1M
Seibu > M
Aul 7/6 Dijadikan .../ = 7M
7

7
2. Ahli waris terdiri atas suami, ibu, seorang anak perempuan sekandung, dan
seorang saudara perempuan seibu. Berapa bagian masing-masing pewaris dengan
harta 16 M:
Penyelesaian:
Suami - = 3/6 = 3/8 x 16 = 6 M
> M
Ibu - 1/6 = 1/6 = 1/8 x 16 = 2 M
> M
1 Sdr Pr Kdg - = 3/6 = 3/8 x 16 = 6 M
> M
1 Sdr Pr - 1/6 = 1/6 = 1/8 x 16 = 2 M
Seibu > M
Aul 8/6 Dijadikan .../8 = 16
M

3. Ahli waris terdiri atas suami, dua orang saudara perempuan seibu dan dua saudara
perempuan seayah. Berapa bagian masing-masing pewaris dengan harta 27 M.
Penyelesaian:
Suami - = 3/6 = 3/9 x 27 = 9 M
> M
2 Sdr Pr - 2/3 = 4/6 = 4/9 x 27 = 12
seayah > M M
2 Sdr Pr - 1/3 = 2/6 = 2/9 x 27 = 6 M
Seibu > M
Aul 9/6 Dijadikan .../9 = 27
M

4. Ahli waris terdiri dari suami, dua saudara perempuan seayah, dua saudara
perempuan seibu dan ibu. Berapa bagian masing-masing dengan harta 5 M.
Penyelesaian
Suami - = 3/6 = 3/10 x 5 M = 1.5 M
>
Ibu - 1/6 = 1/6 = 1/10 x 5 M = 0.5 M
>
2 Sdr Pr - 2/3 = 4/6 = 4/10 x 5 M = 2M
seayah >

8
2 Sdr Pr - 1/3 = 2/6 = 2/10 x 5M = 1M
Seibu >
Aul 10/6 Dijadikan .../10 = 5M

5. Ahli waris terdiri atas istri, dua saudara perempuan kandung dan ibu. Berapa
bagian masing-masing dengan harta 13 M.
Penyelesaian:
Istri - 1/ = 3/12 = 3/13 x 13 = 3M
4 > M
2 Sdr Pr - 2/ = 8/12 = 8/13 x 13 = 8M
seayah 3 > M
Ibu - 1/ = 2/12 = 2/13 x 13 = 2M
6 > M
Aul 13/1 Dijadikan .../13 = 13
2 M

BAB III
PENUTUP

Aul merupakan kata dari bahasa Arab yang banyak arti, ada kalanya
bermakna adz-dzulmu (kelaliman) juga al-jauru (kecurangan). Kadang juga aul
berarti al-irtifa yang berarti naik. Singkatnya aul yaitu hal kurangnya harta
warisan yang terjadi dalam pembagian harta waris dimana setelah dilakukan
pembagian harta waris kepada orang-orang yang berhak menerima (ashabul
furudh) yang menjadikan bertambahnya jumlah saham yang telah ditentukan dan
berkurangnya bagian-bagian ahli waris.
Penyelesaian aul secara teori dalam beberapa literatur kewarisan banyak
ditemukan apa yang disebut sebagai masalah imajinatif. Yang terdapat di
dalamnya adalah beberapa kemungkinan susunan ahli waris yang menyebabkan
perbedaan penyebut. Misalkan dari yang asalanya perenam (.../6) ditingkatkan
menjadi pecahan pertujuh (.../7), perdelapan (.../8), persembilan (.../9) dan

9
persepuluh (.../10). Dari yang asalanya pecahan perdua belas (.../12) ditingkatkan
menjadi pertiga belas (.../13), perlima belas (.../15) dan pertujuh belas (.../17).
Dari yang asalnya perdua puluh empat (.../24) ditingkatkan menjadi pecahan
perdua puluh tujuh (.../27).
Para ahli faraidh juga memberikan sebutan tertentu untuk berbagai
kemungkinan aul ini dan disebutnya sebagai masalah: nama-nama masalah itu
diantaranya Mubahalah, Gharra, Ummu al-Furukh, Ummu al-Aramil,
Minbariyah
contoh soal waris dalam keadaan aul dengan harta 7 M
Suami - = 3/6 = 3/7 x 7 = 3M
> M
1 Sdr Pr Kdg - = 3/6 = 3/7 x 7 = 3M
> M
1 Sdr Pr - 1/6 = 1/6 = 1/7 x 7 = 1M
Seibu > M
Aul 7/6 Dijadikan .../ = 7M
7

10

Anda mungkin juga menyukai