DISUSUN OLEH
SEPTI VILLIYANI
NIM. 835872639
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU Guru
dan Dosen No.14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1). Berdasarkan hal tersebut seorang guru harus
dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik.Tujuan pendidikan akan tercapai apabila
tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan proses kegiatan belajar mengajar berjalan
dengan lancar. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai seorang pendidik
adalah kompetensi pedagogik. Di sini guru hendaknya mampu menguasai dan merancang
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa sebagai peserta didiknya. Guru harus dapat
mengelola pembelajaran dengan baik sehingga siswa akan lebih mudah memahami dan
menerima pelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan hendaknya dapat melibatkan anak secara aktif,
sehingga mereka dapat berkembang dengan optimal. Pembelajaran hendaknya dirancang
dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Anak usia Sekolah Dasar menurut Piaget termasuk dalam tahap operasional
konkrit, dimana anak belum bisa untuk berpikir secara abstrak. Tugas guru adalah
merancang pembelajaran yang mudah ditangkap dan nyata bagi siswa. Guru yang kreatif
adalah guru yang dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sarana pembelajaran
siswa (Darmodjo, 1992). Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak mengikat para
pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara
nonresmi, santai, dan bebas. Yang dipentingkan dalam pergaulan antarwarga adalah
makna yang disampaikan. Pemakai bahasa Indonesia dalam konteks bahasa nasional
dapat dengan bebas menggunakan ujarannya baik secara lisan, tulis, maupun lewat
kinestetiknya (Suyatno, 2004:6-7) Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan
bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan salah satunya agar peserta didik
memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Meskipun zaman sudah modern, pergaulan dan
komunikasi masyarakat makin mudah dilakukan baik melalui media seluler ataupun
internet, namun komunikasi tulis (melalui surat) tidak lepas dalam kehidupan kita sehari-hari.
Salah satu materi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas IV adalah tentang
menulis surat. Standar Kompetensi yang tertuang dalam KTSP adalah mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk,
cerita, dan surat. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah menulis surat untuk teman
sebaya tentang pengalaman atau cita-cita dengan bahasa yang baik dan benar dan
memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma dll). Untuk itu
siswa dituntut untuk menguasai indikator dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia
berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dan berlaku saat ini.
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, pembelajaran menulis surat yang
dilakukan di SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau cenderung menggunakan pendekatan tekstual.
Materi ajar dilakukan masih berdasarkan buku pegangan guru dan siswa. Proses
pembelajaran berlangsung satu arah (Teacher Centered). Siswa kurang terlibat aktif dalam
pembelajaran. Dan berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan, siswa merasa kesulitan
dalam memahami materi pelajaran Bahasa Indonesia dan kurang termotivasi dalam belajar.
Terlebih dalam menulis surat, kami mengamati para siswa masih banyak yang belum
memahami bahasa surat. Mereka beranggapan bahwa bahasa surat sama dengan bahasa
lisan yang dapat langsung terjadi pada saat itu. Selain itu, siswa mengalami kesulitan dalam
menuangkan pikiran, perasaan, dan pengalaman mereka dalam bahasa surat karena
mereka hanya sebatas berimajinasi dan tidak mengalaminya secara langsung. Menurut Elin
Rosaline (1998:3-7), terdapat dua kutub pembelajaran saat ini, yaitu behaviorisme dan
konstruktivisme. Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur pengetahuan siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu berasal dari luar, tapi dikonstruksi
oleh dan dari dalam diri seseorang. Hal inilah yang kemudian melandasi pembelajaran
kontekstual (Contekstual Teaching Learning/CTL). Pembelajaran dengan model CTL pada
dasarnya mendorong siswa agar bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses
pengamatan dan pengalaman (Elin Rosaline, 1998:3-7). Siswa akan lebih mudah
memahami materi pelajaran apabila mereka mengalaminya langsung dalam kehidupan
sehari-hari. Materi pelajaran yang diperolehnya di sekolah dapat langsung diterapkan di
lingkungannya. Pengalaman yang dilakukannya akan lebih bermakna daripada teori-teori
yang ada. Siswa juga akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang akan bertahan
lebih lama karena mereka mengalami langsung dan terlibat aktif dalam pembelajaran
dibandingkan dengan pembelajaran dengan metode ceramah (konvensional). Keterampilan
menulis surat dapat diasah dan ditingkatkan dengan penerapan pendekatan Contekstual
Teaching Learning (CTL). Pendekatan CTL ini dapat meningkatkan pemahaman dan
keterampilan siswa dalam menulis surat karena siswa dapat mengalami dan menerapkan
langsung materi yang sedang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan
pengalaman langsung yang dilakukan oleh siswa, maka siswa akan merasa bahwa pelajaran
ini penting dalam hidup mereka dan termotivasi untuk melakukannya. Siswa bisa
mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalamannya sendiri.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas VI SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau
khususnya pada pembelajaran Bahasa Indonesia, maka masalah yang dihadapi adalah
sebagai berikut :
a. Pembelajaran menulis surat yang dilakukan di SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau
cenderung menggunakan pendekatan tekstual
b. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran;
c. Siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran;
d. Siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan pikiran, perasaan, dan pengalaman
mereka dalam bahasa surat karena mereka hanya sebatas berimajinasi dan tidak
mengalaminya secara langsung.
e. Minimnya pengetahuan guru dalam penerapan model pembelajaran atau monoton
sehingga tidak membangkitkan minat belajar siswa.
2. Analisis Masalah
Guru sebagai fasilitator dan memegang kendali bagi siswa yang sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran di kelas. Proses belajar mengajar yang menyenangkan dapat
membangkitkan kegembiraan, menjadi modal utama dalam menciptakan pemahaman
siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal seorang guru dengan kemampuan
profesionalnya harus mampu menciptakan suasana belajar yang menimbulkan minat
belajar dan daya tarik terhadap materi yang diajarkan. Daya tarik yang timbul dapat
menciptakan motivasi bagi setiap siswa. penggunaan metode dapat meningkatkan hasil
belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan pribadi, menumbuhkan sikap
menerima kekurangan diri dan orang lain, serta meningkatkan harga diri. Selain itu dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan
mengintergrasikan pengetahuan dengan keterampilan yang diiringi oleh bakat yang
terpendam dalam diri siswa.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Pemilihan model yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus
dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat
mencapai hasil yang maksimal. model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu
pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaanya Slavin (2010). Sedangkan menurut (Trianto, 2011) Model pembelajaran
yang baik digunakan sebagai acuan perencanaan dalam pembelajaran di kelas ataupun
tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang diajarkan. Terlihat bahwa rendahnya tingkat kemampuan dan keterampilan siswa
tersebut, dikarenakan minimnya minat belajar siswa, maka peneliti menggunakan model
pembelajaran (CTL) contekstual teaching and learning. Dengan kata lain, kita akan
memiliki pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan
pembentukannya dalam diri kita. Uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan
perbaikan pembelajaran dengan judul "Peningkatan keterampilan menulis surat resmi
Dengan pendekatan contekstual teaching and learning pada siswa kelas VI SD Negeri 42
Kota Lubuklinggau.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis surat resmipada siswa kelas IV SD
Negeri 42 Kota Lubuklinggau yang diajar menggunakan pendekatan Contekstual
Teaching and Learning (CTL)?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan
Contekstual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas IV SD Negeri 42 Kota
Lubuklinggau?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis surat resmi pada siswa kelas IV SD
Negeri 42 Kota Lubuklinggau dengan menggunakan pendekatan Contekstual Teaching
and Learning (CTL).
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis surat resmi pada
siswa kelas IV SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau dengan menggunakan pendekatan
Contekstual Teaching and Learning (CTL)
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat dalam pendidikan secara langsung maupun tidak
langsung. Manfaatnya antara lain :
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan referensi atau pendukung penelitian yang selanjutnya.
b. Untuk menambah pengembangan ilmu mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya
penulisan surat resmi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Guru dapat memilih media dan metode yang cocok untuk meningkatkan
keterampilan dalam penulisan surat resmi.
2) Mendapatkan referensi baru untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia.
b. Bagi Siswa
1) Meningkatkan kreativitas siswa.
2) Meningkatkan motivasi belajar siswa
3) Meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan mutu proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
penulisan surat resmi khususnya pada SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau.
2) Menambah metode pembelajaran bahasa Indonesia khususnya penulisan surat resmi
B. Hakikat Surat
1. Pengertian Surat
Surat adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak
kepada pihak lain. Fungsinya mencakup lima hal: sarana pemberitahuan, permintaan,
buah pikiran, dan gagasan, alat bukti tertulis, alat pengingat, bukti historis, dan pedoman
kerja. Pada umumnya, dibutuhkan perangko dan amplop sebagai alat ganti bayar jasa
pengiriman. Semakin jauh tujuan pengiriman surat maka nilai yang tercantum di
perangko harus semakin besar juga. Surat sebagai suatu sarana komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain.
Dengan lebih jelasnya, Surat adalah alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan pesan
kepada pihak lain yang memiliki persyaratan khusus yaitu penggunaan kertas,
penggunaan model bentuk, penggunaan kode dan notasi, pemakaian bahasa yang khas
serta pencantuman tanda tangan. (Agus Sugiarto, 2005:2). Surat adalah suatu alat
penyampaian informasi atau keterangan-keterangan (keputusan, pernyataan,
pemberitahuan, permintaan, dan sebagainya) secara tertulis dari satu pihak kepada pihak
lainnya.Surat pribadi adalah surat yang isinya menyangkut masalah pribadi yang
dikirim oleh seseorang kepada anggota keluarga, teman sejawat, atau orang yang telah
dikenal baik secara pribadi. Surat dinas (resmi) adalah surat yang menyangkut
kedinasan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti jawatan, kantor, organisasi,
dan dikirimkan kepada siapa saja, baik perorangan maupun kantor, organisasi, atau
jawatan lainnya. Sedangkan, Surat niaga (dagang) adalah surat yang menyangkut
perdagangan atau perniagaan (bisnis).
2. Bagian-Bagian Surat
Surat terdiri dari beberapa bagian surat. Tiap bagian mempunyai peranannya sendiri.
Dijelaskan oleh Fajar M (2009:27-39) bagianbagian surat, terutama surat resmi yakni
sebagai berikut.
a. Kepala surat yang menunjukkan identitas suatu lembaga atau
organisasi.
b. Tempat dan tanggal surat. Berguna sebagai pedoman pengarsipan
Surat secara kronologis (menurut urutan waktu kejadian).
c. Nomor surat.
d. Lampiran. Lampiran sebagai petunjuk tentang dokumen yang disertakan bersama
surat bersangkutan
e. Hal surat yang berisikan pokok-pokok isi surat yang ingin ditunjukkan oleh
pembuat surat.
f. Alamat surat.
g. Salam pembuka. Salam pembuka adalah kalimat pendahuluan atau kalimat pembuka
yang menyatakan penghormatan di awal surat.
h. Pembuka surat atau paragraf pembuka, yaitu paragraf pendahuluan
i. Sebelum masuk ke dalam paragraf inti atau pokok permasalahan yang hendak
disampaikan dan bersifat basa-basi.
j. Isi surat. Isi surat adalah hal atau masalah pokok dari surat. Inti surat ini dapat
terdiri dari beberapa paragraf. Isi surat diusahakan jelas, mudah dipahami, sopan dan
tidak berbelit-belit.
k. Penutup surat. Penutup surat adalah paragraf yang tidak lagi mengandung hal-
hal pokok. Berfungsi sebagai akhir pembicaraan yang mengandung harapan,
penegasan, dan pernyataan lain berkenaan dengan adat sopan santun.
l. Salam penutup yan dituliskan cukup dengan mengucapkan syukur atau memberikan
penghormatan penutup.
m. Tanda tangan dan nama terang.
n. Tembusan yang berfungsi untuk memudahkan pemeriksaan kalau ada pihak lain
berkepentingan atau yang ada kaitannya dengan surat tersebut.
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dari kerangka berpikir di atas, peneliti mengajukan suatu hipotesis yaitu
melalui pendekatan pembelajaran Contekstual Teaching dan Learning dapat ditingkatkan
keterampilan menulis surat pada siswa kelas IV SDN SD Negeri 42 Lubuklinggau.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Dari tes pratindakan, didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa beranggapan
menulis surat disini adalah surat yang berisi undangan ulang tahun yang ditujukan
untuk temannya. Sistematika penulisan suratpun masih belum diperhatikan oleh siswa.
Siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, yaitu 70,00 terlihat masih banyak.
Dari 29 siswa hanya 31% atau 9 siswa saja yang mencapai KKM, sedangkan 20 siswa
belum tuntas. Nilai ratarata kelas yang diperoleh sebesar 66,38.
Gambar 2.
Rekapitulasi Nilai Siswa Pra Siklus
2. Kondisi Hasil Siklus I
Siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan (3 x 35 menit) yaitu pada tanggal 13 April 2017 di
kelas VI SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau.
a. Tahap Perencanaan
Pada tindakan pertama ini peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan
penerapan Contekstual Teaching And Learning. Hal ini diterapkan sebagai langkah awal
untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menentukan keterampilan menulis surat
resmi. Selanjutnya siswa diberikan latihan untuk melihat hasil penerapan pembelajaran
dengan pendekatan Contekstual Teaching And Learning.
b. Hasil Pelaksanaan Siklus I
Hasil pembelajaran pada siklus I ini belum mewujudkan keaktifan
sebagaimana yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya hasil penilaian terhadap keterampilan
menulis puisi dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2
Rekapitulasi Nilai Hasil Siklus I
Tuntas Persen Belum Tuntas Persen Nilai Rata-Rata
16 55% 13 45% 71,90
Berdasarkan hasil nilai tindakan siklus I (terlampir) dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat
nilai lebih dari 65 (tuntas) dalam tes ini sebanyak 16 siswa (55%) dan yang nilainya kurang
dari 65 (belum tuntas) adalah 13 siswa (45%). Nilai yang tertinggi adalah 81 dan yang
terendah adalah 50. Rata-rata nilai secara keseluruhan sebesar 68,13. Jadi secara deskriptif
dapat dikatakan bahwa siklus I siswa belum termasuk kategori tuntas, karena belum
mencapai ketuntasan klasikal 65 sebesar 85%.Berikut kami sajikan rekapitulasi nilai Siklus I
pada gambar 3.
Namun terjadi peningkatan belajar siswa dari Pra Siklus ke siklus I, hal ini terlihat pada
nilai rata-rata Pra Siklus sebesar 66,38 sedangkan pada nilai rata-rata siklus I sebesar
71,90 berarti terjadi peningkatan sebesar 5,52. Pada Pra Siklus ketuntasan belajar siswa
sebanyak 9 siswa (31%) dan pada siklus I siswa yang tuntas berjumlah 16 orang (55%).
Inipun dapat dilihat terjadi peningkatan yang signifikan dari Pra Siklus ke siklus I sebesar
24%. Walaupun hasil akhir siklus I mengalami peningkatan tindakan siklus I perlu
ditingkatkan.
c. Hasil Pengamatan
Pelaksanaan siklus I penelitian ini diamati oleh 1 orang pengamat yaitu Ibu
Mariama, S.Pd.,SD, sebagai Supervisor II atau penilai. Walaupun dalam proses
pembelajaran yang dilakukan peneliti masih memiliki kelemahan, terutama pada
penggunaan waktu dan pendekatan yang digunakan. Waktu menjadi kurang efisien karena
ketika menjelaskan penulisan surat resmi, metode yang digunakan kurang efektif karena
kurang sosialisasi, sehingga waktu banyak terbuang ketika siswa belum memahami
pendekatan Pendekatan Contekstual Teaching And Learning. Selain itu, pada awal proses
pembelajaran guru tidak menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran
sehingga pada awal pembelajaran siswa tidak tahu atau bingung apa yang harus dipelajari.
Selain itu penggunaan alat peraga belum tampak, kesalahan ini akan diperbaiki. Komentar
dan saran yang disampaikan para observer akan dijadikan bahan refleksi dan diterapkan
pada siklus berikutnya.
d. Refleksi
Setelah dilaksanakan siklus I, peneliti memperoleh saran-saran dan temuan-temuan
tersebut ditindaklanjuti dan langsung ditempatkan pada pelaksanaan siklus II. Sesuai
dengan saran-saran atau hasil pengamatan seperti dikemukan oleh para observer dalam
siklus I, hal yang perlu diperbaiki, penggunaan alat peraga, pemanfaatan waktu yang
efisien, penyampaian materi yang lebih sistematis, pemberian motivasi kepada siswa
dalam peningkatan keterampilan penulisan menulis Surat Resmi.
3. Kondisi Hasil Siklus II
Siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan (3 x 35 menit) yaitu pada tanggal 20 April 2017 di
kelas VI SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau.
a. Tahap Perencanaan
Pada perbaikan siklus II ini peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan
penerapan Contekstual Teaching And Learning. Hal ini diterapkan sebagai langkah untuk
meningkatan kemampuan siswa dalam menentukan keterampilan menulis surat resmi.
Selanjutnya siswa diberikan latihan untuk melihat hasil penerapan pembelajaran dengan
pendekatan Contekstual Teaching And Learning.
b. Hasil Pelaksanaan Siklus II
Hasil pembelajaran pada siklus I ini belum mewujudkan keaktifan
sebagaimana yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya hasil penilaian terhadap keterampilan
menulis puisi dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3
Rekapitulasi Nilai Hasil Siklus II
Tuntas Persen Belum Tuntas Persen Nilai Rata-Rata
25 86% 4 14% 77,24
Berdasarkan hasil nilai tindakan siklus I (terlampir) dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat
nilai lebih dari 65 (tuntas) dalam tes ini sebanyak 25 siswa (86%) dan yang nilainya kurang
dari 65 (belum tuntas) adalah 4 siswa (14%). Nilai yang tertinggi adalah 90 dan yang
terendah adalah 65. Rata-rata nilai secara keseluruhan sebesar 77,24. Jadi secara deskriptif
dapat dikatakan bahwa siklus II siswa bisa dikategori tuntas, karena sudah mencapai
ketuntasan klasikal 65 sebesar 85%. Hasil ini menyimpulkan bahwa siklus II tidak
memerlukan lagi mengadakan perbaikan siklus berikutnya, kami sajikan rekapitulasi nilai
Siklus I pada gambar 4.
Namun terjadi peningkatan belajar siswa dari Pra Siklus ke siklus I, hal ini terlihat pada
nilai rata-rata Pra Siklus sebesar 66,38 sedangkan pada nilai rata-rata siklus I sebesar
71,90 berarti terjadi peningkatan sebesar 5,52. Pada siklus I dan pada siklus II siswa yang
tuntas berjumlah 25 orang (86%). Inipun dapat dilihat terjadi peningkatan yang signifikan
dari Pra Siklus ke siklus II sebesar 55%.
c. Hasil Pengamatan
Pelaksanaan siklus II penelitian ini diamati oleh 1 orang pengamat yaitu Ibu
Mariama, S.Pd.,SD, sebagai Supervisor II atau penilai. Walaupun dalam proses
pembelajaran yang dilakukan peneliti masih memiliki kelemahan, banyak siswa belum
memahami Pendekatan Contekstual Teaching And Learning. Komentar dan saran yang
disampaikan para observer akan dijadikan bahan refleksi dan diterapkan pada penelitian
atau perbaikan pembelajaran berikutnya.
d. Refleksi
Setelah dilaksanakan siklus II, peneliti memperoleh saran-saran. Sesuai dengan saran-
saran atau hasil pengamatan seperti dikemukan oleh para observer dalam siklus I, hal
yang perlu diperbaiki, pada penelitian atau perbaikan belajar berikutnya, agar
penyampaian materi yang lebih sistematis, pemberian motivasi kepada siswa dalam
peningkatan keterampilan penulisan menulis Surat Resmi.
Nilai rata-rata hasil tes pada siklus I jika dibandingkan dengan hasil tes Pra Siklus
mengalami peningkatan Sedangkan siswa yang dinyatakan tuntas pada Pra Siklus sebanyak
9 orang (31%) dan pada siklus I meningkat menjadi 13 orang (60%), berarti peningkatan
siswa yang tutas dari pratindakan ke siklus pertama sebanyak 4 orang. Nilai rata-rata hasil tes
pada siklus kedua jika di bandingkan dengan siklus pertama juga mengalami peningkatan
yaitu sebesar 10,86 Sedangkan siswa yang tuntas dari 13 siswa pada siklus pertama
meningkat menjadi 25 siswa pada siklus kedua, berarti terjadi peningkatan dari siklus
pertama ke siklus kedua sebanyak 12 orang. Sedangkan peningkatan dari Pra Siklus ke
77,24 66,38
siklus II sebesar x 100% = 66,36%. Siswa yang tuntas pada Pra Siklus 9
66,38
orang setelah dilakukan siklus II menjadi 25 orang, berarti terjadi peningkatan dari Pra
Siklus ke siklus II sebanyak 16 orang. Peningkatan keterampilan menulis surat resmi sebesar
40% di atas memang tidak terlalu besar. Namun, hal tersebut menunjukkan bahwa
keterampilan menulis surat resmi persiklus mengalami peningkatan. Dengan demikian
Pendekatan Contekstual Teaching And Learning ini mampu meningkatkan keterampilan
menulis surat resmi pada siswa kelas VI SD Negeri 42 kota Lubuklinggau.
A. Simpulan
Pendekatan Contekstual Teaching And Learning pada siswa kelas VI SD Negeri 42
Kota Lubuklinggau dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Hal
ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pada setiap tindakan. Rata-rata nilai pratindakan sebesar
66,38 pada siklus I rata-rata nilai yang di dapat meningkat menjadi 71,90. Sedangkan hasil
rata-rata pada siklus II meningkat lagi menjadi 77,24. Keterampilan menulis Surat resmi dari
29 siswa pada pratindakan 9 siswa (31%) yang tuntas kemudian pada siklus I meningkat
menjadi 13 siswa (60%), pada siklus II meningkat menjadi 25 siswa (86%).
DAFTAR PUSTAKA
Atar Semi. (2008). Terampil Membuat Buku Harian Dan Surat Pribadi. Bandung:
Titian Ilmu.
Atar Semi. (2008). Terampil Menulis Surat. Bandung: Titian Ilmu
Darmiyati Zuchdi & Budiasih. (1996). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Kelas Rendah: Depdikbud.
Deni Koswara & Halimah. (2008). Bagaimana Menjadi Guru Kreatif. Bandung:
PT.Pribumi Mekar.
Tim Redaksi KBBI Edisi Ketiga. (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka