Anda di halaman 1dari 22

KARSINOMA MAMMAE SINISTRA

102011170 Erika Sthefany Adam


102012207 Winaldi Sandimusti
102013080 Adelita Ayu Karlinawati
102013328 Amarce Estevina Yoteni
102014034 Jessica Oswari
102014067 Andi Akhmad Riskal*
102014139 Mariska Nada Debora*
102014205 Naomi Constantia Allen*
D6

Tutor: dr.Danny A. Hermawan, Dipl. Derm


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

PENDAHULUAN

Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan
kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian
nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular (Ama, 1990). Di Indonesia diperkirakan
terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi
penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup,
sosial ekonomi, serta perubahan pola penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit
terbesar penyebab utama kematian di Indonesia. Gejala permulaan kanker payudara sering
tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang
berobat dalam keadaan lanjut. Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan
hasilnya sangat tidak memuaskan. Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi dan
atau radiasi. Pengobatan pada stadium dini untuk kanker payudara menghasilkan kesembuhan
75%. 1

Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio,
yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang
dari aksila sampai ke regio inguinal. Dua pertiga bagian atas mamma terletak di atas otot
pektoralis mayor, sedangan sepertiga bagian bawahnya terletak diatas otot seratus anterior,
otot oblikus eksternus abdominis dan otot rektus abdominis. Setiap payudara terdiri atas 12
sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papila mamma yang
disebut duktus laktiferus yang akan bermuara ke papilla mamma. Di antara kelenjar susu dan
fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Yang
memberi kerangka untuk payudara adalah jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper. 1

Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri perforantes anterior dari
arteri mamaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri aksilaris dan
beberapa arteri interkostalis. Payudara sisi superior dipersarafi oleh nervus supraklavikula

1
yang berasal dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus servikal. Payudara sisi medial dipersarafi oleh
cabang kutaneus anterior dari nervus interkostalis 2-7. Papila mamma terutama dipersarafi
oleh cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis 4. 2

ANAMNESIS

Menanyakan identitas dan data umum seperti nama, usia, pekerjaan, agama, suku
Menanyakan keadaan sosial dan ekonomi, gaya hidup dan kondisi lingkungan Menanyakan
adanya keluhan utama dan penyerta. Menanyakan apakah pasien telah melakukan
pemeriksaan sebelumnya atau pengobatan sebelumnya, apa yang dilakukan untuk
mengatasi keluhannya sebelum ke dokter. Menanyakan riwayat penyakit keluarga dan penyakit
terdahulu.3 Didahului dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap. Keluhan
utama penderita dapat berupa: massa tumor di payudara; rasa sakit; cairan dar puting susu;
retraksi puting susu; adanya ekzema sekitar areola; keluhan kulit berupa dimpling,
kemerahan, ulserasi atau adanya peau d'orange; atau keluhan berupa pembesaran kelenjar
getah bening aksila atau tanda metastasis jauh. Adanya tumor ditentukan sejak beberapa lama,
cepat atau tidak membesar, disertai sakit atau tidak. Biasanya tumor pada proses keganasan atau,
kanker payudara; mempunyai ciri dengan batas yang irregular umumnya tanpa ada rasa nyeri;
tumbuh progresif cepat membesar.3 Pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan tumor dan
perubahan ukuran tumor; kawin atau tidak; jumlah anak, disusukan atau tidak; riwayat penyakil
kanker dalam; obat-obatan yang pernah dipakai terutama yang bersifat hormonal; apakah
pernah operasi payudara dan obstetri-ginekologi.3 Penyebaran informasi sesungguhnya
tentang riwayat alamiah dan insidens kanker payudara sering bertanggung jawab untuk
kewaspadaan pasien akan penyakit payudara. Anamnesis terpadu harus didapatkan
sebelum melakukan pemeriksaan fisik. Penyelidikan terinci tentang faktor risiko penyerta
seperti usia, pantas serta riwayat menstruasi dan menyusui, bersifat' penting. Usia menarke
dan perubahan siklik dengan menstruasi berkorelasi bermakna dengan penyakit jinak dan
ganas. Pertanyaan tentang tindakan bedah sebelumnya, terutama ooforektomi, adrenalektomi
atau pembedahan pelvis, penting untuk memastikan kemungkinan efek penghentian sekresi
estrogen endogen. Penting riwayat terapi hormon sebelumnya, yang mencakup kontrasepsi
oral dan estrogen eksogen. Kehadiran dan sifat sekret puting susu maupun hubungannya
dengan ovulasi siklus bias memberikan petunjuk penting tentang etiologi.4

Sekitar 75 sampai 85 persen massa payudara dikenal pasien sebelum mencari


pertolongan medis. Sifat pertumbuhan, reprodusibilitas pemeriksaan selama siklus nienstruasi
dan sekret puting Susu merupakan pokok informasi bersangkut paut. Nyeri (mastodinia)
dengan pembengkakan dan rasa penuh payudara .dalam masa segera pramestruasi atau
pascamenstruasi menggambarkan lesi payudara sensitif hormon yang jinak. Penyelidikan
riwayat penyakit keluarga kanker payudara dan gejala konstitusional yang mencakup
penurunan berat badan, demam, hemoptisis, nyeri dada, anoreksia dan nyeri tulang rangka
penting bila indeks kecurigaan keganasan tinggi.4

Riwayat lain yang perlu ditanyakan, antara lain apakah penderita sedang hamil atau
tidak. Hal ini penting untuk diketahui, karena kehamilan dapat mengacaukan
interpretasi terhadap adanya massa. Haid terakhir harus dicatat karena perubahan siklus haid

2
me-ngesankan perubahan hormonal pada umumnya, dengan dampak sekundernya pada
payudara. Tanyakan pada pasien bilamana massa itu sebelumnya sudah ada dan diagnose
patologik pada biopsi, serta terapi yang diberikan sebelum ini. Perhatikan juga adanya gejala
sistemik seperti nyeri tulang, berat badan makin menurun dan lain-lain.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi

Inspkesi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara, apakah terdapat edema
(peau dorange), retraksi kulit atau puting susu, dan eritema.5

2. Palpasi

Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk palpasi kelenjar
limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap massa yang teraba atau suatu
lymphadenopathy, harus dinilai lokasinya, ukurannya, konsistensinya, bentuk, mobilitas
atau fiksasinya.5

3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala-gejala seperti berikut untuk membedakanya dengan
lesi massa yang jinak lainnya pada mammae
penyakit Fibrocystic: massa bilateral yang nyeri, fluktuasi cepat dalam ukuran massa,
gejala-gejala meningkat selama fase premenstruasi
Fibroadenoma: bulat, massa mudah digerakkant
Intraductal papilloma: puting susu berdarah yang sifatnya unilateral
Nekrosis lemak: massa dengan kulit atau putting retraksi
Mastitis atau abses mammae : eritema, dan indurasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Mammografi

Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk mendeteksi


kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi. Karsinoma yang tumbuh
lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi setidaknya 2 tahun sebelum mencapai
ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi.5

Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan teknik ini terus
dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas gambarnya. Mammografi
konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1 sentigray (cGy) setiap penggunaannya.
Sebagai perbandingan, Foto X-ray thoraks menyalurkan 25% dari dosis radiasi mammografi.
Mammografi dapat digunakan baik sebagai skrining maupun diagnostik. Mammografi
mempunyai 2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal (CC) dan oblik mediolateral (MLO). MLO
memberikan gambaran jaringan mammae yang lebih luas, termasuk kuadran lateral atas dan
axillary tail of Spence. Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang lebih
baik pada aspek medial dan memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar.

Radiologis yang berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma payudara dengan tingkat


false-positive sebesar 10% dan false-negative sebesar 7%. Gambaran mammografi yang

4
spesifik untuk karsinoma mammae antara lain massa padat dengan atau tanpa gambaran
seperti bintang (stellate), penebalan asimetris jaringan mammae dan kumpulan
mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi ini merupakan tanda penting karsinoma pada
wanita muda, yang mungkin merupakan satu-satunya kelainan mammografi yang ada.
Mammografi lebih akurat daripada pemeriksaan klinis untuk deteksi karsinoma mammae
stadium awal, dengan tingkat akurasi sebesar 90%. Protokol saat ini berdasarkan National
Cancer Center Network (NCCN) menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus
dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40 tahun, pemeriksaan
payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan pemeriksaan mammografi. Pada suatu
penelitian atas screening mammography, menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap
karsinoma mammae stadium II, III dan IV pada populasi yang dilakukan skrining dengan
mammografi.6

2. Ultrasonografi (USG)

Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk membantu hasil
mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan untuk menentukan massa yang
kistik atau massa yang padat. Pada pemeriksaan dengan USG, kista mammae mempunyai
gambaran dengan batas yang tegas dengan batas yang halus dan daerah bebas echo di bagian
tengahnya. Massa payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang halus, berbentuk oval
atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas. Karsinoma mammae
disertai dengan dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga berbatas tegas dengan
peningkatan akustik. USG juga digunakan untuk mengarahkan fine-needle aspiration biopsy
(FNAB), core-needle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG merupakan
pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien tetapi tidak dapat mendeteksi
lesi dengan diameter 1 cm.5

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada mammografi, lesi
payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada pemeriksaan klinis dan mammografi
tidak didapat kelainan, maka kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat
kecil.5

MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan untuk skrining.
Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma mammae yang rekuren atau
jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam memeriksa mammae kontralateral pada wanita
dengan karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma
lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.6

4. Biopsi

Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan sitologi


merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional dengan resiko yang
rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis sitologi dari karsinoma
mammae dan juga dalam masalah pengambilan sampel, karena lesi yang dalam mungkin

5
terlewatkan. Insidensi false-positive dalam diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan
tingkat false-negative sebesar 10%. Kebanyakan klinisi yang berpengalaman tidak akan
menghiraukan massa dominan yang mencurigakan jika hasil sitologi FNA adalah negatif,
kecuali secara klinis, pencitraan dan pemeriksaan sitologi semuanya menunjukkan hasil
negatif.

Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti jaringan dengan
jarum yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core needle biopsy dari massa yang
dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di klinik dan cost-effective dengan anestesi lokal.7

Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum memutuskan
tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB atau core-
needle biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan hasil yang cepat dengan biaya dan resiko
yang rendah, tetapi ketika hasilnya negatif maka harus dilanjutkan dengan open biopsy. Open
biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada biopsi insisional
mengambil sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-
needle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau klinis curiga
suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi
eksisional, seluruh massa payudara diambil.4,6

5. Biomarker

Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker sebagai salah satu
faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae. Biomarker ini mewakili gangguan
biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan perkembangan karsinoma. Biomarker
ini digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian kemopreventif jangka pendek dan
termasuk perubahan histologis, indeks dari proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah
pada karsinoma. Nilai prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae
antara lain (1) petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen (PNCA), BrUdr
dan Ki-67; (2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis
seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; (4) growth
factors dan growth factor receptors seperti human epidermal growth receptor (HER)-2/neu
dan epidermal growth factor receptor (EGFr) dan (5) p53. 5

6. Laboratorium

Tes laboratorik rutin, hanya memperlihatkan sedikit arti pada pemeriksaan penyakit
payudara, kecuali pada penderita dengan kanker yang telah lanjut. Belum ada pemeriksaan
darah yang digunakan untuk mendeteksi adanya kanker payudara. Petanda tumor (Tumor
Marker/ TM) ialah molekul protein berupa enzim, hormon dan lain - lain, yang dalam keadaan
normal tidak atau sedikit sekali diproduksi oleh sel tubuh. TM merupakan salah satu
penunjang pemeriksaan kanker tertentuu baik screening, mengakkan diagnosis, prognosis,
pemantauan hasil pengobatan, dan juga deteksi kekambuhan. Pemeriksaan petanda tumor
(Tumor marker) untuk payudara yang menggunakan sampel darah yaitu CA 15-3 tidak
digunakan untuk mendeteksi atau menegakkan diagnosis kanker.

6
Pemeriksaan CA 15-3 dilakukan bila diagnosis kanker
sudah ditegakkan dan lebih banyak digunakan untuk monitor terapi serta progresivitas
kanker.

DIAGNOSIS KERJA

1. Karsinoma Mammae Sinistra

Di seluruh dunia, kanker payudara adalah kanker yang mengancam jiwa yang paling
sering didiagnosis pada wanita.Di negara-negara berkembang, ianya merupakan penyebab
utama kematian akibat kanker pada wanita.1,2 Banyak karsinoma payudara dini tidak
menunjukkan gejala; rasa sakit atau ketidaknyamanan. Kanker payudara sering pertama kali
terdeteksi dengan mammogram sebagai suatu kelainan tanpa diketahui oleh pasien atau tanpa
tanda-tanda pada payudara sebelumnya.1Peningkatan kesadaran masyarakat dan kemajuan
teknik skrining banyak membantu dalam membuat diagnosis awal, Perbaikan dalam terapi
dan skrining telah menyebabkan kualitas hidup ditingkatkan untuk wanita yang di diagnosa
menderita kanker payudara.2

Tipe-tipe Kankar Payudara Ciri-ciri


1. Ductal carcinoma in situ Pada karsinoma duktal in situ (DCIS) sel-sel di dalam
(DCIS) beberapa duktus payudara sudah mulai berubah menjadi
sel kanker. Sel-sel ini terbatas di dalam saluran dan belum
mulai menyebar ke jaringan payudara di sekitarnya. Jadi,
ada sangat sedikit kesempatan salah satu sel telah
menyebar ke kelenjar getah bening atau di tempat lain
dalam tubuh.
DCIS menggambarkan bentuk awal dari kanker payudara.
Jika tidak diobati, DCIS mulai menyebar ke jaringan
payudara di sekitarnya setelah beberapa tahun. Sehingga
dapat menjadi kanker invasif. DCIS dan kanker payudara
invasif adalah bukan hal yang sama. Pada kanker payudara
invasif, sel-sel sudah pecah dari saluran-saluran dan
menyebar ke jaringan payudara di sekitarnya. Maka ada
kemungkinan bahwa sel-sel menyebar ke kelenjar getah
bening terdekat atau bagian lain dari tubuh.
2. Lobular carcinoma in situ Pada karsinoma lobular in situ (LCIS), sel-sel di dalam
(LDIS) beberapa lobulus payudara sudah mulai menjadi abnormal.
Ini bukan kanker dan sering disebut sebagai neoplasia
lobular. Sel-sel tersebutterbatas di dalam lapisan dalam
lobulus payudara dan sering ditemukan di kedua payudara.
Penderita LCIS mempunyai resiko tinggi untuk
berkembang menjadi kanker payudara invasif. LCIS tidak
muncul di X-ray payudara (mammogram) dan biasanya
tidak menimbulkan gejala. Hal ini sering didiagnosis

7
secara kebetulan ketika biopsi payudara untuk sesuatu
kelainan yang lain.
3. Invasive breast cancer Kanker payudara invasif (NST) adalah jenis yang paling
umum dari kanker payudara. NST adalah singkatan no
special type. Sekitar 90 dari setiap 100 kanker payudara
didiagnosis (90%) tidak memiliki fitur-fitur khusus dan
digolongkan sebagai NST. Dulu ia disebut karsinoma
ductal karena kanker ini dimulai pada sel-sel yang melapisi
payudara.
4. Invasive lobular breast Sekitar 1 dari 10 kanker payudara yang didiagnosis (10 %)
cancer adalah karsinoma payudara lobular invasif. Ini berarti
bahwa kanker dimulai dalam sel-sel yang melapisi lobulus
payudara dan telah menyebar ke jaringan payudara di
sekitarnya. kanker lobular invasif dapat berkembang pada
wanita dari segala usia. Tetapi yang paling umum pada
wanita berusia antara 45 dan 55 tahun.
5. Inflammatory breast cancer Ini adalah tipe yang jarang dari kanker payudara. Antara 1
dan 4 dari setiap 100 kanker payudara didiagnosis (1
sampai 4%) adalah tipe ini. Hal ini disebut inflamasi
karena jaringan payudara menjadi meradang sehingga sel-
sel kanker memblokir saluran getah bening terkecil di
payudara.
Tabel 1: Tipe-tipe Umum Karsinoma Payudara1,7

Gambar 1: Karsinoma Payudara Duktus In Situ Dan Lobulus In Situ7

Gejala yang yang paling sering meliputi :

8
1. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada puting susunya

a. Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di daerah ketiak
b. Puting susu terasa mengeras

2. Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting susunya

a. Perubahan ukuran maupun bentuk dari payudara


b. Puting susu tertarik ke dalam payudara
c. Kulit payudara, areola, atau puting bersisik, merah, atau bengkak. Kulit mungkin
berkerut-kerut seperti kulit jeruk.

3. Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu

Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika sel kanker
telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan di kelenjar limfe yang berada di
sekitar payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh lain, paling
sering ke tulang, hati, paru-paru, dan otak.7

Pada 33% kasus kanker payudara, penderita menemukan benjolan pada payudaranya. Tanda
dan gejala lain dari kanker payudara yang jarang ditemukan meliputi pembesaran atau
asimetrisnya payudara, perubahan pada puting susu dapat berupa retraksi atau keluar sekret,
ulserasi atau eritema kulit payudara, massa di ketiak, ketidaknyamanan muskuloskeletal. 50%
wanita dengan kanker payudara tidak memiliki gejala apapun. Nyeri pada payudara biasanya
berhubungan dengan kelainan yang bersifat jinak.

Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan
prognosis:
Jenis sel kanker
Gambaran kanker
Respon kanker terhadap hormon Kanker yang memiliki reseptor
estrogen tumbuh secara lebih lambat dan sering ditemukan pada
wanita pasca menopause
Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara.

DIAGNOSIS BANDING
Radang Kronik Granolumatous (Mastitis Granolumatous)
Granulomatous mastitis adalah kondisi dimana terdapat massa jaringan di dalam
payudara. Kondisi ini paling sering muncul setelah kehamilan, muncul rata-rata antara 2 dan
6 tahun setelah kehamilan, meski hal ini tidak selalu terjadi. Mastitis granulomatus juga
terjadi terutama pada wanita usia reproduktif (17-42 tahun), dengan usia rata-rata 32 tahun,
sering kali wanita tersebut sudah pernah melahirkan
Mastitis granulomatosa dapat terjadi dengan nyeri tekan dan perubahan pada
payudara, yang dapat menyebabkan payudara terasa panas saat disentuh. Kadang terdapat

9
benjolan, terutama di daerah subareolar (daerah di belakang puting susu) payudara. Jika
mastitis granulomatosa dibiarkan berlangsung, payudara bisa menjadi keriput dan benjolan
dapat terus membesar.
Diagnosis mastitis granulomatosa dapat dipersulit oleh fakta bahwa kondisi tersebut
meniru abses payudara dan kanker payudara. Pemindaian ultrasound dapat mengidentifikasi
bahwa benjolan tersebut adalah abses. Darah dari abses kemudian akan dikirim ke
laboratorium patologi untuk pengujian. Penting agar kita mengirimkan pus ini untuk analisis.
Pada mastitis granulomatosa, pus tidak mengandung bakteri tuberculosis dan penting bagi
kita untuk menyingkirkan TB (tuberkulosis).
Dalam menegakkan mastitis granulomatous, sulit untuk membedakan antara lesi
granulomatous dengan lesi karsinoma pada mammogram. Pemeriksaan penunjang Fine
needle aspiration cytology (FNAC) merupakan prosedur diagnostik standar yang lebih
sederhana dan lebih ekonomis (dibandingkan dengan biopsy core-needle atau biopsy
eksisional) dalam mendiagnosis berbagai penyakit pada mamma, terutama benjolan pada
payudara dengan atau tanpa limfanedopati. Dengan teknik ini dapat membedakan antara
mastitis granulomatosus dengan mastitis tuberkulosis. Diagnosis mastitis tuberkulosis dari
pemeriksaan FNAC dibuat dengan melihat organismenya atau mengisolasinya dengan kultur
(kultur hanya positif pada 25%-30% kasus). Dimana basil tahan asam dapat dinyatakan
positif pada smear yang diwarnai dengan Ziehl Neelsen, atau dari pemeriksaan mikroskopis
dengan jumlah basil 10.000- 100.000/mL material. Jika tidak terdapat basil tahan asam pada
smear, adanya granuloma sel epiteloid dan giant cells, terutama pada jaringan nekrosis,
menunjukkan gambaran diagnostik yang possible. Granuloma juga terdapat pada penyakit-
penyakit yang lain, yaitu mastitis granulomatous dan sarkoidosis. Pada kasus yang hanya
menunjukkan granuloma epiteloid pada smear tetapi basil tahan asamnya negatif, dapat
didiagnosis dengan inflamasi granulomatous, possibly tuberculosis. Mastitis tuberkulosis
harus dibedakan dengan mastitis granulomatosus, dimana keduanya memiliki gambaran
morfologi yang serupa. Pasien seringkali pada usia childbearing dan secara klinis dicurigai
menderita penyakit keganasan. Secara histologis, gambaran mastitis granulomatosus yang
paling penting adalah suatu reaksi inflamasi yang terdiri dari granuloma yang
tersendiri (discrete) dan noncaseating yang terbatas pada lobulus. Mikroabses juga
dapat ditemukan pada mastitis granulomatosus. Smear FNA pada mastitis
granulomatosus memiliki selularitas yang tinggi dan secara konsisten menunjukkan
adanya makrofag, multinucleated giant cell dari benda asing dan tipe Langhan, sel-sel
epiteloid, debris, neutrofil, dan sel-sel epithelial. Nekrosis tidak diperhatikan. Pada smear
FNAC, adanya nekrosis harus membuat kita waspada akan diagnosis mastitis tuberkulosis,
walaupun basil tahan asam tidak ditemukan.
Mastitis granulomatous sulit untuk dideteksi. Satu-satunya cara untuk
mendiagnosisnya adalah dengan melakukan core biopsy . Core biopsy menggunakan jarum
untuk mendapatkan sampel jaringan payudara dari area yang menjadi perhatian.
Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan perlu dilakukan observasi
atau pengobatan (steroid). Tetapi penggunaan steroid jangka panjang dapat menimbulkan
efek samping yang serius dan oleh karena itu perawatan harus diseimbangkan.
Menurut penelitian, kira-kira separuh dari semua wanita memiliki resolusi spontan
tanpa perawatan spesifik. Granulomatous mastitis masih sangat jarang. 50% Penyebab

10
mastitis granulomatosa masih belum sepenuhnya dipahami. Penelitian telah berpendapat
bahwa itu mungkin hanya bentuk mastitis payudara yang lebih ekstrem yang dialami
beberapa wanita menyusui. Penelitian lain menunjukkan bahwa kaitannya dengan kontrasepsi
hormonal, seperti yang sering dialakukan setelah menyusui selesai dan seorang wanita mulai
menggunakan kontrasepsi hormonal. Selama periode ini, aktivitas glandular mamma
mencapai puncaknya. Laktasi diketahui meningkatkan kerentanan terhadap mastitis
granulomatous, kemungkinan karena stress dalam mengasuh anak, dan peningkatan
vaskularisasi. Selain itu mamma lebih sering mengalami perubahan selama periode aktivitas
ini dan lebih rentan terhadap trauma dan infeksi. 8,9

ETIOLOGI

Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk berkembang
menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki beberapa faktor risiko tersebut. 2
Beberapa faktor risiko tersebut 10,11 :

Umur :
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring
bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata pada
wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause. Kanker dapat
didiagnosis pada wanita premenopause atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya
cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut,
sehingga survival rates-nya lebih rendah.

Riwayat kanker payudara :


Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara mempunyai
risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang lainnya.

Riwayat Keluarga :
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau saudara
perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi jika anggota
keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun. Risiko juga meningkat
bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker
payudara.

Perubahan payudara tertentu :


Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang terlihat abnormal
pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan meningkat bila memiliki tipe-tipe sel
abnormal tertentu, seperti atypical hyperplasia dan lobular carcinoma in situ [LCIS].

Perubahan Genetik :
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya. BRCA1 and BRCA2

11
termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-1 beruhubungan dengan invasive
ductal carcinoma, poorly differentiated, dan tidak mempunyai reseptor hormon.
Sedangkan BRCA-2 berhubungan dengan invasive ductal carcinoma yang lebih well
differentiated dan mengekspresikan reseptor hormon. Wanita yang memiliki gen BRCA1
dan BRCA2 akan mempunyai risiko kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen
BRCA1 yang abnormal cenderung untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia
yang lebih dini.

Riwayat reproduksi dan menstruasi :


Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko untuk
berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan justru memberikan
efek protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan jumlah siklus menstruasi seperti
menarche dini (sebelum usia 12 tahun), nuliparitas, dan menopause yang terlambat (di
atas 55 tahun) berhubungan juga dengan peningkatan risiko kanker. Diferensiasi akhir
dari epitel payudara yang terjadi pada akhir kehamilan akan memberi efek protektif,
sehingga semakin tua umur seorang wanita melahirkan anak pertamanya, risiko kanker
meningkat. Wanita yang mendapatkan menopausal hormone therapy memakai estrogen,
atau mengkonsumsi estrogen ditambah progestin setelah menopause juga meningkatkan
risiko kanker.

Ras :
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih, dibandingkan
wanita Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi pada wanita yang tinggal di
daerah industrialisasi.

Wanita yang mendapat terapi radiasi pada daerah dada :


Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada (termasuk payudara) sebelum usia
30 tahun, risiko untuk berkembangnya kanker payudara akan meningkat di kemudian
hari.

Kepadatan jaringan payudara :


Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak. Wanita yang pemeriksaan
mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih padat, risiko untuk menjadi
kanker payudaranya meningkat.

Overweight atau Obese setelah menopause:


Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause meningkat
pada wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen utama pada wanita
postmenopause berasal dari konversi androstenedione menjadi estrone yang berasal dari
jaringan lemak, dengan kata lain obesitas berhubungan dengan peningkatan paparan
estrogen jangka panjang.

Kurangnya aktivitas fisik :

12
Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk menjadi kanker
payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu mengurangi peningkatan
berat badan dan obesitas.

Diet :
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol
mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan meningkatkan
kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan berlemak dalam jangka
panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga akan meningkatkan risiko
kanker.

EPIDEMIOLOGI

Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relative tinggi,
yaitu 20% dari seluruh keganasan dan 99% tejadi pada perempuan dan hanya 1% terjadi pada
laki-laki. Menurut WHO (2008) dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis
setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan
250.000 di negara yang berkembang. Di Amerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita
didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang
menyerang wanita dan proporsi umur tertinggi yaitu pada kelompok umur > 50 tahun dengan
proporsi 65%. Bahkan disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke
rumah sakit, 44.000 orang diantaranya meninggal setiap tahunnya. American Cancer Society
memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 diantaranya
meninggal antara 1990-2000. Sedangkan di Kanada tahun 2005 jumlah penderita kanker
payudara mencapai 21.600 wanita dan 5.300 wanita diantaranya meninggal dunia. Di
Malaysia pada tahun 2006, kanker payudara menduduki urutan pertama dari seluruh kanker
yang menyerang wanita dengan proporsi 29,9% dan proporsi umur tertinggi yaitu pada
kelompok umur 50-59 tahun dengan proporsi 33,9%.12,13

Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker leher rahim di
Indonesia. Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah.
Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah
kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut.
Data statistik Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2006, menunjukkan
bahwa kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker dengan proporsi
19,64%.12,13

Pada tahun 2001, dari 447 kasus kanker payudara yang berobat di RS Kanker
Dharmais Jakarta, 9.1% diantaranya adalah perempuan berusia kurang dari 30 tahun.
Menurut penelitian Azamris (2006), proporsi umur tertinggi penderita kanker payudara yang
berobat di RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu pada kelompok umur 40-44 tahun dengan
proporsi 34.3%.12,13

13
PATOFISIOLOGI
Kanker merupakan hasil proses perkembangan yang berbentuk penyimpangan proses
kehidupan sel atau dapat dikatakan telah mengalami transformasi sel. Sel yang mengalami
penyimpangan tersebut tidak menghambati hambatan dalam proses pembelahannya, bahkan
proses pembelahannya melampaui kewajarannya. Dengan demikian, kanker disebabkan oleh
tidak terkendalinya siklus perkembangan siklus perkembangan sel. Dari ketidakwajaran ini
tampak penampilan jaringan kanker yang berbeda dari jaringan normal. Jaringan kanker tidak
dapat memperlihatkan ciri ciri sifat sel jaringan normal.14

Kanker menunjukkan kondisi yang berspektrum lebar sebagai akibat dari kegagalan
pengendalian pembelahan sel yang seharusnya secara normal berlangsung. Sel sel yang
mengalami transformasi ganas luput dari pengendalian pertumbuhan normal yang selanjutnya
menyusup ke jaringan sekitar yang masih normal, dan akhirnya dapat bermigrasi ke tempat
tempat lain di tubuh untuk berkembang menjadi jaringan tumor sekunder.14

Transformasi tersebut merupakan proses bertahap yang melibatkan kombinasi


kerusakan gen yang termasuk dalam kelompok gen yang berfungsi mengendalikan siklus
pembelahan sel, sehingga berdampak pada gangguan awal siklus pembelahan sel, akhir
siklus, dan apoptosis.Kerusakan gen yang berbentuk mutasi tersebut bekerja bersama
sehingga menyebabkan terjadinya transformasi sel. Gen gen tersebut mencakup kelompok
gen proto-onkogena dan kelompok gen supresi tumor.14

Perkembangan kanker yang bertahap dapat digolongkan menjadi 2 periode. Periode


pertama yang dinamakan sebagai pra-ganas meliputi perubahan perubahan yang diawali
terpaparnya sel sel sasaran oleh karsinogen dan berakhir dengan munculnya pertumbuhan
yang invasif. Periode kedua ditandai dengan munculnya sel ganas pertama.14

MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal pertumbuhan
sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala umumnya baru diketahui
setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada tahap dini biasanya tidak
menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu
aktivitas. 11

Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium
dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal
tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk disembuhkan. Bila
kanker payudara dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan.
Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara
yang tidak terasa nyeri.11

Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak, seperti:

14
- Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama
benjolan ini semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan
- Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat
payudara ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
- Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah karena terjadi
pembengkakan
- Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah
ketiak
- Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam dan yang
tadinya berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecokelatan.
- Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari putting susu pada wanita yang sedang
tidak hamil. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh
walau sudah diobati
- Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati
- Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau dorange) akibat dari neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting kulit.11

Gambar 2 Luka pada payudara (gambar kiri); gambaran peau dorange (gambar
11
kanan)

Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang dialami wanita,
mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolan hanya dialami di satu payudara, dan bila diraba
terasa keras dan menggerinjil. Bila stadium kanker sudah lanjut, ada perubahan pada puting
dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya bertambah merah, mengkerut, tertarik ke
dalam, atau puting mengeluarkan cairan.11

15
Gambar 3 Kanker payudara pada pria11

Berbagai aplikasi klinik berdasarkan pembagian stadiumnya menurut Portmann


11
yaitu:

- Stadium I = tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak
ada fiksasi / infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor
1-2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional belum
teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel
kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada
stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
- Stadium II = tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2.5-5cm, sudah ada satu
atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter
kurang dari 2cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi
dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel
kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah
30-40%.
- Stadium IIIA = tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5-10cm, tapi
masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu
sama lain. Menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada
stadium ini.
- Stadium IIIB = tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah da nada
edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah
bening aksilla melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter
2-5cm. Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai
kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
- Stadium IV = tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah
disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan metastasis jauh.
Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang,
paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher.
Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan
pengobatan ini adalah paliatif bukan lagi kuratif (menyembuhkan).11

PENATALAKSANAAN

16
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk stadium I, II,
dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma
mungkin dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat
paliatif. Terapi paliatif diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan
metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.6

A. Terapi secara pembedahan

1. Mastektomi partial (breast conservation)

Tindakan konservatif terhadap jaringan payudara terdiri dari reseksi tumor primer
hingga batas jaringan payudara normal, radioterapi dan pemeriksaan status KGB (kelenjar
getah bening) aksilla. Reseksi tumor payudara primer disebut juga sebagai reseksi segmental,
lumpectomy, mastektomi partial dan tylectomy. Tindakan konservatif, saat ini merupakan
terapi standar untuk wanita dengan karsinoma mammae invasif stadium I atau II. Wanita
dengan DCIS hanya memerlukan reseksi tumor primer dan radioterapi adjuvan. Ketika
lumpectomy dilakukan, insisi dengan garis lengkung konsentrik pada nipple-areola complex
dibuat pada kulit diatas karsinoma mammae. Jaringan karsinoma diangkat dengan diliputi
oleh jaringan mammae normal yang adekuat sejauh 2 mm dari tepi yang bebas dari jaringan
tumor. Dilakukan juga permintaan atas status reseptor hormonal dan ekspresi HER-2/neu
kepada patologis.

Setelah penutupan luka payudara, dilakukan diseksi KGB aksilla ipsilateral untuk
penentuan stadium dan mengetahui penyebaran regional. Saat ini, sentinel node biopsy
merupakan prosedur staging yang dipilih pada aksilla yang tidak ditemukan adanya
pembesaran KGB. Ketika sentinel node biopsy menunjukkan hasil negatif, diseksi KGB
akilla tidak dilakukan.6

2.Modified Radical Mastectomy Modified radical mastectomy mempertahankan baik M.


pectoralis mayor and M. pectoralis minor, dengan pengangkatan KGB aksilla level I dan II
tetapi tidak level III. Modifikasi Patey mengangkat M. pectoralis minor dan diseksi KGB
axilla level III. Batasan anatomis pada Modified radical mastectomy adalah batas anterior M.
latissimus dorsi pada bagian lateral, garis tengah sternum pada bagian medial, bagian
inferiornya 2-3 cm dari lipatan infra-mammae dan bagian superiornya m. subcalvia.

Seroma dibawah kulit dan di aksilla merupakan komplikasi tersering dari mastektomi dan
diseksi KGB aksilla, sekitar 30% dari semua kasus. Pemasangan closed-system suction
drainage mengurangi insidensi dari komplikasi ini. Kateter dipertahankan hingga cairan
drainage kurang dari 30 ml/hari. Infeksi luka jarang terjadi setelah mastektomi dan
kebanyakan terjadi sekunder terhadap nekrosis skin-flap. Pendarahan sedang dan hebat jarang
terjadi setelah mastektomi dan sebaiknya dilakukan eksplorasi dini luka untuk mengontrol
pendarahan dan memasang ulang closed-system suction drainage. Insidensi lymphedema
fungsional setelah modified radical mastectomy sekitar 10%. Diseksi KGB aksilla ekstensif,
terapi radiasi, adanya KGB patologis dan obesitas merupakan faktor-faktor predisposisi. 5

17
B. Terapi secara medikalis (non-pembedahan)

1. Radioterapi

Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma mammae. Untuk
wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy, radiasi adjuvan diberikan untuk
mengurangi resiko rekurensi lokal, juga dilakukan untuk stadium I, IIa, atau IIb setelah
lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada kasus resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi.
Pada karsinoma mammae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb), dimana resiko rekurensi dan
metastasis yang tinggi maka setelah tindakan pembedahan dilanjutkan dengan terapi radiasi
adjuvan.5

2. Kemoterapi

a. Kemoterapi adjuvan

Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma mammae tanpa
pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm dan tidak dianjurkan. Jika
ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi tinggi
maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang tidak menguntungkan termasuk
invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi, overekspresi HER-
2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif sehingga direkomendasikan untuk diberikan
kemoterapi adjuvan.

Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid, doxorubisin, 5-


fluorourasil dan methotrexate. Untuk wanita dengan karsinoma mammae yang reseptor
hormonalnya negatif dan lebih besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan cocok untuk diberikan.
Rekomendasi pengobatan saat ini, berdasarkan NSABP B-15, untuk stadium IIIa yang
operabel adalah modified radical mastectomy diikuti kemoterapi adjuvan dengan doxorubisin
diikuti terapi radiasi.

b. Neoadjuvant chemotherapy

Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan sebelum dilakukan


tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila tumor terlalu besar untuk dilakukan
lumpectomy.

Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut adalah kemoterapi
neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi atau lumpectomy dengan diseksi
KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi adjuvan, dilanjutkan dengan terapi radiasi.
Untuk Stadium IIIa inoperabel dan IIIb, kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk
menurunkan beban atau ukuran tumor tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan
modified radical mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.

3. Terapi anti-estrogen

18
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik berupa reseptor
hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormon ini ditemukan pada lebih
dari 90% karsinoma duktal dan lobular invasif yang masih berdiferensiasi baik.

Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen menghambat


pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis terhadap anti-estrogen sekitar
60% pada wanita dengan karsinoma mammae dengan reseptor hormon yang positif, tetapi
lebih rendah yaitu sekitar 10% pada reseptor hormonal yang negatif. Kelebihan tamoxifen
dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual,
muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang
pengunaan tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen dihentikan
setelah 5 tahun. Beberapa ahli onkologi merekomendasikan tamoxifen untuk ditambahkan
pada terapi neoadjuvan pada karsinoma mammae stadium lanjut terutama pada reseptor
hormonal yang positif. Untuk semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-
estrogen (tamoxifen), dipilih sebagai terapi awal.5

4. Terapi antibodi anti-HER2/neu

Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae yang baru


didiagnosis, saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk tujuan prognostik pada pasien
tanpa pembesaran KGB, untuk membantu pemilihan kemoterapi adjuvan karena dengan
regimen adriamycin menberikan respon yang lebih baik pada karsinoma mammae dengan
overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan overekspresi Her-2/neu mungkin dapat diobati
dengan trastuzumab yang ditambahkan pada kemoterapi adjuvan.

PROGNOSIS
Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae antara tahun 1983-1987
telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan, epidemiologi dan hasil akhir program data,
didapatkan bahwa angka 5-year survival untuk stadium I adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb
70%, dimana pada stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah 18%.

PENCEGAHAN

1. Menghentikan atau mengubah kebiasaan hidup (life style) yang memperbesar risiko
mendapat tumor atau bahkan kanker ,seperti : kebiasaan merokok, makan sirih
(menginang), berjemur di terik matahari, makan dan minum, dan menjag hygiene dengan
baik

2. Melindungi diri atau menghindari kontak dengan karsinogen

3. Menjaga diri terhadap tumor maupun kanker ,seperti melakukan SADARI bulanan dengan
pemeriksaan klinis payudara tahunan (Clinical Breast Examination / CBE) oleh seorang

19
ahli dan mamografi, sangat bermanfaat untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini.
Langkah- langkah untuk melakukan SADARI, yaitu:

Pemeriksaan di depan cermin. Berdirilah seperti biasa di depan cermin, dan


perhatikan kesimetrisan kedua payudara Anda. Lalu angkat kedua lengan Anda
melewati kepala. Perhatikan, apakah ada perubahan bentuk di setiap payudara,
pembengkakan, lekukan, atau perubahan di setiap puting.

Pemeriksaan raba pada posisi berdiri. Untuk melakukan pemeriksaan pada payudara
sebelah kanan, angkat lengan kanan anda ke belakang kepala, lalu gunakan jari-jari
tangan kiri untuk melakukan pemeriksaan. Lakukan langkah-langkah sebaliknya untuk
memeriksa payudara sebelah kiri.

Pemeriksaan raba pada saat berbaring. Berbaringlah di atas permukaan yang keras.
Saat melakukan pemeriksaan pada payudara kanan, letakkan bantal di bawah pundak
kanan. Kemudian letakkan lengan kanan di belakang kepala. Ratakan jari-jari tangan
kiri pada payudara kanan, dan tekan secara lembut dengan gerakan memutar searah
jarum jam.Mulailah pada bagian paling puncak dari payudara kanan (posisi jam 12),
kemudian bergerak ke arah jam 10 dan seterusnya, sampai kembali ke posisi jam 12.
Setelah itu, pindahkan jari-jari Anda kira-kira 2 cm mendekati puting. Teruskan gerakan
memutar seperti sebelumnya hingga seluruh bagian payudara, termasuk puting selesai
diperiksa. Lakukan hal yang sama pada payudara sebelah kiri. Teknik SADARI yang
benar harus menggunakan buku jari dari ketiga jari tengah Anda, bukan ujung jari.
Anda sangat dianjurkan untuk mengulang-ulang gerakan melingkar dengan buku jari
yang disertai dengan sedikit penekanan. Namun penekanan yang berlebihan dapat
menyebabkan tekanan pada tulang rusuk dan akan terasa seperti benjolan.

Tempo permeriksaan

Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita yang
sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah masa haid
bermula, ketika payudara mereka sedang mengendur dan terasa lebih lunak.

Jika menemukan adanya benjolan atau perubahan pada payudara yang membuat diri
Anda resah, segera konsultasikan ke dokter. Jika dokter menginformasikan bahwa hasil
pemeriksaannya menunjukkan tidak adanya kelainan tapi Anda masih tetap resah, Anda bisa
meminta kunjungan lanjutan. Anda juga bisa meminta pendapat kedua dari seorang dokter
spesialis.

Para wanita yang telah berusia 20 dianjurkan untuk mulai melakukan SADARI
bulanan dan CBE tahunan, dan harus melakukan pemeriksaan mamografi setahun sekali bila
mereka telah memasuki usia 40. 15

KESIMPULAN

20
Karsinoma mamae merupakan suatu penyakit yang sulit untuk didiagnosis, terutama pada
stadium awal, sehingga menyebabkan pasien karsioma mamae baru terdiagnosis pada pasien
stadium lanjut, sehingga prognosisnya akan lebih buruk . Karsinoma payudara pada wanita
menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma serviks uterus. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan pemeriksaan rutin payudara.
Penegakan diagnosis Karsinoma payudara dapat dilakukan melalui prosedur pemeriksaan
klinis dan beberapa pemeriksaan penunjang, dengan Gold standard diagnostik menggunakan
pemeriksaan histopatologik

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Website about breast cancer. Retrieved from


http://emedicine.medscape.com/article/1947145-overview. Accessed on 1 April 2017
2. Bickley LS. Buku ajar: Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Jakarta: EGC;
2009. h. 305, 319
3. Anderson Silvia, McCarty Lorraine, et al. Patofisiologi. Edisi VI. Jakarta. Penerbit
buku kedokteran EGC. 2006; p. 1302.
4. Grace, Pierce A., Borley, Neil R. At Glace Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga. 2006.
5. Chandrasoma MD dan Clive R, Taylor. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi kedua. Jakarta :
EGC. 2006.

6. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3. Jilid II, Media Aesculapius FKUI, Jakarta. 2000
7. Longo DL. Harrisons hematology and oncology. USA. McGraw-hill companies;
2010. Pg 459-471.
8. The Pennine Acute Hospitals. Granulomatous mastitis : an information guide. Diakses
di http://www.pat.nhs.uk/downloads/patient-information-leaflets/breast-
surgery/845%20Granulomatous%20Mastitis.pdf 1 April 2017
9. Vitriasari N.W.A. Adiputra P.A.T. Mastitis tuberculosis. Diakses di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14471&val=970 1 April 2017
10. Stephen P. Breast Fibroadenomas. Diunduh dari
http://breastcancer.about.com/od/whenitsnotcancer.htm. 2011

11. Kumar V, Cotran R.S, Robbins S.L. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 1.
Jakarta: EGC. 2007.

12. Balasubramaniam B. Kanker payudara. 2011. Diunduh dari


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21569/4/Chapter%20II.pdf, 1 April
2016.
13. Pulungan RM. Kanker payudara dan penatalaksanaannya. 2011. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24820/4/Chapter%20II.pdf, 1 April
2016.
14. Subowo. Imunologi klinik. Ed ke 2. Jakarta: Sagung Seto; 2013. h. 255-6.
15. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Ed ke-3. Jakarta: EGC; 2011. h.
484-90.

22

Anda mungkin juga menyukai