BAB I
PENDAHULUAN
Sejak dari semula Islam tersebar hingga masa kita sekarang ini memang
kalaupun ada di antara umat Islam yang ditaklukkan, itu hanya karena
daripada-Nya.1
covers all activity. Islam wich does not devide religion from society, is
yang mencakup seluruh aktivitas manusia. Islam itu suatu agama yang
1
Dr. Muhammad Husain Haekal, Ph.D., Sejarah Hidup Muhammad, a.b. Ali Audah, Pustaka
Litera Antar Nusa, Cet. 13, Jakarta, 1999, hlm. Xlii.
2
Harian Merdeka, 11 Mei 1976.
1
Sering terdengar bahwa pintu ijtihad masih terbuka memang tidak
pernah ditutup-- tetapi pada saat ini upaya ke arah itu belum begitu
nampak hasilnya. Hal ini bukan berarti para pakar kita tidak mampu
dan Hadis.
Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa berpikir amat dianjurkan dalam
kebebasan berpikir. Dan akal harus berpikir dengan berpegang teguh pada
ajaran yang tersebut dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Dengan kata lain,
sumber itu.
2
B. Permusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
Syariah adalah sesuatu yang abadi dan berjangka sangat panjang serta
benar bersifat abadi dan berwatak universal dari kebutuhan normatif Islam
itu, sehingga dapat dibakukan tanpa ragu-ragu lagi sebagai bagian dari
munculnya para mujtahid. Namun disadari, bahwa para mujtahid itu sangat
Kaufah (modernis) dimana orang Arab dan non Arab bergaul, serta
4
komunitas (masyarakat) Arab dan kepanatikan mereka dalam memegangi
tradisi daerahnya.
menganutnya.3
Di Indonesia, dalam Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam diatur bahwa ahli
tersebut dalam pasal 173 (yaitu mereka yang terhalang menjadi ahli waris
syarat bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli
Juga pernah terjadi kasus kewarisan Islam (kasus tokoh Islam, H. Subchan
3
Noel J. Coulson, Hukum Islam Dalam Perspektif Sejarah, ed. W. Montgomery Watt, P3M,
Jakarta, 1987, hlm. 22.
5
karena almarhum/pewaris berasal dan bertempat tinggal di Jawa.
1973).4
laki-laki dua kali bagian anak perempuan. Dengan demikian titik tekan al-
ada.5
B. Perspektif Ijtihad
dan lainnya yang sulit tertandingi di dunia Barat ketika itu. Mulai abad ke-
14 tidak mampu lagi memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia ilmu
pengetahuan.
perubahan masa, situasi dan kondisi,6 merupakan etos kerja umat Islam
yang belum atau tidak diatur dalam al-Quran. Atas dasar itulah,
4
Sajuti Thalib, SH., Receptio A Contrario (Hubungan Hukum Adat dengan Hukum Islam),
Bina Aksara, Jakarta, 1982, hlm. 50-52.
5
Noel J. Coulson, Op.cit., hlm. 20-21
6
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, Pustaka Rizki Putra,
Semarang, 2001, hlm. 428.
6
muncullah putusan-putusan baru, misalnya: Umar ibn Khattab memuat
pemilik tanah di suatu tempat mampu membayar pajak lebih banyak dari
apa yang ditetapkan. Jawab Umar: Tidak ada jalan lain karena ada
ra. mengambil pajak sesuai dengan yang sudah disepakati dari seorang
Dalam keadaan seperti itu diperlukan suatu kerangka hukum (legal frame
work) yang memperhatikan situasi, konisi dan tempat. Jelasnya hukum itu
oleh keadaan lingkungannya dan perubahan sosial yang ada, misalnya al-
7
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji, Ensiklopedi Fiqih Umar bin Khathab ra., Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 1999, hlm. 9.
7
Syafii (wafat 204 H) yang mempunyai kaul kadim dan kaul jadid. Ia
baru bagi ide-ide yang sudah ada, serta keberhasilannya menyatukan ide-
sebagai primus inter pares. Namun tidak lebih sebagai penafsir belaka.
Oleh karena itu para ulama mempunyai kebebasan untuk menelaah suatu
positif bagi kehidupan umat mansia. Karena itu, ketelitian dalam membaca
senantiasa berbeda dalam spektrum sangat lebar dari dua titik ujung. Sikap
8
Pendalaman perbedaan kedewasaan pandangan kita dalam melihat
C. Metodologi Berijtihad
Salah satu hasil ijtihad ialah dalam menentukan kriteria zina, yang
semua saksi harus laki-laki, para saksi harus orang adil, paa saksi harus
muslim, sehat dan berakal, para saksi harus memandangi peratan zina itu
seperti melihat masuknya timba ke dalam sumur. Apabila salah satu syarat
Contoh lain, Khalifah Umar Ibn Khathab mengatakan: Halal bagiku dua
pakaia, pakaian musim dingin dan msim panas; kendaran yant aku
seperti seseorang dari Quraisy yang bukan terkaya dan bukan termiskin.10
8
Prof. Dr. H.Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 2, Logos Waca Ilmu Jakarta, 1999, hlm 224.
9
Muhammad Ali As-Shabuny, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam, jilid2, Al-Maarif, Bandung, 1994, hlm.
95-96.
10
Dr. Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Alkhattab, Khalifa, Jakarta, 2006,
hlm,239.
9
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
10