A. Pengertian Bronchopneumonia
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 : 572)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang
tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau
membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan
oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus
dan meluas ke parenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer,2003).
Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi
kapasitas dan fungsi paru meliputi:
1. Peningkatan diameter anteroposterior dada
2. Kolaps osteoporotik vertebrae yang mengakibatkan kifosis (peningkatan
kurvatura konveks tulang belakang).
3. Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta.
4. Penurunan efisiensi otot pernapasan.
5. Peningkatan rigiditas paru.
6. Penurunan luas permukaan alveoli.
E. Patofisiologi
Peoses terjadinya bronkobronkopneumonia dimuli dari berhasilnya kuman
pathogen masuk ke mukus jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biakdi
saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem
transport mukosila tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat
sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan
akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk, Mikroorganisme
berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal.pengisian cairan
alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran
organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah
paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah
kapiler (price & wilson, 2005)
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas
paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compiliance
dan menimbulkan atelektasis serta alveoli. Sebagian menimbulkan tambahan
proses bronchopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi ekulasi partial pada
bronchi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena
yang menuju atrium kiri banyak yang idak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampaihipotalamus,
maka suhu tubuh akan meningkat dan meningkatkan kecepatan metabolisme.
Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan
takikardia, tekanan darah menurun sebagai akhir dari vasodilatasi.
F. Manifestasi Klinis
Bronkhopneumonia secara khas diawali dengan menggigil, demam yang timbul
dengan cepat (39,5 -40,5c), sakit kepala, gelisah, melaise, nafsu makan berkurang
dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk. Gejala umum infeksi salurean
pernafasan bawah berupa bauk, espektori sputum, dengan tachipnea sangat jelas
(25-25x/menit) disertai dengan pernafasan mendengkur, pernafasan cuping hidung
dan penggunaan pernafasan otot-otot aksesori, sputum hijau dan purulen,
disphnea dan sianosis. Dan pasien yang ,mengalami tanda brondhopnneumonia
berupa retraksi yaitu perkusi pekak fremitus melemah, suran nafas melemah,
ronchi dan wheezing (Mansjoer, 2007)
1. Stadium bronchopneumonia
Terdapat empat stadium anatomik dari bronchopneumonia lobaris berbagai atas :
a. Stadium kongesti, terdiri dari poliferasi cepat dari bakteri dengan
peningkatan vaskularisasi dan eksudasi yang serius. Sehingga lobus yang
terkena akan berat, merah penuh dengan cairan. Rongga alveolra
mengandung cairan edema yang berprotein, neutrifl yang menyebar dan
banyak bakteri. Susunuan alveolar masih tampak.
b. Stadium Hepatisasi merah terjadi oleh karena rongga udara udara di
penuhi dengan eksudat veibrinosuporatif yang berakibat konsolidasi
kongestif ynag menyerupai hepar pada jaringan paru. Benang-benang
fibrin dapat mengalir dari suatu alveolus melalui pori-pori yang
berdekatan.
c. Stadium Hepatisasi kelabu (konsulidai) melibatkan desintegrasi progresif
dari leukosit bersamaan dengan penumpukan terus-menerus dari fibrin
diantara alvooli.
d. Stadium akhir yaitu resolusi, megikuti kasus-ksus tanpa komplikasi.
Eksudat yag mengalami konsolidasi diantara rongga alveoli dicerna
secara enzimatis yang di serap kembali atau yang dibersihakan oleh
batuk. Parenkim paru kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah
sampai pulih mencapai keadaan normal.
H. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dari bronchopnumonia menurut ngastiah 2005 dan
perhimpunan dokter paru Indonesia 2009, yaitu: epiema, otitis media akut,
atelektasis, emfesima, meningitis, efusi pleura, abses paru, pneumotorax, gagal
nafas dan sepsis.
I. Pathway
Terlampir.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pasien baik sebai individu, keluarga maupun masyarakat
(Nursalam, 2010).
B. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2010).
1. Biodata
Mencakup identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, no.medrek, Ds.medis, tanggal masuk, dan tanggal
pengkajian.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : biasanya keluhan utama yang membuat orang tua pasien
membawa anaknya ke Rs adalah sesak nafas
b. Keluhan yang menyertai : keluhan lain yang biasanya menyertai keluhan
utama adalah susu tubuh, abtuk dan kejang-kejangkarena demam yang
tinggi. Selain itu pasien juga mengalami muntah dan diare
c. Riwayat kesehatan dahulu :
d. Riwatyat kehamilan/ persalinan: penaykit bronchopneumonia tidak di
penagrruhi ooleh adanay gangguan atau kelainan pada kehamilan/
persalinan
e. Riwayat tumbang : USIA 0-3 bulan yaitu belajar mengangkat kepala
sambil berbaring, tengkurap, belajar mngikuti objek dengan matanya,
meliha ke wajah orang dan tersenyum, bereaksi terhadap sumber suara/
bunyi, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman pendengarang
dan kontak. Menahan baranag yang di pegangnya, bereakis dengsn
mengoceh duduk dengsn bantuan
f. Riwayat keluarga :Biasanya dalam keluarga pasien, ada anggota keluarga
yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
g. Rriwyat sosial : siapa yang merawat anak dan hubungan nya dengan
anak sangat mempengaruhi terjaidnya bronchopneumonoia
h. Riwayat kesehatan lingkungan : anak yany tinggal di rumah yang kecil /
sempit dan penghuninya banayk dengan salah satu penghuninya telah
terinfeksi oleh bakteri pneumonia lebih mudah untuk terserang/
terinffeksi sampai terjadinya bronchopneumonia sumber air minum,
pembuangan sampah dan air kotor juga bisa mmepengaruhi terjadinya
brnchopneumonia yang bisa dibawa oleh bakteri
3. Kebutuhan Dasar
a. Pola nafas : pasien dengan bronchopneumonia mengalami pernafasan
sempit dan dangkal, pernafasan cuping hidung dengan irama ireguler.
b. Pola makan : pasien sering tidak mau makan ataupun minum karena
batuk dan sesak, bahkan sampai dimuntahkan kembali makanan yang di
masukkan
c. Pola eliminasi : biasanya pola eliminasi pasien terganggu kerana adanay
pola makan, intake yang berkurang dan pasien biasanya bisa diare
d. Pola istirahat dan tidur : pasien sering tidak bisa tidur dengan nyenyak
karean apabial sesak nafas atau batuk, pasien terbiasa terbangun.
e. Pola aktivitas : biasanya tergantung pada tahap perkembangannya,
mislnya bermain dengan warna-warna terang, kontak mata dengan pasien
brnchopneumonia, kurang bereaktifitas
f. Pola kebersihan diri : untuk pemenuhan kebersiahn diri pasien, biasanya
dilakukan oleh orang tuanya dan dibantu oleh perawat
4. Pemeriksaan penunjang
a. Foto thorax bronchopneumonia terdapat bercak infiltras pada satu atau
beberapa lobus. Jika pada pneumonialobaris terlihat adanya konsultasi
pada satu atau beberapa lobus.
b. Pemereiksaan laboratorium : gambaran darah teoi mneunjukkan dapat
mencapai 10.000-40.000mm3 dengan peregerseran lobus. Kuman
penyeab dabat dibiak dari usapan tenggorok, dan mungkin juga darah.
Urin biasanya berwarna lebih tuan, mungkin meliputi albuminuria ringan
karena suhu yang naik dan sedikit toraknialin. Analisis gas adarah arteri
dapat menunjukkan osidisis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2
5. Klasifikasi Data
Pasien dengan bronkchopneumonia biasanya ditemukan data-data sebagai
berikut :
a. Data Subyektif :
1) Orang tua mengatakan bahwa anaknya sesak, nafas batuk
2) Orang tua mengatakan bahwa anaknya muntah saat makan
3) Orang tua mengatakan bahwa anaknya sulit tidur kalau batauk dan
sesak
4) Orang tua mengatakan megerti denga proses penyakit anaknya
5) Orang tua mengatakan belum tahu cara perawatan bagi anaknya
b. Data Obyektif :
1) Keadaan umum : tampak lemah
2) Suhu tubuh meningkat
3) Sesak nafas
4) Tampak gelisah
5) Peernafasan cepat dangkal
6) Pernafasan cupping hidung
7) Dispnea
8) Takikardia
9) Batuk produktif
10) Rochiredup pada perkusi
11) Sianosis di sekitar mulut dan hidung
12) Bibir kering
13) Muntah
14) Sulit tidur
15) Sering menangis
16) Gerakan bola mata tegang
17) Konjungtiva anemis
18) Orag tua tampak cemas
19) Orang tua bertanya tentang proses penyakit anaknya
20) Orang tua bertanya tentang perawatan anaknya