Anda di halaman 1dari 4

Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis/cacing kremi)

1. Klasifikasi

Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Strongylida
Famili : Oxyuroidae
Genus : Enterobius
Species : Enterobius vermicularis

2. Epidemiologi, Distribusi geografis dan kondisi penyakit terkini

Secara kosmopolit, cacing kremi ini hidup di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Namun, lebih banyak ditemukan di daerah dengan suhu dingin
daripada panas. Udara yang dingin, lembab, dan ventilasi yang jelek merupakan
kondisi yang baik bagi pertumbuhan telur. Cacing kremi mempunyai penyebaran
yang paling luas di dunia dari semua jenis cacing, hal tersebut disebabakan
karena adanya hubungan yang erat antara manusia dan lingkungan. Tempat
penyebaran cacing ini biasanya terjadi di asrama, panti asuhan, barak, dan
sebagainya.(Muslim, 2009)

Infeksi cacing enterobius vermicularis disebut juga enterobiasis atau


oksiuriasis. Biasanya cacing ini menginfeksi anak-anak yang berumur 5-14
tahun, meski tak sedikit orang dewasa terinfeksi cacing tersebut. Selain itu
meskipun penyakit ini banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah, pasien
rumah sakit jiwa, anak panti asuhan, tak jarang juga orang-orang dari golongan
ekonomi yang lebih mapan juga dapat terinfeksi.

3. Morfologi

Cacing dewasa memiliki kutikula yang melebar (alae), posterior lebih


tebal dan memiliki bulbus esofagus ganda pada anterior leher. Cacing betina
berukuran 8-13 x 0,3-0,5 mm, ekornya lancip seperti keris, sedangkan jantan
berukuran 2-5 x 0,1-0,2 mm, ekornya melingkar ke arah ventral dan tampak
adanya spekulum. Telur berukuran 55x25 mikron, bentuk lonjong asimetrik, salah
satu dinding datar, dinding telur jernih dan tipis. (Muslim, 2009)

4. Siklus hidup

Manusia adalah satu-satunya hospes Enterobius vermicularis. Tempat


hidup cacing kremi dewasa biasanya adalah coecum dan bagan usus besar serta
usus halus yang berdekatan dengan coecum. Cacing betina dan jantan yang
belum dewasa biasanya ditemukan di rektum dan bagian distal colon. Kadang-
kadang cacing ini dapat pindah ke atas samapi lambung, oesophagus dan
hidung.

Cacing betina mengandung 11.000-15.000 butir telur, bermigrasi ke


daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontradiksi uterus dan vaginanya.
Telur jarang dikeluarkan di usus, sehingga jarang ditemukan di tinja. Telur
menjadi matang dalam waktu 6 jam setelah dikeluarkan. Telur resisten terhadap
desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai
13 hari. Kopulasi cacing jantan dan betina terjadi di sekum. Cacaing jantan mati
setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur.

Infeksi cacing kremi terjadi apabila menelan telur matang atau bila larva
dari telur yang menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar.
Telur matang yang tertelan akan menetas di deudonum dan larva rabditiform
berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di jejenum dan bagian atas ileum.
(Sutanto, 2008)

Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur
matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah
perianal, berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan. Daur hidupnya hanya
berlangsung 1 bulan karena telur cacing ditemukan kembali pada anus paling
cepat 5 minggu sesudah pengobatan. (Sutanto, 2008)
5. Patologi

Enterobious vermicularis relatif tidak berbahaya. Gejala klinis yang


menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus, preneum dan vagina oleh cacing
betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga
menyebabkan pruritus lokal. Karena cacing bermigrasi ke daerah anus dan
menyebabkan pruritus, maka penderita menggaruk daerah sekitar anus
sehingga timbul luka garuk di sekitar anus. Keadaan ini sering terjadi pada waktu
malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang-
kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal
sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di
dearah tersebut. Cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarang di
vagina dan tuba fallopi sehingga menyebabaka radang di saluran telur. Cacing
sering ditemukan di apendiks tetapi jarang menyebabakan apendisitis. (Sutanto,
2008)
Beberapa gejala infeksi Enterobius vermicularis yaitu gangguan tidur dan
lemah, mimpi buruk, enuresis, gigi menggertak, penurunan nafsu makan, cepat
tersinggung, dan marah. Terjadi insomia, gelisah, dan berakhir dengan
melakukan masturbasi, tetapi kadang-kadang sukar untuk membuktikan
hubungan sebab dengan cacing kremi. (Muslim, 2009)

6. Pencegahan dan pengendalian

Pengobatan Enterobius efektif jika semua penghuni rumah juga di obati,


infeksi ini dapat menyerang semua orang yang berhubungan dengan penderita.
Obat-obatan yang di gunakan antara lain piperazin, pirvinum, tiabendazol dan
stilbazium iodida (Prianto, 2006)

Pengobatan Enterobius adalah sebagai berikut :

a. Piperazin sulfat diberikan dengan dosis 2 x 1 gram/hari selama 8 hari


b. Pirivinum pamoat, diberikan dengan dosis 5mg/kg berat badan
(maksimum 0,25 g) dan di ulangi 2 minggu kemudian
c. Piranthel pamoat, diberikan dengan dosis 11mg/kg berat badan single
dose, dan maksimum 1 gram
d. Stilbazium iodida, dengan dosis tunggal 10-15 mg/kg berat badan. Warna
tinja akan menjadi merah karena mengonsumsi obat ini.
e. Albendazol, dengan dosis tunggal 400 mg dan diberikan lebih dari satu
kali.
(Soedarto, 2008)

Penularan Enterobius dapat melalui tangan, debu maupun retrofeksi


melalui anus oleh karena itu upaya pencegahan yang dapat dilakukan
diantaranya :
Menjaga kebersihan diri sendiri
Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap
hari
Anak yang mengandung Enterobius vermicularis sebaiknya
memakai celana panjang jika hendak tidur supaya alas kasur tidak
terkontaminasi dan tangan tidak dapat menggaruk daerah perianal.

Anda mungkin juga menyukai