Anda di halaman 1dari 27

Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbedaan signifikan jenis kelamin ada pada gejala, karakteristik, dan respon
pengobatan skizofrenia. Meskipun skizofrenia secara sederhana memiliki
perbandingan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Puncak onset skizofrenia
lebih lambat pada wanita, terjadi usia25-35 tahun dan pada lelaki pada usia 15-25
tahun. Kira-kira 90% pasien dalam pengobatan skizofrenia usia 15-55 tahun.
Perempuan dengan Skizofrenia dapat dan bisa menjalani kehamilannya. Namun,
pada skizofrenia yang tak terkontrol dapat membahayakan, baik terhadap ibu
maupun janin. Lagipula, pada beberapa wanita, kehamilan dapat menimbulkan
gejala skizofrenia meningkat. Pada skizofrenia angka kesuburan (fertility
rate)relatif lebih rendah dari wanita pada umumnya. Wanita dengan skizofrenia
bisa hamil karena mereka aktif secara seksual, memiliki pengetahuan yang kurang
tentang kontrasepsi dan seks yang tidak terproteksi.Namun, pasien skizofrenia
memiliki resiko yang tinggi terhadap kehamilan yang tidak direncanakan atau
diinginkan, lebih sering tidak menikah dan dengan dukungan dukungan sosial yang
terbatas.

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas skizofrenia pada kehamilan serta pengobatan skizofrenia


pada kehamilan

1.3 Tujuan penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah: Memahami terapi skizofrenia pada kehamilan.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan dari referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu
kepada beberapa literatur.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 1
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizofrenia

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab


(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Gangguan skizofrenik
umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan
oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang
jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan, walaupun defisit
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Pikiran, perasaan, dan perbuatan
yang paling utama sering terasa atau diketahui oleh atau terbagi rasa dengan orang
lain, dan waham-waham dapat timbul, yang menjelaskan bahwa kekuatan alami
dan supernatural sedang bekerja mempengaruhi pikiran dan perbuatan penderita
dengan cara-cara yang sering tidak masuk akal atau bizarre. Individu mungkin
mengganggap dirinya sebagai pusat segala-galanya yang terjadi. Halusinasi,
terutama auditorik, lazim dijumpai dan mungkin memberi komentar tentang
prilaku dan pikiran individu itu. Persepsi sering terganggu, dan kebingungan juga
lazim dijumpai pada awal penyakit dan sering mengakibatkan keyakinan bahwa
situasi sehari-hari itu benar memiliki makna khusus, biasanya bernada seram atau
mengancam, yang ditujukan secara khas pada individu tersebut.

Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab
skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan yang
mempunyai gejala-gejala serupa. Secara genetik, sekurang-kurangnya beberapa
individu penderita skizofrenia mempunyai kerentanan genetik herediter. Penelitian
Computed Tomography (CT) otak dan penelitian post mortem mengungkapkan
perbedaan-perbedaan otak penderita skizofrenia dari otak normal walau pun belum
ditemukan pola yang konsisten. Penelitian aliran darah, glukografi, dan Brain
Electrical Activity Mapping (BEAM) mengungkapkan turunnya aktivitas lobus
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 2
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

frontal pada beberapa individu penderita skizofrenia. Status hiperdopaminergik


yang khas untuk traktus mesolimbik (area tegmentalis ventralis di otak tengah ke
berbagai struktur limbic) menjadi penjelasan patofisiologis yang paling luas
diterima untuk skizofrenia.

Semua tanda dan gejala skizofrenia telah ditemukan pada orang-orang bukan
penderita skizofrenia akibat lesi system syaraf pusat atau akibat gangguan fisik
lainnya. Gejala dan tanda psikotik tidak satu pun khas pada semua penderita
skizofrenia. Hal ini menyebabkan sulitnya menegakkan diagnosis pasti untuk
gangguan skizofrenia. Keputusan klinis diambil berdasarkan sebagian pada :

1. Tanda dan gejala yang ada

2. Rriwayat psikiatri

3. Setelah menyingkirkan semua etiologi organic yang nyata seperti keracunan dan
putus obat akut.

Penyebab skizofrenia dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Model Diatesis-stres

Suatu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan
lingkungan yang merupakan model diatesis. Model ini mendalilkan bahwa
seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis) ada kemungkinan
lingkungan akan menimbulkan stres. Pada model diatesis-stres yang paling umum
maka diatesis atau stres dapat berupa biologis atau lingkungan atau keduanya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 3
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis


(sebagai contohnya, situasi keluarga yang penuh ketegangan atau kematian orang
terdekat).

Dasar biologikal dari diatesis selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh


epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress psikososial, dan trauma.

2. Faktor Neurobiologi

Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya


kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui
bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu dengan
munculnya simptom skizofrenia.

Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat
seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan
ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi
pada satu area mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain.
Dua hal yang menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan
neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan
stressor lingkungan dan sosial.

3. Faktor Biologi

Komplikasi kelahiran

Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami
skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 4
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

skizofrenia.

Infeksi

Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah
dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa
terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan
seseorang menjadi skizofrenia.

Hipotesis Dopamin

Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap


gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal
menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem
dopaminergik maka gejala psikotik diredakan. Berdasarkan pengamatan diatas
dikemukakan bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas
sistem dopaminergik.

Hipotesis Serotonin

Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin untuk skizofrenia


menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan karena terlalu banyaknya aktivitas
dopaminergik. Teori tersebut timbul dari dua pengamatan. Pertama, Clozapine,
dinyatakan mempunyai khasiat dan potensi anti psikotik serta berhubungan dengan
kemampuannya untuk bertidak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 5
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

(D2). Kedua, obat-obatan yang meningkatkan dopaminergik, yang paling jelas


adalah amfetamin, yang merupakan salah satu psikotomimetik.

Hipotesis tersebut memiliki dua masalah. Pertama, antagonis dopamin


efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien yang teragitasi
berat, tidak tergantung pada diagnosis. Dengan demikian tidak mungkin
menyimpulkan bahwa terjadi hiperaktivitas dopaminergik. Sebagai contohnya
antagonis dopamin digunakan juga untuk mengobati mania akut. Kedua, beberapa
data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin
meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka
panjang dengan obat anti psikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas
awal pada pasien ini mungkin melibatkan keadaan hipodominergik.

Struktur Otak

Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan
ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan
orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa
area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemeriksaan
mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel
otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa
timbul pada trauma otak setelah lahir.

Genetika

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1%


dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan
derajat pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 6
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman,


bibi, kakek / nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi
umum. Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia
sedangkan kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia
berpeluang 40%, satu orang tua 12%. 4

Beberapa faktor resiko skizofrenia yaitu:

1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga

2. Perilaku premorbid : kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau


impulsivitas

3. Stress lingkungan

4. Kelahiran pada musim dingin

5. Status sosial ekonomi yang rendah

Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk skizofrenia :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda.

- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan

- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain


atau umum mengetahuinya.

(b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 7
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

- Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

- Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah


terhadap sesuatu kekuatan dari luar.

- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang


bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

(c) Halusinasi auditorik:

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku


pasien

- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai


suara yang berbicara).

- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh.

(d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

(e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.

(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan


(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 8
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi


tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;

(h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih.

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed atitude), dan
penarikan diri secara sosial.

Berikut ialah klasifikasi skiforenia berdasarkan PPDGJ III:

F20.0 Skizofrenia Paranoid

Pedoman diagnostik :

- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


- Sebagai tambahan :
a. Suara halusinasi yang mengancam pasien atau member perintah atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendegung,
bunyi ketawa.
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau
lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tapi kurang
menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan,
dipengaruhi, passivity dan keyakinan yang dikejar-kejar yang beraneka
ragam adalah yang paling khas.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 9
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala


katatonik secara relatif tidak nyata atau tidak menonjol.

F20.1 Skizofrenia Hebrefenik

Pedoman diagnostik :

- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


- Diagnosis hebrefrenia untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (15-25 tahun)
- Kepribadian premorbid menunjukkkan cirri khas :pemalu dan senang
menyendiri, namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
- Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut memang benar bertahan :
a. Perilaku tidak bertanggungjawab dan tidak dapat diramalkan, serta
mannerisme, kecenderungan menyendiri dan perilaku hampa tujuan dan
hampa perasaan.
b. Afek pasien yang dangkal dan tidak wajar, sering disertai cekikikan atau
perasaan puas diri, senyum sendiri atau sikap tinggi hati, tertawa
menyeringai, mannerisme, mengibuli secara bersendau gurau, keluhan
hipokondriakal dan ungkapan kata yang diulang.
c. Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta
inkoheren.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol.

F20.2 Skizofrenia Katatonik

Pedoman diagnostik :

- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


- Satu atau lebih dari perilaku tersebut
a. Stupor atau mutism
b. Gaduh gelisah
c. Menampilkan posisi tubuh tertentu
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 10
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

d.Negativism
e.Rigiditas
f.Fleksibilitas cerea
g.Gejala lain seperti : command automatisme dan pengulangan kata atau
kalimat
- Pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh
bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

F20.3 Skizofrenia tak terinci

Pedoman diagnostik :

- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


- Tidak memenuhi kriteria diagnosis paranoid, katatonik, hebefrenik, residual
dan depresi pasca skizofrenia.

F20.4 Depresi pasca skizofrenia

Pedoman diagnostik :

- Ditegakkan hanya kalau :


a. Telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir ini
b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada
c. Gejala depresif menonjol dan mengganggu dalam kurun waktu paling
sedikit 2 minggu.
- Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia,diagnosis menjadi
episode depresif. Bila gejala skizofrenia masih jelas dan menonjol, diagnosis
harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai (F20.0-F20.3)

F20.5 Skizofrenia residual

Pedoman diagnostik :

- Syarat :
a. Gejala negatif skizofrenia seperti perlambatan psikomotor, aktivitas
menurun, afek tumpul, sikap pasif, ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam
kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk
b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 11
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas


dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi minimal
dan timbul sindrom negatif dari skizofenia
d. Tidak terdapat dementia atau gangguan otak organik lainnya, depresi
kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif
tersebut.

F20.6 Skizofrenia simpleks

Pedoman diagnostik :

- Diagnosis susah dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada


pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progesif dari :
a. Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi, waham atau manifestasi lain dari episode psikotik
b. Perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai
kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan
hidup dan penarikan diri dari sosial.
- Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe
skizofrenia subtipe lainnya.

F20.8 Skizofrenia lainnya

F20.9 Skizofrenia YTT

2.2 Kondisi kejiwaan dalam kehamilan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 12
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

Trimester I

Cemas ,takut,panic,gusar, benci pada suami, menolak kehamilan, mengidam.

Trimester II

Kehamilan nyata, adaptasi dengan kenyataan : perut bertambah besar dan terasa

gerakan janin.

Trimester III

Timbul gejolak baru menghadapi persalinan, Perasaan bertanggung jawab

Golongan ibu yang mungkin merasa takut

Ibu yang mempunyai riwayat/pengalaman buruk pada persalinan yang lalu

Multipara agak berumur

Primigravida yang mendengar tentang pengalaman ngeri dan menakutkan dari


orang lain.

Gangguan jiwa yang dapat terjadi pada kehamilan antara lain :

1. Gangguan afektif pada kehamilan

2. Gangguan bipolar

3. Skizofrenia

4. Gangguan cemas menyeluruh

5. Gangguan panik

6. Gangguan obsesif konvulsif

Penyebab:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 13
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

- Internal

Perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil.

- Eksternal

1. Kehamilan tak diinginkan

2. Kehamilan berisiko

3. Jarak kehamilan yang terlalu dekat

4. Riwayat keguguran

5. Riw. Obstetri buruk

2.3 Fertilitas

Angka kesuburan pada wanita dengan skizofrenia rendah (30-80%)


dibandingkan pada wanita dengan penyakit psikiatri lainnya dan penyakit
umumnya. Walaupun demikian, wanita dengan skizofrenia bisa hamil karena
mereka aktif secara seksual, memiliki pengetahuan yang kurang tentang
kontrasepsi dan seks yang tidak terproteksi.

2.4 Gambaran Klinik Skizofrenia selama Kehamilan

Efek kehamilan pada beratnya gejala dan perkembangan skizofrenia tidak


dipelajari dengan baik, tetapi data yang tersedia mengindikasikan bahwa
kehamilan dihubungkan dengan gejala yang memburuk. Pada satu studi, 9 dari 99
wanita dengan psikosis endogen memiliki gangguan mental selama kehamilan dan
persalinan. Kehamilan pada 88 wanita dengan psikosis nonorganik memiliki
kegelisahan dan kecemasan.

2.5 Komplikasi Perinatal

Prenatal care pada wanita dengan skizofrenia dan penyakit mental kronik
lainnya, biasanya tidak adekuat. Wanita dengan skizofrenia memiliki angka
komplikasi yang tinggi selama kehamilan dan persalinan, serta dapat menyebabkan
kematian bayi. Penelitian belum menemukan hubungan antara skizofrenia dengan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 14
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

komplikasi perinatal. Ketidakpatuhan pada prenatal care merupakan faktor penting


dan dihubungkan dengan gelandangan, pengangguran, kehamilan yang tidak
direncanakan, dan psikosis. Gejala yang berhubungan dengan skizofrenia dapat
mengganggu kemampuan wanita untuk memahami kehamilannya.

Prognosis baik Prognosis buruk

Onset lambat Onset muda


Faktor pencetus yang jelas Tidak ada faktor pencetus
Onset akut Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual dan Riwayat sosial, seksual dan
pekerjaan yang baik pekerjaan yang buruk

Gejala gangguan mood Perilaku menarik diri


Menikah Tidak menikah/cerai
Riwayat keluarga gangguan mood Riwayat keluarga skizofrenia
Sistem pendukung yang baik Sistem pendukung yang buruk
Gejala positif Gejala negatif
Tidak ada tanda dan gejala
neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan

2.6 Manajemen Kehamilan Pada Perempuan dengan Skizofrenia

Perencanaan keluarga harus didiskusikan dengan seluruh pasien yang masih


dalam kondisi subur. Adanya potensi penolakan, klinisi seharusnya lebih waspada
untuk kemungkinan kehamilan yang tidak diharapkan. Jika pasien perempuan
dengan skizofrenia menjadi hamil, penting untuk menentukan kemampuannya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 15
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

untuk mengurus dirinya sendiri, faktor resiko seperti merokok, penyalahgunaan


zat, akses prenatal care dan kemampuannya untuk mengurus anaknya.
Penyerahan kepada petugas prenatal, pekerja sosial, dan pengobatan oleh
psikiatriharus dilakukan. Penggunaan obat-obat anti psikosis pada perempuan
hamil harus diawasi dengan ketat. Pada umumnya penggunaan obat-obat anti
psikosis selama kehamilan memiliki resiko potensi yang merugikan terhadap janin
serta perburukan gejala psikosis.

Resiko farmakoterapi anti psikosis secara umum antara lain:

1. hendaya fungsi

2. masa perawatan di rumah sakit yang lebih lama

3. kecenderungan untuk bunuh diri dan kekerasan

4. kehilangan pekerjaaan dan dukungan sosial

5. juga mempengaruhi terhadap kehamilan antara lain, malnutrisi, prematur,


abortus, fetal abuse atau neonaticide, serta penolakan prenatal care.

2.7 Antipsikosis

Skizofrenia diterapi dengan antipsikosis. Berdasarkan rumus kimianya, obat-


obat antipsikotik dibagi menjadi golongan fenotiazin, misalnya chlorpromazine
dan golongan nonfenotiazin cotontohnya haloperidol. Golongan fenotiazin sering
disebut juga obat-obat berpotensi rendah (low potency) dan golongan non
fenotiazin disevut obat berpotensi tinggi (high potency) karena hanya memerlukan
dosis kecil untuk memperoleh efek yang setara dengan chlorpromazine 100mg.
sedangkan berdasarkan mekanisme kerjanya obat antipsikotik dibagi menjadi dua,
yaitu dopamine receptor antagonist (DRA)/ antipsikosis generasi 1 (APG 1) dan
serotonin-dopamine receptor antagonist (SDA) antipsikosis generasi 2 (APG 2).
Gold standard untuk pengobatan skizofrenia adalah APG-II.

Farmakokinetik. Metabolisme obat-obat antipsikotik secara farmakokinetik


dipengaruhi oleh beberapa hal, anatara lain pemakaian bersama enzym inducer
seperti carbamazepin, phenytoin, ethambutol, barbiturate. Kombinasi dengan obat-
obatan tersebut akan mempercepat pemecahan antipsikotik sehingga diperlukan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 16
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

dosis yang lebih tinggi. Clearance inhibitors seperti SSRI, TCA, beta blockers
akan menghambat obat-obat antipsikotik sehingga perlu dipertimbangkan dosis
pemberiannya bila diberikan bersama-sama. Kondisi stress, hipoalbumin karena
malnutrisi atau gagal ginjal atau gagal hati dapat mempengaruhi ikatan protein
obat-obat antipsikotik tersebut.

Farmakodinamik. Obat-obat antipsikotik terutama bekerja sebagai antagonis


reseptor dopamin dan serotonin di otak, dengan target untuk menurunkan gejala-
gejala psikotik seperti halusinasi, waham dan lain-lain. Sistem dopamin yang
terlibat yaitu sistem nigrostriatal, sistem mesolimbokortikal, dan sistem
tuberoinfundibular. Bila hambatan pada nigrostriatal berlebihan maka akan terjadi
gangguan aktivitas motorik, sedang pada sistem mesolimbokortikal mempengaruhi
fungsi kognitif. Dan fungsi endokrin terganggu apabila sistem tuberoinfundibuler
terhambat berlebihan.

Efek samping. Efek samping dapat dikelompokkan menjadi efeksamping


neurologis dan nonneurologis. Efek samping neurologis akaut berupa akatisia,
distonia akut, dan parkinsonism (acute extrapyramiddal syndrome). Dapat juga
terjadi efek samping akut berupa sindrom neuroleptik maligna yang merupakan
kondisi emergensi. Pada kondisi kronis dapat dilihat kemungkinan terjadinya
tardive dyskinesia

sawar uri (placental barrier) terdiri dari satu lapis sel epitel vili dan satu
lapis sel endotel kapiler dari fetus, jadi mirip sawar saluran cerna. Karena itu obat
yang dapat diabsorbsi melalui pemberian oral juga dapat masuk ke fetus melalui
sawar uri. Pgp pada sawar uri, seperti halnya pada sawar darah otak, juga berfungsi
untuk menunjang fungsi sawar untuk melindungi fetus dari obat yang efeknya
merugikan

2.8 Keamanan Antipsikosis pada Kehamilan

Tidak ada obat antipsikosis yang merupakan kontraindikasi dalam


kehamilan, walaupun demikian, obat dengan resiko defek pada kelahiran,
prematuritas atau komplikasi neonatal harus dihindari jika terdapat obat alternatif
lainnya sebagai substitusi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 17
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

Wanita hamil dan menyusui merupakan kriteria ekslusi pada clinical trials,
baru akhir-akhir ini wanita dengan usia produktif dapat dipartisipasi dalam
penelitian ini. Sehingga terdapat kesenjangan pengetahuan terhadap efek obat
antipsikosis terhadap perkembangan fetus dan neonatus. aturan utamanya ialah
hindari memberikan obat terhadap ibu hamil (terutama trimester pertama) dan ibu
menyusui, kecuali jika penyakit mental yang diidap parah. Dan ditentukan apakah
efek terapi lebih besar daripada efek samping yang mungkin diterima fetus maupun
neonatus. pasien dapat memilih untuk meneruskan terapi, karena pasien tidak
menginginkan rekurensi. Jika pasien bersama dengan psikiater dan dokter
kandungan memutuskan untuk meneruskan terapi psikofarmaka selama kehamilan,
dosis harus dikalibrasi sesuai dengan perubahan fisiologis setiap trimester.
Walaupun tidak ada antidepresan yang dikaitkan dengan kematian dalam
kandungan dan kecacatan yang fatal, namun selective serotonin reuptake inhibitors
(SSRIs) dan tricyclic antidepressants (TCAs) dapat menyebabkan transient
perinatal syndrome. Mood stabilizers dapat menyebabkan peningkatan resiko
teratogenik seperti kelainan jantung dan defek neural tube, tetapi wanita dengan
penyakit bipolar memiliki resiko relaps yang tinggi jika tanpa terapi rumatan.
Lithium dapat meningkatkan resiko ebsteins anomaly

Beberapa peneliti menyarankan bagi semua wanita usia produktif yang


diterapi dengan antipsikosis untuk mengkonsumsi suplemen folat. Pemberian obat
antipsikosis pada atau mendekati saat persalinan dapat menyebabkan bayi over
sedasi saat persalinan. Sehingga memerlukan respiratoir. Dapat juga menyebab
bayi ketergantungan obat, yang memerlukan detoksifikasi dan terapi withdrawal
syndrome. Neonatal withdrawal syndrome dan hipertensi pulmonar berhubungan
dengan pemberian SSRI pada trimester ketiga. Semua obat psikiatri diseksresikan
melalui asi sehingga ibu tidak dianjurkan untuk menyusui

Nama obat antipsikosis Kategori keamanan pada kehamilan

Haloperidol C

Chlorpromazin C

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 18
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

Risperidon C

Olanzapine C

Clozapine B

quetiapine C

aripiprazol C

kategori a: studi berpembanding menunjukkan tidak ada resiko. Studi


berpembanding yang cukup pada wanita hamil menunjukkan tidak adanya resiko
terhadap fetus pada trimester kehamilan pertama, kedua maupun ketiga

kategori b: tidak ada bukti resiko pada manusia. Studi berpembanding yang
cukup pada wanita hamil menunjukkan tidak adanya peningkatan risiko kelainan
fetus meskipun ditemukan adanya kelainan pada hewan. Atau tidak ada studi yang
cukup pada manusia, sedangkan studi pada hewan menunjukkan tidak ada risiko
terhadap fetus. Efek merugikan pada fetus kemungkinan kecil, tetapi tetap ada

kategori C: risiko tidak dapat disingkirkan. Studi berpembanding yang cukup


pada manusia tidak ada, dan pada hewan juga tidak ada atau telah menunjukkan
adanya resiko pada fetus. Ada kemungkinan terjadi efek merugikan pada fetus jika
obat diberikan selama kehamilan. Tetapi potensial keuntungannya melebihi potensi
risikonya

kategori D: bukti risikonya positif. Studi pada manusia, atau data penelitian atau
data pasca pemasaran menunjukkan adanya risiko terhadap fetus. Meskipun
demikian, potensial keuntungan dari penggunaan obat melebihi potensial
resikonya. Misalnya obat demikian mungkin dapat diterima jika diperlukan untuk
situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat yang lebih aman
tidak dapat digunakan atau tidak efektif.

Kategori X: kontraindikasi pada kehamilan. Studi pada hewan atau manusia,


atau laporan penelitian atau laporan pasca pemanasaran, telah menunjukkan bukti

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 19
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

positif adanya kelaianan atau risiko pada fetus yang jelas melebihi keuntunggannya
pada pasien

2.9 Antipsikosis yang sering digunakan

2.9.1 Haloperidol

Haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis


yang karena hal tertentu tidak dapat diberikan fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal
timbul pada 80% pasien yang diobati dengan haloperidol.

Farmakodinamik: struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi


butirofenon memperlihatkan banyak sifat fenotiazin. Pada orag normal, efek
haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikosis
yang kuat dan efektif untuk fase manik depresif dan skizofrenia. Efek fenotiazin
piperazin dan butirofenon berbeda secara kuantitatif karena butirofenon selain
menghambat efek dopamin juga meningkatkan turn over ratenya.

Susunan saraf pusat: haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada


orang yang mengalami eksitasi. Efek haloperidol terhadap EEG memperlambat
dan menghambat jumlah gelombang teta. Haloperidol juga menurunkan ambang
rangsang konvulsi.haloperidol menghambat sistem dopamin dan hipotalamus, juga
menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin

Sistem saraf otonom: efek SSO haloperidol lebih kecil dibanding dengan AP
lain. Namun haloperidol dapat menyebabkan pandangan kabur. Obat ini
menghambat aktivasi reseptor alfa adrenergik yang disebabkan oleh amin
simpatomimetik.

Sistem kardiovaskuler dan respirasi: obat ini menyebabkan hipotensi dan


takikardia

Efek endokrin: obat ini menyebabkan galaktorea

Farmakokinetik: haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar


puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6jam sejak menelan obat,
menetap sampai 72jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai
berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 20
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

diberikan diekskresikan melalui empedu. Ekskresi haloperidol lambat melalui


ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari setelah pemberian dosis
tunggal.

Efek samping dan intoksikasi: haloperidol menimbulkan reaksi


ekstrapiramidal dengan insidensi yang tinggi, terutama pada pasien usia muda.
Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi
depresi akibat reversi keadaan mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya.
Perubahan hematologik ringan dan selintas dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia
dan agranulositosis sering dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus akibat
haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil.
Penelitian retrospektif menunjukkan tidak adanya hubungan antara malformasi
janin dan dalam eksposur rahim sebagai haloperidol yang diberikan untuk
mengobati gejala psikotik pada ibu. Godet dan Marie-Cardine mempelajari 199
anak yang lahir dari ibu dengan skizofrenia yang terkena obat antipsikotik terlihat
2,5% dari anak-anak memiliki kelainan.

Indikasi: indikasi utama haloperidol adalah untuk psikosis

Sediaan: obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,5 dan 1,5mg. Selain itu juga
tersedia dalam bentuk sirup 5mg/100ml dan ampul 5mg/dl

2.9.2 Klorpromazin

Klorpromazin (CPZ) adalah 1-klor-N-(dimetil-aminopropil)-fenotiazin.

Susunan saraf pusat: CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh
tak acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul
toleransi terhadap efek sedasi.CPZ tidak dapat mencegah timbulnya konvulsi
akibat rangsang listrik maupun rangsang oleh obat. Semua derivat fenotiazin
mempengaruhi ganglia basal, sehingga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek
ekstrapiramidal). .
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 21
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

Neurologik: pada dosis berlebihan semua derivat fenotiazin dapat


menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Dikenal 6 gejala sindrom neurologik yang
karakteristik dari obat ini. Empat diantaranya biasa terjadi sewaktu obat diminum,
yaitu distonia akut, akatisia, parkinsonisme, dan sindrom neuroleptic malignant.
Dua sindrom yang lain terjadi setelah pengobatan berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun, berupa tremor perioral dan diskinesia tardif

Otot rangka. CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot rangka yang berada
dalam keadaan spastik.

Efek endokrin. Pada wanita dapat terjadi amenorea, galaktorea, dan


peningkatan libido, sedangkan pada pria dilaporkan terjadi penurunan libido dan
ginekomastia.

Kardiovaskuler: hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi saat


istirahatbiasanya terjadi. Tekanan arteri rata-rata, resistensi perifer, curah jantung
menurun dan frekuensi denyut janutng meningkat. Efek ini diperkirakan karena
efek otonom.

Farmakokinetik. Kebanyakan antipsikosis diabsorbsi sempurna.


Bioavailabilitas klorpromazin berkisar 25-35%. Volume distribusi besar (7L/kg).
Metabolit klorpromazin ditemukan di urin sampai beberapa minggu setelah
pemberian obat terakhir.

Efek samping. Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup
aman. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul, berupa ikterus, dermatitis dan
leukopenia. Reaksi ini disertasi eosinofilia dalam darah perifer.

Sediaan. Cpz tersedia dalam bentuk tablet 25mg dan 100mg. Selain itu juga
tersedia dalam bentuk larutan suntik 25mg/ml/ larutan CPZ berubah warna menjadi
merah jambu oleh pengaruh cahaya.

2.9.3 Klozapin

Merupakan antipsikosis atipikal pertama dengan potensi lemah.


Dibandingkan terhadap psikotropik yang lain, klozapin menunjukkan efek
dopaminergik yang lemah tetapi dapat mempengaruhi sistem mesolimbik-

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 22
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

mesokortikal. Klozapin efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan


skizofrenia baik yang positif maupun yang negatif. Efek yang bermanfaat terlihat
dalam 2 minggu,diikuti perbaikan secara bertahap. Obat ini berguna untuk
pengobatan pasien yang refrakter terhadap obat standar. Juga cocok terhadap
pasien yang menunjukkan efek samping extrapiramidal berat akibat penggunaan
obat antipsikosis tipikal. Namun karena klozapin memiliki risiko timbulnya
agranulositosis yang lebih tinggi, maka penggunaannya dibatasi hanya pada pasien
yang resisten atau tidak dapat mentoleransi antipsikosis yang lain.

Efek samping dan intoksikasi: agranulositosis merupakan efek samping


utama yang ditimbulkan pada pengobatan dengan klozapin.pada pasien yang
mendapat klozapin selama 4 minggu atau lebih risiko terjadinya kira-kira 1 sampai
2 %. Gejala ini timbul paling sering 6-18 minggu setelah pemberian obat.
Pengobatan dengan obat ini tidak boleh melebihi 6 minggu kecuali bila terlihat
adanya perbaikan. Efek samping lain yang dapat terjadi antara lain hipertermia,
takikardia, sedasi, pusing kepala dan hipersalivasi.

Farmakokinetik: klozapin diabsorbsi secara cepat dan sempurna pada


pemberian per oral. Kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah
pemberian obat. Klozapin secara ekstensif diikat protein plasma (>95%), obat ini
dimetabolisme hampir sempurna sebelum diekskresikan lewat urin dan tinja,
dengan waktu paruh rata-rata 11,8jam.

Sediaan: klozapin tersedia dalam bentuk tablet 25mg dan 100mg

Beberapa tindak lanjut studi klinis tentang ibu hamil dengan gangguan
psikotik yang dirawat dengan clozapine. Di review Dev dan Krupp melaporkan
pada 61 anak yang lahir dari 59 perempuan yang menerima pengobatan clozapine
selama kehamilan. 51 dari anak-anak yang sehat, 5 memiliki cacat bawaan dan 5
memiliki sindrom perinatal. Layanan Pharmacovigilance Novartis telah
melaporkan hampir 200 kasus malformasi dengan akibat penggunaan clozapine

2.9.4 Olanzapin

Farmakodinamik: olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin, struktur


kimianya mirip dengan klozapin. Olanzapin memiliki afinitas terhadap reseptor

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 23
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

dopamin (D2,D3,D4, dan D5), reseptor serotonin (5HT-2), muskarinik, histamin


(H1) dan reseptor alfa 1

Farmakokinetik: Olanzapin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral,


dengan kadar plasma tercapai setelah 4-6jam pemberian. Metabolisme di hepar
oleh enzim CYP 2D6, dan dieksresikan lewat urin

Indikasi: Indikasi utama penggunaan olanzapin ialah untuk mengatasi gejala


positif maupun negatif skizofrenia dan sebagai antimania. Obat ini juga
menunjukkan efektivitas pada pasien depresi dengan gejala psikotik

Efek samping: meskipun strukturnya mirip dengan klozapin, olanzapin tidak


menyebabkan agranulositosis. Olanzapin dapat ditolenransi dengan baik dengan
efek samping ekstrapiramidal terutama tardive diskinesia yang minimal. Efek
samping yang sering dilaporkan adalah peningkatan berat badan dan gangguan
metabolik, yaitu intoleransi glukosa, hiperglikemia, dan hiperlipidemia

Sediaan: olanzapin tersedia dalam bentuk tablet 5mg, 10mg, dan vial 10mg

Data dari registri kasus eksposur olanzapine selama kehamilan telah dilaporkan
oleh Goldstein et dari 23 kehamilan dengan penggunaan olanzapine prospektif
dipastikan ada tambahan 11 kasus retrospektif. seperti terjadi aborsi spontan
sebanyak 13%, lahir mati 5%, dan prematur 5%.
.

2.9.5 Risperidon

Farmakodinamik: risperidone yang merupakan derivat dari beksizoksazol


mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT-2) dan afinitas
menengah terhadap reseptor dopamine (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan
reseptor histamin. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan reseptor
serotonin dan dopamin.

Farmakokinetik: bioavailabilitas oral sekitar 70%, volume distribusi 1-2


L/kg. Di plasma risperidon terikat dengan albumin dan alfa 1 glikoprotein. Ikatan
protein plasma sekitar 90%. Risperidon secara ekstensif di metabolisme di hati

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 24
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

oleh enzim CYP 2D6 menjadi metabolitnya 9-hidroksirisperidon. Risperidon dan


metabolitnya dieliminasi lewat urin dan sebagian kecil lewat feces.

Indikasi: Indikasi risperidon adalah untuk skizofrenia gejala positif maupun


negatif. Disamping itu diindikasikan pula untuk gangguan bipolar, depresi dengan
ciri psikosis, dan Tourette syndrome.

Efek samping: secara umum risperidon dapat ditoleransi dengan baik. Efek
samping yang dilaporkan adalah insomnia, agitasi, ansietas, somnolen, mual,
muntah, peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia dan reaksi ekstrapiramidal
terutama tardiv diskinesia. Efek samping ekstrapiramidal umumnya lebih ringan
dibanding antipsikosis tipikal.

Sediaan: risperidon tersedia dalam bentuk tablet 1mg, 2mg dan 3 mg, sirup
dan injeksi (long lasting injection) 50mg/ml

2.9.6 Quetiapin

Farmakodinamik: obat ini memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin (D2),


serotonin (5HT-2) dan bersifat agonis parsial terhadapt reseptor serotonin 5HT1A
yang diperkirakan mendasari efektivitas obat ini untuk gejala positif maupun
negatif skizofrenia

Farmakokinetik:absorbsinya cepat setelah pemberian oral, kadar plasma


maksimal tercapai setelah 1-2 jam pemberian. Ikatan protein sekitar 83%.
Metabolismenya lewat hati oleh enzim CYP 3A4. Ekskresi sebagian besar lewat
urin dan sebagian kecil lewat feces.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 25
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

Indikasi: Quetiapin diindikasikan untuk gejala positif maupun negatif


skizofrenia. Obat ini juga dilaporkan meningkatkan kemampuan kognitif pasien
skizofrenia seperti perhatian, kemamouan berpikir, bicara dan kemampuan
mengingat membaik. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan
apakah manfaat klinisnya berarti. Disamping itu obat ini juga diindikasikan untuk
gangguan depresi dan mania.

Efek samping: efek samping yang umum adalah sakit kepala, somnolen,
dizziness. Seperti antipsikosis pada umumnya, quetiapin juga memiliki efek
samping peningkatan berat badan, gangguan metabolik dan hiperprolaktinemia,
sedangkan efek samping ekstrapiramidalnya minimal.

BAB III

KESIMPULAN

Sekitar 1 % penduduk dunia memiliki risiko terkena skizofrenia pada suatu waktu dalam
hidupnya.
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala yang terdapat selama kurun waktu 1 bulan atau lebih
(kriteria PPDGJ III).
Terdapat korelasi yang minim antara penggunaan antipsikosis selama kehamilan dan
malformasi kongenital. Meskipun demikian penggunaan antipsikosis selama kehamilan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 26
Terapi Antipsikosis skizofrenia pada Kehamilan

sebaiknya dihindari, khususnya trimester pertama, kecuali jika keuntungannya melebihi


kerugiannya.
Jika pasien, psikiater, dokter kandungan memutuskan untuk meneruskan terapi
psikofarmaka selama kehamilan, dosis perlu dikalibrasi sesuai dengan perubahan
fisiologi setiap trimester.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Periode 4 November-7 Desember 2013 27

Anda mungkin juga menyukai