Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai

dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus siklus ini bersifat universal tetapi

pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi,

ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai

kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan bahan dan energi secara efisien guna

memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.

Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa

tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa sangat berguna untuk membantu pertumbuhan

dan perkembangan. Selain itu, Mulsa juga berguna untuk menjaga kelembaban tanah serta

menekan pertumbuhan gulma dan penyakit. Mulsa ini mudah dan murah didapatkan.

Keuntungan lainnya adalah mulsa ini dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan

organik dalam tanah. Selain jerami dan alang-alang dapat digunakan cacahan batang dan daun

jagung atau rumput-rumputan lainnya.

Alang-alang termasuk salah satu jenis gulma yang sangat mengganggu karena kapasitas

reproduksinya yang tinggi yaitu adanya akar tinggal (rhizoma) sehingga sangat sulit untuk

dibasmi (Eussen dan Wirjahardja, 1973). Namun demikian menurut Soerjani (1970), daun alang-

alang dapat digunakan sebagai mulsa, konservasi lahan, dan makanan ternak pada waktu daun

masih muda.

Sirsak, nangka belanda, atau durian belanda (Annona muricata L.) adalah tumbuhan

berguna yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tanaman ini ditanam
secara komersial untuk diambil daging buahnya. Tumbuhan ini dapat tumbuh di sembarang

tempat, paling baik ditanam di daerah yang cukup berair.

Tujuan

1. Melihat respon tanaman sirsak terhadap pemberian mulsa organik asal rerumputan dan

alang alang.

2. Mahasiswa/I dapat melakukan budidaya tanaman dan memperoleh hasil yang

optimum dengan tidak merusak lingkungan.

Masalah

Faktor luar yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup ialah lingkungan. Tanaman

membutuhkan makanan untuk hidup, makanan untuk tanaman disebut unsur hara. Dalam

hidupnya tanaman paling sedikit membutuhkan 16 macam unsur, 3 unsur (oksigen, hidrogen dan

karbondioksida) diperoleh dari udara (gratis, tanpa perlu mengusahakanya), sementara 13 lainya

diserap tanamam melalui tanah.

Tanah yang ideal untuk tanaman sirsak adalah tanah berpasir dan berkapur dengan

kandungan bahan organik yang tinggi. Sirsak toleran terhadap keadaan tanah yang kering, tetapi

pohonnya akan meluruhkan terlalu banyak daun jika mengalami kekeringan yang

berkepanjangan.

Paradigma baru dalarn pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan antara lain

untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang seimbang dengan alam yang berjalan

secara lestari dan berkesinamhungan melalui penggunaan bahan-bahan organik. Mengacu pada
paradigma baru tersebut dan menimbang potensi alang alang dan rerumputan yang padat

organik, maka sangat penting mempelajari karakteristik yang terkait dengan pemanfaatan alang

alang dan rerumputan organik tersebut sebagai bahan mulsa. Oleh karena itu, percobaan ini

mefokuskan untuk mempelajari pengaruh mulsa organik asal alang alang dan rerumputan

terhadap dinamika perubahan struktur dan tekstur tanah sebagai media tumbuh tanaman sirsak.

Serta melihat perubahan warna daun dan tunas daun muda pada pangkasan cabang sirsak.

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tumbuhan Sirsak

Sirsak (Annona muricata L) berupa tumbuhan atau potion yang berbatang utama

berukuran kecil dan rendah. Daunnya berbentuk bulat telur agak tebal dan pada permukaan

bagian atas yang halus berwarna hijau tua sedang pada bagian bawahnya mempunyai

warna lebih muda.Tumbuhan ini dapat tumbuh di sembarang tempat. Tetapi untuk

memperoleh hasil buah yang banyak dan besar-besar, maka yang paling balk ditanam di

daerah yang tanahnya cukup mengandung air. Di Indonesia, sirsak tumbuh dengan baik

pada daerah yang mempuyai ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut. Nama

Sirsak itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Belanda Zuurzak yang kuranglebih berarti

kantung yang asam. Buah Sirsak yang sudah masak lebih berasa asam daripada manis.

Pengembangbiakan sirsak yang paling baik adalah melalui okulasi dan akan menghasilkan

buah pada usia 4 tahunan setelah ditanam. (Thomas, A. N. S, 1992).

Adapun kandungan dari buah sirsak adalah sebagai berikut: kaya vitamin C buah sirsak

dari 67,5% daging buah,20% kulit buah,8,5% biji buah dan 4% inti buah. Setelah air, kandungan
gizi yang terbanyak dalam sirsak adalah karbohidrat. Salah satu jenis karbohidrat yang terdapat

dalam buah sirsak adalah gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) dengan kadar 81,9 93,6 persen

dari kandungan gula total. Buah sirsak mengandung sangat sedikit lemak (0,3 g/100 g), sehingga

sangat baik untuk kesehatan. Rasa asam pada sirsak berasal dari asam organik non volatil

terutama asam malat asam sitrat dan asam isositrat. Vitamin yang paling dominan pada buah

sirsak adalah vitamin C, yaitu sekitar 20 mg per 100 gram daging buah. Kebutuhan vitamin C per

orang per hari (yaitu 60 mg), telah dapat dipenuhi dengan hanya mengkonsumsi 300 gram

daging buah sirsak. Kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada sirsak merupakan anti oksidan

yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dalam memperlambat proses penuaan

(tetap awet muda). Mineral yang cukup dominant adalah fosfor dan kalsium masing-masing

sebesar 27 dan 14 mg/100 g. Kedua mineral tersebut penting untuk pembentukan massa tulang,

sehingga berguna untuk membentuk tulang yang kuat serta menghambat osteoporosis.

Keunggulan sirsak terletak pada kadar sodium (natrium) yang rendah (14 mg/100 g) tetapi

tinggi potasium (kalium), yaitu 278 mg/l00 g. Perbandingan kalium dan natrium yang tinggi

sangat menguntungkan dalam rangka pencegahan penyakit hipertensi. Selain komponen gizi,

buah sirsak juga sangat kaya akan komponen non gizi. Salah satu diantaranya adalah

mengandung banyak serat pangan (dietary fiber), yaitu mencapai 3,3 g/100 g daging buah.

Konsumsi 100 g daging buah dapat memenuhi 13 persen kebutuhan serat pangan sehari.

Buah sirsak merupakan buah yang kaya akan senyawa fitokimia, sehingga dapat

dipastikan bahwa buah tersebut sangat banyak manfaat bagi kesehatan. Senyawa fitokimia

tersebut dipastikan memiliki khasiat bagi kesehatan, walaupun belum semuanya terbukti

secara ilmiah. Berbagai manfaat sirsak untuk terapi antara lain pengobatan batu empedu,

antisembelit, asam urat, dan meningkatkan selera makan. Selain itu, kandungan seratnya
juga berfungsi untuk memperlancar pencernaan, terutama untuk pengobatan sembelit (susah

buang air besar). Sari buah (jus) sirsak di dalam sistem pencernaan akan meningkatkan selera

makan. Kegunaan lain dari sari buah ini adalah untuk pengobatan pinggang pegal dan nyeri,

penyakit wasir (ambeien), batu empedu, dan lain-lain. (Oleh: Prof. DR. Made Astawan, Ahli

Teknologi Pangan dan Gizi).

Taksonomi

Sistematika tumbuhan Sirsak adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Ranales

Family : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata L.

Nama daerah : Sirsak


Manfaat Tumbuhan Sirsak

Kulit batang tumbuhan sirsak ini berkhasiat sebagai obat mencret dan obat bisul, buah
dan biji masak berkhasiat sebagai obat cacing. Buah sirsak juga berfungsi untuk
memperlancar pencernaan. (Khomsan, A. 2009)

Mulsa

Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di

permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi,

dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma

(rumput liar).

Mulsa ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan

dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara

merata di atas permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.

Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga

menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas

dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapat menarik binatang tanah (seperti cacing),

karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai makanan

cacing. Adanya cacing dan bahan organik akan membantu memperbaiki struktur tanah.

Mulsa sisa tanaman akan melapuk dan membusuk. Karena itu perlu menambahkan

mulsa setiap tahun atau musim, tergantung kecepatan pembusukan. Sisa tanaman dari

rumput-rumputan, seperti jerami padi, lebih lama melapuk dibandingkan bahan organik dari

tanaman leguminose seperti benguk, Arachis, dan sebagainya.


Mulsa pada umumnya disebar secara merata dipermukaan tanah. Mulsa vertikal adalah

mulsa sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah secara vertikal untuk mengisi retak-

retakdan rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang

sering mengalami rengkah di musim kemarau, seperti tanah Vertisols (Grumusol) yang

banyak dijumpai pada daerah beriklim kering. Tanah liat Grumusol pada umumnya sulit dan

berat diolah. Pada musim hujan tanah ini menjadi liat dan lengket, dan pada musim

kemarau mejadi keras dan retak-retak. Meningkatkan kesuburan tanah karena menambah bahan

organik Meningkatkan peresapan air Mengurangi erosi Meningkatkan kehidupan jasad mikro

dan makro di dalam tanah Meningkatkan kelembaban tanah


METODOLOGI

Tempat dan Waktu

Percobaan ini di laksanakan di lingkungan Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian

Universitas Negeri Papua Manokwari yang berada pada ketinggian 110 meter di atas

permukaan laut. Percobaan ini berlangsung selama kurang lebih 7 minggu, dari tanggal 12

Oktober - 07 Desember 2011.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang di gunakan dalam percobaan ini meliputi. Alat: parang, sabit,

kamera, dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang di gunakan antara lain; tanaman sirsak

dengan tinggi rata rata 100 150 cm sebanyak 2 tanaman, mulsa organik (alang alang dan

rerumputan) yang di peroleh di sekitar lingkungan pertanaman sirsak.

Metode

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode deskritif dengan pengamatan

secara berskala perubahan warna daun dan tunas daun muda pada pertanaman sirsak yang di beri

perlakuan mulsa organik asal alang alang dan rerumputan.

Pelaksanaan Percobaan

Penentuan Tanaman Contoh

Ada kurang lebih sekitar 20 tanaman yang terdapat di lingkungan pertanaman sirsak.

Selain sirsak ada juga tanaman kelapa dan jeruk yang di budidayakan. Pada percobaan ini

tanaman yang di gunakan sebagai tanaman contoh sebanyak 2 tanaman. Sirsak yang di gunakan
sebagai tanaman contoh ialah tanaman sirsak yang menunjukan pertumbuhan kurang baik, atau

dapat di lihat secara fisik pertumbuhan dan perkembangan kurang maksimal, ciri ciri fisik ini

dapat di lihat melalui warna daun, tinggi tanaman, jumlah cabang, warna cabang, yang kurang

optimal. Cabang tanaman yang kurang baik akan di pangkas dan selanjutnya di biarkan.

Pengambilan Dan Pemberian Mulsa

Mulsa yang di gunakan dalam percobaan ini adalah mulsa organik asal alang alang dan

rerumputan di sekitar areal pertanaman. Mulsa di potong dan di benamkan di sekitar pangkal

pohon sirsak hingga mencapai kurang lebih 20 30 cm dan di tekan dengan kaki agar supaya

mulsa dapat merekat ke tanah di sekitar pangkal pohon pertanaman sirsak.

Variabel Pengamatan
Pengamatan di lakukan dengan melihat perubahan warna yang terjadi/terlihat pada 2

pertanaman sirsak. Selain itu, warna daun muda yang keluar melalui cabang tanaman sirsak yang

di pangkas guna melihat pertumbuhan tunas baru akibat perlakuan mulsa yang di aplikasikan.

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisi secara tabulasi dan disajikan dalam bentuk gambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pemberian mulsa organik asal alang alang

dan rerumputan memberikan perubahan yang baik terhadap warna daun, dan pertumbuhan daun

muda yang terlihat pada cabang yang di pangkas. Dari hasil pengamatan, kedua contoh tanaman

sirsak memberikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik, terlihat dari adanya

tunas daun muda yang tumbuh di percabangan sirsak yang telah di pangkas dan di ikuti warna

daun hijau pada masing masing tanaman. Perubahan Warna daun dan tunas daun mudah pada

percabangan yang di pangkas dapat di lihat pada gambar berikut.


Warna daun
menguning,
dan sebagian
daun kering
(awal
pengamatan)

Cabang
Pangkasan
(awal

Bentuk Fisik Tanaman I (Awal Pengamatan)


Cabang
Pangkasan
(awal
Warna sebagian
besar daun
kuning
(awal

Bentuk Fisik Tanaman II (Awal Pengamatan)

Terlihat dari gambar tanaman I dan tanaman II pada awal pengamatan, tanaman I dan II

menunjukan gejala kritis atau bisa di katakan tanaman mengalami steress terhadap kondisi

lingkungan dalam hal ini tanah di sekitar pangkal tanaman dan pertanaman sirsak pada umumnya

dalam keadaan kurang baik. Hal ini di akibatkan karena tanah di sekitar pertanaman sirsak

mengalami kekurangan faktor tumbuh. Tanah terdiri atas bahan induk, bahan organik, dan

mineral yang hasil pencampurannya dapat membentuk tekstur tanah tertentu. Ruang-ruang antara

hasil pencampuran bahan-bahan tadi diisi oleh gas dan air. Kondisi tekstur dan kemampuan tanah

inilah yang menentukan ketersediaan unsur hara bagi tanaman sirsak dan kondisi lingkungan di

atasnya.
Warna daun
hijau, dan tidak
ada daun
menguning
(akhir

Cabang
Pangkasan
(akhir
pengamatan)
Bentuk Fisik Tanaman I (Akhir Pengamatan)

Mulsa dari bahan bahan organik alang alang dan rerumputan sangat berpengaruh

terhadap warna daun dan tunas daun muda pada pangkasan tanaman sirsak. Hal ini terlihat dari

ke dua perbandingan gambar tanaman sirsak pada awal pengamatan dan pada akhir pengamatan.

Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa mulsa organik berperan sangat baik dalam perbaikan

pertumbuhan vegetative tanaman. Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan

tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat

tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk

granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil.

Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui

penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif

lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat

menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan
aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat

terbentuknya agregat.

Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya

sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar setengah dari

kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik.

Warna daun
Cabang hijau, dan tidak
Pangkasan ada daun
(akhir menguning
pengamatan) (akhir
Bentuk Fisik Tanaman II (Akhir Pengamatan)
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, pengaruh pemberian mulsa organik terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman sirsak sangatlah terlihat nyata. Mulsa organik yang di

aplikasikan pada tanaman sirsak memberikan respon pertumbuhan yang baik. Terlihat dari 2 3

minggu setelah tanam sirsak sudah mampu memberikan respon positif terhadap pemberian mulsa

organik asal alang alang dan rerumputan. Berdasarkan pengamatan, sebelum aplikasi mulsa

organik tanaman memperlihatkan pertumbuhan yang kurang baik, di mana sebagian besar daun

pada tanaman sirsak berwarna kuning bahkan beberapa daun muda mulai kering dan berguguran

dari tangkai tanaman. Hal ini di sebabkan karena tanaman mengalami steress akibat lingkungan

tumbuh tanaman yang kurang baik, terutama tanah tanah di sekitaran pertanaman sirsak tidak

mengandung bahan organik tersedia dan cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

sirsak (miskin hara). Besarnya pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor

utama lingkungan. Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air

tanah. Bahan organik yang terkandung di dalam mulsa organik alang alang dan rerumputan

dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Terutama bahan organik yang telah menjadi

humus dengan ratio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari bobotnya

sehingga status hara dalam tanah dapat di manfaatkan oleh tanaman. Karena kandungan air

tersebut, maka bahan organik terutama yang sudah menjadi humus dapat menjadi penyangga

bagi ketersediaan air.


Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat humus maka

dapat dikatakan bahwa bahan organik pada mulsa akan sangat mempengaruhi sifat dan ciri tanah.

Peranan tidak langsung bahan organik bagi tanaman meliputi.

Meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Membentuk kompleks dengan unsur mikro

sehingga melindungi unsur-unsur tersebut dari pencucian. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk

organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia

kembali. Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah kemampuan

tanah untuk menahan unsur- unsur hara. Struktur tanah yang demikian merupakan sifat fisik

tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau

gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan organik. Bahan

organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan

agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada

taranya. Melalui penambahan mulsa organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah

yang relatif lebih ringan.

Terlihat setelah akhir pengamatan, tanaman memberikan respon positif terhadap

pemberian mulsa organik alang alang dan rerumputan. Di mana daun tanaman mulai berwarna

hijau dan cabang pangkasan menunjukan adanya perubahan pertumbuhan daun muda pada

cabang pangkasan (gambar bentuk fisik tanaman akhir pengamatan). Hal ini di karenakan kadar

bahan organik mulsa dapat di manfaatkan oleh tanaman secara optimal pada bagian atas lapisan

tanah yang di beri perlakuan mulsa. Namun, Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin

berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas.
Mulsa juga menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar

tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Sebagian besar daun pada tanaman sirsak berwarna

kuning bahkan beberapa daun muda mulai kering dan berguguran dari tangkai tanaman. Hal ini

di karenakan aktivitas metabolisme tanaman baik anabolisme seperti fotosintesis yang

menyediakan makanan berupa asimilat bagi tanaman, juga katabolisme seperti respirasi, yang

menyediakan energi dalam bentuk ATP berkurang. Peningkatan suhu disekitar iklim mikro

tanaman menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah, sehingga aktifitas fotosintesis

menjadi terhambat. Peningkatan suhu disekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat

hilangnya kandungan lengas tanah, melalui mekanisme transpirasi dan evaporasi terutama pada

musim kemarau. Perlakuan pemulsaan dapat mengurangi evaporasi dan transpirasi, proses

fisiologis terutama fotosintesis akan meningkat, produksi bahan kering meningkat.

Sehingga daun dapat kembali normal (hijau) dan jumlah tunas daun muda dapat tumbuh

baik dengan memanfaatkan cahaya untuk proses fotosintesis dan metabolisme dalam tubuh

tanaman dengan baik. Selain itu, dengan penggunaan mulsa pertumbuhan gulma dapat di tekan

sehingga persaingan yang terjadi antara tanaman budidaya dan gulma dapat di tekan.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Pemberian mulsa organik asal alang alang dan rerumputan berpengaruh terhadap

lingkungan tumbuh tanaman terlihat dari perubahan warna, dan tunas daun muda yang

tumbuh pada pertanaman sirsak.


2. Mulsa organik dapat menciptakan kondisi ekologi yang lestari, antara tanaman

lingkungan manusia.

Saran
1. Perlu adanya pengujian lebih lanjut terhadap pemberian mulsa pada skala yang lebih luas

dan tentunya percobaan ini akan bermanfaat bagi masyarakat luas untuk menciptakan

satu kondisi ekologis yang lestari.


DAFTAR PUSTAKA

Biotrop Bulletin, Vol.6. http://www.ut.ac.id/html/jmst/s-nurmawati/penggunaan.html (Diakses

Tanggal 07 Desember 2011, 10:58 Wit)

Eussen and Wirjahardja, S., 1973, Studies of an Alang-alang (Imperata cylindrica) Vegetation,

(Diakses Tanggal 07 Desember 2011, 10:58 Wit)

Http://Www.Worldagroforestrycentre.Org/Sea/Publications/Files/Leaflet/Le0023-04.Pdf.

(Diakses Tanggal 07 Desember 2011, 10:58 Wit)

Http://Kedungpalungpung.Blogspot.Com/2010/08/Mengenal-Mulsa.Html. (Diakses Tanggal 04

Desember 2011, 19:08 Wit)


Http://Www.Situshijau.Co.Id/Tulisan.Php?Act=Detail&Id=2&Id_Kolom=3. (Diakses Tanggal 04

Desember 2011, 22:22 Wit)

Http://Cerianet-Agricultur.Blogspot.Com/2009/12/Kompos.Html. (Diakses Tanggal 07

Desember 2011, 09:02 Wit)

Http://Digilib.Itb.Ac.Id/Gdl.Php?Mod=Browse&Op=Read&Id=Laptunilapp-Gdl-Res-2006-

Sitisuhaya-39. (Diakses Tanggal 05 Desember 2011, 09:35 Wit)

Http://yprawira.wordpress.com/pertanian-organik/. (Diakses Tanggal 04 Desember 2011, 22:55

Wit)

Http://Www.Situshijau.Co.Id/Tulisan.Php?Act=Output&Id_Kolom=15. (Diakses Tanggal 07

Desember 2011, 12:00 Wit)

Http://Agrica.Wordpress.Com/2009/01/07/Mulsa/. (Diakses Tanggal 07 Desember 2011, 11:51

Wit)
Soerjani,M., 1970, Alang-alang (Imperata cylindrica L.Beauv) Pattern of Growth as Related to

Its Problem of Control, Biotrop Bulletin Vol.1. http://www.ut.ac.id/html/jmst/s-

nurmawati/penggunaan.html (Diakses Tanggal 07 Desember 2011, 10:58 Wit)

Untuk dapat bertahan dan hidup di dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus memiliki

bahan-bahan penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Keperluan-

keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan dengan keadaan tertentu. Apabila keperluan

mendasar ini hanya tersedia dalam jumlah yang paling minimum maka akan bertindak sebagai

faktor pembatas. Walaupun demikian, seandainya keperluan mendasar yang hanya tersedia

minimum berada dalam waktu "sementara" tidak dapat dianggap sebagai faktor minimum karena

pengaruhnya dari banyak bahan sangat cepat berubah.

Ternyata kondisi minimum dari suatu kebutuhan mendasar bukan merupakan satu-satunya faktor

pembatas kehidupan suatu organisme, tetapi juga dalam keadaan terlalu maksimumnya

kebutuhan tadi sehingga dengan kisaran minimum-maksimum ini dianggap sebagai batas-batas

toleransi organisme untuk dapat hidup. Namun, dalam kenyataan tidak sedikit organisme yang

mempunyai kemampuan untuk "relatif" mengubah keadaan lingkungan fisik guna mengurangi

efek hambatan terhadap pengaruh lingkungan fisiknya.


Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen
tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.
Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak
ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan organik
semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di
lapisan atas.

Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar
bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi
yang baik sehingga bahan organik cepat habis. Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air
berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan
organik dan N tinggi dari pada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan
adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah.

Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar

bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N

bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila kelembaban efektif

meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan

kegiatan organism tanah.


Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban

tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut

tumbuh dengan baik.

Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan

anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa

tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit ditanam.

Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat

terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah

alang-alang/ jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan

lainnya.

Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa

anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung. Mulsa anorganik

dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa

anorganik ini harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak yang banyak digunakan dalam

budidaya cabai atau melon.


PERANAN BEBERAPA JENIS MULSA ORGANIK DALAM MANAJEMEN SUHU
TANAH

Research Report from LAPTUNILAPP / 2006-10-04 11:28:56


Oleh : Siti Suhayatun, STP., M.Si. , Fakultas Pertanian
Dibuat : 2006-09-19, dengan 1 file

Keyword : Mulsa Organik, Suhu Tanah


Subjek : MULSA
Nomor Panggil (DDC) : 631.451 Sit p

ABSTRAK

Paradigma baru dalarn pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan antara lain
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang seimbang dengan alam yang berjalan
secara lestari dan berkesinamhungan melalui penggunaan bahan-bahan organik. Mengacu pada
paradigma baru tersebut dan mcnimbang potensi limbah padat organik, maka sangat penting
mempelajari karakteristik yang terkait dengan pemanfaatan limbah organik tersebut
sebagai bahan mulsa. Oleh karena penelitian ini mefokuskan untuk mempelajari
pengaruh mulsa organik terhadap dinamika perubahan suhu tanah dan peranan mulsa
organik dalam manajemen suhu tanah.
Penelitian ini menggunakan metode laboratory experiment. Penelitian dilakukan
dengan kombinasi perlakuan jenis mulsa (jerami, sabut kelapa, dan sekam padi) dan tingkat
ketebalan (dosis) mulsa (5 cm dan 10 cm). Untuk perbandingan digunakan perlakuan
kontrol tanpa mulsa. Dinamika suhu tanah diukur dengan termokopel atau termometer pada
kedalaman '5 cm dan 10 cm dari permukaan tanah.
Hasil penelitian ini rnenunjukan bahwat 1) jenis mulsa organik mempunyai pengaruh
yang b erbeda terhadap perubahan suhu tanah, dan 2) pemilihan jenis mulsa dan
penerapannya pada kedalaman tertentu dalam tanah juga mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan dan penentuan suhu tanah yang diinginkan.

Deskripsi Alternatif :

ABSTRAK

Paradigma baru dalarn pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan antara lain
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang seimbang dengan

Awal Pemberian Mulsa Pada Tanggal Rabu, 12-Oktober-2011


Pengambilan Gambar Pada Tanaman Contoh Kamis, 13-Oktober-2011

Anda mungkin juga menyukai