Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Sitostatika
Sitostatika atau onkolitica (Yun. kytos = sel, statis = terhenti, ongkos = benjolan, lysis =

melarutkan) adalah zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas

(maligne). Obat sitotoksik adalah obat yang sifatnya membunuh atau merusakkan sel-sel

propaganda. Obat ini termasuk obat-obat berbahaya (OB), yaitu obat-obat yang genotoksik,

karsinogenik dan teratogenik ( Donadear dkk, 2012).

Berdasarkan titik kerjanya disiklus pertumbuhan sel dapat dibedakan dua kelompok

sitostatika, yakni :

1. Obat-obat siklus spesifik, yang hanya mematikan sel-sel yang sedang aktif membelah :

antimetabolit- antimetabolit, antimitotika dan antibiotika bleomisin serta motomisin.


2. Obat-obat siklus non-spesifik, yang hanya mematikan sel-sel dalam fasa istirahat atau

sedang membelah : zat-zat alkilasi, prokarbazo, antibiotika dektinomisin, doksorubisin,

daunorubisin dan mungkin mitramisin.


Berdasarkan mekanisme kerjanya, sitostatika dapat dibagi dalam beberapa golongan

sebagai berikut :
1. Zat alkalis
Berkhasiat kuat terhadap sel-sel yang sedang membelah. Khasiat ini

berdasarkangugusan-alkilnya, yang sangat reaktif dan menyebabkan cross-linking

(saling mengikat) antara rantai-rantai DNA didalam inti sel. Dengan demikian

penggandaan DNA terganggu dan pembelahan sel dirintangi. Efek sitotoksis dan

mutagen ini terutama ditujukan terhadap sel yang membelah dengan pesat, seperti sel-

sel kanker disistem limfe. Namun, obat-obat ini juga merugikan sumsum tulang, mukosa

dari saluran lambung-usus, sel-sel kelamin (sterilitas pria) dan janin muda (abortus).

Selain itu, obat-obat ini pada prinsipnya juga bersifat karsinogen dan dapat

mengakibatkan leukemia (non lymphocytic) akut.


Adapun obat-obat dari golongan ini adalah :
a. Klormetin : mustin, nitrogen-mustard
b. Klorambusil (leukeran)
c. Melfelan (alkeran)
d. Siklofosfamida (endoxan)
e. Ifosfamida (holoxan)
f. Busulfan (myleran)
2. Antimetabolit
Dapat dibagi dalam 3 kelompok sebagai berikut :
a. Antagonis asam folat : metotreksat
b. Antagonis pirimidin : 5-fluorourasil, sitarabin, gemcitabin dan capecitabin
c. Antagonis purin : 6-merkaptopurin dan 6-tioguanin, yang kedua-duanya khusus

digunakan terhadap leukemia akut.


Obat-abat ini juga menggangu sintesa DNA, tetapi dengan jalan antagonisme sainga.

Rumus kimianya mirip sekali rumus beberapa metabolit yang penting bagi fisiologi sel

yaitu asam folat, purin dan pirimidin. Obat menduduki tempat metabolit tersebut dalam

system enzim tanpa mengambil alih fungsinya, sehingga sintesa DNA atau RNA gagal

dan perbanyakan sel terhenti. Obatnya sendiri tidak bersifat sitotoksis.semua obat ini

berkhasiat imunosupresif pula dan khususnya azhatioprin banyak digunakan pada

transplantasi organ (bersama sikloserin). Semua obat ii merupakan pro-drugs yang baru

menjadi metabolit aktif setelah diubah dalam hati.


3. Antimitotika
Zat-zat ini menghindari pembelahan sel pada metafase (tingkat kedua dari

mitosis), jadi merintangi pembelhan inti, seperti obat encok colchicin. Berlainan dengan

zat alkilasi yang juga merintangi pembelahan inti dengan jalan mengganggu pembelahan

kromoson antimitotika mencegah masuknya belahan kromoson itu ke dalam anak inti.

Obat-obat yang kini digunakan adalah hasil tumbuhan, yakni alkaloida vinca (vinblastin,

vinkristin, dan derivat semi sintetiknya vindesin), podifilin (serta derivat- derivatnya

etaposida dan tenoposida) dan obat-obat terbaru dari kelompok texoida (paclitaxel,

docetaxel).
4. Antibiotika
Beberapa antibiotika yang bersal dari jenis jamur Streptomyces juga berkhasiat

sitostatis, disamping kerja antibakterinya. Zat-zat ini dapat mengikat DNA secara

kompleks sehingga sintesanya terhenti. Yang terpenting adalah doksorubisin,

daunorubisin, dan derivat sintesisnya (epirubisin, idarubisin, mitoxantron), bleomisin

(d-)actinomisin (Lyova, Cosmegen) dan mitomisin (Mytomicin-C). Obat terakhir

terutama berkhasiat alkilasi. Onkolitika ini tidak digunakan sebagai antibiotika karena

terlalu toksis.
5. Imunomodulansia
Zat-zat ini juga dinamakan Bologi cal Response Modifiers (BRM) berdaya

memengaruhi secara positif reaksi biologis dari tubuh terhadap tumor. Fungsi sitem imun

dapat distimulir dengan baik (imunostimulator) maupub ditekan olehnya (imuno-

supresor). Adapun obat-obat dari golongan ini adalah :


a. Siklosporin : Sandimmun, Neoral
b. Interfenon-alfa : IFN-alfa 2, Roferon-A (2a), Intron-A (2b)
c. Interleukin-2 : IL-2, aldesleukin, Proleukin
d. Tumor Necrosis Factor (TNF)
6. Hormon dan Antihormon
Zat-zat estrogen (etinilestradial, fosfestrol) digunakan pada kanker prostat yang

bermetastase. Progestativa (megestro, medroksiprogesteron) dan zat-zat androgen

(testosterone, nandrolon) dapat digunakan pada kanker mamma dan endometrium yang

sudah tersebar.
Antihormon kelamin adalah zat-zat yang menghambat hormon di jaringan tujuan

dan dengan demikian melawan kerjanya. Yang digunakan adalah zat anti-estrogen dan

anti-androge.
7. Obat-obat lainnya
Sitostatika lainnya yang digunakan pada kanker adalah enzim asparaginase,

senyawa-senyawa platina sisplatin dan karboplatin, hidroksiurea, procarbasin serta

topotecan dan irinotecan.


Bahan Sitostatika adalah zat/obat yang merusak dan membunuh sel normal dan sel

kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor malignan. Istilah sitostatika

biasa digunakan untuk setiap zat yang mungkin genotoksik, mutagenik, onkogenik,

teratogenik, dan sifat berbahaya lainnya. Sitostatika tergolong obat beresiko tinggi karena

mempunyai efek toksik yang tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga

dapat menyebabkan karsinogenik, mutagenik dan tertogenik. Oleh karena itu, penggunaan

obat sitstatika membutuhkan penanganan khusus untuk menjamin keamanan, keselamatan

penderita, perawat, profesional kesehatan, dan orang lain yang tidak menderita sakit.

B. Penangan Sitostatika

Penanganan sitostatika harus memperhatikan :

1. Tehnik aseptik

2. Pemberian dalam biological safety cabinet

3. Petugas yang bekerja harus terlindungi

4. Jaminan mutu produk

5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih

6. Adanya Protap

Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi :

1. Tehnik khusus penanganan sitostatika

2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan)

3. Pelatihan petugas

4. Penandaan, pengemasan, transpotasi

5. Penanganan tumpahan obat sitostatika

6. Penanganan limbah
Contoh Prosedur tetap penanganan sitostatika yang aman terdiri dari :

1. Persiapan

Bahan : obat sitostatika, pelarut

Alat : spoit, jarum, baju, sarung tangan, masker, topi, sarung kaki

2. Protap ruang aseptik

3. Protap pengerjaan dalam ampul

4. Protap pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan saat penyiapan sitostatika

5. Protap penanganan jika obat jatuh dan pecah

6. Protap penanganan limbah sitostatika

Sarana dan Prasarana yang diperlukan untuk penanganan sitostatika

a. Ruang

1. Persyaratan Ruang Aseptik

Ruang tidak ada sudut atau siku


Dinding terbuat dari epoksi
Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100, 1000, 10.000 partikel/liter
Aliran udara diketahui dan terkontrol
Tekanan ruangan diatur
Suhu dan kelembaban udara terkontrol (suhu : 18-22 derajat celcius dan

kelembaban 35-50%)
Ada Hepa filter

2. Ruang Transisi

Ruangan ini terletak antara ruang cuci tangan dan ruang aseptik, di ruanngan ini

petugas menggunakan perlengkapan steril.

3. Ruang Cuci Tangan


Ruangan ini digunakan untuk membersihkan tangan sebelum dan sesudah melakukan

penanganan obat sitostatatika.


b. Alat

1. Pass Box

Jendela antara ruang administrasi dan ruang aseptik berfunsi untuk keluar

masuknya obat kedalam ruang aseptik

2. Laminan Air Flow (LAF)

LAF yang digunakan untuk pecampuran sitostatika adalah tipe : Biological Safety

Cabinet (BSC). Validasi hepa filter dilakukan setiap 6 bulan dengan jalan kalibrasi.

Hepa filter diganti setiap 4 tahun sekali. Aliran udara yang masuk kedalam LAF harus

konstan

3. Kelengkapan APD ( Alat pelindung diri)

Kelengkapan ini terdiri dari :

a. Baju : Terbuat dari bahan yang tidak mengandung serat harus menutupi

seluruh anggota badan kecuali muka

b. Topi : harus menutupi kepala sampai leher

c. Masker : harus mempunyai kaca plastik

d. Sarung tangan : digunakan rangkap dua dan terbuat dari bahan latex

e. Sepatu : terbuat dari bahan yang tidak tembus benda tajam

4. Biological Safety cabinet (BSC)

Alat ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk

melindungi petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip kerja dari

alat ini adalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari dari tekanan udara diluar

sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC. Didalam BSC udara bergerak
vertikal membentuk barier sehingga jika ada peracikan obat sitostatika tidak terkena

petugas. Untuk validasi alat ini harus dikalibrasi setiap 6 bulan. (depkes, 2009).

Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan jarum suntik.

1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5 BENAR

(benar pasien, obat dosis, rute dan waktu pemberian)


2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima ( nama obat, jumlah, nomor batch, tanggal

kadaluarsa), serta melengkapi formulir permintaan.


3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas atau tidak

lengkap.
4. Menghitung kesesuaian dosis.
5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6. Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7. Membuat label obat berdasarkan nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan

dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa

campuran (contoh label obat, lampiran 1).


8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medis, ruang

perawatan, jumlah paket (contoh label pengiriman, lampiran 2).


9. Melengkapi dokomen pencampuran.

Anda mungkin juga menyukai