Anda di halaman 1dari 16

10 Keutamaan Adzan dan Muadzin

Oleh
Muchlisin BK
-
Dec 8, 2015
14868

Adzan (bp.blogspot.com)
Adzan adalah panggilan untuk shalat. Meskipun disuarakan oleh manusia,
pada hakikatnya adzan adalah panggilan Allah kepada segenap hamba-Nya
untuk menunaikan shalat. Adzan memiliki banyak keutamaan yang luar
biasa.

Berikut ini 10 keutamaan adzan berdasarkan hadits-hadits shahih (minimal


hasan):

1. Pahala adzan sangat besar


Pahala adzan sangat besar. Begitu besarnya pahala adzan hingga Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam mengisyaratkan, jika orang-orang mengetahui
pahalanya, mereka pasti berebut untuk adzan meskiun dengan cara diundi.




Seandainya orang-orang mengetahui pahala yang terkandung pada adzan
dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mungkin mendapatkannya kecuali
dengan cara mengadakan undian atasnya, niscaya mereka akan melakukan
undian (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Makhluk dan benda yang mendengar adzan akan


menjadi saksi bagi muadzin
Seluruh makhluk yang mendengar adzan seorang muadzin, mereka akan
menjadi saksi baginya di hari kiamat kelak.




Tidaklah adzan didengar oleh jin, manusia, batu dan pohon kecuali mereka
akan bersaksi untuknya (HR. Abu Yala)




Tidaklah suara adzan didengar oleh pohon, lumpur, baru, jin dan manusia,
kecuali mereka akan bersaksi untuknya (HR. Ibnu Khuzaimah)

3. Muadzin akan mendapat ampunan Allah


Di antara keutamaan adzan yang istimewa adalah, para muadzin akan
mendapatkan ampunan Allah Subhanahu wa Taala. Benda-benda yang
mendengar adzan tanpa kita sadari- memohonkan ampunan Allah untuk
muadzin.


Muadzin diampuni sejauh jangkauan adzannya. Seluruh benda yang basah
maupun yang kering yang mendengar adzannya memohonkan ampunan
untuknya (HR. Ahmad)

4. Orang yang adzan mendapat pahala seperti orang


yang shalat bersamanya
Jika seorang muadzin mengumandangkan di masjid atau mushola, kemudian
orang berduyun-duyun menunaikan shalat jamaah karena mendengar adzan
tersebut, maka muadzin mendapatkan keutamaan ahala seperti pahala
orang-orang yang shalat bersamanya tersebut.

Muadzin mendapatkan pahala seperti pahala orang yang shalat


bersamanya (HR. An Nasai)

5. Muadzin menjadi orang yang dipercaya Allah




Imam adalah penjamin dan muadzin adalah orang yang dipercaya. Ya Allah,
luruskanlah para imam dan ampunilah muadzin (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi)

6. Muadzin didoakan Rasulullah


Seperti hadits di atas, Rasulullah mendoakan muadzin, memintakan
ampunan Allah baginya. Doa Rasulullah pastilah maqbul. Dan bukan hanya di
hadits itu beliau mendoakan muadzin. Di hadits lain beliau juga mendoakan
dan memintakan ampunan.

Semoga Allah meluruskan para imam dan mengampuni para muadzin (HR.
Ibnu Hibban)

7. Adzan membuat syetan takut dan lari terkentut-


kentut



Apabila adzan untuk shalat dikumandangkan, setan melarikan diri
terkentut-kentut sampai tidak mendengar adzan (HR. Bukhari dan Muslim)

8. Leher muadzin akan dipanjangkan di hari kiamat


Para muadzin akan dimuliakan Allah di hari kiamat, di antaranya dengan
dipanjangkan lehernya.

Para muadzin adalah orang yang berleher panjang pada hari kiamat (HR.
Muslim)

9. Orang yang adzan dibanggakan Allah di hadapan


malaikat-Nya



Tuhanmu takjub kepada seorang penggembala domba di puncak bukit


gunung, dia mengumandangkan adzan untuk shalat lalu dia shalat. Maka
Allah Subhanahu wa Taala berfirman, Lihatlah hambaKu ini, dia
mengumandangkan adzan dan beriqamat untuk shalat, dia takut kepadaKu.
Aku telah mengampuni hambaKu dan memasukkannya ke dalam surga (HR.
Abu Dawud dan An Nasai)

10. Para muadzin akan dimasukkan ke dalam surga


Inilah puncak dari keutamaan adzan. Orang yang adzan akan dimasukkan
Allah ke dalam surga-Nya sebagaimana hadits di atas dan hadits di bawah
ini:

Dari Abu Hurairah,

Kami pernah bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, lalu Bilal


berdiri mengumandangkan adzan. Ketika selesai, Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa mengucapkan seperti ini dengan
yakin, niscaya dia masuk surga. (HR. An Nasai)

Semoga 10 keutamaan adzan dan muadzin ini menyemangati kita untuk


bersemangat dan tidak malu jika memiliki kesempatan adzan atau menjadi
muadzin. [Muchlisin BK/Bersamadakwah]

Hadits Tentang Adzan Dan Keutamaannya


Keutamaan Adzan
Adzan


:
37 : 2 .
Dari Malik bin Al-Huwairits, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, "Apabila waktu shalat telah
tiba, maka hendaklah salah seorang diantara kamu adzan untuk (shalat)mu, dan hendaklah
yang tertua diantara kamu bertindak sebagai imam bagi kamu". [HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 37]

:
. :

: 2 .
38
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Imam itu adalah
penanggungjawab dan muadzdzin itu adalah orang yang diserahi amanat. Ya Allah,
pimpinlah para imam itu dan ampunilah para muadzdzin". [HR. Ahmad, Abu Dawud, dan
Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 37]

. :

37 : 2
Dari Mu'awiyah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya para muadzdzin itu
adalah orang-orang yang paling panjang lehernya kelak di hari qiyamat". [HR. Ahmad,
Muslim dan Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz, 2, hal. 37]
: :
: .




39 : 2 .
Dari 'Uqbah bin 'Amir, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Tuhanmu 'Azza wa Jalla sungguh sangat senang terhadap seorang penggembala kambing
yang berada di puncak gunung yang adzan untuk shalatnya, kemudian ia shalat". Maka
Allah 'Azza wa Jalla berfirman (kepada malaikat), "Lihatlah hamba-Ku ini, ia adzan dan
iqamat untuk shalatnya karena takut kepada-Ku. Oleh karena itu Ku-ampuni hamba-Ku ini
dan Ku-masukkan dia ke dalam surga". [HR. Ahmad, Abu Dawud dan Nasai, dalam Nailil
Authar juz 2, hal. 39]

:
.


:
151 : 1 .
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Apabila dikumandangkan
adzan, syaithan lari hingga terkentut-kentut sampai tidak mendengar suara adzan.
Kemudian jika adzan telah selesai, ia datang lagi, kemudian jika iqamat diserukan maka ia
lari lagi. Apabila iqamah telah selesai ia datang lagi hingga dekat sekali dengan manusia.
Syaithan berkata, "Ingatlah ini dan ingatlah itu". (Yaitu apa yang tadinya tidak diingat oleh
orang yang shalat), sehingga orang yang shalat itu tidak tahu berapa rekaat ia telah shalat.
[HR. Bukhari juz 1, hal. 151]

:


. : .
51 : 2
Dari 'Abdullah bin 'Abdur Rahman bin Abu Sha'sha'ah, bahwa Abu Sa'id Al-Khudriy berkata
kepadanya, "Sesungguhnya aku melihat engkau suka kepada kambing dan padang pasir.
Maka jika kamu berada di (tempat penggembalaan) kambing atau di padang pasirmu,
keraskanlah suaramu ketika adzan. Karena tidaklah jin, manusia ataupun sesuatu yang
mendengar suara muadzdzin, melainkan akan menjadi saksi nanti pada hari qiyamat". Abu
Sa'id berkata, "Saya mendengar perkataan itu dari Rasulullah SAW". [HR. Ahmad, Bukhari,
]Nasai dan Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 51

Sifat Adzan

:
:
. : .
: . :

. 150 : 1
Dari Nafi' dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Dahulu kaum muslimin ketika tiba di Madinah (dari
Makkah) mereka berkumpul menunggu-nunggu waktu shalat, sedangkan tidak ada seruan
untuk shalat. Lalu pada suatu hari mereka membicarakan tentang hal itu. Sebagian ada
yang berkata, "Gunakanlah lonceng seperti loncengnya orang Nashrani". Dan sebagian
yang lain berkata, "Gunakanlah terompet seperti terompetnya orang Yahudi". 'Umar berkata,
"Mengapa kalian tidak menyuruh seseorang menyeru untuk shalat ?". Lalu Rasulullah SAW
]bersabda, "Hai Bilal, bangkitlah, serulah untuk shalat !". [HR. Bukhari juz 1, hal. 150

:



: : :
: : . : : . :
. . . .
. . .
. : . .
. .
. : :
. . .
. : . . . .
: :

.
.
: .
: .
.
43 : 4
Dari 'Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbih, ia berkata, "Ketika Rasulullah SAW sudah
menyetujui dipukulnya lonceng guna memanggil orang-orang untuk shalat, padahal
sebenarnya beliau tidak menyukainya, karena menyerupai orang-orang Nashrani, maka
pada suatu malam ketika aku ('Abdulah bin Zaid) tidur, tiba-tiba aku bermimpi, ada seorang
laki-laki yang mengenakan dua pakaian hijau, mengelilingiku, sedang di tangannya ada
lonceng yang dibawanya". 'Abdullah bin Zaid berkata : Lalu aku bertanya kepadanya, "Hai
hamba Allah, apakah lonceng itu akan kau jual ?". Ia menjawab, "Akan kau pergunakan
untuk apa ?". 'Abdullah bin Zaid berkata : Saya menjawab, "Akan kupergunakan memanggil
(orang) untuk shalat". Orang tersebut lalu berkata, "Maukah engkau, kutunjukkan yang lebih
baik daripada itu ?". 'Abdullah bin Zaid berkata : Aku menjawab, "Ya, baiklah". Ia berkata,
"Yaitu hendaklah engkau ucapkan : Alloohu Akbar, Alloohu Akbar. Alloohu Akbar, Alloohu
Akbar. Asyhadu allaa ilaaha illallooh, Asyhadu allaa ilaaha illallooh. Asyhadu anna
Muhammadar Rasuulullooh, Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullooh. Hayya 'alash
sholaah, Hayya 'alash-sholaah. Hayya 'alal falaah, Hayya 'alal falaah. Alloohu Akbar, Alloohu
Akbar. Laa ilaaha illallooh". 'Abdullah bin Zaid berkata : Kemudian aku mundur tidak
seberapa jauh. Lalu orang itu berkata, "Apabila engkau iqamah, sebutlah Alloohu Akbar,
Alloohu Akbar. Asyhadu allaa ilaaha illallooh. Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullooh.
Hayya 'alash sholaah. Hayya 'alal falaah. Qod qoomatish-sholaah, Qod qoomatish-sholaah.
Alloohu Akbar, Alloohu Akbar. Laa ilaaha illallooh". 'Abdullah bin Zaid berkata, Kemudian
setelah waktu pagi aku datang kepada Rasulullah SAW untuk menceritakan kepada beliau
apa yang aku impikan itu". 'Abdullah bin Zaid berkata : Kemudian Rasulullah SAW
bersabda, "Sesungguhnya ini adalah mimpi yang benar, insya Allah". Kemudian Nabi SAW
memerintahkan adzan. Maka Bilal maula Abu Bakar beradzan dengan lafadh-lafadh
tersebut dan menyeru Rasulullah SAW untuk shalat. 'Abdullah bin Zaid berkata, "Lalu pada
suatu pagi Bilal datang kepada Nabi SAW, memanggil beliau untuk shalat Shubuh. Lalu
dikatakan kepadanya bahwa Rasulullah SAW masih tidur, lalu Bilal mengeraskan suaranya
dengan suara yang tinggi :Ashsholaatu khoirum minan nauum (Shalat itu lebih baik dari
pada tidur)". Sa'id bin Musayyab (perawi) berkata, "Lalu lafadh ini dimasukkan ke dalam
bagian dari adzan untuk shalat Shubuh". [HR. Ahmad, juz 4, hal. 43]

:
: . . . :
.
: . . .
:
.
. :
135 : 1
Dari Muhammad bin 'Abdullah bin Zaid bin 'Abdi Rabbih, ia berkata ayahku 'Abdullah bin
Zaid menceritakan kepadaku, ia berkata : .... maka ketika waktu pagi, aku datang kepada
Rasulullah SAW lalu kuceritakan kepada beliau apa yang aku impikan itu. Maka Rasulullah
SAW bersabda, "Sesungguhnya ini adalah mimpi yang benar, insya Allah. Berdirilah,
temuilah Bilal dan sampaikanlah kepadanya apa yang engkau impikan, agar ia beradzan
dengan lafadh-lafadh itu, karena Bilal lebih keras suaranya daripada kamu". ('Abdullah bin
Zaid berkata), "Lalu aku menemui Bilal dan saya sampaikan kepadanya apa yang aku
impikan itu, dan Bilal pun lalu adzan dengan lafadh-lafadh itu". Ia berkata, "Lalu 'Umar bin
Khaththab mendengar yang demikian itu, sedang ia berada di rumahnya. Kemudian ia
keluar sambil menyeret selendangnya, dan berkata, "Demi Allah yang telah mengutus
engkau dengan benar, ya Rasulullah, sungguh aku juga mimpi persis seperti yang ia
impikan itu". Lalu Rasulullah SAW mengucapkan, "Bagi Allah lah segala puji". [HR. Abu
Dawud juz 1, hal. 135]

.
:

45 : 2
Dari Anas, ia berkata : Bilal diperintahkan untuk menggenapkan adzan dan mengganjilkan
iqamah, kecuali lafadh iqamah (Qod qoomatish-sholaah, Qod qoomatish-sholaah). [HR.
Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 45]

: .
:
. :

50 : 2 . .

Dari Abu Mahdzurah, ia berkata : Saya pernah berkata kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah,
ajarilah aku cara adzan". Lalu Nabi SAW mengajarinya adzan. Dan beliau bersabda,
"Kemudian jika akan shalat Shubuh, maka sebutlah Ashsholaatu khoirum minan nauum.
Ashsholaatu khoirum minan nauum. Alloohu Akbar, Alloohu Akbar. Laa ilaaha illallooh. [HR.
Ahmad dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 50]

Jarak antara Adzan dan Iqamah.



: :

. : . 154 : 1

Dari 'Abdullah bin Mughaffal, ia berkata : Nabi SAW bersabda, "Diantara setiap dua adzan
(adzan dan iqamah) ada shalat, diantara dua adzan ada shalat". Kemudian beliau bersabda
]pada yang ketiganya, "Bagi siapa yang mau". [HR. Bukhari, juz 1, hal. 154


:


. : .
154 : 1
Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Apabila muadzdzin telah selesai adzan, maka para
shahabat Nabi SAW menuju ke pilar-pilar masjid (untuk shalat sunnah) sampai Nabi SAW
keluar (ke masjid), dan dengan cara begitu mereka shalat dua rekaat sebelum shalat
Maghrib. Dan tidak ada diantara adzan dan iqamah itu sesuatu (waktu yang lama)". Syu'bah
berkata, "Tidak ada antara keduanya kecuali waktu yang sebentar". [HR. Bukhari, juz 1, hal.
]154


:

. 154 : 1

Dari 'Aisyah RA, ia berkata, "Apabila muadzdzin telah selesai adzan Shubuh maka
Rasulullah SAW sebelum shalat Shubuh, beliau shalat ringan lebih dahulu dua rekaat
sesudah terbit fajar. Setelah itu beliau berbaring pada lambung kanan beliau sampai datang
muadzdzin kepada beliau memberitahukan hendak iqamah untuk shalat (Shubuh). [HR.
]Bukhari, juz 1, hal. 154

Adzan sebelum dan setelah waktu Shubuh.

:



.

153 : 1 .
Dari 'Abdullah bin Mas'ud, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Adzannya Bilal janganlah
menghalangi seseorang kalian atau seseorang diantara kalian dari makan sahurnya, karena
ia adzan atau memanggil di malam hari, agar orang yang mendirikan (shalat malam)
kembali, dan untuk membangunkan orang yang masih tidur diantara kalian, bukan
menunjukkan sudah Fajar atau Shubuh". Beliau berisyarat dengan jari-jari diangkat ke atas
dan menurunkannya ke bawah (mengisyaratkan fajar kadzib), sehingga beliau berisyarat
demikian. Zuhair (perawi) menjelaskan dengan mengisyaratkan kedua jari telunjuknya,
salah satunya diangkat atas yang lainnya (menunjukkan fajar kadzib), kemudian
membentangkan kedua jarinya itu ke kanan dan ke kiri (menunjukkan fajar shadiq). [HR.
Bukhari, juz 1, hal. 153]

: :
770 : 2 .


Dari Samurah bin Jundab RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Jangan sekali-kali
adzannya Bilal itu mengecoh kalian dari sahur kalian, dan jangan pula putihnya ufuq yang
tegak seperti ini mengecoh kalian, sehingga ufuq itu melintang begini". [HR. Muslim juz 2,
hal. 770]

:

: 2 .
56
Dari 'Aisyah dan Ibnu 'Umar RA, bahwa Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya Bilal adzan
diwaktu malam, karena itu makanlah dan minumlah sehingga Ibnu Ummi Maktum adzan".
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 56]

:
56 : 2 .
Dan bagi Ahmad dan Bukhari disebutkan, "Karena sesungguhnya Ibnu Ummi Maktum tidak
adzan sehingga fajar (Shubuh) telah terbit". [Dalam Nailul Authar juz 2, hal. 56]

Keterangan :

Waktu Shubuh ialah apabila sudah terbit ufuq yang melintang, bukan ufuq yang
tegak berdiri. Dan ufuq yang melintang itulah yang disebut "fajar shadiq" dan disebut juga
"fajar kedua" atau "mustathir". Adapun "mustathil" (yang tegak) adalah fajar kadzib, yang
bentuknya seperti ekor serigala.

Menjawab (menirukan) Adzan ketika mendengarnya.

:
.
58 : 2
Dari Abu Sa'id, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, "Apabila kamu mendengar adzan,
maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh muadzdzin itu". [HR. Jama'ah, dalam Nailul
Authar juz 2, hal. 58]

:


152 : 1 . .
Yahya berkata : Dan menceritakan kepadaku sebagian dari saudara-saudara kami,
bahwasanya ia berkata, "Setelah muadzdzin berseru hayya 'alash sholaah, maka orang
yang mendengar mengucapkan Laa haula wa laa quwwata illaa billaah". Dan ia
mengatakan, "Demikianlah kami mendengar Nabi kalian SAW bersabda". [HR. Bukhari juz
1, hal. 152]


: : :
: . : . :
: . : .
: .
: . : .
: . : . : .
. : . : .

289 : 1
Dari 'Umar bin Khaththab, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Apabila muadzdzin
berseru Alloohu Akbar Alloohu Akbar lalu salah seorang diantara kalian juga
mengucapkan Alloohu Akbar Alloohu Akbar. Kemudian apabila muadzdzin
berseru Asyhadu allaa ilaaha illallooh, ia mengucapkan Asyhadu allaa ilaaha illallooh.
Kemudian apabila muadzdzin berseru Asyhadu anna Muhammadar rasuulullooh, ia
mengucapkan Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullooh. Kemudian apabila muadzdzin
berseru Hayya 'alash sholaah, ia mengucapkan Laa haula wa laa quwwata illaa
billaah (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Kemudian apabila
muadzdzin berseru Hayya 'alal falaah, ia mengucapkan Laa haula wa laa quwwata illaa
billaah. Kemudian apabila muadzdzin berseru Alloohu Akbar Alloohu Akbar, ia
mengucapkan Alloohu Akbar Alloohu Akbar. Kemudian apabila muadzdzin berseru Laa
ilaaha illallooh, ia mengucapkan Laa ilaaha illallooh, yang keluar dari hatinya (ikhlash),
niscaya ia masuk surga". [HR. Muslim, juz 1, hal. 289]

Bacaan sesudah Adzan

: :



. .
60 : 2
Dari Jabir bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa setelah mendengar adzan lalu
membaca Alloohumma robba haadzihid da'watit taammah, washsholaatil qooimah, aati
Muhammadanil wasiilata wal fadliilah, wab'atshu maqoomam mahmuudanilladzii wa'adtah.
(Ya Allah, Tuhan yang mempunyai seruan yang sempurna dan shalat yang berdiri,
berikanlah kepada Nabi Muhammad SAW derajat yang tinggi dan pangkat yang mulia, dan
tempatkanlah dia di tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya), niscaya dia
akan mendapat syafa'atku nanti di hari qiyamat". [HR. Jama'ah, kecuali Muslim, dalam
Nailul Authar juz 2, hal. 60]

. :
:

62 : 2
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Doa antara adzan dan iqamah
itu tidak akan ditolak". [HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 2, hal.
62]

Menunggu imam walaupun sudah iqamat.


. :

157 : 1 .
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW telah keluar (ke masjid), sedangkan shalat
telah diiqamati, dan shaff telah diluruskan, hingga Nabi SAW telah berdiri di tempat beliau
shalat dan kami menanti beliau takbir. Tiba-tiba beliau pergi sambil bersabda, "Tetaplah di
tempatmu masing-masing". Maka kami tetap berdiri di tempat kami seperti semula,
sehingga beliau datang kembali. Dan ketika beliau datang, air di kepala beliau masih
menetes, karena beliau baru saja selesai mandi". [HR. Bukhari, juz 1, hal. 157]

:
. :
157 : 1 .
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Shalat telah diiqamati dan jama'ah telah meluruskan shaff
mereka. Maka datanglah Rasulullah SAW dan beliau langsung maju ke depan, padahal
beliau junub. Kemudian beliau bersabda, "Tetaplah di tempat kalian masing-masing". Lalu
Rasulullah SAW pulang untuk mandi. Setelah beliau datang kembali, air masih menetes dari
kepala beliau. Kemudian Nabi SAW shalat mengimami mereka. [HR. Bukhari, juz 1, hal.
157]

Mendatangi shalat hendaklah dengan tenang.

:

.
156 : 1
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW beliau bersabda, "Apabila kalian telah mendengar
iqamah, maka berjalanlah untuk shalat (berjama'ah), dengan tenang dan tenteram, jangan
tergesa-gesa. Apa yang kalian dapati, maka shalatlah kalian (bersama mereka), dan apa
yang terlewatkan (ketinggalan) maka sempurnakanlah". [HR. Bukhari, juz 1, hal. 156]

:
: .

: : .
.

156 : 1
Dari 'Abdullah bin Abu Qatadah dari bapaknya, ia berkata : Ketika kami shalat bersama Nabi
SAW, tiba-tiba beliau mendengar keributan orang laki-laki. Maka setelah selesai shalat
beliau bersabda, "Ada apa kalian tadi ?". Mereka menjawab, "Kami tergesa-gesa untuk
shalat". Beliau bersabda, "Janganlah kalian berbuat demikian. Apabila kalian datang untuk
shalat, maka hendaklah kalian tenang. Apa yang kalian dapati maka shalatlah (bersama
mereka), dan apa yang terlewatkan (ketinggalan) maka sempurnakanlah". [HR. Bukhari, juz
]1, hal. 156

Anda mungkin juga menyukai