Pengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulum
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
2. Kurikulum 1952
Setelah Rencana Pelajaran 1947 , pada tahun 1952 kurikulum
di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini,
pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran
dan Kebudayaan menerbitkan buku pedoman kurikulum SMA yang
lebih merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rencana
Pelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru
dalam kegiatan mengejar di SMA. Di dalamnya tercantum jenis-jenis
pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di
sekolah.2
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri kurikulum 1952 ini
1 Hidayat. Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Risdakarya, hal. 2
bahwa setap rencana pelajaran sehari-hari. Silabus mata
pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata
pelajaran.
3. Kurikulum 1964
Di penghujung era pemerintahan presiden Soekarno
menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana
Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa
pemerinah mempunyai keinginaan agar rakyat mendapat
penegetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SMA,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana.
Fokus kurikulum 1964 ini pada pengembangan
Pancawardhana, yaitu : Daya cipta, Rasa, Karsa, Karya, dan Moral.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi
yaitu ; moral, kecerdasan, emosional, keterampilan, dan jasmaniah.
Pendidikan Dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis.3
B. Kurikulum Orde Baru
1. Kurikulum 1968
Lahirnya kurikulum 1968 sebagai perubahan dari kurikulum
1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan
rezim orde lama ke pemerintahan rezim orde baru. 4
Kurikulum 1968 melakukan perubahan struktur kurikulum dari
Pancawardhana dan menekankan pendekatan organisasi mata
pelajaran menjadi kelompok pembinaan Jiwa Pancasila,
2 Hidayat. Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Risdakarya,
hal. 3
2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 disusun dengan berorientasi kepada tujuan
pendidikan.5 ini berarti bahwa segala bahan pelajaran dan kegiatan
belajar-mengajar dipilih, direncanakan, dan diorganisasikan sesuai
dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Dengan
pendekatan ini dimaksudkan agar segala kegiatan belajar-mengajar
dapat secara intensif dan efisien diarahkan bagi tercapainya tujuan
pendidikan.
Sebagai konsekuensi dari pendekatan yang berorientasi
kepada tujuan, kurikulum 1975 memandang situasi belajar-
mengajar sebagai suatu sistem yang meliputi komponen-komponen
tujuan pelajaran, bahan ajar , alat pelajaran, alat evaluasi dan
metode pengajaran.
Dengan cara memandang demikian setiap pengajar diajak
untuk menjadi perencana dari kegiatan belajar-mengajar di samping
sebagai pengelola, dan salah satu dari proses belajar itu sendiri.
Sebagai alat untuk melaksanakan pola pengembangan dan
pelaksanaan program pengajaran ini dianjurkan kepada setiap guru
untuk menggunakan Prosedur Pengembangan Sistem Intruksonal
( PSSI ) dalam menyusun satuan-satuan pelajaran.
5 Soemanto Wasty dan Soeyarno. 1983. Landasan Historis Pendidikan Indonesia.
Surabaya: Usaha Nasional, hal. 122
Sistem Penyajian dengan pendekatan PPSI ( Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional)
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-menagajar
merupakan suatu sistem yang senantiasa diarahkan pada
pencapaian tujuan. Sistem pembelajaran dengan pendekatan
sistem instruksional inilah yang merupakan pembaharuan dalam
sistem pengajaran di Indonesia.6 Sistem Penilaian dengan
melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran
atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan
dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan penilaian pada
akhir semester atau akhir tahun saja.
3. Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap
sudah tidak relevan lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
dan tuntutan ilmu pengetahuan . Dalam GBHN 1983 hasil sidang
umum MPR 1983 menyiratkan keputusan yang menghendaki
perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 kepada kurikulum 1984.
Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian
kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1984.
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum
1984 diantaranya sebagai betrikut:
a. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum
tertampung dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
b. Terdapat ketidakserasian terhadap kurikulum berbagai bidang
studi dengan kemampuan anak didik.
c. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan
pelaksanaannya dalam sekolah.
d. Terlalu padatnya pada kurikulum yang harus diajarkan hampir
disetiap jenjang.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983
antara kebutuhan dan perkembangan IPTEK terhadap kurilkulum
4. Kurikulum 1994
Pada tahun sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses
pembelajaran menekankan pada pola pembelajaran yang
berorientasi pada teori belajar mengajar, kurang memperhatikan
muatan pelajaran. Hal ini terjadi karena sesuai dengan suasana
pendidikan diLPTK (Lembaga Penidikan tenaga Kependidikan) yang
lebih mengutamakn teori tentang proses belajar mengajar.
Akibatnya pada saat itu dibentuklah tim Basic Science yang salah