Anda di halaman 1dari 32

KARYA ILMIAH

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI


DENGAN PENDEKATAN CONTEKSTUAL TEACHING & LEARNING
PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 42 LUBUKLINGGAU

DISUSUN OLEH

SEPTI VILLIYANI
NIM. 835872639

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-UT PALEMBANG
POKJAR LUBUKLINGGAU
TAHUN 2017
ABSTRAK

Septi Villiyani, 2017. Laporan Perbaikan Pembelajaran ini berjudul peningkatan


keterampilan menulis surat resmi dengan pendekatan contekstual teaching and
learning pada siswa kelas VI SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau". Masalah dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah " Nilai rata-rata keterampilan menulis
Surat resmi siswa masih rendah, dapat dibuktikan berdasarkan nilai yang
mencapai KKM (skor 65) sebanyak 31%. Permasalahan tersebut timbul dari
proses pembelajaran menulis surat resmi pada kelas VI SD Negeri 42
Lubuklinggau yang selama ini terasa membosankan bagi siswa. Berdasarkan hasil
evaluasi, hasil belajar yang dicapai siswa tidak mencapai tingkat Kriteria
Ketuntasan yang ditetapkan yaitu 65 hanya mencapai 31% dari jumlah siswa 29
dan rata-rata nilai 66,38 ".Tujuan dalam penelitian ini adalah (1).Mendeskripsikan
peningkatan keterampilan menulis surat resmi pada siswa kelas IV SD Negeri
42 Kota Lubuklinggau dengan menggunakan pendekatan Contekstual Teaching
and Learning (CTL). (2). Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran
keterampilan menulis surat resmi pada siswa kelas IV SD Negeri 42 Kota
Lubuklinggau dengan menggunakan pendekatan Contekstual Teaching and
Learning (CTL). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diawali dengan data pratindakan dan dua
kali pelaksanaan siklus penelitian. pendekatan contekstual teaching and learning
pada siswa kelas VI SD Negeri 42 Lubuklinggau dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
nilai pada setiap tindakan. Rata-rata nilai pratindakan sebesar 66,38, pada siklus I
rata-rata nilai meningkat menjadi 71,90. Sedangkan hasil rata-rata pada siklus II
meningkat lagi menjadi 77,24. Keterampilan menulis surat resmi dari 29 siswa
pada pratindakan 9 siswa (31%) yang tuntas kemudian pada siklus I meningkat
menjadi 13 siswa (60%), pada siklus II meningkat menjadi 25 siswa (86%). Ini
dapat dilihat secara klasikal terjadi peningkatan sebesar 10,86% dari pratindakan
ke siklus II.Hal ini sudah melebihi kriteria ketuntasan secara klasikal.

Kata kunci : Contekstual Teaching and Learning,Surat Resmi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU Guru
dan Dosen No.14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1). Berdasarkan hal tersebut seorang guru harus
dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik.Tujuan pendidikan akan tercapai apabila
tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan proses kegiatan belajar mengajar berjalan
dengan lancar. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai seorang pendidik
adalah kompetensi pedagogik. Di sini guru hendaknya mampu menguasai dan merancang
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa sebagai peserta didiknya. Guru harus dapat
mengelola pembelajaran dengan baik sehingga siswa akan lebih mudah memahami dan
menerima pelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan hendaknya dapat melibatkan anak secara aktif,
sehingga mereka dapat berkembang dengan optimal. Pembelajaran hendaknya dirancang
dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Anak usia Sekolah Dasar menurut Piaget termasuk dalam tahap operasional
konkrit, dimana anak belum bisa untuk berpikir secara abstrak. Tugas guru adalah
merancang pembelajaran yang mudah ditangkap dan nyata bagi siswa. Guru yang kreatif
adalah guru yang dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sarana pembelajaran
siswa (Darmodjo, 1992). Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak mengikat para
pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara
nonresmi, santai, dan bebas. Yang dipentingkan dalam pergaulan antarwarga adalah
makna yang disampaikan. Pemakai bahasa Indonesia dalam konteks bahasa nasional
dapat dengan bebas menggunakan ujarannya baik secara lisan, tulis, maupun lewat
kinestetiknya (Suyatno, 2004:6-7) Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan
bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan salah satunya agar peserta didik
memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Meskipun zaman sudah modern, pergaulan dan
komunikasi masyarakat makin mudah dilakukan baik melalui media seluler ataupun
internet, namun komunikasi tulis (melalui surat) tidak lepas dalam kehidupan kita sehari-hari.
Salah satu materi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas IV adalah tentang
menulis surat. Standar Kompetensi yang tertuang dalam KTSP adalah mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk,
cerita, dan surat. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah menulis surat untuk teman
sebaya tentang pengalaman atau cita-cita dengan bahasa yang baik dan benar dan
memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma dll). Untuk itu
siswa dituntut untuk menguasai indikator dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia
berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dan berlaku saat ini.
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, pembelajaran menulis surat yang
dilakukan di SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau cenderung menggunakan pendekatan tekstual.
Materi ajar dilakukan masih berdasarkan buku pegangan guru dan siswa. Proses
pembelajaran berlangsung satu arah (Teacher Centered). Siswa kurang terlibat aktif dalam
pembelajaran. Dan berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan, siswa merasa kesulitan
dalam memahami materi pelajaran Bahasa Indonesia dan kurang termotivasi dalam belajar.
Terlebih dalam menulis surat, kami mengamati para siswa masih banyak yang belum
memahami bahasa surat. Mereka beranggapan bahwa bahasa surat sama dengan bahasa
lisan yang dapat langsung terjadi pada saat itu. Selain itu, siswa mengalami kesulitan dalam
menuangkan pikiran, perasaan, dan pengalaman mereka dalam bahasa surat karena
mereka hanya sebatas berimajinasi dan tidak mengalaminya secara langsung. Menurut Elin
Rosaline (1998:3-7), terdapat dua kutub pembelajaran saat ini, yaitu behaviorisme dan
konstruktivisme. Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur pengetahuan siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu berasal dari luar, tapi dikonstruksi
oleh dan dari dalam diri seseorang. Hal inilah yang kemudian melandasi pembelajaran
kontekstual (Contekstual Teaching Learning/CTL). Pembelajaran dengan model CTL pada
dasarnya mendorong siswa agar bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses
pengamatan dan pengalaman (Elin Rosaline, 1998:3-7). Siswa akan lebih mudah
memahami materi pelajaran apabila mereka mengalaminya langsung dalam kehidupan
sehari-hari. Materi pelajaran yang diperolehnya di sekolah dapat langsung diterapkan di
lingkungannya. Pengalaman yang dilakukannya akan lebih bermakna daripada teori-teori
yang ada. Siswa juga akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang akan bertahan
lebih lama karena mereka mengalami langsung dan terlibat aktif dalam pembelajaran
dibandingkan dengan pembelajaran dengan metode ceramah (konvensional). Keterampilan
menulis surat dapat diasah dan ditingkatkan dengan penerapan pendekatan Contekstual
Teaching Learning (CTL). Pendekatan CTL ini dapat meningkatkan pemahaman dan
keterampilan siswa dalam menulis surat karena siswa dapat mengalami dan menerapkan
langsung materi yang sedang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan
pengalaman langsung yang dilakukan oleh siswa, maka siswa akan merasa bahwa pelajaran
ini penting dalam hidup mereka dan termotivasi untuk melakukannya. Siswa bisa
mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalamannya sendiri.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas VI SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau
khususnya pada pembelajaran Bahasa Indonesia, maka masalah yang dihadapi adalah
sebagai berikut :
a. Pembelajaran menulis surat yang dilakukan di SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau
cenderung menggunakan pendekatan tekstual
b. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran;
c. Siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran;
d. Siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan pikiran, perasaan, dan pengalaman
mereka dalam bahasa surat karena mereka hanya sebatas berimajinasi dan tidak
mengalaminya secara langsung.
e. Minimnya pengetahuan guru dalam penerapan model pembelajaran atau monoton
sehingga tidak membangkitkan minat belajar siswa.
2. Analisis Masalah
Guru sebagai fasilitator dan memegang kendali bagi siswa yang sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran di kelas. Proses belajar mengajar yang menyenangkan dapat
membangkitkan kegembiraan, menjadi modal utama dalam menciptakan pemahaman
siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal seorang guru dengan kemampuan
profesionalnya harus mampu menciptakan suasana belajar yang menimbulkan minat
belajar dan daya tarik terhadap materi yang diajarkan. Daya tarik yang timbul dapat
menciptakan motivasi bagi setiap siswa. penggunaan metode dapat meningkatkan hasil
belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan pribadi, menumbuhkan sikap
menerima kekurangan diri dan orang lain, serta meningkatkan harga diri. Selain itu dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan
mengintergrasikan pengetahuan dengan keterampilan yang diiringi oleh bakat yang
terpendam dalam diri siswa.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Pemilihan model yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus
dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat
mencapai hasil yang maksimal. model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu
pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaanya Slavin (2010). Sedangkan menurut (Trianto, 2011) Model pembelajaran
yang baik digunakan sebagai acuan perencanaan dalam pembelajaran di kelas ataupun
tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang diajarkan. Terlihat bahwa rendahnya tingkat kemampuan dan keterampilan siswa
tersebut, dikarenakan minimnya minat belajar siswa, maka peneliti menggunakan model
pembelajaran (CTL) contekstual teaching and learning. Dengan kata lain, kita akan
memiliki pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan
pembentukannya dalam diri kita. Uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan
perbaikan pembelajaran dengan judul "Peningkatan keterampilan menulis surat resmi
Dengan pendekatan contekstual teaching and learning pada siswa kelas VI SD Negeri 42
Kota Lubuklinggau.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis surat resmipada siswa kelas IV SD
Negeri 42 Kota Lubuklinggau yang diajar menggunakan pendekatan Contekstual
Teaching and Learning (CTL)?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan
Contekstual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas IV SD Negeri 42 Kota
Lubuklinggau?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis surat resmi pada siswa kelas IV SD
Negeri 42 Kota Lubuklinggau dengan menggunakan pendekatan Contekstual Teaching
and Learning (CTL).
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis surat resmi pada
siswa kelas IV SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau dengan menggunakan pendekatan
Contekstual Teaching and Learning (CTL)
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat dalam pendidikan secara langsung maupun tidak
langsung. Manfaatnya antara lain :
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan referensi atau pendukung penelitian yang selanjutnya.
b. Untuk menambah pengembangan ilmu mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya
penulisan surat resmi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Guru dapat memilih media dan metode yang cocok untuk meningkatkan
keterampilan dalam penulisan surat resmi.
2) Mendapatkan referensi baru untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia.
b. Bagi Siswa
1) Meningkatkan kreativitas siswa.
2) Meningkatkan motivasi belajar siswa
3) Meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan mutu proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
penulisan surat resmi khususnya pada SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau.
2) Menambah metode pembelajaran bahasa Indonesia khususnya penulisan surat resmi

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Keterampilan Menulis
Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa tersebut diperoleh secara berurutan dan
bertahap. Keterampilan menulis merupakan keterampilan tertinggi yang diperoleh seseorang
setelah dapat membaca.
1. Pengertian menulis
Pengertian Keterampilan Menulis Menulis merupakan sebuah kegiatan
menuangkan pikiran,gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam
bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan
dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dengan
berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan
gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca
(ImronRosidi, 2009). Khaerudin Kurniawan berpendapat bahwa menulis adalah
sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan
sesuatu yang disebut tulisan. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat,
merekam, meyakinkan, melaporkan menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca.
Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar
yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara
tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada
pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat
(McCrimmon, 1967:122 dalam tulisan Khaerudin Kurniawan). Menurut Sabarti
Akhadiah (1991:64) memiliki kemampuan menulis memungkinkan manusia
mengkomunikasikan ide, penghayatan, dan pengalaman ke berbagai pihak, terlepas dari
ikatan waktu dan tempat. Kemampuan menulis seperti juga halnya kemampuan
berbahasa yang lain, dapat dimiliki melalui latihan dan bimbingan yang intensif.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan berbahasa adalah kecakapan
berbahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Sedangkan, menulis
adalah (1) membuat huruf (angka dsb.) dengan pena (pensil, kapur, dsb.), (2)
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.
Kegiatan menulis sebenarnya adalah suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini
berarti bahwa kegiatan menulis dilakukan secara bertahap, meliputi tahap
prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Ketiganya merupakan tahapan yang
berbeda.
Menulis (Tarigan, 1982:3-4) merupakan suatu keterampilan berbahasa
yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap
mula dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
efektif. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan
harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Menurut Sujanto (1988:56-
60) keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
menjadi tujuan setiap pengajaran bahasa di sekolah. Dalam hubungannya dengan
kemampuan berbahasa, kegiatan menulis akan mempertajam kepekaan terhadap
kesalahan-kesalahan baik ejaan, struktur maupun pemilihan kosakata.
2. Tujuan Menulis
Keterampilan menulis itu hak semua orang dan dapat dipelajari. Keterampilan
menulis merupakan suatu proses pertumbuhan melalui banyak latihan, tidak cukup
hanya mempelajari tatabahasa dan teori-teori penulisan menurut Imron memaparkan
bahwa tulisan yang baik harus disesuaikan dengan berbagai situasi. Situasi yang
dimaksud meliputi Tujuan menulis (perubahan yang diharapkan terjadi pada diri
pembaca).
Tujuan menulis adanya perubahan yang diharapkan terjadi pada diri Pembaca (1)
Keadaan dan tingkat kemampuan pembaca (kelompok usia,terpelajar/ tidak terpelajar).
(2) Keadaan yang terlibat dalam penulisan (waktu, tempat, kejadian atau peristiwa,
masalah, dsb). Hasil sebuah penelitian di Amerika yang dilakukan oleh seorang
psikolog yaitu Dr.Pennebaker menemukan berbagai manfaat menulis
a) Menulis dapat menjernihkan pikiran
b) Menulis dapat mengatasi trauma
c) Menulis membantu mendapatkan dan menggingat informasi
d) Menulis membantu memecahkan masalah
e) Menulis membantu ketika kita harus menulis
Dari apa yang telah disebutkan di atas, banyak sekali manfaat menulis bagi kita. Satu
kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa dengan menulis otak kita terus diasah dalam
hal kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa disekitar kita, melatih kejelian dalam melihat
sebuah peristiwa yang mungkin biasa terjadi, mampu berpikir logis, menemukan
hubungan sebab-akibat, serta mampu melihat pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa
sehari-hari.

B. Hakikat Surat
1. Pengertian Surat
Surat adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak
kepada pihak lain. Fungsinya mencakup lima hal: sarana pemberitahuan, permintaan,
buah pikiran, dan gagasan, alat bukti tertulis, alat pengingat, bukti historis, dan pedoman
kerja. Pada umumnya, dibutuhkan perangko dan amplop sebagai alat ganti bayar jasa
pengiriman. Semakin jauh tujuan pengiriman surat maka nilai yang tercantum di
perangko harus semakin besar juga. Surat sebagai suatu sarana komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain.
Dengan lebih jelasnya, Surat adalah alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan pesan
kepada pihak lain yang memiliki persyaratan khusus yaitu penggunaan kertas,
penggunaan model bentuk, penggunaan kode dan notasi, pemakaian bahasa yang khas
serta pencantuman tanda tangan. (Agus Sugiarto, 2005:2). Surat adalah suatu alat
penyampaian informasi atau keterangan-keterangan (keputusan, pernyataan,
pemberitahuan, permintaan, dan sebagainya) secara tertulis dari satu pihak kepada pihak
lainnya.Surat pribadi adalah surat yang isinya menyangkut masalah pribadi yang
dikirim oleh seseorang kepada anggota keluarga, teman sejawat, atau orang yang telah
dikenal baik secara pribadi. Surat dinas (resmi) adalah surat yang menyangkut
kedinasan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti jawatan, kantor, organisasi,
dan dikirimkan kepada siapa saja, baik perorangan maupun kantor, organisasi, atau
jawatan lainnya. Sedangkan, Surat niaga (dagang) adalah surat yang menyangkut
perdagangan atau perniagaan (bisnis).
2. Bagian-Bagian Surat
Surat terdiri dari beberapa bagian surat. Tiap bagian mempunyai peranannya sendiri.
Dijelaskan oleh Fajar M (2009:27-39) bagianbagian surat, terutama surat resmi yakni
sebagai berikut.
a. Kepala surat yang menunjukkan identitas suatu lembaga atau
organisasi.
b. Tempat dan tanggal surat. Berguna sebagai pedoman pengarsipan
Surat secara kronologis (menurut urutan waktu kejadian).
c. Nomor surat.
d. Lampiran. Lampiran sebagai petunjuk tentang dokumen yang disertakan bersama
surat bersangkutan
e. Hal surat yang berisikan pokok-pokok isi surat yang ingin ditunjukkan oleh
pembuat surat.
f. Alamat surat.
g. Salam pembuka. Salam pembuka adalah kalimat pendahuluan atau kalimat pembuka
yang menyatakan penghormatan di awal surat.
h. Pembuka surat atau paragraf pembuka, yaitu paragraf pendahuluan
i. Sebelum masuk ke dalam paragraf inti atau pokok permasalahan yang hendak
disampaikan dan bersifat basa-basi.
j. Isi surat. Isi surat adalah hal atau masalah pokok dari surat. Inti surat ini dapat
terdiri dari beberapa paragraf. Isi surat diusahakan jelas, mudah dipahami, sopan dan
tidak berbelit-belit.
k. Penutup surat. Penutup surat adalah paragraf yang tidak lagi mengandung hal-
hal pokok. Berfungsi sebagai akhir pembicaraan yang mengandung harapan,
penegasan, dan pernyataan lain berkenaan dengan adat sopan santun.
l. Salam penutup yan dituliskan cukup dengan mengucapkan syukur atau memberikan
penghormatan penutup.
m. Tanda tangan dan nama terang.
n. Tembusan yang berfungsi untuk memudahkan pemeriksaan kalau ada pihak lain
berkepentingan atau yang ada kaitannya dengan surat tersebut.

C. Keterampilan Menulis Surat Resmi


Surat resmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik perseorangan, instansi,
maupun organisasi. Misalnya, undangan, surat edaran, dan surat pemberitahuan. Surat resmi
adalah segala komunikasi tertuilis yang menyangkut kepentingan tugas dan kegiatan dinas
instansi. Surat resmi mencangkup pemberitahuan, permintaan, perintah, penjelasan, pendapat,
dari suatu instansi kepada instansi lain dan dari instansi kepada perorangan atau sebaliknya.
Surat resmi hanya dibuat oleh instansi pemerintah dan dapat dikirimkan kepada pihak yang
berhubungan dengan instansi tersebut Berdasarkan deskripsi singkat tentang pengertian surat
resmi diperoleh gambaran bahwa surat resmi adalah surat yang dibuat oleh suatu instansi
kepada instansi lain yang menyangkut kepentingan tugas baik kepentingan perseorangan
maupun instansi tertentu.
1. Ciri-Ciri Surat Resmi
Ciri-ciri surat resmi tersebut adalah (a) Menggunakan korp surat apabila dikeluarkan
organisasi. (b) Ada nomor surat, lampiran, dan perihal.(c) Menggunakan salam pembuka
dan penutup yang lazim.(d) Penggunaan ragam bahasa resmi.(e) Menyertakan cap atau
stempel dari lembaga resmi.(f) Ada aturan format baku.
2. Bagian-Bagian Surat Resmi
Dalam surat menyurat seringkali kita jumpai berbagai macam variasi pemakaian bagian-
bagian surat sebagai kelengkapan surat, perlu juga dibicarakan masing-masing bagian surat
tersebut. Bagian-bagian surat menurut Sudarsa (1992: 9) menjelaskan bagian-bagian surat
resmi sebagai berikut :
a.Kepala Surat
Djuharie (2001: 40) menjelaskan Bahwa kepala surat adalah bagian surat yang paling
atas dan berfungsi untuk memudahkan penerima surat untuk mengetahui nama dan
alamat kantor instansi atau organisasai yang mengirim surat. Kepala surat juga
berfungsi untuk menunjukkan keresmian sebuah surat. Untuk pembuatan kepala surat
itu sendiri disusun dengan menarik atau memikat, tidak boleh terlalu kecil atau terlalu
besar. Kepala surat yang lengkap terdiri dari nama instansi, alamat lengkap, nomor
telepon, nomor kotak pos, alamat kantor, dan lambang atau logo.
b.Pembuka Surat
Pembuka surat terdiri dari tanggal surat, nomor surat, lampiran, hal atau perihal, alamat
surat, dan penulisan salam.
c. Isi Surat
Secara garis besar isi surat terdiri dari tiga bagian yaitu paragraf pembuka berisi
gambaran isi surat yang akan diberitahukan, paragraf isi berisi hal yang perlu
disampaikan kepada suatu instansi, dan paragraf penutup merupaka simpulan dan kunci
isi surat.
d. Nama Pengirim
Nama pengirim surat ditulis dibawah tanda tangan di bawah salam penutup. Tanda
tangan diperlukan sebagai keabsahan surat resmi.
e. Tembusan Surat
Kata tembusan ditulis dengan huruf awal huruf kapital (Tembusan) diletakkan di
sebelah kiri pada bagian kaki surat, lurus dengan bagian nomor dan hal, serta sejajar
dengan nama pengirim surat. Tulisan tembusan diikuti tanda titik dua tanpa digaris
bawahi.
f. Inisial
Inisial (sandi) ditempatkan pada bagian paling bawah sebelah kiri di bawah tembusan
(kalau ada). Inisial merupakan tanda pengenal yang berupa singkatan nama pengonsep
dan pengetik surat. Inisial berguna untuk keperluan selingkung pengirim surat untuk
mengetahui siapa pengonsep dan pengetik surat.

D. Tinjauan tentang Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL)


1. Hakikat CTL
Chaedar Alwasilah (Elaine B. Johnson, 2009:19) berpendapat bahwa untuk memahami
hubungan teori dan implementasinya dalam dunia pendidikan, ada empat konsep kunci
yang saling terkait, yaitu :
a. teaching, yaitu refleksi sistem kepribadian sang guru yang bertindak
secara profesional
b. learning, yaitu refleksi sistem kepribadian siswa yang menunjukkan
perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan.
c. instruction, yaitu sistem sosial tempat berlangsungnya mengajar dan
belajar.
d. curriculum, yaitu sistem sosial yang berujung pada sebuah rencana
untuk pengajaran.

Lili Nurlaili (Najib Sulhan, 2010:72) pembelajaran kontekstual merupakan model


pelajaran yang menggabungkan materi pelajaran dengan pengalaman langsung sehari-
hari siswa, masyarakat, dan pekerjaan di lingkungannya. Pembelajaran kontekstual
hampir sama denagn life skill yang sudah dikenal selama ini. Model CTL secara
konkret melibatkan kegiatan secara hands on and minds on, yaitu pembelajaran
yang secara langsung dialami dan diingat siswa. Dalam materi pembelajaran
kontekstual materi disampaikan dalam konteks yang sesuai dengan lingkungannya dan
bermakna bagi siswa. Elaine B. Johnson (2009:19), hakikat CTL dapat diringkas menjadi
tiga kata, yaitu makna, bermakna, dan dibermaknakan. Setiap materi yang disajikan
memiliki makna dengan kualitas yang beragam. Makna yang berkualitas adalah
makna kontekstual, yakni dengan menghubungkan materi ajar dengan lingkungan
personal dan sosial. Kontekstual antara lain berarti teralami oleh siswa. Seperti yang
dikatakan filsuf terkenal, Alfred North Whitehead (Elaine B. Johnson, 2009:37), si
anak harus menjadikannya (ide-ide tersebut) milik mereka, dan harus mengerti
penerapannya dalam situasi kehidupan nyata mereka pada saat yang sama
(Whitehead 1967 ). pembelajaran dan pengajaran kontekstual meminta para siswa
melakukan hal itu. Karena CTL mengajak para siswa membuat hubungan-hubungan
yang mengungkapkan makna, CTL memiliki potensi untuk membuat para siswa
berminat untuk belajar, dan, seperti yang dikatakan Whitehead, Tidak akan ada
perkembangan mental tanpa adanya minat. Minat adalah dasar dari perhatian dan
pemahaman (Whitehead, 1967).Elaine B. Johnson (2009: 57-59), CTL adalah sebuah
sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna.
CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan
makan dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-
hari siswa. Konteks biasanya disamakan dengan lingkungan, yaitu dunia luar yang
dikomunikasikan melalui pancaindera, ruang yang kita gunakan setiap hari. Yatim Riyanto
(2009:161) Pendekatan kontekstual (Contekstual Teaching and Learning/ CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Diharapkan bagi siswa nantinya akan menjadi pembelajaran yang lebih
bermakna. Proses belajar akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami. Tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya,
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi siswa. Siswa diharapkan belajar melalui mengalami, bukan
menghafal Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan di atas dapat kita tarik sebuah
kesimpulan bahwa Pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning) adalah
sebuah pembalajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara aktif, dapat
menemukan hubungan materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata serta
dapat menerapkannya.
2. Komponen CTL
Elaine B. Johnson (2009: 65), sistem CTL mencakup delapan komponen sebagai berikut.
a) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna.
b) Melakukan pekerjaan yang berarti.
c) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri.
d) Bekerja sama.
e) Berpikir kritis dan kreatif.
f) Membuat individu untuk tumbuh dan berkembang.
g) Mencapai standar yang tinggi.
h) Menggunakan penilaian autentik.
CTL melibatkan para siswa untuk mencari makna konteks itu sendiri. Penilaian
autentik memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendapatkan umpan bailik
dengan cara menghubungkan isi pelajaran dengan lingkungannya sendiri.
Sedangkan menurut Zahorik (Yatim Riyanto, 2009:167) ada lima elemen
yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual
a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
b) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan
c) cara mempelajari secara keseluruhan dahulu, kemudian memperhatikan detailnya.
d) Pemahaman pengtahuan (understanding knowledge), yaitu
e) dengan cara menyusun hipotesis dan melakukan sharing kepada orang lain agar
mendapat tanggapan validasi atas dasar tanggapan itu, direvisi dan dikembangkan.
f)Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
g) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut.
3. Prinsip CTL
Menurut Elaine B. Johnson (2009:68-85) terdapat tiga prinsip ilmiah dalam CTL, yaitu
sebagai berikut :
a.Prinsip Kesaling-bergantungan
Prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan
mereka dengan pendidik yang lainnya, dengan siswa-siswa mereka, dengan masyarakat,
dan dengan bumi. Prinsip itu meminta mereka membangun hubungan dalam semua
yang mereka lakukan. Dengan bekerja sama, para siswa terbantu dalam menemukan
persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Bekerja sama
akan membantu mereka mengetahui bahwa saling mendengarkan akan menuntun
pada keberhasilan.
b. Prinsip Deferensiasi
Komponen pembelajaran dan pengajaran kontekstual yang mencakup pembelajaran
praktik aktif dan langsung (hands-on) misalnya, menantang siswa untuk mencipta.
Pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa juga ikut mendukung ajakan prinsip
deferensiasi untuk menuju keunikan. Hal itu membebaskan para siswa untuk
menjelajahi bakat pribadi mereka, memunculkan cara belajar mereka sendiri,
berkembang dengan langkah mereka sendiri.
c.Prinsip Pengaturan Diri
Prinsip pengaturan diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa untuk
mendorong setiap siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Sasaran utama CTL
adalah menolong para siswa mencapai keunggulan akademik, memperoleh
keterampilan karier, dan mengembangkan karakter dengan cara menghubungkan
tugas sekolah dengan pengalaman serta pengetahuan pribadinya.
E. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
CTL dapat diterapkan dalam kurikukulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Penerapannya dalam kelas cukup mudah, secara garis besar
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Kembangkan pikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk menemukan topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi ai akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai cara.
Menurut Udin Syaefudin (2010:172-174) memaparkan bahwa tahapan model kontekstual
ada empat tahap, yaitu: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindakan :
a. Tahap invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep
yang dibahas. Guru dapat memancing dengan memberikan pertanyaan problematik
tentang fenomena kehidupan seharihari sesuai dengan konsep yang dibahas.
b. Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep
melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan
yang telah dirancang guru. Tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa
tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.
c. Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan solusi yang didasarkan
pada hasil observasi ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan
gagasan, membuat model, membuat rangkuman, dan ringkasan.
d. Tahap pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan, menggunakan
keputusan, menggunakan pengetahuan, dan keterampilan, berbagi informasi dan gagasan,
mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun
kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

F. Karakteristik Pembelajaran Berbasis CTL


1. Kerja sama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan, tidak membosankan
4. Belajar dengan gairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Sharing dengan teman
9. Siswa kritis guru kreatif
10. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar,
dan lain-lain.
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil kerja siswa, laporan hasil
praktikum, karangan siswa, dan lain-lain
G. Kerangka Pikir
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, untuk memperjelas arah yang
dimaksud dari penelitian ini maka dapat disusun
kerangka pemikiran sebagai berikut. Selama ini masih banyak guru yang
mendesain siswa untuk menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru.
Seakan-akan guru sebagai sumber utama pembelajaran. Umumnya metode
yang digunakan adalah metode tekstual dan ceramah (konvensional) sehingga
proses pembelajaran tidak mengaktifkan siswa. Pengalaman belajar siswakurang
diperhatikan sehingga proses pembelajaran tidak dapat ditangkap siswa secara optimal.
Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa tersebut diperoleh secara berurutan dan
bertahap. Keterampilan menulis merupakan keterampilan tertinggi yang diperoleh
seseorang setelah dapat membaca. Keterampilan menulis dapat diartikan sebagai
kecakapan dalam menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan
dalam bahasa tulis dengan tujuan untuk menyampaikan informasi atau berita dari penulis
kepada pembaca. Keterampilan menulis, khususnya menulis surat dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia di kelas VI merupakan materi yang baru bagi siswa. Di kelas sebelumnya,
siswa belum pernah mendapatkan materi tentang aturan dan tata cara menulis surat.
Dikorelasikan dalam kehidupan sehari-hari, siswa sudah jarang menggunakan media surat
sebagai salah satu alat komunikasi. Hal ini dikarenakan sudah adanya kemajuan di bidang
telekomunikasi. Untuk dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam
materi menulis surat, guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan
sesuai dengan karakteristik anak pada tahap operasional konkret. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang dapat melibatkan
siswa menemukan materi yang dipelajarinya dan dapat menghubungkan dengan situasi
kehidupan nyata sehingga siswa dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Pendekatan pembelajaran ini dipilih peneliti karena dengan Pendekatan
Contekstual Teaching & Learning (CTL) siswa dapat menghubungkan kemampuan yang
diharapkan pada suatu mata pelajaran dengan pekerjaan atau kehidupan sehari-hari mereka
sehingga mereka semakin akrab dekat dengan lingkungannya. Selain itu, siswa akan
memiliki kemampuan untuk selalu berusaha mencari dan menemukan sendiri serta
membuktikannya. Manfaat yang lain adalah siswa akan mampu untuk menguasai suatu
konsep yang abstrak melalui pengalaman belajar yang konkret. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer ilmu
pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa dapat menemukan pengetahuan dengan aktivitas
yang bersifat dunia nyata. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah kelompok yang bekerja sama
untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru datang dari
menemukan diri sendiri bukan apa kata guru.

H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dari kerangka berpikir di atas, peneliti mengajukan suatu hipotesis yaitu
melalui pendekatan pembelajaran Contekstual Teaching dan Learning dapat ditingkatkan
keterampilan menulis surat pada siswa kelas IV SDN SD Negeri 42 Lubuklinggau.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang membantu


1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 42 Lubuklinggau dengan waktu
pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini, prasiklus pada tanggal 05 April 2017, siklus I pada
tanggal 13 April 2017, dan siklus II pada tanggal 20 April 2017. Mata Pelajaran yang di
teliti yaitu Bahasa Indonesia dengan materi Penulisan Surat Resmi. Dengan observer terdiri
dari supervisor 1 dan supervisor 2.
2. Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa kelas VI SD Negeri 42 Lubuklinggau adalah sebagai berikut :
a. Jumlah siswa perempuan sebanyak 12 siswa dan laki-laki sebanyak 17
siswa
b. Usia siswa berkisar antara 10-12 tahun, dimana siswa dengan usia
tersebut cenderung untuk bermain.
c. Dalam proses belajar mengajar pada umumnya siswa cenderung kurang
aktif dan kreatif.
d. Dalam mengaktualisasikan pola pikir siswa masih berfokus pada buku
teks dan hasil kerja yang ditampilkan guru.
e. Kurang percaya diri dalam mengekspresikan diri dalam menulis Surat
Resmi.
f. Anak dari berbagai faktor ekonomi dan lingkungan

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas model mahasiswa sebagai peneliti, yang bertujuan untuk
meningkatkan pembelajaran di kelas, dimana peneliti terlibat secara penuh
dalam perencanaan, aksi (tindakan), dan refleksi. Peneliti mencari sendiri
problem dan memecahkan permasalahan pembelajaran sendiri yang ada di kelas VI SD
Negeri 42 Lubuklinggau. Namun, dalam pelaksanaannya peneliti berkolaborasi dengan
guru kelas senior yang paralel kelas VI B. Dalam penelitian ini menggunakan model siklus
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart pada tahun 1988 dari Deakin
University Australia. Berikut ini adalah gambar model yang dipakai dalam penelitian ini.
Gambar 1.
Alur Pelaksanaan dalam Penelitian Tindakan Kelas
Model Kemmis dan Mc.Taggart

Berdasarkan gambar di atas, terdapat empat kegiatan. Siklus penelitian


tindakan kelas yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Pra Siklus
a. Plan ( Perencanaan)
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
perencanaan tindakan. Perencanaan ini meliputi beberapa kegiatan, yaitu :
a) Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SD Negeri 42 Lubuklinggau untuk
melaksanakan penelitian.
b) Mengidentifikasikan permasalahan awal yang terjadi di kelas VI pada saat
pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.
c) Mencari penyebab masalah dan menganalisnya
d) Merancang solusi pemecahan masalah.
e) Upaya pemecahan masalah ini dilakukan dengan merancang kegiatan
pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning
guna meningkatkan keterampilan menulis surat resmi di kelas VI SD Negeri 42
Kota Lubuklinggau.
f) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tentang materi Menulis Surat
dengan pendekatan kontekstual.
g) Menentukan indikator ketercapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran
menulis surat.
h) Menyiapkan berbagai sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran menulis surat;
i) Menyiapkan berbagai media pembelajaran yang diperlukan dalam
pembelajaran menulis surat;
j) Menyusun format observasi dalam kegiatan pembelajaran.
k) Menyusun instrumen penelitian
b. Act ( Perlakuan)
Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan
yang telah dibuat dan dalam pelaksanaanya bersifat fleksibel dan terbuka
terhadap perubahan-perubahan yang memungkinkan untuk diubah.
a) Melakukan pretes dengan tes kognitif untuk mengukur konsepsi awal siswa
tentang pemahaman dan kemampuannya.
b) Guru memberikan informasi awal tentang materi yang akan dipelajari dan
tujuan yang akan dicapai.
c) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat.
d) Guru membimbing siswa melakukan kegiatan belajar mengajar materi
keterampilan menulis surat dengan pendekatan CTL.
c. Observe ( Pengamatan)
Observasi dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung
berpedoman pada lembar observasi yang telah disediakan peneliti. Observasi
dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa saat pembelajaran dan mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa
2. Siklus I
a. Plan ( Perencanaan)
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
perencanaan tindakan. Perencanaan ini meliputi beberapa kegiatan, yaitu :
a) Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SD Negeri 42 Lubuklinggau untuk
melaksanakan penelitian.
b) Mengidentifikasikan permasalahan awal yang terjadi di kelas VI pada saat
pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.
c) Mencari penyebab masalah dan menganalisnya
d) Merancang solusi pemecahan masalah.
e) Upaya pemecahan masalah ini dilakukan dengan merancang kegiatan
pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning
guna meningkatkan keterampilan menulis surat resmi di kelas VI SD Negeri 42
Kota Lubuklinggau.
f) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tentang materi Menulis Surat
dengan pendekatan kontekstual.
g) Menentukan indikator ketercapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran
menulis surat.
h) Menyiapkan berbagai sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran menulis surat;
i) Menyiapkan berbagai media pembelajaran yang diperlukan dalam
pembelajaran menulis surat;
j) Menyusun format observasi dalam kegiatan pembelajaran.
k) Menyusun instrumen penelitian
b. Act ( Perlakuan)
Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan
yang telah dibuat dan dalam pelaksanaanya bersifat fleksibel dan terbuka
terhadap perubahan-perubahan yang memungkinkan untuk diubah.
a) Melakukan pretes dengan tes kognitif untuk mengukur konsepsi awal siswa
tentang pemahaman dan kemampuannya.
b) Guru memberikan informasi awal tentang materi yang akan dipelajari dan
tujuan yang akan dicapai.
c) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat.
d) Guru membimbing siswa melakukan kegiatan belajar mengajar materi
keterampilan menulis surat dengan pendekatan CTL.
c. Observe ( Pengamatan)
Observasi dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung
berpedoman pada lembar observasi yang telah disediakan peneliti. Observasi
dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa saat pembelajaran dan mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa.
3. Siklus II
a. Plan ( Perencanaan)
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
perencanaan tindakan. Perencanaan ini meliputi beberapa kegiatan, yaitu :
a) Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SD Negeri 42 Lubuklinggau untuk
melaksanakan penelitian.
b) Mengidentifikasikan permasalahan awal yang terjadi di kelas VI pada saat
pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.
c) Mencari penyebab masalah dan menganalisnya
d) Merancang solusi pemecahan masalah.
e) Upaya pemecahan masalah ini dilakukan dengan merancang kegiatan
pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning
guna meningkatkan keterampilan menulis surat resmi di kelas VI SD Negeri 42
Kota Lubuklinggau.
f) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tentang materi Menulis Surat
dengan pendekatan kontekstual.
g) Menentukan indikator ketercapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran
menulis surat.
h) Menyiapkan berbagai sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran menulis surat;
i) Menyiapkan berbagai media pembelajaran yang diperlukan dalam
pembelajaran menulis surat;
j) Menyusun format observasi dalam kegiatan pembelajaran.
k) Menyusun instrumen penelitian
b. Act ( Perlakuan)
Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan
yang telah dibuat dan dalam pelaksanaanya bersifat fleksibel dan terbuka
terhadap perubahan-perubahan yang memungkinkan untuk diubah.
a) Melakukan pretes dengan tes kognitif untuk mengukur konsepsi awal siswa
tentang pemahaman dan kemampuannya.
b) Guru memberikan informasi awal tentang materi yang akan dipelajari dan
tujuan yang akan dicapai.
c) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat.
d) Guru membimbing siswa melakukan kegiatan belajar mengajar materi
keterampilan menulis surat dengan pendekatan CTL.
c. Observe ( Pengamatan)
Observasi dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung
berpedoman pada lembar observasi yang telah disediakan peneliti. Observasi
dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa saat pembelajaran dan mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa.
C. Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari hasil observasi, tes awal dan tes akhir akan dianalisis
dengan cara:
1. Membandingkan nilai tes awal sebelum pelaksanaan siklus satu maka nilai pratindakan
dibandingkan dengan hasil akhir siklus I dan siklus II kemudian nilai-nilai tes tersebut
dihitung persentase dan nilai rata-rata, lalu dimunculkan dalam bentuk tabel, berdasarkan
uji hipotesis dalam penelitian ini adalah siswa telah tuntas belajar apabila:
a. Secara individu, bila siswa sudah mencapai nilai 65 telah menguasai materi pelajaran.
b. Secara klasikal, bila kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai daya serap
atau nilai 65 persentase siswa yang telah tuntas belajar dapat dihitung dengan rumus:
T
X = x 100% (Depdikbud, 1997:37)
M
2. Untuk memperoleh persentase dari hasil tindakan masing-masing siklus, peneliti
menggunakan rumus
R2 R1
X = x 100% (Depdikbud, 1997:37)
R1
Penetapan indikator keberhasilan ini berpedoman pada kriteria belajar tuntas yang
dikemukan Depdikbud (1995:32) yaitu secara individu siswa memperoleh nilai 65 dan
secara klasikal yang memperoleh nilai 65 mencapai 85%, berarti belajar telah tuntas.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas,
proses penelitian direncanakan dalam dua siklus dan tindakan kelas,masing-masing langkah
dalam siklus terdiri dari (a) Planning (perencanaan), (b) Acting (tindakan), (c) Observing
(Observasi) dan (d) Reflecting (umpanbalik). Setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan.
Setiap siklus diadakan penyempurnaan tindakan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus
sebelumnya, sehingga diperoleh hasil yang optimal.
1. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan tindakan, tepatnya pada hari Rabu, tanggal 05 April 2017,
peneliti mengadakan pertemuan awal dengan Kepala
Sekolah dan Guru Kelas VI B SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau. Pertemuan ini
bertujuan untuk mendapatkan pengarahan dan konsultasi dari Kepala Sekolah dan Guru
kelas VIB tentang rencana penelitian yang akan dilakukan di kelas VIA. Hal ini
dimaksudkan agar peneliti dapat menentukan persiapan,langkah-langkah, dan
perbaikan yang harus dilaksanakan untuk membelajarkan Bahasa Indonesia terutama
pada pokok bahasan keterampilan menulis surat resmi secara baik pada siswa kelas
VAI. Disamping itu peneliti juga mewancarai siswa tentang bagaimana
tanggapannya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia yang berlangsung selama ini
untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang akan berlangsung di kelas VIA
tersebut. Berdasarkan pertemuan awal dan hasil wawancara, diketahui bahwa
pembelajaran Bahasa Indonesia belum secara maksimal memanfaatkan lingkungan
sekitar dalam proses pembelajaran.
Kemandirian dan praktek siswa masih belum optimal. Pihak sekolah juga
menyadari bahwa alat peraga untuk pelajaran Bahasa Indonesia masih minim.
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan kontekstual ini terus
dikembangkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh informasi bahwa pembelajaran
Bahasa Indonesia yang berlangsung terkesan monoton. Mereka mengungkapkan bahwa
pelajaran Bahassa Indonesia cenderung banyak menulis. Oleh karena itu, mereka
menyatakan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia yang
berlangsung di kelas saat itu peneliti telah melakukan tes pratindakan, yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal dan pemahaman siswa akan menulis surat
dapat dilihat pada Tabel 1. Persentase Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Surat pada
Kondisi Awal.
Tuntas Persen Belum Tuntas Persen Nilai Rata-Rata
9 31% 20 69% 66,38

Dari tes pratindakan, didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa beranggapan
menulis surat disini adalah surat yang berisi undangan ulang tahun yang ditujukan
untuk temannya. Sistematika penulisan suratpun masih belum diperhatikan oleh siswa.
Siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, yaitu 70,00 terlihat masih banyak.
Dari 29 siswa hanya 31% atau 9 siswa saja yang mencapai KKM, sedangkan 20 siswa
belum tuntas. Nilai ratarata kelas yang diperoleh sebesar 66,38.
Gambar 2.
Rekapitulasi Nilai Siswa Pra Siklus
2. Kondisi Hasil Siklus I
Siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan (3 x 35 menit) yaitu pada tanggal 13 April 2017 di
kelas VI SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau.
a. Tahap Perencanaan
Pada tindakan pertama ini peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan
penerapan Contekstual Teaching And Learning. Hal ini diterapkan sebagai langkah awal
untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menentukan keterampilan menulis surat
resmi. Selanjutnya siswa diberikan latihan untuk melihat hasil penerapan pembelajaran
dengan pendekatan Contekstual Teaching And Learning.
b. Hasil Pelaksanaan Siklus I
Hasil pembelajaran pada siklus I ini belum mewujudkan keaktifan
sebagaimana yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya hasil penilaian terhadap keterampilan
menulis puisi dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2
Rekapitulasi Nilai Hasil Siklus I
Tuntas Persen Belum Tuntas Persen Nilai Rata-Rata
16 55% 13 45% 71,90

Berdasarkan hasil nilai tindakan siklus I (terlampir) dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat
nilai lebih dari 65 (tuntas) dalam tes ini sebanyak 16 siswa (55%) dan yang nilainya kurang
dari 65 (belum tuntas) adalah 13 siswa (45%). Nilai yang tertinggi adalah 81 dan yang
terendah adalah 50. Rata-rata nilai secara keseluruhan sebesar 68,13. Jadi secara deskriptif
dapat dikatakan bahwa siklus I siswa belum termasuk kategori tuntas, karena belum
mencapai ketuntasan klasikal 65 sebesar 85%.Berikut kami sajikan rekapitulasi nilai Siklus I
pada gambar 3.
Namun terjadi peningkatan belajar siswa dari Pra Siklus ke siklus I, hal ini terlihat pada
nilai rata-rata Pra Siklus sebesar 66,38 sedangkan pada nilai rata-rata siklus I sebesar
71,90 berarti terjadi peningkatan sebesar 5,52. Pada Pra Siklus ketuntasan belajar siswa
sebanyak 9 siswa (31%) dan pada siklus I siswa yang tuntas berjumlah 16 orang (55%).
Inipun dapat dilihat terjadi peningkatan yang signifikan dari Pra Siklus ke siklus I sebesar
24%. Walaupun hasil akhir siklus I mengalami peningkatan tindakan siklus I perlu
ditingkatkan.
c. Hasil Pengamatan
Pelaksanaan siklus I penelitian ini diamati oleh 1 orang pengamat yaitu Ibu
Mariama, S.Pd.,SD, sebagai Supervisor II atau penilai. Walaupun dalam proses
pembelajaran yang dilakukan peneliti masih memiliki kelemahan, terutama pada
penggunaan waktu dan pendekatan yang digunakan. Waktu menjadi kurang efisien karena
ketika menjelaskan penulisan surat resmi, metode yang digunakan kurang efektif karena
kurang sosialisasi, sehingga waktu banyak terbuang ketika siswa belum memahami
pendekatan Pendekatan Contekstual Teaching And Learning. Selain itu, pada awal proses
pembelajaran guru tidak menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran
sehingga pada awal pembelajaran siswa tidak tahu atau bingung apa yang harus dipelajari.
Selain itu penggunaan alat peraga belum tampak, kesalahan ini akan diperbaiki. Komentar
dan saran yang disampaikan para observer akan dijadikan bahan refleksi dan diterapkan
pada siklus berikutnya.
d. Refleksi
Setelah dilaksanakan siklus I, peneliti memperoleh saran-saran dan temuan-temuan
tersebut ditindaklanjuti dan langsung ditempatkan pada pelaksanaan siklus II. Sesuai
dengan saran-saran atau hasil pengamatan seperti dikemukan oleh para observer dalam
siklus I, hal yang perlu diperbaiki, penggunaan alat peraga, pemanfaatan waktu yang
efisien, penyampaian materi yang lebih sistematis, pemberian motivasi kepada siswa
dalam peningkatan keterampilan penulisan menulis Surat Resmi.
3. Kondisi Hasil Siklus II
Siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan (3 x 35 menit) yaitu pada tanggal 20 April 2017 di
kelas VI SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau.
a. Tahap Perencanaan
Pada perbaikan siklus II ini peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan
penerapan Contekstual Teaching And Learning. Hal ini diterapkan sebagai langkah untuk
meningkatan kemampuan siswa dalam menentukan keterampilan menulis surat resmi.
Selanjutnya siswa diberikan latihan untuk melihat hasil penerapan pembelajaran dengan
pendekatan Contekstual Teaching And Learning.
b. Hasil Pelaksanaan Siklus II
Hasil pembelajaran pada siklus I ini belum mewujudkan keaktifan
sebagaimana yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya hasil penilaian terhadap keterampilan
menulis puisi dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3
Rekapitulasi Nilai Hasil Siklus II
Tuntas Persen Belum Tuntas Persen Nilai Rata-Rata
25 86% 4 14% 77,24

Berdasarkan hasil nilai tindakan siklus I (terlampir) dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat
nilai lebih dari 65 (tuntas) dalam tes ini sebanyak 25 siswa (86%) dan yang nilainya kurang
dari 65 (belum tuntas) adalah 4 siswa (14%). Nilai yang tertinggi adalah 90 dan yang
terendah adalah 65. Rata-rata nilai secara keseluruhan sebesar 77,24. Jadi secara deskriptif
dapat dikatakan bahwa siklus II siswa bisa dikategori tuntas, karena sudah mencapai
ketuntasan klasikal 65 sebesar 85%. Hasil ini menyimpulkan bahwa siklus II tidak
memerlukan lagi mengadakan perbaikan siklus berikutnya, kami sajikan rekapitulasi nilai
Siklus I pada gambar 4.

Namun terjadi peningkatan belajar siswa dari Pra Siklus ke siklus I, hal ini terlihat pada
nilai rata-rata Pra Siklus sebesar 66,38 sedangkan pada nilai rata-rata siklus I sebesar
71,90 berarti terjadi peningkatan sebesar 5,52. Pada siklus I dan pada siklus II siswa yang
tuntas berjumlah 25 orang (86%). Inipun dapat dilihat terjadi peningkatan yang signifikan
dari Pra Siklus ke siklus II sebesar 55%.
c. Hasil Pengamatan
Pelaksanaan siklus II penelitian ini diamati oleh 1 orang pengamat yaitu Ibu
Mariama, S.Pd.,SD, sebagai Supervisor II atau penilai. Walaupun dalam proses
pembelajaran yang dilakukan peneliti masih memiliki kelemahan, banyak siswa belum
memahami Pendekatan Contekstual Teaching And Learning. Komentar dan saran yang
disampaikan para observer akan dijadikan bahan refleksi dan diterapkan pada penelitian
atau perbaikan pembelajaran berikutnya.
d. Refleksi
Setelah dilaksanakan siklus II, peneliti memperoleh saran-saran. Sesuai dengan saran-
saran atau hasil pengamatan seperti dikemukan oleh para observer dalam siklus I, hal
yang perlu diperbaiki, pada penelitian atau perbaikan belajar berikutnya, agar
penyampaian materi yang lebih sistematis, pemberian motivasi kepada siswa dalam
peningkatan keterampilan penulisan menulis Surat Resmi.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Keterampilan menulis Surat Resmi setelah dengan Pendekatan Contekstual Teaching
And Learning. Hal ini terlihat pada aktifnya siswa dalam proses belajar, Walaupun masih ada
beberapa siswa yang masih pasif namun hal itu tidak mempengaruhi proses belajar siswa
karena beriringnya pelaksanaan siklus I dan siklus II beberapa siswa yang pasif tadi akhirnya
sedikit demi sedikit aktif.
Hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 42 Kota Lubuklinggau dalam meningkatkan
keterampilan menulis surat resmi dengan menggunakan Pendekatan Contekstual Teaching
And Learning mengalami peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar dan peningkatan
nilai rata-rata hasil tes, rekapitulasinya dapat dilihat di tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4
Perbandingan Keterampilan Menulis Surat Resmi
Ketuntasan Dalam Tindakan Penelitian
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai Hasil Tes
Frekuensi Persen Frekuensi Persen Frekuensi Persen
65 ke atas 9 orang 31% 13 orang 60% 25 orang 86%
65 ke bawah 20 orang 69% 16 orang 40% 4 orang 14 %
Jumlah 29 orang 100% 29 orang 100% 29 orang 100%
Nilai rata-rata 66,38 71,90 77,24

Nilai rata-rata hasil tes pada siklus I jika dibandingkan dengan hasil tes Pra Siklus
mengalami peningkatan Sedangkan siswa yang dinyatakan tuntas pada Pra Siklus sebanyak
9 orang (31%) dan pada siklus I meningkat menjadi 13 orang (60%), berarti peningkatan
siswa yang tutas dari pratindakan ke siklus pertama sebanyak 4 orang. Nilai rata-rata hasil tes
pada siklus kedua jika di bandingkan dengan siklus pertama juga mengalami peningkatan
yaitu sebesar 10,86 Sedangkan siswa yang tuntas dari 13 siswa pada siklus pertama
meningkat menjadi 25 siswa pada siklus kedua, berarti terjadi peningkatan dari siklus
pertama ke siklus kedua sebanyak 12 orang. Sedangkan peningkatan dari Pra Siklus ke
77,24 66,38
siklus II sebesar x 100% = 66,36%. Siswa yang tuntas pada Pra Siklus 9
66,38
orang setelah dilakukan siklus II menjadi 25 orang, berarti terjadi peningkatan dari Pra
Siklus ke siklus II sebanyak 16 orang. Peningkatan keterampilan menulis surat resmi sebesar
40% di atas memang tidak terlalu besar. Namun, hal tersebut menunjukkan bahwa
keterampilan menulis surat resmi persiklus mengalami peningkatan. Dengan demikian
Pendekatan Contekstual Teaching And Learning ini mampu meningkatkan keterampilan
menulis surat resmi pada siswa kelas VI SD Negeri 42 kota Lubuklinggau.

V. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Pendekatan Contekstual Teaching And Learning pada siswa kelas VI SD Negeri 42
Kota Lubuklinggau dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Hal
ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pada setiap tindakan. Rata-rata nilai pratindakan sebesar
66,38 pada siklus I rata-rata nilai yang di dapat meningkat menjadi 71,90. Sedangkan hasil
rata-rata pada siklus II meningkat lagi menjadi 77,24. Keterampilan menulis Surat resmi dari
29 siswa pada pratindakan 9 siswa (31%) yang tuntas kemudian pada siklus I meningkat
menjadi 13 siswa (60%), pada siklus II meningkat menjadi 25 siswa (86%).

B. Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan
saran-saran sebagai berikut :
1. Siswa, diharapkan supaya lebih aktif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di
kelas melalui latihan,berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok serta membiasakan
diri untuk saling membantu.
2. Guru, diharapkan supaya menerapkan Pendekatan Contekstual Teaching And Learning
pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan memperhatikan materi yang diajarkan.
3. Sekolah, diharapkan dapat memotivasi guru agar menerapkan Pendekatan Contekstual
Teaching And Learning khususnya umumnya model pembelajaran lain umumnya yang
sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru.

DAFTAR PUSTAKA

Atar Semi. (2008). Terampil Membuat Buku Harian Dan Surat Pribadi. Bandung:
Titian Ilmu.
Atar Semi. (2008). Terampil Menulis Surat. Bandung: Titian Ilmu

Darmiyati Zuchdi & Budiasih. (1996). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Kelas Rendah: Depdikbud.

Deni Koswara & Halimah. (2008). Bagaimana Menjadi Guru Kreatif. Bandung:
PT.Pribumi Mekar.

Elaine B.Johnson,PH.D. (2009). Contextual Teaching &Learning: Menjadikan


Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung:
MLC

Elin Rosalin. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung:


PT.Karsa Mandiri Persada
Fajar M.N. (2009). Terampil Menulis Surat. Bandung: Puri Delco

Henry Guntur Tarigan. (1982). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Mohammad Asrori. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana


Prima

Najib Sulhan,M.A. (2010). Pembangunan Karakter Pada Anak :Manajemen


Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif. Surabaya: SIC

Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Rosda

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. (2000). Pedoman Umum Ejaan yang


Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Rochiati Wiraatmadja. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:


Rosda

Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, & Sakura H. Ridwan. (1988).


Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Sabarti Akhadian, dkk. (1991). Bahasa Indonesia II. Jakarta: Depdikbud
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan

Sabarti Akhadian, dkk. (1991). Bahasa Indonesia III. Jakarta: Depdikbud


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan

Sri Esti Wuryani Djiwandono. (2006). Psikologi Pendidikan. rev.ed. Jakarta:


Grasindo.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


rev.ed. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, & Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. .


Jakarta: Bumi Aksara

Sujanto.MS. (1988). Keterampilan Berbahasa Membaca Menulis Berbicara


untuk Matakuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: FKIP-Uncen
Jayapura.

Sumadi Suryabrata. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Sumiati dan Asra,M.Ed. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV.Wacana


Prima

Suroso. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Grasindo

Suyatno. (2004). Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC

Tim Redaksi KBBI Edisi Ketiga. (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka

Udin Syaefudin Saud,Ph.D. (2010). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai