BAB I
PENDAHULUAN
Perbedaan signifikan jenis kelamin ada pada gejala, karakteristik, dan respon
pengobatan skizofrenia. Meskipun skizofrenia secara sederhana memiliki
perbandingan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Puncak onset skizofrenia
lebih lambat pada wanita, terjadi usia25-35 tahun dan pada lelaki pada usia 15-25
tahun. Kira-kira 90% pasien dalam pengobatan skizofrenia usia 15-55 tahun.
Perempuan dengan Skizofrenia dapat dan bisa menjalani kehamilannya. Namun,
pada skizofrenia yang tak terkontrol dapat membahayakan, baik terhadap ibu
maupun janin. Lagipula, pada beberapa wanita, kehamilan dapat menimbulkan
gejala skizofrenia meningkat. Pada skizofrenia angka kesuburan (fertility
rate)relatif lebih rendah dari wanita pada umumnya. Wanita dengan skizofrenia
bisa hamil karena mereka aktif secara seksual, memiliki pengetahuan yang kurang
tentang kontrasepsi dan seks yang tidak terproteksi.Namun, pasien skizofrenia
memiliki resiko yang tinggi terhadap kehamilan yang tidak direncanakan atau
diinginkan, lebih sering tidak menikah dan dengan dukungan dukungan sosial yang
terbatas.
Tujuan penulisan referat ini adalah: Memahami terapi skizofrenia pada kehamilan.
Penulisan dari referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu
kepada beberapa literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab
skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan yang
mempunyai gejala-gejala serupa. Secara genetik, sekurang-kurangnya beberapa
individu penderita skizofrenia mempunyai kerentanan genetik herediter. Penelitian
Computed Tomography (CT) otak dan penelitian post mortem mengungkapkan
perbedaan-perbedaan otak penderita skizofrenia dari otak normal walau pun belum
ditemukan pola yang konsisten. Penelitian aliran darah, glukografi, dan Brain
Electrical Activity Mapping (BEAM) mengungkapkan turunnya aktivitas lobus
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 2
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan
Semua tanda dan gejala skizofrenia telah ditemukan pada orang-orang bukan
penderita skizofrenia akibat lesi system syaraf pusat atau akibat gangguan fisik
lainnya. Gejala dan tanda psikotik tidak satu pun khas pada semua penderita
skizofrenia. Hal ini menyebabkan sulitnya menegakkan diagnosis pasti untuk
gangguan skizofrenia. Keputusan klinis diambil berdasarkan sebagian pada :
2. Rriwayat psikiatri
3. Setelah menyingkirkan semua etiologi organic yang nyata seperti keracunan dan
putus obat akut.
1. Model Diatesis-stres
Suatu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan
lingkungan yang merupakan model diatesis. Model ini mendalilkan bahwa
seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis) ada kemungkinan
lingkungan akan menimbulkan stres. Pada model diatesis-stres yang paling umum
maka diatesis atau stres dapat berupa biologis atau lingkungan atau keduanya.
2. Faktor Neurobiologi
Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat
seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan
ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi
pada satu area mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain.
Dua hal yang menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan
neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan
stressor lingkungan dan sosial.
3. Faktor Biologi
Komplikasi kelahiran
Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami
skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap
skizofrenia.
Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah
dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa
terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan
seseorang menjadi skizofrenia.
Hipotesis Dopamin
Hipotesis Serotonin
Struktur Otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan
ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan
orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa
area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemeriksaan
mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel
otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa
timbul pada trauma otak setelah lahir.
Genetika
3. Stress lingkungan
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda.
- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh.
(d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
(e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.
(h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed atitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Pedoman diagnostik :
Pedoman diagnostik :
Pedoman diagnostik :
d.Negativism
e.Rigiditas
f.Fleksibilitas cerea
g.Gejala lain seperti : command automatisme dan pengulangan kata atau
kalimat
- Pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh
bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
Pedoman diagnostik :
Pedoman diagnostik :
Pedoman diagnostik :
- Syarat :
a. Gejala negatif skizofrenia seperti perlambatan psikomotor, aktivitas
menurun, afek tumpul, sikap pasif, ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam
kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk
b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 11
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan
Pedoman diagnostik :
Trimester I
Trimester II
Kehamilan nyata, adaptasi dengan kenyataan : perut bertambah besar dan terasa
gerakan janin.
Trimester III
2. Gangguan bipolar
3. Skizofrenia
5. Gangguan panik
Penyebab:
- Internal
- Eksternal
2. Kehamilan berisiko
4. Riwayat keguguran
2.3 Fertilitas
Prenatal care pada wanita dengan skizofrenia dan penyakit mental kronik
lainnya, biasanya tidak adekuat. Wanita dengan skizofrenia memiliki angka
komplikasi yang tinggi selama kehamilan dan persalinan, serta dapat menyebabkan
kematian bayi. Penelitian belum menemukan hubungan antara skizofrenia dengan
1. hendaya fungsi
2.7 Antipsikosis
dosis yang lebih tinggi. Clearance inhibitors seperti SSRI, TCA, beta blockers
akan menghambat obat-obat antipsikotik sehingga perlu dipertimbangkan dosis
pemberiannya bila diberikan bersama-sama. Kondisi stress, hipoalbumin karena
malnutrisi atau gagal ginjal atau gagal hati dapat mempengaruhi ikatan protein
obat-obat antipsikotik tersebut.
sawar uri (placental barrier) terdiri dari satu lapis sel epitel vili dan satu
lapis sel endotel kapiler dari fetus, jadi mirip sawar saluran cerna. Karena itu obat
yang dapat diabsorbsi melalui pemberian oral juga dapat masuk ke fetus melalui
sawar uri. Pgp pada sawar uri, seperti halnya pada sawar darah otak, juga berfungsi
untuk menunjang fungsi sawar untuk melindungi fetus dari obat yang efeknya
merugikan
Wanita hamil dan menyusui merupakan kriteria ekslusi pada clinical trials,
baru akhir-akhir ini wanita dengan usia produktif dapat dipartisipasi dalam
penelitian ini. Sehingga terdapat kesenjangan pengetahuan terhadap efek obat
antipsikosis terhadap perkembangan fetus dan neonatus. aturan utamanya ialah
hindari memberikan obat terhadap ibu hamil (terutama trimester pertama) dan ibu
menyusui, kecuali jika penyakit mental yang diidap parah. Dan ditentukan apakah
efek terapi lebih besar daripada efek samping yang mungkin diterima fetus maupun
neonatus. pasien dapat memilih untuk meneruskan terapi, karena pasien tidak
menginginkan rekurensi. Jika pasien bersama dengan psikiater dan dokter
kandungan memutuskan untuk meneruskan terapi psikofarmaka selama kehamilan,
dosis harus dikalibrasi sesuai dengan perubahan fisiologis setiap trimester.
Walaupun tidak ada antidepresan yang dikaitkan dengan kematian dalam
kandungan dan kecacatan yang fatal, namun selective serotonin reuptake inhibitors
(SSRIs) dan tricyclic antidepressants (TCAs) dapat menyebabkan transient
perinatal syndrome. Mood stabilizers dapat menyebabkan peningkatan resiko
teratogenik seperti kelainan jantung dan defek neural tube, tetapi wanita dengan
penyakit bipolar memiliki resiko relaps yang tinggi jika tanpa terapi rumatan.
Lithium dapat meningkatkan resiko ebsteins anomaly
Haloperidol C
Chlorpromazin C
Risperidon C
Olanzapine C
Clozapine B
quetiapine C
aripiprazol C
kategori b: tidak ada bukti resiko pada manusia. Studi berpembanding yang
cukup pada wanita hamil menunjukkan tidak adanya peningkatan risiko kelainan
fetus meskipun ditemukan adanya kelainan pada hewan. Atau tidak ada studi yang
cukup pada manusia, sedangkan studi pada hewan menunjukkan tidak ada risiko
terhadap fetus. Efek merugikan pada fetus kemungkinan kecil, tetapi tetap ada
kategori D: bukti risikonya positif. Studi pada manusia, atau data penelitian atau
data pasca pemasaran menunjukkan adanya risiko terhadap fetus. Meskipun
demikian, potensial keuntungan dari penggunaan obat melebihi potensial
resikonya. Misalnya obat demikian mungkin dapat diterima jika diperlukan untuk
situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat yang lebih aman
tidak dapat digunakan atau tidak efektif.
positif adanya kelaianan atau risiko pada fetus yang jelas melebihi keuntunggannya
pada pasien
2.9.1 Haloperidol
Sistem saraf otonom: efek SSO haloperidol lebih kecil dibanding dengan AP
lain. Namun haloperidol dapat menyebabkan pandangan kabur. Obat ini
menghambat aktivasi reseptor alfa adrenergik yang disebabkan oleh amin
simpatomimetik.
Sediaan: obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,5 dan 1,5mg. Selain itu juga
tersedia dalam bentuk sirup 5mg/100ml dan ampul 5mg/dl
2.9.2 Klorpromazin
Susunan saraf pusat: CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh
tak acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul
toleransi terhadap efek sedasi.CPZ tidak dapat mencegah timbulnya konvulsi
akibat rangsang listrik maupun rangsang oleh obat. Semua derivat fenotiazin
mempengaruhi ganglia basal, sehingga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek
ekstrapiramidal). .
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 21
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan
Otot rangka. CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot rangka yang berada
dalam keadaan spastik.
Efek samping. Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup
aman. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul, berupa ikterus, dermatitis dan
leukopenia. Reaksi ini disertasi eosinofilia dalam darah perifer.
Sediaan. Cpz tersedia dalam bentuk tablet 25mg dan 100mg. Selain itu juga
tersedia dalam bentuk larutan suntik 25mg/ml/ larutan CPZ berubah warna menjadi
merah jambu oleh pengaruh cahaya.
2.9.3 Klozapin
Beberapa tindak lanjut studi klinis tentang ibu hamil dengan gangguan
psikotik yang dirawat dengan clozapine. Di review Dev dan Krupp melaporkan
pada 61 anak yang lahir dari 59 perempuan yang menerima pengobatan clozapine
selama kehamilan. 51 dari anak-anak yang sehat, 5 memiliki cacat bawaan dan 5
memiliki sindrom perinatal. Layanan Pharmacovigilance Novartis telah
melaporkan hampir 200 kasus malformasi dengan akibat penggunaan clozapine
2.9.4 Olanzapin
Sediaan: olanzapin tersedia dalam bentuk tablet 5mg, 10mg, dan vial 10mg
Data dari registri kasus eksposur olanzapine selama kehamilan telah dilaporkan
oleh Goldstein et dari 23 kehamilan dengan penggunaan olanzapine prospektif
dipastikan ada tambahan 11 kasus retrospektif. seperti terjadi aborsi spontan
sebanyak 13%, lahir mati 5%, dan prematur 5%.
.
2.9.5 Risperidon
Efek samping: secara umum risperidon dapat ditoleransi dengan baik. Efek
samping yang dilaporkan adalah insomnia, agitasi, ansietas, somnolen, mual,
muntah, peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia dan reaksi ekstrapiramidal
terutama tardiv diskinesia. Efek samping ekstrapiramidal umumnya lebih ringan
dibanding antipsikosis tipikal.
Sediaan: risperidon tersedia dalam bentuk tablet 1mg, 2mg dan 3 mg, sirup
dan injeksi (long lasting injection) 50mg/ml
2.9.6 Quetiapin
Efek samping: efek samping yang umum adalah sakit kepala, somnolen,
dizziness. Seperti antipsikosis pada umumnya, quetiapin juga memiliki efek
samping peningkatan berat badan, gangguan metabolik dan hiperprolaktinemia,
sedangkan efek samping ekstrapiramidalnya minimal.
BAB III
KESIMPULAN
Sekitar 1 % penduduk dunia memiliki risiko terkena skizofrenia pada suatu waktu dalam
hidupnya.
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala yang terdapat selama kurun waktu 1 bulan atau lebih
(kriteria PPDGJ III).
Terdapat korelasi yang minim antara penggunaan antipsikosis selama kehamilan dan
malformasi kongenital. Meskipun demikian penggunaan antipsikosis selama kehamilan