PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Peradilan Agama yang telah lama dikenal masyarakat muncul
sebelum datangnya Penjajah Belanda yang banyak mengalami pasang
surut hingga sekarang, pada mulanya peradilan Islam sangat sederhana
sesuai dengan kesederhanaan masyarakat dan perkara-perkara yang
diajukanya kepadanya pada awal islam, lalu berkembang sesuai dengan
kebutuhan hukum yang berkembang dalam Masyarakat.1
2
kepentingan yang harus lebih dijamin yaitu kepentingan untuk
memberikan ruang gerak bagi kesadaran hukum masyarakat terhadap
hukum agama. Kedua, adanya hak kelompok tertentu dalam masyarakat
dalam hal ini ummat islam untuk melaksanakan hukum agamanya tidak
dapat ditawar. Dalam kaitannya dengan slogan bhineka tunggal ika,
kesempatan yang diberikan oleh pemerintah bagi dibentuk dan
diberlakukannya Kompilasi Hukum Islam adalah bentuk ke-bhinneka-an
dalam kesadaran menjalankan hukum agama, namun tetap tunggal ika
dalam wadah Negara Rukum Republik Indonesia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
3
8. Untuk Mengetahui Kompilasi Hukum Islam dalam Tinjauan
Madzhab?
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Peradilan berasal dari akar kata adil,dengan awalan per dan
dengan imbuhan an. Kata Peradilan sebagai terjemahan dari qadha yang
berarti memutuskan ,melaksanakan, menyelesaikan.2 Adapula yang
menyatakan bahwa umumnya kamus tidak membedakan antara peradilan
dengan pengadilan.3
4
Dalam literature-literatur fikih Islam, peradilan disebut qadha,
artinya menyelesaikan, seperti firman Allah :
Letak perbedaan antara hukum Islam dan hukum hukum itu terletak
pada waktu munculnya hukum tersebut. Hukum Islam telah ada sebelum
manusia ada. Sedang hukum umum baru ada setelah manusia ada.
Sedangkan hakim dalam hal ini hanya menerapkan hukum yang sudah
5 Ibid.hal.30
5
ada dalam kehidupan, bukan menetapkan sesuatu yang belum ada. Dari
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tugas peradilan
berarti menampakan hukum agama, tidak tepat bila dikatakan
menetapkan suatu hukum. Abdul Halim mengatakan bahwa makna
peradilan selain yang diungkapkan oleh Ibn Abidin, adapula ulama yang
berpendapat bahwa makna peradilan itu berarti menyelesaikan suatu
sengketa dengan hukum Allah.
6
negara merdeka milik nenek moyang di nusantara ini. Baik setelah datang
Belanda maupun sebelumnya.7
7
diputus lembaga hakim ini adalah perkara yang nonpidana. Pada
beberapa tempat, tahkim ini melembaga sebagai peradilan syara. Berkat
cara dakwah yang persuasif, bahkan pada beberapa kerajaan, peradilan
syara ini berdampingan secara baik dengan peraturan raja yang
umumnya bersumber dari adat. Priode tahkim ini dapat diduga sebagai
awal perkembangan Peradilan Agama di Indonesia.9
10 Ibid
8
yaitu tentang kekuasaan relatif" dan kekuasaan Absolut, sekaligus
dibicarakan pula didalmnya tentang tempat mengajukan gugatan/
permohonan serta jenis perkara yang menjadi kekuasaan pengadilan. 11
9
menentukan kewenangan relatif Pengadilan Agama merujuk kepada
ketentuan pasal 118 HIR atau Pasal 73 UU Nomor 7 Tahun 1989.12
10
rujukan dalam memutuskan perkara yang kesemuanya bermazhab Syafii.
Akan tetapi tetap saja menimbulkan persoalan yaitu tidak adanya
keseragaman keputusan hakim.
Bustanul Arifin adalah seorang tokoh yang tampil dengan gagasan
perlunya membuat Kompilasi Hukum Indonesia. Gagasan-gagasan ini
didasari pada pertimbangan-pertimbangan berikut:
1. Untuk berlakunya hukum Islam di Indonesia, harus ada antara
lain hukum yang jelas dan dapat dilaksanakan oleh aparat
penegak hukum maupun oleh masyarakat.
2. Persepsi yang tidak seragam tentang syariah menyebabkan hal-
hal:
a. Ketidakseragaman dalam menentukan apa-apa yang disebut
hukum Islam itu (maa anzalallahu),
b. Tidak mendapat kejelasan bagaimana menjalankan syariat itu
(Tanfiziyah) dan
c. Akibat kepanjangannya adalah tidak mampu menggunakan
jalan-jalan dan alat-alat yang tersedia dalam Undang-Undang
Dasar 1945 dan perundangan lainya.
3. Di dalam sejarah Islam, pernah ada tiga Negara dimana hukum
Islam diberlakukan
1. Sebagai perundang-undangan yang terkenal dalam fatwa
Alamfiri,
2. Di kerajaan Turki Ustmani yang terkenal dengan nama
Majallah al-Ahkam Al-Adliyah dan
3. Hukum Islam pada tahun 1983 dikodifikasikan di Subang.
Gagasan Bustanul Arifin disepakati dan dibentuklah Tim pelaksana
Proyek dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) ketua Mahkamah Agung
RI dan Menteri Agama RI No.07/KMA/1985. Dalam Tim tersebut Bustanul
dipercaya menjadi Pemimpin Umum dengan anggota Tim yang meliputi
para pejabat Mahkamah Agung dan Departemen Agama. Dengan kerja
keras anggota Tim dan ulama-ulama, cendikiawan yang terlibat di
dalamnya maka terumuslah KHI yang ditindaklanjuti dengan keluarnya
instruksi presiden No.1 Tahun 1991 kepada menteri Agama untuk
menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam yang terdiri dari buku I tentang
Perkawinan, Buku II tentang Kewarisan, Buku III tentang Perwakafan.
11
Inpres tersebut ditindaklanjuti dengan SK Menteri Agama No.154 Tahun
1991 tanggal 22 Juli 1991.
Kemunculan KHI di Indonesia dapat dicatat sebagai sebuah prestasi
besar yang dicapai umat Islam. Setidaknya dengan adanya KHI itu, maka
saat ini di Indonesia tidak akan ditemukan lagi pluralisme Keputusan
Peradilan agama, karena kitab yang dijadikan rujukan hakim Peradilan
Agama adalah sama. Selain itu fikih yang selama ini tidak positif, telah
ditransformasikan menjadi hukum positif yang berlaku dan mengikat
seluruh umat Islam Indonesia. Lebih penting dari itu, KHI diharapkan akan
lebih mudah diterima oleh masyarakat Islam Indonesia karena ia digali
dari tradisi-tradisi bangsa indonesia. Jadi tidak akan muncul hambatan
Psikologis di kalangan umat Islam yang ingin melaksanakan Hukum Islam.
13M. Karsayuda, Perkawinan Beda Agama : Menakar Nilai-Nilai Keadilan KompilasiHukum Islam,
Yogyakarta : Total Media, 2006, hlm. 94.
14Bustanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia, Akar Sejarah Hambatan danProspeknya, Jakarta :
Gema Insani Press, 1996, hlm. 49.
12
"Kompilasi Hukum Islam adalah sekumpulan materi Hukum Islam yang
ditulis pasal demi pasal, berjumlah 229 pasal, terdiri atas 3 kelompok
materi hukum, yaitu Hukum Perkawinan(170 pasal), Hukum Kewarisan
termasuk Wasiat dan Hibah (44 pasal), danHukum Perwakafan (14 pasal),
ditambah satu pasal Ketentuan Penutupyang berlaku untuk ketiga
kelompok hukum tersebut.Rumusan yang sama dikemukakan Muhammad
Daud Ali, KompilasiHukum Islam adalah kumpulan atau himpunan kaidah-
kaidah hukumIslam yang disusun secara sistematis. Isi dari Kompilasi
Hukum Islamterdiri atas tiga buku, masing-masing buku dibagi ke dalam
beberapa babdan pasal, dengan sistematika sebagai berikut :
Buku I Hukum Perkawinan terdiri dari 19 bab dengan 170 pasal.
Buku II Hukum Kewarisan terdiri dari 6 bab dengan44 pasal
(daripasal 171 sampai dengan Pasal 214).
Buku III Hukum Perwakafan, terdiri dari 5 Bab dengan 14 Pasal
(dariPasal 215 sampai dengan Pasal 228). 15 Kebutuhan akan adanya
KompilasiHukum Islam bagi Peradilan Agama sudah lama menjadi catatan
dalamsejarah Departemen Agama.
Secara materi, Kompilasi Hukum Islam dapat dikatakan
sebagaihukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Dikatakan tertulis sebab
sebagianmateri Kompilasi Hukum Islam merupakan kutipan dari atau
menunjukmateri perundangan yang berlaku, seperti UU Nomor 1 Tahun
1974,tentang Perkawinan, UU Nomor 22 Tahun 1946 jo UU 32 Tahun
1954,tentang Pencatatan Nikah bagi Umat Islam, PP Nomor 9 Tahun 1975,
tentang Aturan Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 dan
sebagainya.Dikatakan sebagai hukum tidak tertulis sebab sebagian
materiKompilasi Hukum Islam merupakan rumusan yang diambil dari
materi fiqh atau ijtihadpara ulama dan kesepakatan para peserta
lokakarya.Kondisi Kompilasi Hukum Islam yang bukan peraturan
perundangundanganitu yang menjadikan Kompilasi Hukum Islam disikapi
15Mohammad Daud Ali,Hukum Islam,pengantar ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Pers,2014, hal 297
13
beragamoleh Pengadilan Agama (PA) maupun Pengadilan Tinggi Agama
(PTA).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Kompilasi Hukum
Islamitu adalah ketentuan hukum Islam yang ditulis dan disusun
secarasistematis menyerupai peraturan perundang-undangan untuk
sedapatmungkin diterapkan seluruh umat Islam dalam menyelesaikan
masalah-masalahdi bidang yang telah diatur Kompilasi Hukum Islam. Oleh
parahakim peradilan agama Kompilasi Hukum Islam digunakan
sebagaipedoman dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara
yangdiajukan kepadanya.
14
cukup kental. Ini makin diperparah dengan anggapan bahwa fiqh identik
dengan Syariah atau hukum Islam yang merupakan wahyu aturan Tuhan,
sehingga tidak dapat berubah. Umat Islam akhirnya terjebak ke dalam
pemahaman yang tumpang tindih antara yang sakral dengan yang profan.
Situasi tersebut berimplikasi negatif terhadap pelaksanaan hukum
Islam di lingkungan Peradilan Agama. Pengidentifikasian fiqh dengan
Syariah atau hukum Islam sepertiitu telah membawa akibat kekeliruan
dalam penerapan hukum Islam yang sangat keterlaluan. Dalam
menghadapi penyelesaian kasus-kasus perkara di lingkungan peradilan
agama, para hakim menoleh kepada kitab-kitab fiqh sebagai rujukan
utama. Jadi, putusan pengadilan bukan didasarkan kepada hukum,
melainkan doktrin serta pendapat-pendapat mazhab yang telah
terdeskripsi di dalam kitab-kitab fiqh.
Akibat dari cara kerja yang demikian, maka lahirlah berbagai produk
putusan Pengadilan Agama yang berbeda-beda meskipun menyangkut
satu perkara hukum yang sama. Hal ini menjadi semakin rumit dengan
adanya beberapa mazhab dalam fiqh itu sendiri, sehingga terjadi
pertarungan antar mazhab dalam penerapan hukum Islam di Pengadilan
Agama.
Proses penerapan hukum Islam yang simpang-siur tersebut di atas
tentu saja tidak dapat dibenarkan dalam praktek peradilan modern,
karena menimbulkan ketidakpastian hukum dalam masyarakat.
Menjadikan kitab-kitab fiqh sebagai rujukan hukum materiil pada
pengadilan agama juga telah menimbulkan keruwetan lain. Kenyataan-
kenyataan ini mengharuskan dibentuknya sebuah unifikasi hukum Islam
yang akhirnya berhasil disahkan pada tahun 1991, yakni Kompilasi Hukum
Islam yang diberlakukan oleh Inpres No. 1 tahun 1991.
2. Landasan Yuridis
Landasan yuridis mengenai perlunya hakim memperhatikan
kesadaran hukum masyarakat adalah Undang-Undang No. 4 Tahun 2004
Pasal 28 ayat 1 yang berbunyi: Hakim wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat. Selain itu, Fikih Islam mengungkapkan kaidah: Hukum
15
Islam dapat berubah karena perubahan waktu, tempat, dan keadaan.
Keadaan masyarakat itu selalu berkembang, karenanya pelaksanaan
hukum menggunakan metode yang sangat memperhatikan rasa keadilan
masyarakat. Diantara metode itu ialah maslahat mursalah, istihsan,
istishab, dan urf.
3. Landasan fungsional.
Kompilasi Hukum Islam adalah fikih Indonesia karena ia disusun
dengan memperhatikan kondisi kebutuhan hukum umat Islam Indonesia.
Fikih Indonesia dimaksud adalah fikih yang telah dicetuskan oleh Hazairin
dan T.M. Hasbi Ash-Shiddiqi. Fikih sebelumnya mempunyai tipe fikih lokal
semacam fikih Hijazy, fikih Mishry, fikih Hindy, fikih lain-lain yang sangat
mempehatikan kebutuhan dan kesadaran hukum masyarakat setempat. Ia
mengarah kepada unifikasi mazhab dalam hukum islam. Oleh karena itu,
di dalam sistem hukum di Indonesia ini merupakan bentuk terdekat
dengan kodifikasi hukum yang menjadi arah pembangunan hukum
nasional di Indonesia.16
16Saekan dan Erniati Effendi, Sejarah Penyusunan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Arkola, Surabaya,
1997, hlm. 20-22.
16
Perkembangan konfigurasi politik senantiasa mempengaruhi
perkembangan produk hukum. Konfigurasi politik tertentu senantiasa
melahirkan produk hukum yang memiliki karakter tertentu. Konfigurasi
politik yang demokratis senantiasa melahirkan hukum-hukum yang
berkarakter responsive/populistik, sedangkan konfigurasi politik otoriter
senantiasa akan melahirkan hukum-hukum yang berkarakter
konservatif/ortodoks.17
Pengaruh politik hukum terhadap KHI akan menjadi karakter-
karakter politik hukum Islam di Indonesia. Pengaruh tersebut akan
membawa konsekuensi untuk memperbincangkan kembali diskursus
hukum agama dan hukum Negara di dalam wadah Negara Pancasila.
Keberadaan hukum islam harus diselaraskan dengan visi pembangunan
hukum yang dicanangkan Negara. Disini lalu terjadi proses filterisasi
terhadap materi hukum Islam oleh Negara.
Dengan demikian, secara ideologis KHI berada pada titik tengah
antara paradigm agama dan paradigma Negara. Dalam paradigm agama,
hukum Islam wajib dilaksanakan oleh Umat Islam secara kaffah, tidak
mengenal ruang dan waktu. Penerapannya dalam kehidupan social
menjadi misi agama yang suci. Dengan kata lain bahwa hukum Islam
berada dalam penguasaan hukum Negara dengan mempertimbangkan
pluralitas agama, etnis, ras dan golongan. Hasil interaksi dari dua
paradigma yang berbeda itu merupakan wujud nyata politik Negara
terhadap hukum islam di Indonesia. Karena itu KHI merupakan satu-
satunya hukum materiil Islam yang memperoleh legitimasi politik dan
yuridis dari Negara.
Ada dua hal yang menjadi pertimbangan sehingga KHI penting
untuk disebarluaskan, pertama karena KHI diterima oleh Majelis Ulama
Indonesia. Kedua Karena KHI bisa dipergunaka sebagai pedoman dalam
menyelesaikan maslaah-masalah perkawinan, kewarisan dan perwakafan,
baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat yang memerlukannya.
KHI bisa dijadikan pedoman bagi hakim dilingkungan Badan
Peradilan Agama sebagai hukum terapan dalam menyelesaikan perkara-
17Mahfud, Moh, MD, Perkembangan Politik Hukum, Yogyakarta, 1993, hal, 675, 676.
17
perkara yang diajukan kepadanya. Maka tampak sebetulnya fungsi
pedoman itu ditujukan bagi para hakim dilingkungan Badan Peradilan
Agama. Sedangkan masyarakat yang disebutkan hanya bersifat tawaran
alternative.
Implementasi Kompilasi Hukum islam bersifat fakultatif, yaitu
ketentuan-ketentuan hukum islam yang boleh dikatakan sebagai hasil
ijtihad kolektif ala Indonesia yang tertuang dalam Inpres no. 1 Tahun 1991,
itu tidak secara priority mengikat dan memaksa warga Negara Indenesia,
khususnya ummat Islam. KHI bersifat anjuran dan alternative hukum.18
18
hukum Islam oleh Negara. Dengan demikian, secara ideologis KHI berada
pada titik tengah antara paradigm agama dan paradigma Negara. Dalam
paradigm agama, hukum Islam wajib dilaksanakan oleh Umat Islam secara
kaffah, tidak mengenal ruang dan waktu. Penerapannya dalam kehidupan
social menjadi misi agama yang suci.. Dengan kata lain bahwa hukum
Islam berada dalam penguasaan hukum Negara dengan
mempertimbangkan pluralitas agama, etnis, ras dan golongan. Hasil
interaksi dari dua paradigma yang berbeda itu merupakan wujud nyata
politik Negara terhadap hukum islam di Indonesia. Karena itu KHI
merupakan satu-satunya hukum materiil Islam yang memperoleh
legitimasi politik dan yuridis dari Negara.
19
B A B III
PE N UTU P
Kesimpulan
20
Kemunculan gagasan KHI di latarbelakangi dan didorong oleh kebutuhan teknis
yudisial peradilan agama. Kompilasi Hukum Islamitu adalah ketentuan hukum Islam
yang ditulis dan disusun secarasistematis menyerupai peraturan perundang-undangan
untuk sedapatmungkin diterapkan seluruh umat Islam dalam menyelesaikan masalah-
masalahdi bidangPerkawinan,Kewarisan dan Perwakafan. KHI mempunyai kedudukan
yang penting dalam tata hukum Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1(Jakarta :1996)
Yogyakarta :PT.Maarif
2006
vernus NV,1978
press 2014
21
Roihan A.Rasyid, hukum Acara Peradilan Agama Jakarta
:CV.Rajawali,1992
kencana,2007
Keadilan Kompilasi
Pers,2014
1993
22
BIODATA
23
Nama Lengkap : Najibil Haromain S.Sy
NIK :3604030603890011
Serang,Banten
No HP : 081217775352
24
4. S1,Fakulats Hukum Keluarga Universitas
Hasyim
Asyari(UNHASY) Jombang.
25