Anda di halaman 1dari 22

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN DALAM MENENTUKAN

KEHADIRAN ORGANISME

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Ekologi
yang dibimbing oleh Desi Kartikasari, M.Si

Oleh
Kelompok 2

Noviatun Nadhiroh (17208153048)


Rizal Miftakhul K (17208153062)
Viki Ainur Fatma (17208153063)
Beta Larasati (17208153070)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
September 2016
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas pertama kali diucapan selain ucapan syukur kepada
Allah SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabilaalamin yang mana kita telah
diberi nikmat yang luar biasa dan dengan petunjuknya kita dapat menyelesaikan
makalah sesuai dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan
kepada baginda nabi Muhammad SAW. serta para keluarga, sahabat, tabiin dan
para pengikutnya dan dengan itu kita selalu menantikan syafaatnya kelak di hari
pembalasan.
Pada kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah makalah
yang berjudul Faktor Lingkungan Dalam Menentukan Organisme.
Sebelumnya kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Tulungagung Dr.Maftukhin, M.Pd yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar di kampus tercinta
ini.
2. Dosen mata kuliah ekologi Desi Kartikasari, M.Si yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun sebuah
makalah mengenai faktor lingkungan dalam menentukan organisme
ini.
3. Dan tidak lupa juga kepada teman-teman yang ikut membantu dalam
pembuatan makalah ini. Dengan amanat itu kami akan memberikan
hasil yang terbaik untuk makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Tulungagung, 13 September 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Faktor Biotik ................................................................................... 4
B. Faktor Abiotik ................................................................................. 4
C. Pengaruh Faktor Abiotik ............................................................... 10
D. Hewan yang Dijadikan Indikator Ekosistem ................................ 15
BAB III PENUTUP ................................................................................. 17
A. Kesimpulan ................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Pada Bab I ini diuraikan 1) latar belakang, 2) rumusan masalah, dan 3)


tujuan penulisan yang dipaparkan dibawah ini.

A. Latar Belakang Masalah


Lingkungan merupakan tempat berinteraksi antar makhluk hidup dengan
tempat tinggal baik berupa abiotik maupun biotik. Ilmu tentang hubungan
timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut dengan
Ekologi. Oleh karena itu Permasalahan lingkungan merupakan permasalahan
Ekologi. Komponen utama dalam ekologi adalah ekosistem, ekosistem
merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, karena ekosistem meliputi
makhluk hidup dengan lingkungan organisme (komunitas biotik) dan
lingkungan abiotik, masing-masing akan mempengaruhi sifat-sifat lainnya dan
keduanya perlu untuk memelihara kehidupan sehingga terjadi keseimbangan,
keselarasan dan keserasian alam di bumi ini. Dalam hal ini fungsi utama
ekosistem di bumi penekanannya adalah pada hubungan ketergantungan dan
hubungan sebab akibat, yang merupakan serangkaian komponen-komponen
untuk membentuk satuan-satuan fungsional. Kesatuan komponen tersebut
memicu kepada kualitas lingkungan yang seimbang dan selaras pada
kesehatan lingkungan.
Di dalam suatu lingkungan hidup tertentu kondisi lingkungan dan
sumberdaya berada dalam suatu kombinasi tertentu yang sesuai dengan jenis-
jenis yang tinggal di lingkungan tersebut. Kombinasi faktor-faktor lingkungan
itu terbentuk karena faktor yang saling mempengaruhi antar satu dengan yang
lainnya. Yang merupakan faktor pendukung dalam keseimbangan ekosistem
dan mempengaruhi kondisi makhluk hidup sekitar adalah faktor abiotik dan
biotik. Yang termasuk faktor biotik antara lain, jamur, mikroorganisme
(bakteri, virus, protozoa), alga, tumbuhan dan hewan. Lingkungan abiotik
merupakan komponen kimiawi dan fisik tak hidup yang meliputi suhu, pH,
cahaya, air, salinitas, kekeruhan dan kejenernihan, BOD (Biochemical
Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) yang mempengaruhi
1
2

organisme (biotik). Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai faktor
lingkungan yang mempenegruhi keberadaan suatu organisme.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk faktor biotik?
2. Apa saja yang termasuk faktor abiotik?
3. Bagaimana pengaruh faktor abiotik terhadap keberadaan organisme?
4. Hewan apa saja yang dijadikan sebagai indicator lingkungan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan apa saja faktor biotik
2. Untuk menjelaskan apa saja faktor abiotik
3. Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh faktor abiotik terhadap
organisme
4. Untuk menyebutkan hewan yang dijadikan sebagai indikator lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN

Pada bab II ini diuraikan faktor yang mempengaruhi keberadaan organisme

A. Faktor Biotik
Faktor biotik adalah semua makhluk hidup yang terdapat pada suatu
ekosistem. Yang termasuk faktor biotik antara lain, manusia, mikroorganisme
(bakteri, virus, protozoa), tumbuhan dan hewan.
1. Manusia
Segala jenis aktivitas yang dilakukan oleh manusia pastila memiliki
pengaruh terhadap lingkungan disekitarnya. Beragam aktivitas manusia
tersebut secara perlahan akan memberikan dampak positif maupun negatif.
Kebanyakan pengaruh yang dihasilkan oleh manusia terhadap lingkungannya
berdampak negatif meskipun tidak sedikit juga perilaku ramah lingkungan
yang dilakukan oleh manusia guna memperbaiki alam lingkungan hidupnya.
Contohnya Penebangan Liar dan pembakaran hutan, Perburuan Hewan,
Penggunaan Pestisida, dan Pembangunan Pabrik.
2. Tumbuhan
Tumbuhan merupakan satu-satunya mahluk hidup yang bisa
menghasilkan makananya sendiri. Karena pada tumbuhan terdapat zat hijau
ata klorofil yang berungsi sebagai media penciptaan makanan dan untuk
proses fotosintesis. Hasil fotosintesis berupa makanan yang merupakan energi
bagi mahluk hidup lainnya.
3. Hewan
Hewan merupakan organisme eukariotikyang multi seluler hewan tidak
memiliki klorofil oleh karena itu hewan harus mencari makananya sendiri
untuk mendapatkan energi kemudian makanan tersebut di cerna dalam
tubuhnya proses ini membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
sebagaizat sisa.
4. Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan organisme kecil yang tidak dapat dilihat
oleh mata tellanjang. Seperti bakteri, bakteri merupakan mikro organisme

3
4

bersel satu prokariotik yang hidup bebas yang dapat di temukan di beberapa
lingkungan, seperti udara, tanah, debu,air, serta hidup di tubuh manusia,
hewan, dan tumbuhan. Dalam lingkungan mikroorganisme berfungsi sebagai
dekomposer atau pengurai.
Makhluk hidup yang terdapat dalam suatu ekosistem satu dengan
ekosistem lainnya pasti tidak sama, baik dari segi jenis maupun jumlahnya.
Dilihat dari jumlah makhluk hidup yang terdapat dalam suatu ekosistem, kita
dapat membedakan makhluk hidup dalam tingkat individu, populasi, dan
komunitas.
1. Individu
Individu adalah makhluk hidup tunggal yang terdapat di suatu ekosistem
atau daerah tertentu. Misalnya seekor ayam di ekosistem kebun, seekor
kupu-kupu di ekosistem taman.
2. Populasi
Populasi adalah makhluk hidup sejenis yang jumlahnya lebih dari satu,
terdapat pada daerah atau ekosistem tertentu. Misalnya dua ekor ayam di
ekosistem kebun, sekelompok gajah di ekosistem hujan dan sekelompok
tanaman bakau di ekosistem pantai bakau.
3. Komunitas
Komunitas adalah semua makhluk hidup yang ada di ekosistem atau
daerah tertentu. Misal di ekosistem terdapat sekelompok gajah,
sekelompok kelinci, sebatang kurma, rumput, bakteri, tanah, air, dan batu.
Maka yang termasuk komunitas adalah gajah, kelinci, kurma, rumput, dan
bakteri.
B. Faktor Abiotik
Faktor abiotik merupakan bagian ekosistem yang tidak hidup antara lain
suhu, air, kadar garam, Ph, ketinggian, angin, iklim, sinar matahari
1. Suhu
Suhu lingkungan merupakan faktor yang penting dalam distribusi
organisme karena efeknya terhadap proses-proses biologis. Sel-sel mungkin
pecah jika air yang di kandung membeku (pada suhu di bawah 0C), dan
protein-protein kebanyakan terdenaturasi pada suhu diatas 45C. Selain itu,
5

hanya sedikit organisme yang dapat mempertahankan metabolisme aktif pada


suhu yang amat rendah atau amat tinggi. Meskipun demikian, adaptasi-
adaptasi luar biasa yang memungkinkan beberapa organisme, misalnya
prokariota termofik untuk hidup di luar kisaran suhu yang bisa dihuni
organisme lain. Kebanyakan organisme berfungsi paling baik dalam kisaran
spesifik suhu lingkungan. Suhu diluar kisaran itu dapat memaksa sebagian
hewan menghabiskan energy untuk meregulasi suhu internal, seperti yang
dilakukan mamalia dan burung.1
Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu
tertentu. Pada makhluk hidup yang motil (dapat bergerak), jika suhu
lingkungan tidak sesuai, ia dapat berpindah tempat. Hal ini dilakukan
contohnya pada burung alapalap nippon (Accipiter gularis) yang melakukan
migrasi pada saat musim dingin dari daerah Jepang menuju daerah Sumatra,
Kalimantan, Jawa, dan Bali. Pada makhluk hidup yang sesil (tidak dapat
bergerak), misalnya pada tumbuhan, jika suhu lingkungannya tidak sesuai,
tumbuhan tersebut harus beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Hal tersebut dilakukan agar dapat bertahan dan tidak mati.
Contohnya, pohon jati. Pohon ini saat suhu lingkungannya tinggi, akan
beradaptasi dengan mengugurkan daunnya yang bertujuan mengurangi
penguapan.

Gambar(1.1). Termometer

1
Neil A. chambell., reece, ury, cain, wassermenn, minorsky Jackson, biology, (nineth edition. (san
ftansisco:pearson education, 2011) hlm, 332
6

2. Air
Air merupakan senyawa utama yang terdapat di dalam tubuh makhluk
hidup. Tanpa air, maka makhluk hidup akan mati. Air juga sebagai habitat dari
jenis makhluk hidup tertentu.Variasi drastis dalam ketersediaan air di antara
habitat-habitat yang berbeda merupakan sebuah faktor penting lain dalam
distribusi spesies.2 Spesies yang hidup di pesisir atau di lahan basah pasang
dapat terdesikasi(mengering) sewaktu pasang surut. Organisme darat
menghadapi ancaman desikasi yang nyaris terus menerus, dan distribusi
spesies darat mencerminkan kemampuan memperoleh dan mengonservasi air.
Organisme gurun, misalnya menunjukkan berbagai adaptasi untuk
memperoleh dan mengonservasi air di lingkungan kering.
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia,
air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi
bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya
tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
Air juga merupakan komponen besar bagi penyusun tubuh makhluk
hidup. Keberadaan air di permukaan bumi yang tidak seragam telah menuntut
adaptasi makhluk hidup yang ada. Akibatnya muncul keanekaragaman
makhluk hidup ditilik dari hubungannya dengan kebutuhan akan air. Seberapa
jauh organisme dapat membebaskan diri dari ketergantungan air, tergantung
pada kebutuhan dan kemampuannya menghemat air dalam keadaan tertentu.
Organisme yang hidup dalam habitat yang kering pada umumnya memiliki
cara penghematan air. Misalnya hewan yang hidup di daerah gurun akan
memiliki kapasitas penggunaan air yang relatif sedikit sebagai penyesuaian
terhadap lingkungan hidupnya yang miskin air. Berbagai jenis tumbuhan yang
ada juga beradaptasi dengan keadaan tersebut, salah satunya dengan
membentuk daun yang tebal dan sempit sehingga mengurangi penguapan.
Contohnya adalah tumbuhan kaktus. Selain itu, bagi hewan atau

2
Ibid., hlm., 333
7

tumbuhan, yang hidup di air, komposisi kimiawi dan kimia air sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidupnya.

Gambar(1.2). alat ukur ph air Gambar(1.3).alat ukur ph Tanah

3. Salinitas (kadar garam)


Kadar garam air di lingkungan memengaruhi keseimbangan air
organisme melalui osmosis. Kebanyakan organisme akuatik hidup terbatas di
habitat berair tawar atau berair asin karena memiliki kemampuan terbatas
untuk berosmoregulasi.3 Walaupun banyak organisme darat dapat
mengekskresikan garam berlebih dari kelenjar khusus atau dalam feses,
daratan garam atau habitat berkadar garam tinggi lain umumnya hanya dihuni
segelintir spesies tumbuhan atau hewan.Semakin besar kadar garamnya, maka
air semakin terasa asin. Berdasarkan kandungan kadar garam dalam air ada
jenis air tawar, air payau, dan air laut. Keadaan kadar garam dapat
menyebabkan keterbatasan adaptasi jenis organisme. Oleh karena itu hanya
organisme tertentu yang dapat hidup daam air dengan kadar garam tinggi.
4. Angin
Angin merupakan pergerakan udara yang disebabkan oleh perbedaan
suhu antara tempat-tempat itu. Kekuatan angin akan berpengaruh terhadap

3
Ibid., hlm.333
8

karakter tumbuhan. Daerah yang biasa dengan angin yang kuat, hanya bisa
ditempati oleh tumbuhan yang liat dan berakar kuat.
Angin merupakan unsur penting bagi tanaman, karena angin dapat
mengatur penguapan atau temperature, membantu penyerbukan (lebih lebih
penyerbukan silang), membawa uap air sehingga udara panas menjadi sejuk,
dan membawa gas gas yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Angin
mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya uap air disekitar tanaman,
sehingga memberikan kesempatan terjadinya penguapan lebih lanjut. Situasi
ini merupakan tekanan yang kuat bagi keseimbangan air, meskipun jumlah air
dalam tanah cukup banyak. Pertumbuhan vertikal akan terbatas sesuai dengan
kemampuan mengisap dan mentransformasikan air ke atas untuk
mengimbangi transpirasi yang cepat, hasilnya mungkin akan membentuk
tanaman yang kerdil.

Gambar(1.4). Alat pengukur angin (anemometer)

5. Sinar Matahari
Sumber energi utama di alam ini adalah energi cahaya matahari. Energi
cahaya akan diubah oleh tumbuhan menjadi energi kimia melalui proses
fotosintesis. Setelah itu energi kimia pada tumbuhan akan pindah ke makhluk
hidup lainnya melalui rantai makanan. Adanya garis lintang mempengaruhi
perbedaan intensitas cahaya matahari di bumi, sehingga akan terbentuk daerah
yang berbeda. Selain itu intensitas cahaya matahari akan mempengaruhi suhu
dan kelembaban, sehingga berpengaruh juga terhadap adaptasi makhluk hidup.
9

Sinar matahari yang diserap organisme-organisme fotosintetik


menyediakan energi yang menjadi pendorong kebanyakan ekosistem, dan
sinar matahari yang terlalu sedikit dapat membatasi distribusi spesies
fotosintetik. Di hutan, naungan oleh dedaunan di pucuk menjadikan
kompetensi memperebutkan sinar sangat ketat, terutama untuk semaian yang
tumbuh di lantai hutan. Dalam lingkungan akuati, setiap meter kedalaman air
secara selektif menyerap sekitar 45% sinar merah dan sekitar 2% sinar biru
yang melalui air. Akibatnya, sebagaian besar fotosintesis pada lingkungan
akuatik terjadi relatif di dekat permukaan.
Terlalu banyak sinar juga dapat membatasi kesintasan organisme.
Atmosfer lebih tipis di tempat yang lebih tinggi, sehingga menyerap lebih
sedikit radiasi ultraviolet, sehingga sinar matahari lebih mungkin merusak
DNA dan protein di lingkungan Alpin. Di ekosistem lain, misalnya gurun,
kadar sinar yang tinggi dapat meningkatkan cekaman suhu jika hewan tidak
mampu menghindari cahaya atau mendinginkan diri melalui evaporasi.
6. Ketinggian (topografi)
Topografi adalah kombinasi antara posisi lintang suatu tempat
dipermukaan bumi (latitude) serta tinggi rendahnnya ditinjau dari permukaan
laut (altitude). Karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi
fisik dan kimia yang berbeda Topografi memiliki pengaruh besar terhadap
iklim dan penyebaran makhluk hidup. Topografi yang berbeda menyebabkan
perbedaan penerimaan intensitas sinar, kelembaban, tekanan udara, dan suhu
udara, sehingga topografi dapat menggambarkan distribusi makhluk hidup.
Topografi atau ketinggian tempat juga berpengaruh langsung terhadap kadar
oksigen dan tekanan udara. Semakin tinggi suatu tempat, tekanan udara dan
kadar oksigen akan semakin berkurang. Kondisi ini sangat memengaruhi
vegetasi tumbuhan yang mampu hidup pada keadaan tersebut. Hal ini
berpengaruh juga terhadap hewan-hewan yang mampu beradaptasi pada
lingkungan tersebut.
7. Bebatuan Dan Tanah
ph, komposisi mineral, dan struktur fisik bebatuan dan tanah membatasi
distribusi tumbuhan, dan berarti juga distribusi hewan pemakan tumbuhan.
10

Hal- hal tersebut turut berperan menciptakan ketidakseragaman di ekositem


darat. ph tanah dan air dapat membatasi distribusi organisme secara langsung,
melalui kondisi asam atau basa ekstrem atau secara tidak langsung melalui
keterlarutan nutrient dan toksin. Di anak sungai dari sungai, komposisi subtrat
(permukaan dasar) dapat memengaruhi kimia air. Kimia air sendiri
memengaruhi organisme yang menetap di peraiaran tersebut. Dalam
lingkungan perairan tawar dan laut, struktur substrat yang dapat melekat atu
meliang di substrat.
8. Derajat keasaman (pH)
Tingkat atau derajat keasaman biasanya berhubungan dengan kondisi
tanah. Bila pH tanah rendah maka zat anorganik yang ada di dalamnya sedikit,
sehigga jenis dan jumlah tanaman yang hidup di atasnya juga terbatas.
9. Iklim
Iklim yang berhubungan dengan curah hujan, intensitas cahaya matahari,
kelembaban, dan suhu. Semua tersebut adalah faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat adaptasi dari makhluk hidup. Jadi perbedaan iklim
suatu daerah pasti akan menyebabkan perbedaan organisme juga. 4 Faktor
faktor iklim terutama suhu dan ketersediaan air, memiliki pengaruh besar pada
dua skala: iklim makro, iklim mikro, pola yang amat halus misalnya yang di
jumpai oleh komunitas organisme yang hidup di bawah batang tumbang.

C. Pengaruh Faktor Abiotik


Respon adaptif organisme terhadap faktor lingkungan secara garis besar
dibagi menjadi dua. Pertama organisme mengembangkan kemampuan untuk
menetralkan pengaruh faktor lingkungan. Mekanisme ini disebut juga
homeostasis. Kedua, organisme mengembangkan kemampuan adaptif untuk
menghindar, baik secara perilaku maupun secara fisiologis.5
Mekanisme honeostasis dikenalkan oleh Bernard (1978). Bernard
berpendpat bahwa organisme memiliki kemampuan fisiologis untuk mengatur
kondisi internalnya tetap konstan dalam menghadapi kondisi eksternal yang

4
Wiwik Endang, Mengenal Ekosistem. (Bekasi: Mitra Utama). Hlm. 6
5
Amin setyo, ekologi, (malang:bayumedia),2007. hlm.96
11

berubah-ubah. Adaptasi dalam bentuk menghindari stress lingkungan dapat


diakukan dengan beberapa cara. Beruang salju melakukan hibernasi untuk
mengatasi suhu yang dingin. Dengan strategi ini beruang dapat menghemat
energi. Organisme lain seperti serangga mengembangkan siklus hidup yang
melewati beberap stadium yang dapat bertahan dalam musim dingin, misalnya
dengan mekanisme diapause. Cara lain yang umum dikenal adalah migrasi
yang biasa dilakukan oleh burung atau kupu-kupu.
1. Pengaruh Suhu dan Adaptasi Organisme
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang
diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya
dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Jika kita mengamati distribusi
tumbuhan yang ada dimuka bumi terlihat bahwa banyak jenis tumbuhan
tertentu yang hanya dapat hidup pada suh hangat.6
Contoh klasik lain mengenai pengaruh suhu terhadap distribusi spesies
kaktus saguaro (cereus gigantueus). Hasting dan Tuner (1965) melaporkan
bahwa daerah sebaran dari spesies kaktus ini secara spesifik ditentukan oleh
suhu. Dalam penelitiannya terlihat bahwa kaktus saguaro tidak mampu hidup
pada daerah yang mengalami suhu rendah yang dapat menyebabkan
pembekuan lebih dari 36 jamhal ini dapat menyebabkan sebaran kaktus
terbatas pada daerah yang tidak pernah mengalami penurunan suhu sampai
mencapai titik beku 36 ja.
Distribusi geografis beberapa spesies kupu-kupu papilionisae juga
dipengaruhi secara nyata oleh suhu. Kupu-kupu papilio glaucus yang berasal
dari daerah hangat hanya dapat lulus hidup 8% ketika pupa didedahkan pada
daerah dingin. Tingkat kelulusan kehidupan p.gkaucus ini lebih jauh rendah
dari pada p. canadensis (60%)yang berasal dari daerah dingin.
2. Adaptasi Pada Lingkungan Yang Bersuhu Ekstrem Pada Hewan
1. Homeoterapi dan Poikilotermi
Ada dua strategi adaptif hewan dalam menghadapi stress lingkungan.
Pertama, homeotermi adalah pengaturan fisiologis panas tubuh sehingga
suhu tubuh tetap konstan. Kedua, poikilotermi pengaturan suhu tubuh yang
6
Ibid., hlm 97
12

menyesuaikan dengan suhu tubuh lingkungan.7 Istila homeotermi istilah


ini sering diartikan hewan berdarah panas, poikilotermi adalah hewan
berdarah dingin. Pada kenyataannya hewan poikilotermi tidak selalu
memiliki jaringan tubuhyang dingin karena tergantung kepada
lingkungannya. Meskipun demikian bukan berarti suhu tubuh heawan
poikilotermi dapat turun tanpa batas karena tetap dsaja ada batas suhu
kritis baik minimal maupun maksimal.
2. Adaptasi terhadap Lingkungan Panas
Beberapa hewan homeotermi dapat beradaptasi untuk menghadapi
lingkungan yang panas. Pertama, melalui mulut dan saluran pernapasan
misalnya yang dilakukan oleh kelompok hewan canidae. Kedua, peristiwa
berkeringat pada manusia dan beberapa ungulata. Beberapa hean dapat
beradaptasi pada suhu sangat panas dengan menyimpan suhu ditubuhnya.
Bajing antelop dapat mencari makan pada suhu lingkungan mencapai
700C. Suhu tubuh baing ini dapat meningkat sampai 43,20C (Chappel dan
Bartolomew 1971). Telah mendapatkan mangsa baing ini dapat
mendinginkan tubuhnya diliang sampai suhu tubuhnya mencapai normal
kembali.
3. Adaptasi terhadap Lingkungan Dingin
Ada bebarapa bentuk adaptasi terhadap lingkungan yang dingin paa
beberapa hewan homeotermi. Pertama, meningkatkan laju metabolisme
dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti gerakan otot, berolah raga
dan menggigil. Selain menggigil, mekanisme yang terjadi pada hewan
yaitu termogenesis nonmenggigil. Jenis hewan ini menyimpan energi
dalam bentuk lemak coklat. Jaringan aipose ini kaya akan sitikrom c dan
dapat mengkonsumsi oksigen dalam jumlah tinggi sehingga jaringan ini
penting dalam menghasilkan energi.
Strategi lain dilakukan dengan menurunkan konduktasi dngan
meningkatkan isolasi. Bulu yang tebal merupan contoh adaptasi ini
fungsinya sebagai isolator yang meningkat sesuaiketebalan (schmidt-
Nielsen 1979)selainbulu jaringan lemak subtrukan banyak dijumpai pada

7
Ibid., 98
13

hewan yang teradaptasi didaerah dingin seperti anjing laut, singa laut dan
paus.
Pada beberapa hewan yang hidup didaerah pegunungan bentuk tubuh
merupakan strategi untuk mengatasi dingin. Dibandingkan dengan hewan
yang hidup diiklim panas , hewan yang berada diwilayah dingin ini
memiliki tubuh yang gemuk, ekstrimitas yang pendek dan tebal. Strategi
ini menurunkan rasio luas area tubuh yang terdedah lingkungan.
Pada hewan poikilotermi, adaptasi terhadap suhu dingin ilakukan
dengan beberapa cara yaitu nmenyimpan gliserol seperti pada ikan dan
invertebrata yang hidup diperaoran dibawah sushu 00C atau nan
menyimpan glukosa seperti pada katak kayu (Rana syvertris). Adanya
senyawa kimia tersebut tubuh hewan poikilotermi terhindar dari
pembekuan.
4. Adaptasi Pada Lingkungan Yang Bersuhu Ekstrem Pada
Tumbuhan
Dibandingkan dengan hewan tumbuhan memiliki keterbatasan
adaptasi terhadap suhu ekstrem. Pada suhu panas, tumbuhan xerofit
mengembangkan adapatasi dengan adanya kultikula yang tebal,
meningkatkan penyerapan air dengan akar serabut panjang, menurunkan
kadar transpirasi dan memiliki jaringan menyimpan cadangan air,
tumbuhan kaktus seperti opuntia fragilis struktur yang disebut cladode
yang berfungsi menyimpan cadangan air.8
Pada suhu dingin tumbungan mengembangkan beberapa strategi.
Tumbuhan gugur daun akan menggugurkan seluruh daunnya pada musim
dingin. Adaptasi lain misalnya pada beberapa tumbuhan Araceae, laju
respirasi meningkatkan suhu internal tumbuhan. Bentuk bunga seperti
parabola efektif untuk menyerap panas matahari.
5. Sinar Matahari Dan Adaptasi Organisme
Sinar matahari mempengaruhu ekosistem secara global karena
matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital
yang dibutuhkan oleh tunmbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.

8
Ibid., hlm.100
14

Pengaruh sinar matahari juga dapat dikelompok dalam dua hal, (1)
pengaruh gelombang pendek terhadap prouksi pigmen, perkembangan
kloroplas, germinasi dan kontrol bukan stomata, (2) gelombang panjang
memengaruhi germinasi, pertumbuhan batanh, dan laju foto sintesis.
Cahaya matahari merupakan faktor krusial dalam kehidupan
tumbuhan sebagai sumber energi. Meskipun demikian, karena sifat hidup
tumbuhan yang sesil maka pertumbuhan intensitas cahaya sangat
mempengaruhi kehidupannya. Untuk memperoleh energi bagi
pertumbuhan dan perkembangannya, tumbuhan memerlukan sejumlah
cahaya minimal. Setiap daun pada tumbuhan harus memprodukdi energi
yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan setelah ikurangi energi
untuk resoirasi. Jika tumbhan kekurangan cahaya dalam waktu panjang
maka lambat laun akan mati. Proporsi cahaya yang dibutuhkan untuk
menyeimbangkan hasil fotosintesis dan kebutuhan respirasi disebut titik
kompensasi cahaya.
a) Tumbuhan C3, C4 dan CAM
C4 dan CAM teradaptasi untuk kondisi kering (arid) karena proses
fotosintetisnya menghasilkan efisiensi penggunaan air. Selain itu,
tumbuhan CAM dapat berdiam an menyimpan energi dan air selama sulit.
Tanaman C4 dapat melakukan fotosintesis lebih cepat dalam kondisi suhu
dan intensitas cahaya yang tinggi digurun dari pada tumbuhan C3 karena
tumbuhan C4 menggunkan jalur biokimia ekstra dan anatomi khusus
untuk mengurangi fotorespirasi.
1. Adaptasi Tumbuhan C3
Kelompok tumbuhan yang melakukan fotosintesis seperti itu
disebut C3 karena CO2 pertama-tama bergabung membentuk senyawa
yang terdiri atas 3 atom karbon. rubisco merupakan enzim yang
digunakan dalam proses fotosintesis. Contoh lain tumbuhan ini adalah
stomata terbuka pada siang hari. Keuntungan adaptasi bentuk ini adalah
fotosintesis berlangsung lebih efisien pada kondisi sejuk dan sedikit
enzim dan tanpa anatomi khusus. Sebagian besar tumbuhan tergolong
dalam tipe ini.
15

2. Adaptasi Tumbuhan C4
Kelompok tumbuhan yang melakukan fotosintesis seperti itu
disebut C4 karena CO2 pertama-tama bergabung membentuk senyawa
yang terdiri atas 4 atom karbon, enzim PEP karboksilase dan Rubisco
merupakan enzim yang digunakan dalam proses fotosintesis. Ciri lain
tumbuhan ini adalah stomata terbuka pada siang hari. Fotosintesis
berlangsung pada sel-sel bagian dalam dan memerlukan anatomi khusus
yang disebut anatomi Krans (dua lapis sel-sel yang mengandung
kloroplas terletak disebelah dalam dekat pembuluh). Keuntungan
adaptasi bentuk ini adalah fotosintesis berlangsung lebih efisien pada
kondidi panas dan kering karena CO2 langsung bereaksi dengan bantuan
RUBISCO, menghindari kemungkinan bergabung dengan oksigen atau
mengalami fotorespirasi. Selain itu tipe ini memiliki efisiensi penggunain
air karena PEP karboksilase membawa CO2 lebih cepat sehingga tidak
memerlukan stomata yang lebih sering (mengurangi penguapan air).
Terdapat beberapa ribu spesies tumbuhan yang tergolong dalam tipe ini,
misalnya jagung.
3. Adaptasi Tumbuhan CAM
Kelompok tumbuhan yang melakukan fotosintesis seperti itu
disebut CAM karena famili tumbuhan yang pertama ditemukan memiliki
tipe ini adalah Crassulaceae. Pada tipe ini, CO2 pertama-tama disimpan
dalam bentuk asam sebelum digunakan dalam fotosintesis. Ciri lain
tumbuhan ini adalah stomata terbuka pada malam hari. CO2 dikonversi
menjadi asam dan disimpan pada saat malam hari. Pada saat siang hari,
asam dipecah dan CO2 dikeluarkan ke rubisco untuk fotosintesis.

D. Hewan Yang Dapat Dijadikan Indikator Ekologi


1. Capung Jarum
Capung Jarum (Ischnura heterosticta) merupakan kelas insecta yang
hidup di alam bebas. Capung ini merupakan salah satu capung yang kerab kali
bisa kita temukan. Ciri khas yang dimiliki capung jarum adalah morfologi
tubuh capung jarum yang ramping, kurus, memnajang. Capung Jarum bisa
16

diotemukan dengan berbagai warna, namun biasanya capung jarum yang


berwarna dan mencolok dominan dikuasai oleh capung jarum betina. Capung
Jarum Jantan biasanya warna polos, kekuningan-kuningan atau warna gelap
dominan.
Capung Jarum mampu hidup di daerah pantai atau hidup pada ketinggian
3.000 M dpl. Jenis capung ini banyak jenis, sehingga capung ini bisa
ditemukan di berbagai tempat.Capung Jarum termasuk serangga dengan Ordo
Odonata dan sub ordo Zygoptera.Ciri khas ke dua yang bisa kita amati pada
jenis capung jarum adalah saat capung jarum hinggap, perilaku yang bisa kita
amati yaitu capung jarum memiliki posisi tubuh yang tegak menyatu diatas
punggungnya saat beristirahat atau hinggap pada ranting tanaman.

Gambar 1.5 capung jarum berwarna merah

Gambar 1.6 capung jarum warna kuning


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor biotik adalah semua makhluk hidup yang terdapat pada suatu
ekosistem. Yang termasuk faktor biotik antara lain, manusia, mikroorganisme
(bakteri, virus, protozoa), tumbuhan dan hewan.
Faktor abiotik merupakan bagian ekosistem yang tidak hidup antara lain
suhu, air, kadar garam, angin, sinar matahari, dan iklim,
1. Suhu lingkungan merupakan faktor yang penting dalam distribusi
organisme karena efeknya terhadap proses-proses biologis.
2. Air merupakan senyawa utama yang terdapat di dalam tubuh makhluk
hidup. Tanpa air, maka makhluk hidup akan mati. Air juga sebagai habitat
dari jenis makhluk hidup tertentu.Variasi drastis dalam ketersediaan air di
antara habitat-habitat yang berbeda merupakan sebuah faktor penting lain
dalam distribusi spesies.
3. Kadar garam air di lingkungan memengaruhi keseimbangan air organisme
melalui osmosis. Kebanyakan organisme akuatik hidup terbatas di habitat
berair tawar atau berair asin karena memiliki kemampuan terbatas untuk
berosmoregulasi.
4. Angin merupakan pergerakan udara yang disebabkan oleh perbedaan suhu
antara tempat-tempat itu. Kekuatan angin akan berpengaruh terhadap
karakter tumbuhan. Daerah yang biasa dengan angin yang kuat, hanya bisa
ditempati oleh tumbuhan yang liat dan berakar kuat.
5. Sumber energi utama di alam ini adalah energi cahaya matahari. Energi
cahaya akan diubah oleh tumbuhan menjadi energi kimia melalui proses
fotosintesis. Setelah itu energi kimia pada tumbuhan akan pindah ke
makhluk hidup lainnya melalui rantai makanan.
6. Iklim yang berhubungan dengan curah hujan, intensitas cahaya matahari,
kelembaban, dan suhu. Semua tersebut adalah faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat adaptasi dari makhluk hidup.
Respon adaptif organisme terhadap faktor lingkungan secara garis besar
dibagi menjadi dua. Pertama organisme mengembangkan kemampuan untuk

17
18

menetralkan pengaruh faktor lingkungan. Mekanisme ini disebut juga


homeostasis. Kedua, organisme mengembangkan kemampuan adaptif untuk
menghindar, baik secara perilaku maupun secara fisiologis.
Hewan yang bisa dijadikan sebagai indikator lingkungan yaitu salah
satunya capung jarum. Capung Jarum mampu hidup di daerah pantai atau
hidup pada ketinggian 3.000 M dpl. Jenis capung ini banyak jenis, sehingga
capung ini bisa ditemukan di berbagai tempat.Capung Jarum termasuk
serangga dengan Ordo Odonata dan sub ordo Zygoptera.Ciri khas ke dua yang
bisa kita amati pada jenis capung jarum adalah saat capung jarum hinggap,
perilaku yang bisa kita amati yaitu capung jarum memiliki posisi tubuh yang
tegak menyatu diatas punggungnya saat beristirahat atau hinggap pada ranting
tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., Reece, Jane B., Urry, Lisa A., Cain, Michael L., Wasserman,
Steven A.,Minorsky, Peter V., dan Jackson, Robert B. 2005. Biologi
8thEdition, Jilid 3(terjemahan). Jakarta: Erlangga

Leksono, Amin Setyo. 2007. Ekologi. Malang: Bayu Media

Mardiastutik, Wiwik Endang. 2013. Mengenal Ekosistem. Bekasi: Mitra Utama

19

Anda mungkin juga menyukai