Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Liberalisme pada awalnya muncul saat dunia barat memasukienlighment


ages atau abad pencerahan sekitas abad ke 16 sampai awal abad 19 yang mana pada saat itu,
mulai muncul industri dan perdagangan dalam skala besar yang berbasis teknologi baru.
Untuk mengelolala kedua hal tersebut muncullah kebutuhan-kebutuhan baru seperti buruh
yang bebas dalam jumlah banyak, ruang gerak yang leluasa, mobilitas yang tinggi dan
kekbebasan berkreasi. Namun kebutuhan-kebutuhan ini terbentur oleh peraturan-peraturan
yang dibuat masa pemrintahan yang feodal. Maka golongan intelektualyang mengendepankan
rasionalitas memunculkan paham liberal. Golongan intelektual ini merasakan keresahan
ilmiah (rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencari pengetahuan yang baru).

Ketika pasar bebas tak dapat terbendung dan pembentukan regionalisme tiap daerah
yang terdapat di setiap benua mulai berkembang, maka globalisasi memang sedang
merajalela dalam perekonomian dunia. Jika memandang keadaan modern saat ini, sudah tak
dapat dipungkiri lagi bahwa sesungguhnya negara-negara yang masih berdiri harus menelan
material klasik yang kian melaju pesat, yang tak lain dikenal dengan sebutan
neoliberalisme. Sebagai teori yang makin kontemporer, paham liberalisme yang sangat
mengakar pada kehidupan historis ekonomi ini mulai diterima dan dilaksanakan setiap
negara. Krisis finansial Amerika Serikat yang marak terjadi pun mampu memberikan dampak
yang signifikan bagi negara lain di seluruh penjuru bumi. Lantas, apakah paham liberalisme
yang disebarluaskan oleh AS ini mampu bertahan dan tetap menjadi solusi absolut terhadap
permasalahan ekonomi? Sejauh manakah raksasa liberalisme mampu menaklukkan hati
negara lain untuk menganut dan memberlakukan paham tersebut?

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dengan demikian yang menjadi rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini adalah :
Bagaimana proses Teori Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui proses munculnya liberalisme dan sosoalisme.
b. Untuk menjelaskan perkembangan liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan
moral.
c. Menjelaskan proses terbentuknya leberalisme dan sosialisme.

1.4 Manfaat Penulisan


yang menjadi manfaat dalam makalah ini adalah :
memberikan suatu pengertian bahwa perlu adanya sebuah paham liberalisme dan sosialisme
sebagai perjuangan moral masyarakat secara lokal maupun secara menyeluruh dalam
menyikapinya apakah paham tersebut memberikan dampak positif atau negatif.
Memberikan informasi bagi kalangan mahasiswa sebagai cendikiawan dan masyarakat luas
dalam memahami dan memiliki buah pemikiran yang menjadi sebuah landasan berfikir dalam
berkehidupan berbangsa dan bernegara.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Liberalisme
Kata liberalisme berasal dari bahasa Latin liber artinya bebas dan bukan budak atau
suatu keadaan dimana seseorang itu bebas dari kepemilikan orang lain. Dan isme yang berati
paham. Makna bebas kemudian menjadi sebuah sikap kelas masyarakat terpelajar di Barat
yang membuka pintu kebebasan berfikir (The old Liberalism). Dari makna kebebasan berfikir
inilah kata liberal berkembang sehingga mempunyai berbagai makna.

bermula pada 1776-1788, oleh Edward Gibbon, perkataan liberal mulai diberi
maksud yang baik, yaitu bebas dari prasangka dan bersifat toleran. Maka pengertian liberal
pun akhirnya mengalami perubahan arti dan berkembang menjadi kebebasan secara
intelektual, berpikiran luas, murah hati, terus terang, sikap terbuka dan ramah.

Prinsip dasar liberalisme adalah keabsolutan dan kebebasan yang tidak terbatas dalam
pemikiran, agama, suara hati, keyakinan, ucapan, pers dan politik. Di samping itu,
liberalismme juga membawa dampak yang besar bagi sistem masyarakat Barat, di antaranya
adalah mengesampingkan hak Tuhan dan setiap kekuasaan yang berasal dari Tuhan;
pemindahan agama dari ruang publik menjadi sekedar urusan individu; pengabaian total
terhadap agama Kristen dan gereja atas statusnya sebagai lembaga publik, lembaga legal dan
lembaga sosial.

Oxford English Dictionary menerangkan bahwa perkataan liberal telah lama ada
dalam bahasa Inggris dengan makna sesuai untuk orang bebas, besar, murah hati dalam seni
liberal. Pada awalnya, liberalisme bermaksud bebas dari batasan bersuara atau perilaku,
seperti bebas menggunakan dan memiliki harta, atau lidah yang bebas, dan selalu berkaitan
dengan sikap yang tidak tahu malu.
Frederic Bastiat, Gustave de Molinari, Herbert Spencer, dan Auberon Herbert, adalah
aliran ekstrem yang dikenal dengan anarkhisme (tidak ada pemerintahan) ataupun
minarkisme (pemerintahan yang kecil yang hanya berfungsi sebagai the nightwatchman state.
Liberalisme selalu menentang sistem kenegaraan yang didasarkan pada hukum agama.

3
Liberalisme lahir dari sistem kekuasaan sosial dan politik sebelum masa Revolusi Prancis
berupa sistem merkantilisme, feodalisme, dan gereja roman Katolik. Liberalisme pada
umumnya meminimalkan campur tangan negara dalam kehidupan sosial. Sebagai satu
ideologi, liberalisme bisa dikatakan berasal dari falsafah humanisme yang mempersoalkan
kekuasaan gereja di zaman renaissance dan juga dari golongan Whings semasa Revolusi
Inggris yang menginginkan hak untuk memilih raja dan membatasi kekuasaan raja.

2.2. Pengertian Sosialisme


Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran dengan
usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan.
Inti dari paham sosialisme adalah suatu usaha untuk mengatur masyarakat secara
kolektif. Artinya semua individu harus berusaha memperoleh layanan yang layak demi
terciptanya suatu kebahagiaan bersama.

4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Historis Perkembangan Liberalisme dan Neoliberalisme
Secara historis, Liberalisme muncul sebagai reaksi perlawanan terhadap sikap
penganut paham Merkantilis pada pertengahan abad XVIII. Di Perancis, ahli ekonomi
menyebut gerakan ini sebagai gerakan physiocrats yang menuntut kebebasan produksi dan
berdagang. Di Inggris, ahli ekonomi Adam Smith menjelaskan dalam bukunya (the Wealth of
Nations 1776) mengenai keuntungan untuk menghapus pembatasan-pembatasan dalam
perdagangan. Berdasarkan the New Lexicon Websterss Dictionary of the English Language,
liberalisme berasal dari kata liberal yang bermakna menganggap baik kebebasan individu,
reformasi sosial, dan penghapusan atas pembatasan-pembatasan dalam ekonomi. Dengan
demikian, liberalisme telah dipandang sebagai sebuah ideologi atau pandangan filsafat yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama dan
menerapkan sistem pasar yang bebas dan terbuka. Kebebasan individu dijamin melalui
mekanisme pasar. Lain halnya perspektif liberal dalam ekonomi, merupakan pandangan yang
mendorong kebebasan pasar dan minimalisasi peran negara. Oleh sebab itu, perspektif liberal
menempatkan individu sebagai fokus utama dalam ekonomi agar dapat meningkatkan
efisiensi dan memaksimalisasi keuntungan. Argumentasi ini diperkuat dengan suatu premis
yang sangat mendasar dalam perspektif liberal bahwa konsumen perseorangan, perusahaan,
atau rumah tangga merupakan basis dari perekonomian masyarakat. Individu-individu
dianggap rasional dan berusaha untuk memaksimalisasi atau memuaskan kebutuhan-
kebutuhan mereka dengan tingkat biaya serendah-rendahnya.
Kaum liberalis memahami ekonomi politik internasional sebagai suatu aplikasi teori
dan metodologi ekonomi internasional yang memisahkan interaksi antara ekonomi dan
politik. Adanya peran kuat dan aktif dalam mekanisme pasar telah memudarkan otoritas
pemerintah sebagai aktor utama negara. Ekonomi dan politik itu adalah dua arena yang
seharusnya dipisahkan dan masing-masing beroperasi menurut aturan-aturan serta logika-
logikanya sendiri. Karena orang-orang liberal percaya bahwa faktor-faktor ekonomi
merupakan determinan dari semua proses sosial, maka menurut mereka fenomena ekonomi
politik internasional dapat di jelaskan dengan berbagai teori yang ada dalam ilmu
ekonomi. Peran dan Pengaruh Liberalisme Terhadap Perekonomian Dunia Dalam

5
perkembangan ekonomi modern, perspektif liberalisme mulai bercampur dengan asas-asas
demokrasi yang pada akhirnya memunculkan teori Sosialisme yang dipelopori oleh Friedrich
von Hayek (1899 1992). Walaupun perkembangan Sosialisme telah menduduki
perekonomian internasional, esensi-esensi historis liberal tetap menjadi pemegang kendali
kehidupan ekonomi politik saat ini. Mengutip pernyataan John Madison yang berbunyi : jika
manusia adalah malaikat, maka pemerintahan dan demokrasi tidak diperlukan. Pernyataan
tersebut mengingatkan sesuatu bahwa sebagai manusia yang tidak sempurna secara utuh,
maka kebebasan dan toleransi perlu dijunjung tinggi. Sama halnya dengan ungkapan yang
dikemukakan oleh Rizal Malarangeng : Kalau ingin mempengaruhi orang, gunakan akal
pikiranmu, gunakan persuasi, dalam sebuah konteks besar yang dinamakan free market of
ideas. Hal itu pula yang harus diterapkan dalam sosial, politik ekonomi, dan agama
Dari dua pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa eksistensi paham liberalisme dalam
mempengaruhi ekonomi politik internasional begitu melesat semenjak Perang Dunia II. Hal
ini dibuktikan dengan kesuksesan India membuka pintunya bagi penetrasi dan mengubah
ekonomi genetiknya ke arah ekonomi pasar. Demikian pula apa yang terjadi di Cina, yang
menyadari bahwa kondisi lebih mengerikan akan terjadi jika ekonomi pasar diganti dengan
ekonomi yang sentralistik. Dampak yang ditimbulkan bukan hanya merujuk pada kegagalan
ekonomi, tapi juga diikuti dengan tragedi manusia yang luar biasa.
Selain itu, pengaruh dan peran liberalisme terhadap ekonomi politik internasional
dapat terlihat pada. Dampak lain dari model liberalisasi ekonomi sebagaimana menjadi
gagasan negara-negara maju adalah terlalu dominannya peranan lembaga-lembaga keuangan,
yang sebagian besar bergerak disektor distribusi. Lembaga keuangan, dalam konteks ekonomi
tradisional, sebenarnya tidak lebih dari para pedagang, yang bekerja lebih berdasarkan
spekulasi daripada pertimbangan ekonomi murni. Para lembaga keuangan adalah pemain
utama di berbagai pasar bursa dunia. Hal yang menarik dalam memahami lembaga keuangan
ini adalah mereka membeli tetapi bukan konsumen, dan mereka menjual tetapi bukan
produsen. Akibatnya, perekonomian dunia bergerak berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan spekuatif, dengan melihat aspek-aspek non ekonomi dari setiap transaksi.
Lembaga-lembaga keuangan seperti Lehman Brothers dan Merrill Lynch telah
membawa kekuatan ekonomi sekaligus politik. Walaupun mereka bergerak berdasarkan
prinsip-prinsip liberalisme ekonomi, namun terdapat gejala hipokrisi dalam aktivitas ini.
Sejak lama, para analis ekonomi dan politik internasional meyakini adanya hubungan saling
menguntungkan antara kalangan swasta (yang didominasi oleh lembaga keuangan dunia)

6
dengan elit politik di negara-negara maju untuk mempengaruhi kebijakan ekonomi dan juga
politik suatu negara untuk mendukung perekonomian dunia yang liberal.
Liberalisme : Prospek Ideal Ekonomi Politik Internasional? Dalam perkembangannya
tersebut liberalisme masih memiliki titik kelemahan yang tertutupi oleh pemikiran dektruktif
kreatif. Pertama, penerapan liberalisme dalam perekonomian dunia dapat membuat dunia ke
dalam tatanan yang cenderung tidak adil. Liberalisasi berbagai sektor perekonomian akan
menciptakan persaingan bebas dalam pasar dunia. Artinya, disaat persaingan bebas terjadi
maka negara-negara yang memiliki tingkat perekonomiannya relatif tinggi akan semakin kuat
sedangkan yang memiliki tingkat perekonomiannya relatif rendah akan semakin lemah.
Misalnya dalam hal impor ketika kebijakan liberalisasi diterapkan maka produk-produk
dalam negeri akan terancam keberadaannya. Harga produk-produk impor yang lebih murah
akan diiringi dengan meningkatnya permintaan terhadap produk-produk tersebut. Sehingga
permintaan produk-produk dalam negeri cenderung menurun bahkan tidak lagi dapat
berproduksi alias bangkrut. Kebangkrutan produksi ini akan menyebabkan semakin
banyaknya pengangguran yang dapat menimbulkan gejolak sosial.
Kedua, liberalisme akan menciptakan suatu hubungan ketergantungan antara negara
yang kaya dengan negara yang miskin. Salah satu contohnya adalah kebijakan privatisasi
BUMN suatu negara yang dibeli oleh negara asing sebagai suatu konsekuensi dari
liberalisasi. Karena negara menganggap dirinya tidak mampu lagi mengelola dan
membiayai proses produksi BUMN tersebut. Padahal BUMN umumnya merupakan badan
atau perusahaan-perusahaan yang berkaitan erat dengan hajat hidup orang banyak. Sehingga
tidak menutup kemungkinan pengaruh negara asing akan sangat kuat terhadap negara
tersebut. Lebih dari itu, kecenderungan penjajahan dalam bentuk baru bisa saja terjadi.
Ketiga, di dalam sistem mekanisme pasar akan timbul kekuatan monopoli yang
merugikan. Dalam mekanisme pasar tidak selalu terjadi persaingan sempurna di mana harga
dan jumlah barang ditentukan oleh permintaan pembeli dan penawaran penjual yang banyak
jumlahnya. Keempat, sistem perekonomian liberal cenderung membawa ketidakstabilan.
Ketidakpastian harga maupun nilai kurs yang cenderung tidak teratur memperbesar
ketidakpastian dalam ekonomi. Jika kita melihat fenomena krisis finansial global yang terjadi
pada Amerika Serikat, telah menunjukkan adanya krisis perkembangan liberalisme sebagai
prospek ideal ekonomi politik internasional. Sebuah tragedi AS yang semakin memusnahkan
politik hegemoninya ini bersumber pada keyakinan akan ekonomi tanpa regulasi dan
internasionalisasi persaingan ekonomi.

7
Ekonomi yang semakin memperingati kebebasannya malah berbalik memohon ampun pada
negara agar segera memperbaiki perekonomian nasional. Merkantilisme pun mulai
diberlakukan kembali dengan cara mengintervensi kepemilikan terhadap perusahaan swasta.
Bahkan, Indonesia mengatasi krisis yang berdampak global ini melalui paket bail out yang
dikucurkan oleh pemerintah kepada Bumi Resources. Hubungan antara negara dan
perusahaan-perusahaan multi nasional yang selama ini seolah tampak dalam konteks
independen, ternyata dipenuhi dengan preferensi-preferensi yang diberikan oleh pemerintah
(sebagai representasi negara) kepada perusahaan-perusahaan tertentu.
Solusi krisis finansial global tak hanya diselesaikan dengan asumsi-asumsi merkantilisme
saja. Peran negara yang selama ini terhenti sebelum timbulnya krisis harus dimaksimalkan
dengan pemerataan dan keadilan rakyat yang tertuang dalam sistem sosialisme ala Karl
Marx.. Contoh konkrit yang dapat dilakukan oleh warga AS adalah pemberian dana stimulus
terhadap institusi sosial milik pemerintah dan minimalisasi pajak masyarakat sipil.

3.2 Aliran Liberalisme Ditandai Dengan Magna Charta


Sejarahnya paham liberalisme ini berasal dari Yunani kuno, salah satu elemen
terpenting peradaban Barat. Namun, perkembangan awalnya terjadi sekitar tahun 1215,
ketika Raja John di Inggris mengeluarkan Magna Charta, dokumen yang mencatat beberapa
hak yang diberikan raja kepada bangsawan bawahan. Charta ini secara otomatis telah
membatasi kekuasaan Raja John sendiri dan dianggap sebagai bentuk liberalisme awal (early
liberalism).
Perkembangan liberalisme selanjutnya ditandai oleh revolusi tak berdarah yang terjadi
pada tahun 1688 yang kemudian dikenal dengan sebutan The Glorious Revolution of 1688.
Revolusi ini berhasil menurunkan Raja James II dari England dan Ireland (James VII) dari
Scotland) serta mengangkat William II dan Mary II sebagai raja. Setahun setelah revolusi ini,
parlemen Inggris menyetujui sebuah undang-undang hak rakyat (Bill of Right) yang memuat
penghapusan beberapa kekuasaan raja dan jaminan terhadap hak-hak dasar dan kebebasan
masyarakat Inggris. Pada saat bersamaan, seorang filosof Inggris, John Locke, mengajarkan
bahwa setiap orang terlahir dengan hak-hak dasar (natural right) yang tidak boleh dirampas.
Hak-hak dasar itu meliputi hak untuk hidup, hak untuk memiliki sesuatu, kebebasan membuat
opini, beragama, dan berbicara.

8
Di dalam bukunya, Two Treatises of Government (1690), John Locke menyatakan,
pemerintah memiliki tugas utama untuk menjamin hak-hak dasar tersebut, dan jika ia tidak
menjaga hak-hak dasar itu, rakyat memiliki hak untuk melakukan revolusi.
Singkatnya pada abad ke 20 setelah berakhirnya perang dunia pertama pada tahun 1918,
beberapa negara Eropa menerapkan prinsip pemerintahan demokrasi. Hak kaum
perempuan untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi di dalam pemerintahan diberikan.
Menjelang tahun 1930-an, liberalisme mulai berkembang tidak hanya meliputi kebebasan
berpolitik saja, tetapi juga mencakup kebebasan-kebebasan di bidang lainnya; misalnya
ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Tahun 1941, Presiden Franklin D. Roosevelt
mendeklarasikan empat kebebasan, yakni kebebasan untuk berbicara dan menyatakan
pendapat (freedom of speech), kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan dari
kemelaratan (freedom from want), dan kebebasan dari ketakutan (freedom from fear). Pada
tahun 1948, PBB mengeluarkan Universal Declaration of Human Rights yang menetapkan
sejumlah hak ekonomi dan sosial, di samping hak politik.
Jika ditilik dari perkembangannya liberalisme secara umum memiliki dua aliran
utama yang saling bersaing dalam menggunakan sebutan liberal. Yangpertama adalah liberal
klasik atau early liberalism yang kemudian menjadi liberal ekonomi yang menekankan pada
kebebasan dalam usaha individu, dalam hak memiliki kekayaan, dalam kebijakan ekonomi
dan kebebasan melakukan kontrak serta menentang sistim welfare state.
Yang kedua adalah liberal sosial. Aliran ini menekankan peran negara yang lebih besar untuk
membela hak-hak individu (dalam pengertian yang luas), seringkali dalam bentuk hukum
anti-diskriminasi.
Selain kedua tren liberalisme diatas yang menekankan pada hak-hak ekonomi dan
politik dan sosial terdapat liberalisme dalam bidang pemikiran termasuk pemikiran
keagamaan. Liberal dalam konteks kebebasan intelektual berarti independen secara
intelektual, berfikiran luas, terus terang, dan terbuka. Kebebasan intelektual adalah aspek
yang paling mendasar dari liberalisme sosial dan politik atau dapat pula disebut sisi lain dari
liberalisme sosial dan politik. Kelahiran dan perkembangannya di Barat terjadi pada akhir
abad ke 18, namun akar-akarnya dapat dilacak seabad sebelumnya (abad ke 17). Di saat itu
dunia Barat terobsesi untuk membebaskan diri mereka dalam bidang intelektual, keagamaan,
politik dan ekonomi dari tatanan moral, supernatural dan bahkan Tuhan.

9
Pada saat terjadi Revolusi Perancis tahun (1789) kebebasan mutlak dalam pemikiran,
agama, etika, kepecayaan, berbicara, pers dan politik sudah dicanangkan. Prinsip-prinsip
Revolusi Perancis itu bahkan dianggap sebagaiMagna Charta liberalisme. Konsekuensinya
adalah penghapusan Hak-hak Tuhan dan segala otoritas yang diperoleh dari Tuhan;
penyingkiran agama dari kehidupan publik dan menjadinya bersifat individual.

Selain itu agama Kristen dan Gereja harus dihindarkan agar tidak menjadi lembaga
hukum ataupun sosial. Ciri liberalisme pemikiran dan keagamaan yang paling menonjol
adalah pengingkaran terhadap semua otoritas yang sesungguhnya, sebab otoritas dalam
pandangan liberal

menunjukkan adanya kekuatan diluar dan diatas manusia yang mengikatnya secara moral. Ini
sejalan dengan doktrin nihilisme yang merupakan ciri khas pandangan hidup Barat
postmodern yang telah disebutkan diatas.

3.3 Pencetus Aliran Liberalisme


Jhon Locke (1632-1704) ialah seorang filsuf yang disebut sebagai jurubicara
Liberalisme. Jhon Locke hidup dalam zaman yang penuh gejolak di Inggris.[1][2]Sebelum
dia lahir, terjadi perang saudara antara kaum Cavaliver, para pengikut raja Charles I, dan
kaum yang berada pada kekuatan dalam parlemen.Sementara itu, dalam parlemen terjadi
perpecahan antara fraksi para imam yang menghendaki pemerintahan teokratis elitis dan
fraksi independen yang menghendaki kebebasan politis bagi rakyat banyak. Dalam hidupnya,
berbeda dengan Hobbes membela Raja Charles I yang absolut, Locke berpihak pada
pemberontakan borjuasi melawan pemerintahan absolut, yang dikenal sebagai Glorious
Revolution.
Locke dilahirkan dari keluarga yang memihak parlemen. Sikap puritan ayahnya
sedikit banyak memengaruhi pemikiran Locke yang tidak suka pada aristokrasi. Locke
belajar di Universitas Oxford dan disana ia menyukai fisiologi dan alergis terhadap filsafat
skolastik. Ia tidak begitu suka pada karya-karya klasik. Di satu pihak, pengaruh liberalisme
tertanam kuat didalam dirinya yang didukung oleh pengaruh John Own.[2][3] Karena dekat
dengan keluarga Shaftesbury yang dimusuhi raja, bersama keluarga itu ia dibuang ke negeri
Belanda.

10
Dalam pengasingan itu, Locke menulis bukunya An Essay concerning Human
Understanding. Dalam hal ini, pemerintah selalu mengawasi gerak-geriknya. Locke juga
menulis filsafat politik dalam The Second Treatise of Goverment. Dalam buku itu, berbeda
dengan Hobbes yang memihak Absolutisme, John Locke menjadi juru bicara Liberalisme.
Pengaruh Locke dalam konstitusi Amerika Serikat sangat besar. Gagasan-
gagasannya menyebar dan dipelihara di Inggris dan Amerika hingga dewasa ini.

Beberapa pemikiran Locke ialah sebagai berikut:


1. Usaha Memukul Ajaran tentang Idea-idea Bangsawan
John Locke mengagumi karya-karya Descrates, Akan tetapi, dia tidak setuju atas
rasionalisme Descrates yang beranggapan bahwa pengetahuan dapat diperoleh secara a priori.
Locke berusaha menghantam ajaran kuno itu dengan sebuah pendekatan filosofis yang
berbeda sama sekali dari rasionalisme. Menurut Locke anggapan para filsuf rasionalis bahwa
idea-idea tentang kenyataan itu sudah kita miliki sejak lahir adalah anggapan yang tidak
terbukti dalam kenyataan. Dengan demikian kebenaran dan kenyataan dipersepsi subjek
melalui pengalaman dan bukan bersifat bawaan. Segala prinsip a priori dan universal itu
harus dikembalikan kepada pengalaman terdahulu. Dapat dikatakan bahwa serangan Locke
atas idea-idea bawaan berkaitan dengan pandangan liberalnya tentang manusia dan
masyarakat.
2. Proses pikiran, Idea simpleks dan Kompleks
Proses internal langsung berdasarkan pengalaman lahiriah itu menghasilkan idea-idea
seperti : idea nimat dan idea sakit. Semua idea yang dihasilkan dari penangkapan langsung ini
disebut Locke sebagai idea Simpleks. Menurut Locke idea-idea abstrak tentang ruang itu
merupakan hasil penyusunan idea simpleks yang terpisah menjadi idea yang Kompleks. Jadi,
Locke tidak sama sekali menolak kemungkinan pengetahuan abstrak. Yang ditolaknya adalah
segala bentuk pengetahuan a priori, termasuk idea ruang dan waktu.
3. Etika yang memuja kenikmatan
Banyak filsuf tradisional dan filsuf Jerman dan Perancis berpendapat bahwa tingkah
laku kita ditentukan oleh asas-asas moral yang bersifat a priori dan universal. Locke
menentang gagasan macam itu dangan menegasakan bahwa yang menentukan tindakan-
tindakan kita bukanlah asas-asas universal melainkan sesuatu yang berasal dari pengalaman
indrawi, yaitu rasa nikmat dan rasa sakit. Berdasarkan ajaran ini, Locke menetapkan lima

11
nilai yang patut yang patut dikejar dalam hidup ini. Pertama dalah kesehatan, memungkinkan
kita menikmati segala sesuatu dengan panca indera. Kedua adalah nama baik atau
kehormatan, atau kenikmatan yang dihasilkan dari pengakuan sosial. Ketiga adalah
pengetahuan, yang juga memungkinkan kita mengubah-ubah objek kenikmatan. Keempat
adalah berbuat baik, yaitu tindakan yang menguntungkan dan memeberi kepuasan. Kelima
adalah harapan akan kebahagian abadi.
4. Ajaran Politik
Dalam keadaan asli, manusia hidup bermasyarakat dengan diatur oleh hukum-hukum
kodrat dan masing-masing individu memiliki hak-hak yang tak bleh dirampas darinya.
Melalui kontrak sosial dihasilkan pemerintahan atau kekuasaan eksekutif yang dibatasi oleh
hukum-hukum dasar tertentu. Hukum-hukum itu melarang pemerintahan merampas hak
individu. Pemerintah diperlukan justru untuk menjamin seluruh keamanan masyarakat.
Fungsi pokok pemerintah, menurut Locke, adalah menjaga hak milik pribadi. Locke
merupakan seorang juru bicara kenamaan liberalisme dan perintis paham hak-hak asasi
manusia.

3.4 Perkembangan Aliran Liberalisme Sampai Sekarang Ini


Unsur konseptual, sosial, ekonomi dan politik doktrin liberal saling terkait dengan
membentuk proses sejarah yang tunggal. Liberalisme terutama berhubungan dengan citra-diri
dan cita-cita kelas menengah yang baru muncul pada abad ke-18 dan ke-19 berlaku sebagai
kredo yang mereka gunakan untuk menyingkirkan elite bangsawan dan pemilik tanah serta
membangun lingkungan baru yang sesuai dengan kebutuhan perdagangan, industri, dan
profesi. Kredo ini sudah jelas bagi teorotisi liberal klasik yang menulis perkembangan pada
periode tersebut. Mereka melihat masyarakat Inggris yang pertama kali mengalami Revolusi
Industri dan politik, telah memberikan model yang berusaha mereka tiru. Meskipun
hubungan antara etos liberal dan perkembangan sosial dan politik Inggris sering dilihat secara
tidak lengkap oleh para tokoh utama tradisi liberal Inggris, seperti John Locke (1632-1704),
J.S. Mill (1806-1873), pemikir dari Scotlandia-terutama Adam Smith (1723-1790)-lebih
menyadari serba kemungkinan sejarahnya. Kaum liberal Eropa kontinental (Eropa Barat non
Inggris), jauh lebih mencermatinya, dan lebih sosiologis pada penulis seperti Montesquiue
(1689-1755) dan beberapa pemikir lainya.

12
Pada abad ke-20, basis sosial liberalisme menjadi persoalan yang tidak dapat
diabaikan oleh teoritisi liberal. Dalam masyarakat Industri massa yang di dominasi oleh
perusahaan berskala besar dan organisasi administrasinya lainnya di satu sisi, meningkatkan
diferensi sosial di sisi lain, agensi individu bebas yang diasumsikan oleh liberalisme klasik
tengah terancam menurut tulisan-tulisan kaum liberal pada akhir abad ini. Proses pertama
secara bertahap menelan individu ke dalam struktur agensi birokratis yang terikat aturan dan
hierarkris, yang menggantikan wirausaha dengan administrator dan direktur profesional, dan

memiskinkan ketrampilan sebagian tenaga kerja. Proses kedua menambah kompleksitas


masyarakat industri sehingga kemampuan kita untuk memahami keragaman sosial yang
muncul secara rasional dalam kerangka moral yang kognitif tunggal merosot tajam. Semakin
individu terjebak dalam logika beragam peran dan fungsi sosial yang kadangkala sering
bertentangan, dibanjiri informasi dan sumber persuasi yang kerap berlawanan, semakin lemah
pula kemampuan mereka untuk menentukan orientasi secara otonom di dunia ini.
Perkembangan-perkembangan ini mendistorsi cita-cita pasar kaum liberal, dan menambah
kekhawatiran kaum liberal terhadap demokrasi. Lebih lanjut, perkembangan tersebut terkait
erat dengan kemunculan buruh yang semakin terorganisasi, yang dalam ancamannya terhadap
dominasi sosio-ekonomi dan politk kelas menengah berpotensi memunculkan tantangan
terbesar bagi hegemoni liberal.
Menurut kaum liberal klasik, pasar bebas tidak menciptakan konflik sosial, tetapi
menyelesaikannya. Mekanisme tangan-yang-tak-tampak (invisible hand) dalam hukum
penawaran dan permintaan mendorong harmonisasi rencana hidup individu. Dengan alasan
serupa, mereka mendukung perdagangan bebas antar negara (globalisasi) sebagai cara terbaik
untuk mencapai perdamaian Internasional. Dari sudut pandang ini, cita-cita liberal bukan
hanya terbentuknya masyarakat yang terdiri dari orang-orang egois yang mengejar
kepentingannya sendiri, melainkan sekumpulan warga yang mandiri dan bertanggung jawab,
yang bekerja sama untuk mencapai kebaikan individu, sosial, moral, dam material. Namun,
persaingan yang sempurna dan cara kerja mekanisme harga yang mulus berasumsi bahwa
konsumen sepenuhnya memahami kebutuhan mereka dan jasa yang ditawarkan untuk
memenuhinya, dan mereka juga sanggup merasakan permintaan mereka. Namun dalam
kenyataannya, ukuran pasar, pembagian kekayaan yang tidak adil, kontrol yang dijalankan
oeh perusahaan besar dan organisasi buruh atas supali barang, jasa, dan imformasi di wilayah
tertentu menunjukkan bahwa individu jarang memiliki pengetahuan semacam itu dan hanya

13
dapat mempengaruhi ekonomi secara sangat tidak sempurna, bahkan ketika mereka memiliki
pengetahuan itu. Faktor-faktor tersebut memperlihatkan bahwa ternyata ekonomi pasar tidak
melahirkan masyarakat kerja sama yang terdiri dari individu yang berkembang bersama-
sama, tetapi dunia yang berisi kelompok-kelompok kepentingan yang saling berlawanan dan
bertentangan.
Penyebab-penyebab yang sama juga mengubah hakikat demokrasi. Hak pilih
universal menghancurkan pemuka masyarakat lokal dan menududukkan partai politik massa
sebagai pemain utama demokrasi. Pengaruh yang ditunjukkan organisasi itu membuat
konsep-konsep tradisional tentang demokrasi liberal menjadi usang.

Pembicaraan tentang pemicaraan dan kedaulatan dan perwakilan rakyat memiliki nilai
yang terbatas apabila calon, penentuan agenda pemilihan umum, dan pemungutan suara
hampir berada di tangan berbagai tangan mesin partai. Perkembangan ini juga menyurutkan
pandangan konvensional kaum liberal perihal pembagian kekuasaan, dimana lembaga
eksekutif atas mayoritas yang passif di lembaga legislatif. Kecenderungan partai massa
modern untuk terikat pada kepentingan bukan pada pendirian, telah merubah sifat politik
liberal dari proses perdebatan yang rasional menuju sarana tawar-menawar dan penyelesaian
antara kelompok dan individu yang memiliki kepentingan sendiri (politik dagang sapi).
Perdebatan politik tidak lagi berkenaan dengan kualitas atau kebenaran argumen lawan, tetapi
manipulasi keinginan dankepentingan untuk membentuk mayoritas yang akan memerintah.

14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan demikian yang menjadi kesimpulan makalah ini adalah kami berpandangan
bahwa konsep pemberdayaan ekonomi kerakyatan merupakan solusi atas kegagalan
liberalisme dan neoliberalisme sebagai transformasi dari ideologi liberal pada
masa posmodernmaupun kegagalan komunis dalam perang dingin. Liberalisme,
neoliberalisme maupun sosialis-demokrat yang dikontruksikan oleh peradaban barat tersebut
hanya semakin memperluas kesempatan bagi praktek monopoli yang dilakukan oleh
multinasional korporasi pada berbagai belahan dunia.

Maka para pendiri negara ini telah membuat UUD 1945 pasal 33 yaitu :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nsional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi dengan prinsip
kebersamaan,efesiensi berkeadila, berkelanjutan berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Ditengah-tengah kondisi perekonomian dunia yang krisis tersebut, maka pemberdayaan
ekonomi kerakyatan hadir sebagai politik alternatif pembangunan yang mengendepankan
kearifan lokal, kesetaraan peran dalam perekonomian, berorientasi pada kelestaarian alam
serta keseimbangan antara aspek materialisme dan spiritualisme.

4.2 SARAN
Sebagai warga negara marilah kita menjaga dan melestarikan alam ini karena dari alam
manusia dapat mencukupi kebutuhannya serta adanya sinergis para stakeholders yang
melanjutkan cita-cita bangsa dan negara indonesia yang berlandaskan pancasila dan UUD RI
1945.

15
DAFTAR PUSTAKA
UUD RI 1945
Wicaksono, kristian ; (2006) Administrasi dan birokrasi pemerintahan; Yogyakarta, Graha
Ilmu.
Budiarjo, miriam; (2008) Dasar-dasar Ilmu Politik; Jakarta, Gramedia ,edisi revisi.
Agustino, leo; (2007) Perihal Ilmu Politik ; Yogyakarta, Graha Ilmu .
Istianto, bambang; (2001) Demokratisasi ; Jakarta, Mitra Wacana Media.
Fadel, muhammad; (2008) Reinventing Local Government; Jakarta: Kompas Gramedia
Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Mikroekonomi. 1999. Jakarta: Rajawali Press.
Soekanto, soejono (2009) Pengantar Sosiologi; Jakarta : Rajawali Press

16

Anda mungkin juga menyukai