Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR BRONCHOPNEUMONIA

A. Pengertian Bronchopneumonia
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 : 572)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang
tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau
membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan
oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus
dan meluas ke parenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer,2003).
Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi
kapasitas dan fungsi paru meliputi:
1. Peningkatan diameter anteroposterior dada
2. Kolaps osteoporotik vertebrae yang mengakibatkan kifosis (peningkatan
kurvatura konveks tulang belakang).
3. Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta.
4. Penurunan efisiensi otot pernapasan.
5. Peningkatan rigiditas paru.
6. Penurunan luas permukaan alveoli.

Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan


oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
B. Anatomi Fisiologi System pernafasan
Sistem saluran pernafasan saluran pertukaran gas yaitu oksigen yang di butuhkan
tubuh untuk metabolisme sel dan karondioksida yang di hasilkan dari
metabolisme tersebut (erlie, 2008). Struktur sistem pernafasan tubuh terdiri dari 3
bagian yaitu saluran pernafasan bagian atas saluran pernafasan bagian bawah, dan
organ-organ (Santoso, 2007)

Gambar 1 : Saluran Pernafasan tubuh manusia


1. Saluran Pernafasan Bagian atas
Menurut Santoso (2007), saluran pernafasan bagian atas merupkan sutau saluran
terbuka yang memungkinkan udar atmosfer yang masuk melalui hidung, mulut
dan bronkus hingga ke alveoli. Saluran pernfasan atas terdiri dari :
a. Rongga hidung berfungsi sebagai tempat masuknya udara pertama kali.
Udara yang m asuk tersebut di rongga hidung akan mengalami proses
penghangatan, pelembapan, dan penyaringan segala kotoran.
b. Faring merupakan persipangan anatar 2 saluran, yaitu rongga hidung ke
tenggoroka (saluran pernafasan/ nasoaring) pada bagian depan dan
rongga mulut ke kerongkongan (saluran penvernaan /orofaring)pada
bagian belakang. Faring berfungsi menyediakan saluran bagi udara yang
keluar masuk dan juga sebagai jalan makanan dan minuman yang ditelan,
faring juga menyediakan ruang dengung (resonansi ) untuk suaran
percakapan.
c. Laring merupakan bagian belakang faring pangakal tenggorork,
yaituterdapat pita suara da katup tenggorokan. Fungsi utama laring
adalah memproduksi suara, laring juga berfungsi secara pasif mencegah
partikel makanan masuk kedalam sistem pernapasan atau trakea denga
bertindak sebagai penghalng.
d. Batang tenggorok (trakea) merupakan dinding tenggotokan yang
mengubungkan laring ke bronkus dan memungkinkan udara untuk
melewati leher dan menuju ke dada. Fungsi utama trakea adalah untuk
menyediakan salura nafas yan jelas untuk udara dan keluar dari paru-
paru.
Gambar 2 : saluran pernafasan atas

C. Saluran Pernafasan Bagian Bawah


Menurut Santoso (2007), saluran pernafasan bagian bawah merupakan saluran
peghubung antara saluran pernafasan atas dengan organ paru. Saluran pernafasan
bagian bawah terdiri dari :
1. Bronkus merupakan ujung bawah trakea yang terbagi menjadi dua cabang utama
yang membentuk bronkus kiri dan bronkus kanan. Fungsi brokus adalah
untuk melayani sebagai konduktor udara antar atmosfer dan lokasi pertukara
gas serta menghilangkan partikel asing dari sistem pernafasan.
2. Bronkeolus merupakan tabung yang ditemukan di ujung jaringan trakeo bronkial.
Bronkelous memliki diameter yang lebih kecil dari pada bronkus. Prinsip
bronkeolus adalah menyebarkan udara dari bronkus menuu ke alveolus.
3. Alveolus merupakan kantog udara yang berukuran sangat kecil dan merupakan
akhir dari bronkeolus sehingga memungkinkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Fiungsi utam dari alveolus adalah sebagai tempat pertukaran
oksigen dan karbondikosida antara pulmomer dan alveoli
4. Paru-paru (Pulmo)
Menurut Santoso (2007), paru-paru terletak di rongga dada bagian atas, dibagian
samping dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian
yaitu :
a. Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra
superior, lobus media, dan lobus interior.
b. Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.
Antara lobus satu dengn lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pemulihan darah getah bening dan syaraf, dalam tiap-tiap lobules,
didalam lobules, bronkelolus ini bercabang-cabang, banyak sekali,
cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Letak paru-paru di rongga
dada datarnya menghadap ketenganh rongga dada atau cavum
mediastinum. Pada bagian tengah tengkuk paru-paru atau hilus pada
mediatinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput
yang dinamakan pleura (Santoso 2007).

Gambar 3 : Saluran Pernafasan bagian bawah


D. Etiologi
Smelizer dan Bare (2008) menyebutkan beberapa penyebab bronchopneumonia
adala bakteri, virus, mikroplasma, jamur, da protozoa. Bronchopneumonia juga
dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan muntah atau inhalasi kimia, merokok
dan gas. Bakteri penyebab bronchopneumonia meliputi:
1. Bakteri gram positif
a. Streptococus bronchopneumonia (bisanya disertai influenza dan meningkat pada
penderita PPOM dan penggunaan alkohol)..
b. Stapyhlococus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan
infeksi nasokomial).
2. Bakteri gram negativ
a. Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan
menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
b. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infiksi luka, luka bakar,
trakeostomi, dan infeksi saluran kemih).
c. Klebseila bronkopneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
d. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi ole karena gangguan kesadaran
,gangguan menelan)
e. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit
kronis).

E. Patofisiologi
Peoses terjadinya bronkobronkopneumonia dimuli dari berhasilnya kuman
pathogen masuk ke mukus jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biakdi
saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem
transport mukosila tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat
sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan
akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk, Mikroorganisme
berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal.pengisian cairan
alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran
organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah
paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah
kapiler (price & wilson, 2005)

Gambar 4 : Menunjukkan gambaran perbedaan alveoli normal dan alveoli


pada bronchopneumonia

Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas
paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compiliance
dan menimbulkan atelektasis serta alveoli. Sebagian menimbulkan tambahan
proses bronchopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi ekulasi partial pada
bronchi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena
yang menuju atrium kiri banyak yang idak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampaihipotalamus,
maka suhu tubuh akan meningkat dan meningkatkan kecepatan metabolisme.
Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan
takikardia, tekanan darah menurun sebagai akhir dari vasodilatasi.

F. Manifestasi Klinis
Bronkhopneumonia secara khas diawali dengan menggigil, demam yang timbul
dengan cepat (39,5 -40,5c), sakit kepala, gelisah, melaise, nafsu makan berkurang
dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk. Gejala umum infeksi salurean
pernafasan bawah berupa bauk, espektori sputum, dengan tachipnea sangat jelas
(25-25x/menit) disertai dengan pernafasan mendengkur, pernafasan cuping hidung
dan penggunaan pernafasan otot-otot aksesori, sputum hijau dan purulen,
disphnea dan sianosis. Dan pasien yang ,mengalami tanda brondhopnneumonia
berupa retraksi yaitu perkusi pekak fremitus melemah, suran nafas melemah,
ronchi dan wheezing (Mansjoer, 2007)
1. Stadium bronchopneumonia
Terdapat empat stadium anatomik dari bronchopneumonia lobaris berbagai atas :
a. Stadium kongesti, terdiri dari poliferasi cepat dari bakteri dengan
peningkatan vaskularisasi dan eksudasi yang serius. Sehingga lobus yang
terkena akan berat, merah penuh dengan cairan. Rongga alveolra
mengandung cairan edema yang berprotein, neutrifl yang menyebar dan
banyak bakteri. Susunuan alveolar masih tampak.
b. Stadium Hepatisasi merah terjadi oleh karena rongga udara udara di
penuhi dengan eksudat veibrinosuporatif yang berakibat konsolidasi
kongestif ynag menyerupai hepar pada jaringan paru. Benang-benang
fibrin dapat mengalir dari suatu alveolus melalui pori-pori yang
berdekatan.
c. Stadium Hepatisasi kelabu (konsulidai) melibatkan desintegrasi progresif
dari leukosit bersamaan dengan penumpukan terus-menerus dari fibrin
diantara alvooli.
d. Stadium akhir yaitu resolusi, megikuti kasus-ksus tanpa komplikasi.
Eksudat yag mengalami konsolidasi diantara rongga alveoli dicerna
secara enzimatis yang di serap kembali atau yang dibersihakan oleh
batuk. Parenkim paru kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah
sampai pulih mencapai keadaan normal.

G. Penatalaksanaan bronchopneumonia menurut Mansjoer 2007 dan ngastiah


Di bagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan keperawatan.
1. Penatalaksanaan medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi, karena
hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka diberikan:
a. Penicilin ditambah dengan cloramvenicol atau diberikan antibiotik yang
mempunyai spectrum luas seperti ampicilin. Pengobatan ini diteruskan
sampi bebas demam (1-5 hari).
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena.
c. Karena sebgaian besar pasien jatuh kedalam oksidasis metabolic akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisi gas adarh arteri
d. Pasien bronchopneumonia ringan tidak perlu dirawat di RS
2. Penatalaksanaan keperawatan dalam hala ini yang dilakukan adalah:
a. Mencegah kelancaran pernafasan
b. Klien bronchopneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis
kerna adanya radang paru dan banyaknya lendir didalm bronkus atau
paru. Agar klien dapat bernafas lancar lendir tersebut harus dikeluarkan
dan untuk memnuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan pemberian O2 21/
menit secara rumat.
c. Klein bronchoppneumonia adalah klien payah, suhu tubuh tinggi, sering
hipe pireksia maka klien cukup perlu istirahat, semua kebutuhan kliean
harus ditolong di temoa tidur. Usahakan pemebrian obat secara tepatt,
usahakan keadaan tenang dan nyaman agar apien dapat istirahat sebaik-
baiknya.
d. Kebutuhan nutrisi cairan pasien brionchopneumonia hampor selalu
mengalami asupan makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama
bebrapa hari dan masukan cairan yang kuarang dapar mnyebabkan
dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang
infus dengan caira glukosa 5% dan NaCl 0,9%.
e. Mengontrol suhu tubuh
f. pasien bronchopneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiper
pirekasia. Untuk itu maka harus di kontrol suhu tiap jam. Dan dilakukan
kompres serta obat-obatan satu jam setelah di kompres cek kembali
apakah suhu mengalami penurunan.

H. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dari bronchopnumonia menurut ngastiah 2005 dan
perhimpunan dokter paru Indonesia 2009, yaitu: epiema, otitis media akut,
atelektasis, emfesima, meningitis, efusi pleura, abses paru, pneumotorax, gagal
nafas dan sepsis.

I. Pathway
Terlampir.
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pasien baik sebai individu, keluarga maupun masyarakat
(Nursalam, 2010).

B. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2010).
1. Biodata
Mencakup identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, no.medrek, Ds.medis, tanggal masuk, dan tanggal
pengkajian.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : biasanya keluhan utama yang membuat orang tua pasien
membawa anaknya ke Rs adalah sesak nafas
b. Keluhan yang menyertai : keluhan lain yang biasanya menyertai keluhan
utama adalah susu tubuh, abtuk dan kejang-kejangkarena demam yang
tinggi. Selain itu pasien juga mengalami muntah dan diare
c. Riwayat kesehatan dahulu :
d. Riwatyat kehamilan/ persalinan: penaykit bronchopneumonia tidak di
penagrruhi ooleh adanay gangguan atau kelainan pada kehamilan/
persalinan
e. Riwayat tumbang : USIA 0-3 bulan yaitu belajar mengangkat kepala
sambil berbaring, tengkurap, belajar mngikuti objek dengan matanya,
meliha ke wajah orang dan tersenyum, bereaksi terhadap sumber suara/
bunyi, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman pendengarang
dan kontak. Menahan baranag yang di pegangnya, bereakis dengsn
mengoceh duduk dengsn bantuan
f. Riwayat keluarga :Biasanya dalam keluarga pasien, ada anggota keluarga
yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
g. Rriwyat sosial : siapa yang merawat anak dan hubungan nya dengan
anak sangat mempengaruhi terjaidnya bronchopneumonoia
h. Riwayat kesehatan lingkungan : anak yany tinggal di rumah yang kecil /
sempit dan penghuninya banayk dengan salah satu penghuninya telah
terinfeksi oleh bakteri pneumonia lebih mudah untuk terserang/
terinffeksi sampai terjadinya bronchopneumonia sumber air minum,
pembuangan sampah dan air kotor juga bisa mmepengaruhi terjadinya
brnchopneumonia yang bisa dibawa oleh bakteri
3. Kebutuhan Dasar
a. Pola nafas : pasien dengan bronchopneumonia mengalami pernafasan
sempit dan dangkal, pernafasan cuping hidung dengan irama ireguler.
b. Pola makan : pasien sering tidak mau makan ataupun minum karena
batuk dan sesak, bahkan sampai dimuntahkan kembali makanan yang di
masukkan
c. Pola eliminasi : biasanya pola eliminasi pasien terganggu kerana adanay
pola makan, intake yang berkurang dan pasien biasanya bisa diare
d. Pola istirahat dan tidur : pasien sering tidak bisa tidur dengan nyenyak
karean apabial sesak nafas atau batuk, pasien terbiasa terbangun.
e. Pola aktivitas : biasanya tergantung pada tahap perkembangannya,
mislnya bermain dengan warna-warna terang, kontak mata dengan pasien
brnchopneumonia, kurang bereaktifitas
f. Pola kebersihan diri : untuk pemenuhan kebersiahn diri pasien, biasanya
dilakukan oleh orang tuanya dan dibantu oleh perawat
4. Pemeriksaan penunjang
a. Foto thorax bronchopneumonia terdapat bercak infiltras pada satu atau
beberapa lobus. Jika pada pneumonialobaris terlihat adanya konsultasi
pada satu atau beberapa lobus.
b. Pemereiksaan laboratorium : gambaran darah teoi mneunjukkan dapat
mencapai 10.000-40.000mm3 dengan peregerseran lobus. Kuman
penyeab dabat dibiak dari usapan tenggorok, dan mungkin juga darah.
Urin biasanya berwarna lebih tuan, mungkin meliputi albuminuria ringan
karena suhu yang naik dan sedikit toraknialin. Analisis gas adarah arteri
dapat menunjukkan osidisis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2
5. Klasifikasi Data
Pasien dengan bronkchopneumonia biasanya ditemukan data-data sebagai
berikut :
a. Data Subyektif :
1) Orang tua mengatakan bahwa anaknya sesak, nafas batuk
2) Orang tua mengatakan bahwa anaknya muntah saat makan
3) Orang tua mengatakan bahwa anaknya sulit tidur kalau batauk dan
sesak
4) Orang tua mengatakan megerti denga proses penyakit anaknya
5) Orang tua mengatakan belum tahu cara perawatan bagi anaknya
b. Data Obyektif :
1) Keadaan umum : tampak lemah
2) Suhu tubuh meningkat
3) Sesak nafas
4) Tampak gelisah
5) Peernafasan cepat dangkal
6) Pernafasan cupping hidung
7) Dispnea
8) Takikardia
9) Batuk produktif
10) Rochiredup pada perkusi
11) Sianosis di sekitar mulut dan hidung
12) Bibir kering
13) Muntah
14) Sulit tidur
15) Sering menangis
16) Gerakan bola mata tegang
17) Konjungtiva anemis
18) Orag tua tampak cemas
19) Orang tua bertanya tentang proses penyakit anaknya
20) Orang tua bertanya tentang perawatan anaknya

C. Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil NOC INTERVENSI NIC
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan perawatan NIC: airway manajement
tidak efektif 3x24 jam klien dapat: Aktifitas:
berhubungan dengan 1. Mempertahankan kepatenan 1. Buka jalan nafas
sekresi bronkus jalan nafas. 2. Atur posisi yang
2. Mempertahankan ventilasi memungkinkan
berkurang ventilasi maximum
Dengan Indikator: 3. dengarkan suara
1.Tidak ada spasme nafa
2.Tidak ada cemas 4. Monitor dan
3.Tidak ada suara tambahan oksigenasi
4.RR normal 5. pantau kelembaban
5. Mampu bernafas dalam oksigenasi pasien
6.Ekspansi dan simetris 6. Kaji status
7.Tidakada retraksi dada pernafasan
8.Mudah bernafas 7. minta pasien
9.Tidak dyspnea tidur/duduk dengan
kepala fleksi, otot
bahu rileks dan lutut
menekuk
8. Anjurkan paien
nafas dalam dan
batuk efektif
9. Berikan terapi sesuai
program

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI NIC


NOC
Ketidakseimbanga NO Status nutrisi, setelah NIC: Eating disorder
n nutrisi kurang diberikan penjelasan dan manajemen
dari kebutuhan perawatan selama 4x 24 jam Aktifitas:
tubuh kebutuhan nutrisi ps terpenuhi 1. Tentukan kebutuhan
berhubungan dg: kalori harian
dengan Indikator: 2. Ajarkan klien dan
ketidakmampuan 1. Pemasukan nutrisi yang keluarga tentang
pemasukan b.d adekuat pentingnya nutrient
factor biologis. 2. Pasien mampu 3. Monitoring TTV dan
(Sesak nafas) menghabiskan diet yang nilai Laboratorium
dihidangkan 4. Monitor intake dan
3. Tidak ada tanda-tanda output
malnutrisi 5. Pertahankan kepatenan
4. Nilai laboratorim, protein pemberian nutrisi
total 8-8 gr%, Albumin 3.5-5.4 parenteral
gr%, Globulin 1.8-3.6 gr%, 6. Pertimbangkan nutrisi
HB tidak kurang dari 10 gr % enteral
Membran mukosa dan 7. Pantau adanya
konjungtiva tidak pucat Komplikasi GI
8. NIC: terapi gizi
9. Aktifitas:
10. Monitor masukan
makanan/ minuman
dan hitung kalori
harian secara tepat
11. Kaloborasi ahli gizi
12. Pastikan dapat diet
TKTP
13. Berikan perawatan
mulut
14. Pantau hasil
labioratoriun protein,
albumin, globulin, HB
15. Jauhkan benda-benda
yang tidak enak untuk
dipandang seperti
urinal, kotak drainase,
bebat dan pispot
16. Sajikan makanan
hangat dengan variasi
yang menarik

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI NIC


NOC
Kekurangan NOC: Hidrasi, keseimbangan Manajemen cairan
volume cairan b.d cairan adekuat, selama 1. Hitung kebutuhan cairan
kegagalan dilakukan tindakan harian klien
mekanisme keperawatan 5x24 jam 2. Pertahankan intake output
pengaturan atau keseimbangan cairan pasien tercatat secara adekuat
regulasi adekuat 3. Monitor status hidrasi
Indikator: 4. Monitor nilai laboratorium
1.Urine output 30ml/jam yang sesuai
2. TTV dalam batas normal 5. Monitor TTV
Turgor kulit baik, membran 6. Berikan cairan secara tetap
mukosa lembab, urine jernih 7. Tingkatkan masukan
peroral
8. Libatkan keluargadalam
membantu peningkatan
masukan cairan
9. Monitoring cairan
10. Pantau keadaan urine
11. Monitor nilai lab urine
12. Monitor membran
mukosa, turgor, dan tanda
haus
13. Monitor cairan per IV
line.
14. Pertahankan pemberian
terapi cairan peri infus.

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI NIC


NOC
Defisit perawatan NO Perawatan diri : (mandi, NIC: Membantu perawatan
diri : mandi, berpakaian), setelah diberi diri pasien
makan, toileting motivasi perawatan selama Aktifitas:
berhubungan 2x24 jam, ps mampu 1. Tempatkan alat-alat mandi
dengan kelemahan. melakukan mandi dan disamping TT ps
berpakaian sendiri dg: 2. Libatkan keluarga dan ps
Indikator: 3. Berikan bantuan selama ps
1. Tubuh bebas dari bau dan masih mampu mengerjakan
menjaga keutuhan kulit sendiri
Menjelaskan cara mandi dan
berpakaian secara aman NIC: ADL berpakaian
Aktifitas:
1. Informasikan pd ps dlm
memilih pakaian selama
perawatan.
2. Sediakan pakaian di
tempat yg mudah
dijangkau
3. Bantu berpakaian yg
sesuai
4. Jaga privcy pasien
5. Berikan pakaian pribadi
yg digemari dan sesuai

2.2.4 Rencana (Intervensi Keperawatan)


No Diagnosa Tujuan NOC Intervensi NIC
Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan a. Anjurkan keluarga untuk
nafas tidak tindak-an perawatan meningkatkan istirahat
efektif b.d selama 3 X 24 jam jalan b. Posisikan pasien untuk
obstrksi jalan nafas efektif, dengan memaksimalkan ventilasi
nafas : spasme kriteria : c. Auskultasi suara nafas,
jalan nafas a. Mendemontrasikan catat adanya suara
batuk efektif dan tambahan
suara nafas yang d. Berikan bronkodilator
bersih, tidak ada e. Atur intake untuk cairan
sianosis (mampu f. Jelaskan pada keluarga
mengeluarkan tentang kegunaan
sputum, mampu inhalasi.
bernafas dengan
mudah)
b. Menunjukan jalan
nafas yang paten
(tidak merasa
tercekik, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal)
c. Mampu
mengidentifikasi dan
mencegah factor
penyebab.

N Diagnosa Tujuan NOC Intervensi NIC


o Keperawata
n
2. Hipertermia Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh
b/d tindak-an perawatan sesering mungkin
peningkatan selama 2 X 24 jam suhu 2. Monitor nadi dan respirasi
metabolisme badan pasien dalam 3. Monitor suhu dan warna
batas normal, dengan kulit
kriteria : 4. Anjurkan keluarga untuk
- Suhu tubuh dalam meningkatkan intake cairan
batas normal (36,5C- dan nutrisi
37,5C) 5. Kompres pasien pada lipat
- Tidak ada sakit pusing paha dan aksila
Tidak ada 6. Berikan obat antipiretik
perubahan warna kulit
- Nadi, respirasi
dalam rentang normal
- Pasien menyatakan

Anda mungkin juga menyukai