Anda di halaman 1dari 8

PERBEDAAN KARAKTERISTIK BEBERAPA BUDAYA

INDONESIA DENGAN LUAR NEGERI


Fahmi Ulumudin Achmad, 3814100007

Departemen Desain Interior, FADP, ITS

Gedung R Desain Produk Industri Jl. Raya ITS, Keputih, Sukolilo, Kota
Surabaya, Jawa Timur 60111

Email: fahmi.ulumudin24@gmail.com

Abstrak
Kata "kebudayaan berasal dari (bahasa Sanskerta) yaitu "buddayah" yang merupakan bentuk
jamak dari kata "budhi" yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai "hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal". Pengertian Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan
karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan. Sedangkan menurut
definisi Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa pengertian kebudayaan adalah keseluruhan manusia
dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun dalam
kehidupan masyarakat. Senada dengan Koentjaraningrat, didefinisikan oleh Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soenardi, pada bukunya Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta :Yayasan
Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), hal 113, merumuskan kebudayaan
sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia
untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat.
Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana perbedaan budaya yang ada di dalam
negeri (Indonesia) dengan budaya luar negeri. Hal-hal yang menjadi pertimbangan pembanding adalah
budaya, rumah adat, pakaian adat, dan seni.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kebutuhan tiap-tiap daerah yang berkaitan dengan pola
gaya hidup di kesehariannya, yang mana ditentukan dari kebiasaan yang diterapkan oleh suatu golongan
atau masyarakat. Adapun manfaat yang diharapkan dengan diadakannya penelitian ini adalah agar dapat
menjadi acuan fisik proses pembangunan redesain interior berdasarkan daerah dan kebiasaan sehari-hari.

1. Aborigin Papua
a. Aborigin
(1)Demografi

Suku Aborigin dikenal sebagai penduduk asli benua Australia. Istilah Aborigin mulai dipakai
dan dikenalkan pada tahun 1789, yang kemudian menjadi sebutan bagi semua
suku/penduduk asli Australia. Dari data yang di peroleh pada tahun 2006, disebutkan bahwa
jumlah suku Aborigin mencapai 2,6% dari keseluruhan populasi penduduk Australia. Suku-
suku tersebut tersebar di seluruh wilayah Australia dan pulau-pulau sekitarnya (Tasmania
dan Tiwi). Dari data tersebut, diperoleh keterangan bahwa suku Aborigin paling banyak
mendiami wilayah Northern Territory, yaitu di Darwin, Pulau Tiwi (Bathrust Island) dan
Arnhem. Jumlah mereka mencapai 32,5% dari keseluruhan suku Aborigin Australia.
Sementara di Western Australia terdapat 4% , Queensland 3,6% , New South Wales 2,5% ,
South Australia 2,3% dan di Victoria hanya 1% . Suku Aborigin Australia berasal dari India,
yang berimigrasi sekitar 50.000 tahun yang lalu melalui apa yang disebut dengan nama
southern route, dan mendarat di Australia kira-kira 45.000 tahun yang lalu. Dari sekitar
250-300 bahasa ucap dengan 600 dialek yang pernah ada, saat sekarang ini masih tersisa 20
bahasa yang aktif digunakan, namun sebagian besar masyarakat Aborigin sudah berbahasa
Inggris. Dengan dialek dan aksen khas Aborigin, maka kemudian dikenal pula adanya bahasa
Inggris-Australia Aborigin.

Suku Aborigin paling banyak bermukim di Northern Territory (Australia Utara). Dengan
begitu pula jenis kerajinan mereka pun juga paling banyak dihasilkan dari daerah tersebut.
Lebih khusus lagi dari wilayah pulau Tiwi, yang memiliki dua pulau khusus bagi suku
Aborigin, yaitu Pulau Bathrust dan Pulau Melville. Pulau Bathrust adalah pulau yang besar
dengan ibu kotanya bernama Nguiu, sedang pulau Melville adalah pulau yang lebih kecil.
Keduanya terletak kurang lebih 60 Km arah utara dari Darwin. Kedua pulau ini dihuni khusus
oleh suku Aborigin, dilindungi dari penjarahan dan perusakan. Suku Aborigin di wilayah ini
dikenal dengan sebutan suku Tiwi. Kebudayaan suku Tiwi terpelihara sejak dari jaman
dahulu hingga saat sekarang ini, merupakan penggabungan dari kepercayaan, agama, kondisi
sosial dan tanggung jawab umum. Suku Tiwi mengidentifikasi dirinya dengan
mencantumkan nama-nama keluarga yang berasal dari nama daerah asal nenek moyangnya.

(2) Budaya

Suku ini juga memiliki kegiatan seni budaya tahunan, yang disebut dengan nama
perayaan Kulama Cheeky Yam, yang diadakan selama 3 hari 2 malam setiap tahun pada
bulan Oktober hingga Maret. Perayaan ini dimaksudkan untuk mengingat semua kegagalan
di tahun sebelumnya dan mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi di tahun
mendatang. Dalam perayaan ini ada kegiatan menyanyi dan menari. Dalam perayaan ini,
semua orang ikut ambil bagian, karena ini merupakan bentuk kebudayaan setempat yang
usianya sudah sangat tua.

Cheeky Yam adalah nama sejenis tanaman yang menjadi tokoh utama dalam upacara Kulama.
Dalam ritual utama, seorang sesepuh akan menandai pusat area yang digunakan untuk
upacara Kulama dengan cara menancapkan sebatang tongkat dan membuat lubang di tengah
area. Sesepuh tersebut kemudian mempersiapkan pemanggangan alam untuk memasak akar
Yam pertama yang berhasil dicabut dari tanah pertama kali pada musim tersebut, hal ini
harus dilakukan, sebab jika terlambat, maka akar tersebut akan mengandung racun, dan tidak
lagi bisa dikonsumsi.

Lagu pertama Kulama akan diperdengarkan oleh para sesepuh laki-laki yang berdiri dalam
sebuah lingkaran di dekat api unggun, kemudian akan diikuti oleh para wanita yang duduk
diluar lingkaran tersebut. Tarian adalah bentuk lain dari cara mereka menghargai kehidupan.
Dalam budaya Tiwi, tidak ada tarian dan nyanyian khusus untuk anak-anak. Mereka (anak-
anak) ikut serta dalam setiap upacara adat sejak mereka masih bayi. Turut menyanyi bersama
para pria dan menari mengikuti para penari, sampai mereka dianggap cukup dewasa untuk
bisa menari sendiri dan diundang untuk ikut menari dalam lingkaran.

(3) Kesenian

Suku Aborigin selalu dikaitkan dengan bumerang, yaitu alat atau senjata buru yang terbuat
dari kayu. Bumerang mempunyai keistimewaan, yaitu jika dilemparkan, maka bumerang
akan meluncur kembali kepada si pelempar. Selain bumerang, suku Aborigin juga dikenal
dengan alat musiknya yang disebut didgeridoo. Sebuah alat musik tiup yang terbuat dari
kayu panjang (bisa lebih dari 1 meter panjangnya), di tiup di ujung atasnya yang lebih kecil
dibanding ujung bawahnya, dan akan mengeluarkan suara yang khas.

Selain bumerang dan didgeridoo, suku Aborigin juga terkenal akan seni lukis di atas kulit
kayu dan batu, dengan motif khas, yaitu motif titik-titik atau dot-dot. Peninggalan lukisan-
lukisan kuno asli suku Aborigin ini bisa dilihat di Uluru dan Kakadu National Park di
wilayah Northern Territory. Mereka, hingga kini, menggunakan cat atau pewarna alam
yang dibuat dari batu ochre. Batu-batu ini mempunyai warna-warna kuning, merah, hitam
dan putih. Sebagian besar motif lukisan mereka menceritakan tentang kehidupan sehari-
hari, cerita-cerita rakyat dan kepercayaan mereka. Alat yang dipakai untuk melukis juga
masih sederhana, Selain kuas biasa, mereka juga menggunakan potongan sisir dan/atau
kayu yang diberi paku-paku untuk menghasilkan motif titik-titik yang unik dan khas.
Lukisan-lukisan dibuat di atas berbagai macam media. Selain kanvas, yang paling terkenal
adalah lukisan di atas kulit kayu dan di atas kayu yang telah dibentuk menjadi berbagai
macam patung yang memiliki desain yang khas. Selain motif garis-garis dan tiik-titik, motif
lain yang khas adalah motif binatang asli Australia, seperti buaya, kangguru dan mahluk
laut (ikan, kerang dan lain sebagainya).
(Dua buah tas kain, yang pertama dengan motif kangguru, buaya dan bumerang, yang
menjadi ciri khas motif suku Aborigin. Tas seperti ini banyak ditemukan di seluruh
wilayah Darwin (tas coklat) sebagai barang suvenir, sedang tas yang merah dengan motif
kerang dan air laut, merupakan tas hasil karya suku Aborigin dari Nguiu, dan merupakan
hasil cetak manual)

Lukisan dari kulit kayu mempunyai ukuran yang beraneka ragam. Ada yang sangat besar,
menunjukkan betapa besar pohon yang diambil kulitnya. Kulit-kulit kayu tersebut
dikeringkan dengan cara yang khusus. Lukisan dari kulit kayu ada yang ditempel pada
dinding seperti lukisan dari kanvas, namun kebanyakan diletakkan tegak berdiri pada
pustek atau pada lantai begitu saja. Hal ini sangat mungkin terjadi, sebab bentuk kulit
kayunya agak sedikit melengkung, sehingga bisa diletakkan di tempat datar dalam posisi
berdiri tanpa jatuh.

Selain lukisan yang sangat khas, kerajinan keramik dan anyaman mereka juga dikenal
memiliki keindahan. Ke dua jenis kerajinan tersebut memang kurang terkenal di luar
Australia, khususnya di Indonesia. Suku Aborigin membuat benda-benda yang dianyam
hanya untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan upacara yang ada hubungannya dengan
adat dan kepercayaan mereka. Sebagian besar hasil kerajinan anyam berupa tas yang
digunakan untuk tempat makanan, mengangkut barang-barang kebutuhan sehari-hari,
tempat kerang yang mereka kumpulkan di rawa-rawa dan tepi pantai, juga untuk membawa
segala macam perlengkapan lainnya, termasuk alat-alat untuk berburu dan bertanam.
Namun seiring dengan kemajuan jaman, seni anyam mereka pun juga mulai berkembang
dan memiliki pasaran yang cukup luas di seluruh wilayah Australia dan manca negara.
Bahkan kemudian muncul pula desain-desain anyam yang tidak semata-mata hanya untuk
keperluan sehari-hari maupun upacara adat. Banyak seniman-seniman yang menggunakan
teknik anyaman untuk membuat karya seni. Ada dua jenis cara menganyam yang khas dari
suku Aborigin, yaitu dengan cara menganyam biasa dan membuat untiran-untiran (metode
melingkar) dari serat dan tali.

Dengan metode melingkar, seperti namanya, pembuat bentuk gulungan dasar dari seikat
serat, tali atau serat tebu. Dalam gulungan dasar tersebut, seuntai serat dibuat menjadi
serangkaian jahitan menonjol pada lubang (disebut sebagai tombol-lubang) sepanjang
dasar yang dibentuk menjadi gulungan ketat atau spiral sebagai hasil kerja. Setiap tombol-
lubang yang terbentuk tidak hanya membungkus koil, tapi mengikat melalui lubang-tombol
pada kumparan di bawahnya. Tikar kerucut dapat dibuat dengan cara ini, atau keranjang
jika kumparan dibuat secara vertikal. Metode keranjang tenun dan anyam lainnya dikenal
sebagai pakan melilit. Ada dua set elemen, lungsi, satu set yang terbuat dari bundel serat
atau tongkat split, dan pakan, biasanya terdiri dari satu set dengan dua alur kerja. Dalam
beberapa keranjang, para pembuat kadang-kadang menggunakan tiga helai benang pakan
sebagai perangkat dekoratif. Tiga-untai melilit menghasilkan efek kording nyata pada
permukaan hasil anyaman.

Bahan baku yang banyak digunakan oleh suku Aborigin untuk membuat anyaman adalah
sejenis rumput yang ulet, panjang dan kuat, daun pandan, kulit pohon dan kulit binatang.
Kulit pohon yang paling sering digunakan adalah sejenis kulit phon yang disebut dengan
istilah kulit kayu kurrajong, meliputi kulit kayu pohon banyan, kulit rumput-rumput liar
yang banyak tumbuh di tepi sungai dan kulit kayu sejenis pohon/perdu kacang-kacangan.
Selain serat tanaman, suku Aborigin juga menggunakan rambut mereka sebagai bahan
anyam. Para perempuan suku Aborigin memotong rambut mereka dengan semacam pisau
yang sangat tajam. Rambut yang terpotong ini kemudian di gulung pada paha menjadi
semacam benang yang panjang. Gulungan ini bisa mencapai ketebalan 8 lembar benang
wol. Bahan pewarna yang digunakan juga masih menggunakan bahan pewarna alami.
Yaitu ochre (batu-batuan berwarna), akar-akar pohon dan kulit pohon yang ditumbuk
hingga halus. Dengan berbagai macam teknik anyam dan pewarnaan alami akan dihasilkan
berbagai macam bentuk dan jenis desain, baik berupa tas, keranjang, topi dan bahkan juga
berbagai macam benda-benda seni yang layak di pajang di arena pameran internasional dan
museum seni. Desain-desain yang berkembang terlihat inovatif namun tetap tidak
meninggalkan esensi asalnya. Jejak-jejak seni anyaman tradisional masih bisa dilihat
dengan sangat jelas, meskipun desainnya adalah desain modern. Kolaborasi antara desain
modern dan tradisional tersebut terlihat sangat manis dan harmonis. Dan tentu saja para
perupa dan pengrajin Aborigin masa kini tidak ketinggalan juga berkolaborasi dan
berkompromi dengan kemajuan jaman. Baik dari segi desain maupun kegunaan. Banyak
sekali art galeri dan toko-toko suvenir yang tersebar di seluruh wilayah Australia yang
memamerkan dan menjual karya-karya seni anyam para perupa dan pengrajin Aborigin ini
dengan harga yang cukup tinggi. Pendek kata desain seni anyam suku Aborigin tidak hanya
berhenti pada pola-pola lama yang mengacu pada kebutuhan sehari-hari atau untuk upacara
adat saja, namun juga sudah berkembang menjadi karya seni yang bernilai jual tinggi.

b. Papua
(1) Demografi
Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau
Papua atau bagian paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya
merupakan negara Papua Nugini. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua
Bagian barat, namun sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur
tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Papua
memiliki luas 808.105 km persegi dan merupakan pulau terbesar kedua di dunia dan
terbesar pertama di Indonesia.
(2) Budaya
Papua negeri yang elok di timur indonesia, papua di tinggali banyak suku, dan setiap suku
di papua mempunyai adat istiadat yang berbeda. kebudayaan papua masih kebudayaan
murni karena dalam kesehariannya masih menggunakan peralatan dari batu dan masih
bercocok tanam secara tradisional dan berpindah pindah. selain adat istiadat tarian papua
pun banyak ragam dan macamnya semuanya mencerminkan suku yang ada di papua,
umumnya tarian papua sangat dinamis dan mencerminkan kegembiraan. pakain adatnya
pun sangat eksotis dengan hiasan di kepala yang mencerminkan budaya papua. bukan
hanya budayanya papua juga menyimpan wisata yang luar biasa dari salju abadinya di
pegunungan jaya wijaya sampai pantai pantainya yang indah dan masih asli dan alami
(3) Kesenian
Di Papua terdapat beberapa tarian khas yang memiliki fungsi tertentu, seperti :
1. Tari Selamat Datang, merupakan tari yang mempertunjukkan kegembiraan hati
penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.
2. Tari Musyoh, merupakan tari suci/keramat dalam upaya mengusir arwah orang
meninggal karena kecelakaan.
3. Tari Mbes, merupakan tari garapan yang berfungsi sebagai tari penyambutan tamu.
Yang unik dalam tari ini adalah adanya penggambaran tamu yang digotong dalam
posisi berlentang pada sebuah perisai. Sementara tifa, yang ritmis dinamis ditengah
perkikan perkikan khas, merupakan warna tersendiri bagi tari yang diangkat dari
daerah Asmat ini.

Noken
Noken yaitu tas tradisional masyarakat Papua yang dibawa dengan menggunakan kepala
dan terbuat dari serat kulit kayu. Sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk
membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Papua biasanya
menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan
juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar. Karena keunikannya yang dibawa
dengan kepala, noken ini di daftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya
tradisional dan warisan kebudayaan dunia dan pada 4 desember 2012 ini, noken khas
masyarakat Papua ditetapkan sebagai warisan kebudayaan tak benda UNESCO.
Tas Noken ini sendiri asli buatan mama-mama di Papua. Tas tradisional Noken memiliki
simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua
terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti
suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani dan Bauzi. Yang menarik dari Noken
ini adalah hanya orang Papua saja yang boleh membuat Noken. Membuat Noken sendiri
dahulu bisa melambangkan kedewasaan si perempuan itu. Karena jika perempuan papua
belum bisa membuat Noken dia tidak bisa dianggap dewasa dan itu merupakan syarat
untuk menikah. Dahulu Noken dibuat karena suku Papua membutuhkan sesuatu yang
dapat memindahkan barang ke tempat yang lain.
Kerajinan Kulit Kayu
Dimasa lampau kerajinan yg dibuat dari pohon Khombow yg cuma hidup di dalam hutan
belantara papua ini hanyalah difungsikan utk menciptakan baju. Seiring berjalannya
waktu, kulit pohon yg batangnya berbuku-buku ini difungsikan jadi berbagai kerajinan,
dan yang paling menonjol ialah kerajinan lukisan kulit kayu. Type kayu yg dimanfaatkan
tidaklah bisa di gantikan dengan tipe kayu yg lain, haruslah kayu Khombouw, lantaran
kayu ini seperti karet, mampu melar diwaktu ditarik.

Anda mungkin juga menyukai