Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan Shalawat kepada

Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman.

Penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada bapak dosen Prof. Dr.H.

Suparman Usman S.H. yang telah memberikan bimbingan dan arahan

sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Begitu pula kepada

rekan-rekan mahasiswa pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten

yang nantinya akan membantu dalam penyempurnaan makalahini.

Di dalam makalah ini, penulis membahas mengenai Qasim Amin :Emansipasi

Wanita yang merupakan sub bahasan dalam mata kuliah Perkembangan

Modern Hukum Islam. Tentunya, sebagaimana yang difahami penulis bahwa

pengetahuan seseorang tidaklah mutlak atau bersifat relatif, untuk itu masih

diperlukan perbaikan-perbaikan nantinya jika terdapat kekeliruan.

Harapan penulis, pembahasan yang dirangkum dalam makalah ini dapat

bermanfaat dan menambah khazanah keilmuan bagi para pembacanya.

Amin.

Serang, 5 mei 2017

Najibil Haromain
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam datang saat masyarakat Arab (jahiliah) tidak menghargai hak-

hak wanita dan tidak ditegakkannya keadilan atas wanita sebagai makhluk

Tuhan. Diantara hak-hak yang dirampas adalah hak hidup,hak mewarisi dan

hak kemerdekaan untuk menentukan pasangan hidup. Islam datang

mengajarkan kepada pemeluknya untuk memberikan semua hak itu kepada

kaum wanita. akan tetapi, ajaran Islam yang menghargai kaum wanita itu

mengalami reduksi dan proses reduksi tersebut terjadi masyarakat Islam

melewati masa kemandegan,yaitu hasil ijtihad ulama fiqih yang

mengandung apresiasi misoginis dianggap sakral dan dianggap pula sebagai

syariat yang baku.1 Hasilnya wanita senantiasa selalu menempati posisi

kedua setelah laki-laki dalam berbagai aspek sehingga kaum wanita tidak

mempunyai kesempatan untuk mengembangkan potensi pribadinya melalui

pendidikan sebagaimana halnya kaum laki-laki. Dunia pendidikan seakan

akan menjadi milik khusus kaum laki-laki, sedangkan kaum wanita tidak

dapat berbuat lebih banyak, baik dalam lapangan politik, ekonomi, sosial,

1 Machnun husein, Islam dan Pembangunan (Jakarta: Rajawali,1994)hal.333


maupun budaya. Keadaan demikian jelas tidak menguntukan bagi

masyarakat yang sedang melaksanakan pembangunan, baik bidang

material maupun spiritual khususnya di Mesir.

Oleh karena itu, membicarakan gagasan emansipasi wanita dalam

perspektif Qosim Amin tidak bisa hanya terhenti pada aspek pendidikan

semata, melainkan juga harus membincangkan aspek kebudayaan dan

aspek didalamnya, karena ketiga aspek tersebut saling terkait berkelindan

secara simultan. Artinya, antara aspek yang satu dengan yang lainnya tidak

dapat dipisahkan.

Untuk lebih menghemat pembahasan dalam makalah ini, penulis

berusaha memfokuskan pada rumusan maslah yang akan dikaji .Karena

memang pembahasan tentang pembharuan hukum islam dengan salah

satu tokoh yaitu Qosim Amin ini saja tidak cukup hanya dengan segelintir

lembaran saja, seperti yang ada dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Qasim Amin?
2Apa saja karya-karya Qosim Amin?
3. Bagaimanakah pemikiran modern Qasim Amin?
4. Bagaimana Analisis penulis tentang pemikiran modern Qosim Amin?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui riwayat hidup Qasim Amin
2. Untuk mengetahui karya-karya Qosim Amin
3. Untuk mengethui pemikiran modern Qosim Amin
4. Untuk mengetahui secara obejktif pemikiran Qosim Amin dengan

menambahakan argumentasi penulis terhadap pemikiran Qosim Amin

tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Qasim Amin

Qasim Amin dilahirkan di kota Iskandariyah (Mesir) pada tanggal 1


2
Desember 1863. Ayahnya bernama Muhamad Beik Amin berasal dari Turki

(Suku Kurdi), seorang pengusaha yang kaya. Dia hidup di Sulaimaniyah

hanya 8 tahun dan kemudian kembali ke kota tempat kelahirannya yaitu

Iskandariyah. Qasim Amin memulai pendidikannya dari sekolah dasar pada

umur 8 tahun. Setelah menamatkan Sekolah Dasar di Alexandria,

keluarganya hijrah ke Kairo. Pada tahun 1881, ia mencapai gelar licance dari

Fakultas Hukum dan Administrasi dari sebuah akademi. Pada waktu itu,

Qasim Amin masih berumur 20 tahun. Pada masa kuliahnya itu, ia mulai

kenal dengan sosok Jamaluddin Al-Afghani dan aliran-aliran pemikirannya

yang memang berkembang di Mesir pada saat itu.

Dengan bekal gelar licance-nya ia bekerja sebagai pengacara pada

sebuah kantor milik Musthafa Fahmi pasya, seorang pengacara besar pada

2 Jamali Sahrodi, Sang Inspirator Gerakan Femisme (Bandung : Arfino Raya),2013


saat itu yang memang sudah memiliki hubungan baik dengan orang tua

Qasim Amin. Melalui perantara kantornya, Qasim Amin berkesempatan untuk

melanjutkan studi di Perancis atas sponsor dari Musthafa Fahmi pasya.

Dalam masa perantauannya di Paris, di Mesir sendiri pada saat itu terjadi

Revolusi Arab yang dipimpin murid-murid Jamaluddin al-Afghani.Revolusi ini

berakhir dengan penjajahan Mesir oleh tentara Inggris dan tokoh tokoh

revolusi tersebut dihadapkan ke Meja Hijau.Jamaluddin al-Afghani dan

muridnya, Muhammad Abduh diasingkan dari Mesir, dan pada akhirnya

keduanya menetap di Paris.Di sinilah Qasim Amin kembali menjalin

hubungan dengan Al-Afghani dan juga menjadi penerjemah pribadi bagi

Muhammad Abduh.3

Dorongan dari seorang ayah yang juga seorang ilmuwan membuat

Qasim Amin semakin bersemangat menimba ilmu, baik dinegerinya sendiri

maupun di Paris untuk mendalami ilmu hukum, sosiologi, psikologi dan etika.

Beliau juga banyak mewarnai pemikirannya yang berkaitan dengan prospek

masa depan umat Islam secara umum dan berpengaruh pula pada umat

Islam Mesir khususnya setelah mempunyai hubungan pergaulan dengan

Jamaluddin al-Afgani, Muhammad Abduh, Abdullah al-Nadim dan Adib Ishak.4


Qasim Amin yang pernah menjadi murid Muhammad Abduh (tokoh

pembaharuan di Mesir tahun 1849-1905) dan tinggal di Kairo, selama

3 Qasim Amin, Tahrir al-Marah, Kairo: 1899, h. 7

4 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:
Bulan Bintang, 1975, h. 79
mengikuti pendidikan di Perancis dengan polemik-polemik misionis Kristen

yang didalaminya telah meyakinkan dirinya bahwa purdal, poligami dan

perceraian adalah penyebab kelemahan kemunduran umat Islam.Qasim

Amin memiliki perbedaan latar belakang pendidikan dengan teman-

temannya yang kemudian berdampak terhadap perbedaan refleksi dalam

mewujudkan cita-cita yang sama yaitu memajukan agama Islam.


Tahun 1894, Qasim Amin menikah dengan seorang gadis pilihannya yang

masih memiliki darah keturunan Turki, Zaenab Amien Taufiq. 5 Dan pada

tahun yang sama ia mulai aktif dalam kegiatan tulis menulis, karya

pertamanya lahir, Al-Mashriyyn (Les Egyptiens) dengan menggunakan

bahasa Perancis. Buku ini adalah counter terhadap tulisan seorang tokoh

Perancis, Duc Dharcouri, yang mengecam realitas sosio-kultural masyarakat

Mesir. Karya perdana ini rupanya bisa menggenjot kreatifitas Qasim Amin

dalam dunia tulis-menulis.6 Selanjutnya lahir karya-karya Qasim Amin yang

menjadi magnum opus-nya, yaitu, Tahrr al-Marah (Pembebasan

Perempuan) terbit pada tahun 1899 dan Al-Marah Al-Jaddah (Perempuan

Modern) yang terbit tahun 1900.

B. Konsep Emansipasi Wanita Qasim Amin

1. Pendidikan

5 Qasim Amien, al-Aml al-Kmilah, (editor Muhamad Imarah), Kairo: Dr Al-Syurq, 1989,
cet. 3, hlm. 23

6 Iqbal Barakah, al-Marah al-Muslimah fi Shir al-Tharbsh wa al-Qabah, Kairo: Maktabah


Usrah, 2000, h. 205
Qasim amin mulai pembicaraannya tentang pendidikan wanita dengan

mengajukan beberapa pertanyaan; siapa sebenarnya wanita itu? Kemudian

dilanjutkan dengan pandangan masyarakat terhadap pendidikan wanita,

setelah itu diakhirinya dengan pembicaraan tentang pentingnya pendidikan

bagi wanita bila dikaitkan dengan tugas yang akan diembannya dalam

keluarga dan ditengah-tengah masyarakat.

Berbicara tentang siapa sebenarnya wanita, Qasim Amin menjelaskan bahwa

wanita itu manusia seperti pria, tidak ada perbedaan bila dilihat dari anggota

badan, tugas, perasaan, pemikiran dan semua yang menyangkut dengan

hakikat manusia. Kalaupun ada juga, itu hanyalah sekedar pengaruh

perbedaan jenis.7

Timbulnya pemikiran mengenai pentingnya pendidikan bagi wanita

merupakan reaksi terhadap pandangan masyarakat Mesir pada saat itu,

bahwa wanita tidak perlu diberi pendidikan dan pengajaran.Bahkan mereka

mempersoalkan apakah pelajaran menulis dan membaca sesuatu yang

dibolehkan syara ataukah sesuatu yang dilarang. 8 Menurut mereka fungsi

wanita hanya sebagai ibu rumah tangga, untuk itu cukup hanya diberi

pendidikan menjahit dan memasak.

Pandangan seperti inilah yang akan dirombak oleh Qasim Amin. Untuk itu ia

mencoba mengembangkan ide-ide dasar tentang bagaimana memberikan

7 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, h. 41

8 Ibid
pendidikan kepada wanita yang telah diletakkan oleh Al-Tahtawy, dan ia juga

menerjemahkan ide-ide gurunya Muhammad Abduh.9

Menurut Qasim Amin pendidikan bagi wanita merupakan sesuatu yang

sangat penting dalam rangka memajukan suatu bangsa, baik ditinjau

statusnya sebagai anggota masyarakat maupun sebagai ibu rumah tangga.

Wanita, menurut Qasim Amin tidak mungkin mengurus rumah tangga

dengan baik, kecuali dengan bekal ilmu pengetahuan, setidak-tidaknya mesti

mengetahui pengetahuan dasar yang sama diberikan kepada pria. Dengan

bekal pengetahuan dasar ini dapat memilih sesuatu yang sesuai dengan

perasaannya dan dapat berbuat dengan penuh keyakinan.10 Dengan

pengetahuan tulis baca ia dapat memahami berbagai ilmu pengetahuan

seperti ilmu bumi, sejarah bagsa-bangsa, astronomi, fisika dan lain-lain,

sehingga dirinya penuh dengan pengetahuan dan dengan demikian pula dia

juga dapat memahami masalah akidah dan etika agama. Intelektual (akal)

nya akan dapat menerima pendapat-pendapat yang benar dengan penuh

kesadaran dan meghindarkan diri dari khufarat dan kebathilan yang

mematikan akal sehat kewnitaannya.11 Dengan pendidikan mental maupun

intelektual diharapkan pula akan dibentuk wanita yang berakhlak baik.

Sebab wanita yang berakhlak baik akan lebih berguna dikalangannya,

9 Ibid

10 Qasim Amin, Tahrir Al-Marah, Cairo, Dar al-Maarif, tt, h. 42

11 Ibid
daripada laki-laki yang tidak berakhlak baik.12 Disamping pendidikan

intelektual, pendidikan jasmani juga diperlukan.Wanita juga harus olahraga

secara teratur sejak awal perkembangannya, agar kesehatan mereka

terjamin. Dengan demikian diharapkan mereka akan hidup dengan penuh

semangat dan melahirkan keturunan yang sehat pula.13

Pentingnya pendidikan wanita sebagai anggota masyarakat karena

keluarga unit terkecil dari satu negara.Sedangkan inti keluarga dilihat dari

segi pembinaan keluarga berada ditangan wanita. Oleh sebab itu Qasim

Amin menyadari benar, bahwa bodohnya wanita akan menimbulkan akibat

yang fatal terhadap perkembangan dan kemajuan masyarakat dan negara,

terutama fungsinya sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya.14

Dapat dibayangkan bagaimana perkembangan suatu negara bila separuh

penduduknya tidak berdaya guna dan berhasil guna, dan begitu juga hampir

semua pendidik pertama generasi penerus bangsa adalah wanita-wanita

bodoh.Inilah yang dialami Mesir waktu itu, kebodohan telah menghlangi

mereka untuk menggeluti berbagai aktifitas yang dilakukan oleh wanita

Barat, seperti pengetahuan sastra, kesenian, peradaban, perdagangan dan

berbagai profesi yang cocok dengan wanita.Seandainya mereka ambil bagian

12 Qasim Amin, Al-Marah Al-Jadidah, Cairo, Dar al-Maarif, tt, h. 159

13 bid, h. 157

14 Qasim Amin, Tahrir Al-Marah, h. 43


ini sebagaimana wanita Barat, tentu hal ini sangat bermanfaat bagi tanah

airnya.15

Qasim Amin mencoba membandingkan kehidupan wanita Mesir

dengan kehidupan wanita Barat, perbedaannya jauh sekali.Wanita Barat

telah maju karena mereka telah berhasil memainkan peranan dalam

berbagai lapangan kehidupan.Inilah yang menyebabkan dunia Barat maju

dan berkembang, sementara mesir pada waktu itu masih statis dan

terbelakang.

Selanjutnya Qasim Amin mengemukakan bahwa wanita terdidik akan mampu

berfikir dan kreatif. Sehingga mereka dapat membebaskan dirinya dari

ketergantungan terhadap orang lain dalam bidang ekonomi, disamping itu

dia juga dapat menambah penghasilan keluarga dan ekonomi keluarga dapat

ditingkatkan.

Dengan memperhatikan uraian diatas, berarti pendidikan merupakan satu

kebutuhan pokok manusia dalam menata kehidupannya, karena ilmu

merupakan salah satu jalan yang dapat mengangkat derajat manusia

menjadi mulia dan terhormat, dan ilmu juga dapat mengahantarkan manusia

kepada kebahagiaan material dan spritual.16

Peranan wanita sebagai istri, diharapkan mampu menciptakan rumah

tangga yang bahagia, karena setiap orang yang berumah tangga sudah pasti

menambahkan kebahagiaan.Kebahagiaan rumah tangga bukan hanya

15 Qasim Amin, Al-Marah Al-Jadidah, h. 81

16 Ibid
kebutuhan materi saja, apakah itu harta, kecantikan, anak dan lainnya tetapi

yang lebih utama ialah saling pengertian.Yang diistilahkan oleh Qasim Amin

dengan saling pengertian ini hanya dapat dihidupkan oleh istri yang

berpendidikan karena dengan pengetahuan yang dimilikinya diadapat

melaksanakan tugasnya sebagai istri. Lebih lanjut Qasim Amin menjelaskan

bahwa cinta dan saling pengertian tersebut tidak akan mungkin terwujud

antara suami istri yang tidak seimbang pendidikannya.

Adapun fungsi wanita sebagai seorang ibu, berarti dia seorang guru pertama

bagi anaknya.Karena anak lebih banyak bergaul dengan ibunya dibanding

ayahnya.Maka yang banyak mempengaruhi pertumbuhan anaknya ialah si

ibu. Dengan demikian karakter anak akan dapat tergantung kepada

pendidikan yang diberikan oleh ibunya, jika baik akan menjadi baik, jika

buruk akan menjadi buruk.Oleh sebab itu ibu yang berpendidikan sangat

dibutuhkan dalam membentuk rumah tangga.Bahkan di Barat pendidikan

yang dilaksanakan oleh wanita lebih berhasil dari pendidikan yang

dilaksankan oleh pria.17

2. Hijab

Dalam rangkaian menerapkan ide-idenya dalam kehidupan masyarakat,

Qasim Amin berusaha mengatasi hambatan-hambatan yang akan

menghambat idenya tersebut, satu diantaranya adalah hijab.

Menurut Qasim Amin, hijab yang dikalangan masyarakat kita yaitu

mengharuskan wanita menutup seluruh tubunhnya, termasuk muka dan

17 Ibid, h. 66
telapak tangan, bukan datang dari syaraiat Islam, tetapi dari adat isitiadat

diluar Islam yang telah lama berkembang. Sedangkan Islam tidak

mengharuskan wanita menutup muka dan kedua telapak tangannya.

Menurut penuturan Qasim Amin, ada orang yang beranggapan bahwa

saya menolak hijab dan menganjurkan kaum wanita berpakaian seperti

wanita Eropa.Sebenarnya bukan demikian, saya tetap mempertahankan

hijab dan memandangnya sebagai salah satu prinsip dasar adab yang mesti

dipegang, cuma saya menuntut hijab yang sesuai dengan syariat Islam.Dia

juga menjelaskan orang Barat terlalu berlebihan dalam menonjolkan anggota

tubuhnya sampai kepada batas kurang amannya wanita, sementara kita

terlalu berlebih-lebihan dalam menetapkan hijab wanita.Antara keduanya ini

adalah yang pertengahan.Yang demikian yang dikehendaki oleh syariat.Dan

hijab seperti inilah yang saya maksud.

Disamping pengertian hijab diatas menurut Qasim Amin, hijab juga

mencakup larangan terhadap wanita mendatangi tempat yang indah-indah.

Karena wanita itu hidup terkurung dalam rumahnya, tidak dapat melihat

alam ini, kecuali melalui jendela atau dalam keranda kereta.18

Hijab seperti ini menghambat gerak wanita untuk melaksanakan

akifitasnya.Bagaimana seorang yang muka dan tangannya tertutuup dapat

berdagang, bertani, dan menjadi saksi pengadilan.Bagaimana pula bagi

seorang pembantu rumah tangga melakukan pekerjaannya dengan muka

dan kedua tangan yang tertutup.

18 Ibid, h. 168
3. Perkawinan

Qasim Amin merasa perlu untuk meninjau masalah perkawinan dalam

rangka menyempurnakan tatanan keluarga, karena tatanan keluarga masih

terkait pada adat istiadat dan hukum syara. Untuk itu perlu diberikan

perhatian khusus untuk meninjau sejauh mana peran dan andil wanita dalam

membina dan melangsungkan kehidupan keluarga.

Menurut pengamatannya, dalam masyarakat terdapat pandangan

yang merendahkan kedudukan wanita,yaitu dalam perkawinan wanita hanya

sebagai objek. Dan Qasim Amin kelihatannya ingin mengangkat derajat

kaum wanita dari sekedar objek ke tingkat wanita yang sama dengan pria,

yaitu menjadi subjek dalam perkawinan. Oleh sebab itu dia menentang

pilihan sepihak, yaitu dari pihak pria saja dalam masalah ini.Menurutnya

wanita juga harus diberikan kesempatan untuk memilih jodohnya dan dia

punya sendiri hak cerai.19

Ide yang dicetuskan Qasim Amin ini pada masanya boleh dikatakan

belum dapat diterima karena dianggap teralu maju, berbahaya dan merusak

sendi-sendi agama serta melelahkan bangsa Mesir, karena akan

menimbulkan dekadensi moral. Bahkan Qasim Amin telah dituduh

ditunggangi oleh imperialisme Eropa yang mau merusak kedudukan dan

citra wanita muslim. Untuk itu masyarakat Mesir diperingatkan supaya tidak

terpengaruh oleh gerakan tersebut.Mushtafa Kamil seorang pemikir

nasionalis mesir termasuk orang yang menolak ide Qasim Amin ini.Bagi

19 Qasim Amin, Tahrir Al-Marah, h. 84


Mushtafa Kamil kesatuan dan ketahanan nasional jauh lebih penting dari

perubahan sosial.

Sekalipun gerakan emansipasi wanita ini mendapatkan tantangan yang kuat,

namun gerakan ini sangat berpengaruh bagi warga Mesir, terutama pada

masa sesudahnya, pengaruh tersebut antara lain menimbulkan beberapa

gerakan sebagai berikut:

1. Adanya kesadaran baru dikalanggan masyarakat Mesir tentang

perlunya pendidikan wanita.


2. Mulai adanya kelonggaran hijab
3. Adanya keluhan pemuda tentang sistem perkawinan yang berlaku.

Mereka mengarapkan adanya perubahan sistem perkawinan tersebut.


4. Adanya perhatian pemerintahan dan para pemuka negara terhadap

undang-undang yang berlaku di peradilan agama.20


Dengan demikian ide Qasim Amin tersebut merupakan upaya untuk

mengangkat kembali martabat kaum wanita sesuai dengan ajaran Islam,

sehingga kaum wanita dapat melaksanakan tugasnya sebagai istri, sebagai

pendidik pertama dan utama anak-anak, serta sebagai anggota masyarat

dengan baik.
Pada zamannya ide Qasim Amin ini mendapat tantangan keras dari berbagai

pihak, namun secara berangsur-angsur ide Qasim Amin ini dapat diterima

dan bahkan berpengaruh besar untuk kemajuan Mesir pada khususnya dan

umat Islam pada umumnya.


4. Analisis Penulis terhadap pemikiran Modern Qosim Amin
Penulis merasa takjub dengan pemikiran Qasim Amin yang visinya benar

benar jauh kedepan yang bisa dirasakan pada jaman modern sekarang

20 Thomas Philip, Feminisme and Nationalist Politics in Egypt, dalam Women in the
Muslim World, Lois Beck, (Ed), Hardward University, h. 279
ini.penulis sependapat dengan gagasan-gagasan Qosim Amin yang

Mengangkat derajat kaum perempuan,sebagaimana perempuan selalu

dinomor duakan dari laki-laki.bahkan jika kita menelusuri daerah daerah

pedalaman,masih ada masyarakat pedesaan yang tetap bersikekeh dengan

idealismenya bahwa kaum perempuan tidak wajib sekolah toh pada akhirnya

dia akan berada didapur.padahal seperti argumen ini sangat tidak layak

dijaman modern seperti sekarang ini.saya fikir inilah dampak dari

kebodohan(keterbatasan ilmu yang ia miliki).penulis berharap mari

membuka kesadaran seksama,sadar atau tidak sadar perbedaan pandangan

dalam islam kerap menjadi problem dalam gelombang perubahan .atas

dasar itu,tidak sedikit Pemikir Islam Kritis dalam akhir hidupnya brjuang sadis

dan bengis,yakni tergantung ditiang gantungan,atau jika tidak demikian

maka risiko yang mereka terima ialah klaim sebagai zionis,agen barat,dan

kafir.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Qasim Amin yang bernama lengkap Qasim Amin Beydilahirkan di kota

Iskandariyah (Mesir) pada bulan Desember 1863. Ayahnya bernama

Muhamad Beik Amin berasal dari Turki (Suku Kurdi), seorang pengusaha yang

kaya. Qasim Amin memulai pendidikannya dari sekolah dasar pada umur 8

tahun. Pada tahun 1881, ia mencapai gelar licance dari Fakultas Hukum dan

Administrasi dari sebuah akademi. Dorongan dari seorang ayah yang juga

seorang ilmuwan membuat Qasim Amin semakin bersemangat menimba

ilmu, baik dinegerinya sendiri maupun di Paris untuk mendalami ilmu hukum,

sosiologi, psikologi dan etika.Tahun 1894, Qasim Amin menikah dengan

seorang gadis pilihannya yang masih memiliki darah keturunan Turki,

Zaenab Amien Taufiq. Karya-karya Qasim Amin yang menjadi magnum opus-

nya, yaitu, Tahrr al-Marah (Pembebasan Perempuan) terbit pada tahun

1899 dan Al-Marah Al-Jaddah (Perempuan Modern) yang terbit tahun

1900.
2. karya karya Qosim Amin

Masriyyun
Tahrir al-Marah (Pembebasan Perempuan)
Al-Marah Al-Jadidah (perempuan modern)

3. Konsep emansipasi wanita Qasim Amin, diutamakan dalam tiga bidang

yaitu pendidikan, hijan dan perkawinan.


4. Pada zamannya ide Qasim Amin ini mendapat tantangan keras dari

berbagai pihak, namun secara berangsur-angsur ide Qasim Amin ini dapat

diterima dan bahkan berpengaruh besar untuk kemajuan Mesir pada

khususnya dan umat Islam pada umumnya.

B. Kata Penutup
Dengan mengucap Alhamdulilla ar-Robba al-Alamin, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan makalah ini dengan sebaik-

baiknya dan dengan harapan agar hasil penulisan ini memberikan mamfaat

dan hikmah terhadap semua pihak yang terkait.kiranya Dan semoga Allah

SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

Husein Machnun, Islam dan Pembangunan (Jakarta: Rajawali,1994)

Sahrodi Jamali, Sang Inspirator Gerakan Femisme (Bandung : Arfino Raya),2013

Amin,Qosim, al-Aml al-Kmilah, (editor Muhamad Imarah), Cairo: Dr Al-

Syurq, 1989

Amin,Qosim , Tahrir Al-Marah, Cairo: Dar al-Maarif, tt.

Amin Qosim , Al-Marah Al-Jadidah, Cairo: Dar al-Maarif, tt.

Barakah,Iqbal al-Marah al-Muslimah fi Shir al-Tharbsh wa al-Qabah,

Kairo: Maktabah Usrah, 2000.

Nasution, Harun,Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan,

Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Philip, Thomas, Feminisme and Nationalist Politics in Egypt, dalam Women

in the Muslim World, Lois Beck, (Ed), Hardward University, h. 279

Anda mungkin juga menyukai