T Arab
T Arab
beserta teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah.
disini disesuaikan menurut definisi lafadz nikah menurut bahasa dan syara
akad sedang arti wathi (bersetubuh) menurut majaj (kiasan) pandangan ini
menurut imam syafii dan hambali. Oleh karena dalam kitab al-Quran al-
karim tidak diterangkan lafadz nikah memiliki arti wathI (bersetubuh) kecuali
dalam firman Allah SWT Kemudian jika dia menceraikan(setelah talak yang
kedua),maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah
bahwasanya yang diharapkan oleh Allah SWT dalam ayat disini yang
kiasan dari arti wahti hakikatnya dalam suatu akad. dan dterangkan pula :
demikan pendapat imam hanafi, berlandaskan kepada sabda Nabi SAW (aku
terlahirkan dari pernikahan dan bukan dari hasil perzinahan) maksudnya dari
disamakan dengan arti suatu akad dan wathi (bersetubuh) nikah ini memiliki
bagi orang tua lelaki tersebut dan anak laki lakinya menurut orang yang
hanafiyah dan tidak diharamkan atas keduanya orang tua laki laki dan anak
seseorang wanita terceraikan dengan kondisi sutau akad yang kedua kali
dalam pandangan ulama ulama syafii kecuali apabila seseorang telah
dari arti arti nikah dalam konteks bahasa adalah berkumpul dan saling
lainnya yang demikian pula, seperti hal contoh : aku telah mengumpulkan
ngantuknya
Adapun menurut syariat para ahli fiqih telah berbeda pendapat didalam
penterjemahannya
2.ulama ulama hanafi mendefinisikan nikah sebagai berikut : bahwasanya
dengan seorang wanita yang disengaja dan yang dimaksud letak syariat
yang bukan muhrim dan bukan pula wanita wanita majusi dan budak budak
pria dan wanita dan memberikan faidah keduanya serta pula memberikan
batasan batasan diantara keduanya dari hak-hak dan kewajiban kewajiban
merupakan suatu akad yang menerangkan kehalalan bagi seorng pria dan
generasi penerus
Dan sebagian definisi-definisi terdahulu telah mengantarkan maksud tujuan
yang jelas dari definisi ulma ulama hanafi, dan tidak menjadikan
dengan perintah agama yang walaupun suatu tabiat serupa dengan perintah
agama
dari arah demikian Allah SWT telah mengaturnya dalam sabda-Nya terkait
Allah SWT memberikan keduanya rasa cinta dan kasih sayang pernikahan
usnur rohaniyah yang mengganti dari kehidupan yang buruk pada kehidupan
yang diliputi rasa tentram dan kebahagiaan setiap manusia yang jauh dari
sifat yang mengarah terhadap keburukan yang bisa merusak nilai suatu
dengan suatu cara yang diatur yang menjaga setiap orang yang
Dan dikatakan pula dalam firman Allah SWT Mereka adalah pakaian
ini bebreda dengan kondisi yang pertama tadi yang tidak terlalu
kefarduan atau suatu kewajiban bisa diambil dari ukuran rasa takut
kondisi seprti ini dibawah situasi hal diatas oleh karena tidak menjadi
melakukan pernikahan
Hukum-hukum terdahulu menguatkan bagi suatu kaidah yang
disepakati bagi hukum hukum tersebut menurut para ahli fiqih ialah
bilamana suatu kondisi mengarah kepada hal yang wajib, maka kondisi
terjadinya sesuatu yang haram maka menjadi haram adanya dan suatu
sunnah adanya dan suatu kondisi yang bisa mengarah kepada hal
bisa merusak selamanya dan bila mana segala hal tidak bisa diatasi
perangannya
Pendapat ulama yang lain terkait dalam bentuk pernikahan yang
hak bagi seorang hamba terkait hak bagi seorang hamba didahulukan
hak terhadap Allah SWT oleh karena kebutuhan bagin seorang hamba
atas mendahulukan hak hak Allah SWT maha kaya dalam bentuk dua
hal ini tidak dibolehkan baginya berlaku zinah serta berlaku pula