Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI STERIL

METODE STERILISASI DAN DEPIROGENASI

DISUSUN OLEH:
1. AJENG WIDI ASTUTI E0014029
2. ALFI NURI E0014030
3. DIANHARI NOVIANTI E0014033
4. NINA SETYANINGSIH E0014046
5. SITI NUR AISIYAH E0014055

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA
2017

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga dapan menyelesaikan tugas mata kuliah
Teknologi Sediaan Farmasi Steril. Kemudian sholawat beserta salam kita sampaikan
kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran
dan sunah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah mikrobiota normal tubuh manusia ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Teknologi Sediaan Farmasi Steril. Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada ibu Devi Ika K.S.,M.Sc.,Apt. Selaku dosen pembimbing mata kuliah
mikrobiologi dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan


makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Slawi, Maret 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 ........................................................................................................................Latar
Belakang......................................................................................................... 1
1.2 ........................................................................................................................Rumu
san Masalah.................................................................................................... 1
1.3 ........................................................................................................................Tujua
n...................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 3
2.1 ........................................................................................................................Defini
si Sterilisasi..................................................................................................... 3
2.2 ........................................................................................................................Metod
e Sterilisasi..................................................................................................... 3
2.3 ........................................................................................................................Sejara
h Pirogen......................................................................................................... 16
2.4 ........................................................................................................................Teori
Pirogen............................................................................................................ 17
2.5 ........................................................................................................................Sumb
er-sumber Pirogen.......................................................................................... 19
2.6 ........................................................................................................................Metod
e Depirogenasi................................................................................................ 21
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 26
3.1 ........................................................................................................................Kesim
pulan............................................................................................................... 26
3.2 ........................................................................................................................Saran
........................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Steril dalam pengertian mutlak, yaitu bebas dari mikroorganisme baik bentuk
vegetatif, non vegetatif (spora), patogen maupun non patogen. Jadi tidak ada kondisi
pertengahan, mutlak antara steril dan tidak steril. Jika pada penandaan obat dituliskan
kata steril, berarti bahwa dari sampel suatu batch yang diambil dan telah dilakukan
uji sterilitas menurut buku resmi (farmakope indonesia edisi IV), hasilnya memenuhi
syarat yang sudah ditetapkan.
Steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan
menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas
dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba. Sterilisasi adalah proses yang
dirancang untukmenciptakan keadaan steril. Secara tradisional keaadan sterill adalah
kondisi mutlak yangtercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua
mikroorganisme hidup.
Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroorganisme baik vegetatif
atau bentuk sporanya baik patogen atau non patogen. Produk steril adalah sediaan
terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup.
Salah satu contoh sediaan steril yangdimaksud yakni injeksi. injeksi adalah
sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, ataupunserbuk yang harus dilarutkan
atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. Injeksi pun memiliki beragam
jenis sesuai dengan penggunaannya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi?
b. Apa saja metode sterilisasi?
c. Apa yang dimaksud dengan pirogen?
d. Apa saja sumber-sumber pirogen?
e. Apa saja metode depirogenasi?

1
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan sterilisasi.
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami metode apa saja yang digunakan untuk
sterilisasi.
c. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan pirogen.
d. Mahasiswa mengetahui sumber-sumber pirogen.
e. Mahasiswa mengetahui apa saja metode depirogenasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sterilisasi


Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada,
sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang
dapat berkembangbiak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling
tahan panas yaitu spora bakteri.
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari
semua bentuk kehidupan. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. Sterilisai secara mekanik (filtrasi)
menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45
mikrob) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk
sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sterilisasi
secara fisik dilakukan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Pemanasan dapat
dilakukan dengan cara pemijaran, pemanasan kering, menggunakan uap air panas, dan
menggunakan uap air panas bertekanan (Agalloco, 2008).
2.2 Metode Sterilisasi
2.2.1 Sterilisasi Secara Fisika
2.2.1.1 Pemanasan Kering
a. Udara Panas Oven
The Art of Compounding : 404
Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan
uap destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah
minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril
seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan
sterilisasi panas kering adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas
dan banyak alat-alat bedah.
Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan
bahan yang sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen
penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau dengan adanya
lembab dan penembusannya ke dalam bahan yang telah disterilkan. Sebagai
contoh, organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh oleh
suhu sampai 121o C (suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf bahkan
setelah pemanasan sampai 45 menit). Untik alasan ini, autoklaf merupakan
metode yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan

3
basis minyak, atau bahan-bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak
sama sekali.
Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini
berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri
yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi
dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di
bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan pada suhu 121C
selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan
pada suhu 150C sampai 170C selama 1-4 jam.
Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160C paling cepat
1 jam, tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara khusus untuk sterilisasi
minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya. Bagaimanapun juga range 150-170C
digunakan untuk streilisasi panas kering dan lain-lain, sebagai contoh : bahan-
bahan gelas, dapat disterilkan pada suhu 170oC. dimana beberapa serbuk seperti
sulfonilamid harus disterilkan pada suhu rendah dan waktu yang lebih lama.
Validation of Pharmaceutical Processes : 151
Secara umum, panas kering digunakan untuk sterilisasi bahan bahan
melalui proses pengabuan dari mikroorganisme. Proses ini merupakan kelanjutan
atau sekumpulan proses yang dilakukan dalam sebuah oven dengan temperatur
sekelilingnya 170C untuk sterilisasi atau 250C untuk depirogenisasi. Panas
kering digunakan untuk sterilisasi/depirogenisasi alat-alat gelas yang akan
digunakan untuk proses produksi secara aseptik. Suhu yang digunakan ini, terlalu
tinggi untuk wadah-wadah plastik. Sama seperti sterilisasi uap air, prosesnya
dapat diprediksi dan hasilnya dapat dikontrol. Sterilisasi panas kering biasa
digunakan untuk depirogenisasi alat-alat gelas dan bahan-bahan lain yang
memiliki kemampuan bertahan pada suhu yang digunakan. Secara umum,
validasi untuk alur depirogenisasi untuk proses panas kering selalu termasuk
proses sterilisasinya.
Parenteral Technology Manual : 123
Panas kering pada temperatur lebih 160oC efektif menghancurkan
mikroorganisme hidup dengan sebuah proses kehilangan kelembaban secara
inversible. Proses ini berjalan relatif lambat, mengisyaratkan sedikitnya 1 jam
pada suhu 160oC tetapi lebih cepat pada temperatur yang tinggi. Panas kering ini
sering merugikan beberapa produk.

4
Penerapan panas dengan keberadaan lembab lebih fektif untuk pembunuhan
mikroorganisme diisyaratkan 15 menit pada suhu 121oC.
Remingtons Pharmaceutical Sciences 18th : 1471
Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik
disterilkan dengan panas kering,. Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral, lilin,
wax, serbuk talk. Karena panas kering kurang efisien dibanding panas lembab,
pemaparan lama dan temperatur tinggi dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi
dalam temperatur bervariasi telah diterapkan berdasarkan tipe indikator steril
yang digunakan, kondisi kelembaban dan faktor lain. Jumlah air dalam sel
mikroba diketahui mempengaruhi resistensinya terhadap destruksi panas kering.
Umumnya, ini diterima bahwa sel mikroba dalam daerah yang betul-betul kering
menunjukkan resistensi terhadap inaktivasi panas kering. Ini jelas bahwa
perhatian harus diberi untuk mendisain siklus sterilisasi panas kering untuk
produk-produk rumah sakit dan validasi sistematis sterilisasi dengan metode
sterilisasi standar.
Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas
dikontrol dan mungkin gas atau elektrik gas.
Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :
170C (340 F) sampai 1 jam
160C (320 F) sampai 2 jam
150C (300 F) sampai 2,5 jam
140C (285 F) sampai 3 jam
b. Minyak dan penangas lain
The Art of Compounding : 404
Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat disterilisasi dengan
mencelupkannya, dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 162 0C.
larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia klorida dapat juga digunakan
sebagai pensterilisasi. Ini merupakan metode yang mensterilisasi alat-alat bedah.
Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan
untuk memelihara cat penutup.

c. Pemijaran langsung

5
The Art of Compounding : 404
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang
gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu
ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur
dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumping dan alu dapat disterilisasi
dengan metode ini. Dalam semua kasus bagian yang paling kuat 20 detik. Dalam
keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan memposisikan bagian leher
ampul kearah bawah lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung dengan api
dengan hati-hati. Setelah pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel.
2.2.1.2 Panas lembab
a) Uap bertekanan
Validation of Pharmaceutical Processes : 151
Stelisisasi termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf.
Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi,
karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameter-
parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan
monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang divalidasi. Secara umum,
sterilisasi panas lembab dilakukan pada suhu 121C dibawah tekanan 15 psig.
Pada suhu ini konsep letal dilakukan dengan F 0 yang juga dilakukan bila suhu
sterilisasi berbeda dari 121C. F0dari proses ini tidak jauh pada 121C dengan
waktu yang dibutuhkan, dalam menit, untuk menghasilkan kematian yang setara
dengan hasil pada 121C pada waktu tertentu.
The Art of Compounding : 407
Penggunanaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum
memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang diinginkan untuk
sterilisasi larutan yang ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada
sediaan mata, bahan-bahan gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian dan alat
kesehatan dan benda-benda karet. Kerugian yang paling prinsip dan penggunaan
uap ini adalah ketidaksesuaiannya untuk penggunaan pada bahan sensitif terhadap
panas dan kelembaban. Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi
misalnya, produk yang dibuat dari basis minyak dan serbuk. Uap jenih pada
120C mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme
hidup dalam waktu menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora vegetatif

6
yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Keefektifan sterilisasi uap bertekanan
tergantung pada 4 sifat dari uap jenuh kering yaitu :
Suhu
Panas tersembunyi yang berlimpah
Kemapuan untuk membentuk kondensasi air
Kontraksi volume yang timbul selama kondensasi
Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121 oC selama
12 menit, ditambah waktu tambahan untuk larutan dalam wadah untuk mencapai
121C setelah termometer pensteril menunjukkan suhu ini. Secara umum larutan
dalam botol 100-200 ml akan membutuhkan kurang 5 menit botol 500 ml antara
10-15 menit.
Remingtons Pharmaceutical Sciences 18 th : 1471
Panas lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan yang
merupakan cara sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebab kematian
dengan cara sterilisasi panas terhadap lembab berbeda dengan cara panas kering,
kematian mikroorganisme oleh panas lembab adalah hasil koagulasi protein sel,
berbeda dengan cara panas kering, kematian mikroorganisme yang paling penting
adalah proses oksidasi.
USP menentukan sterilisasi uap sebagai penerapan uap jenuh di bawah
tekanan paling kurang 15 menit dengan temperatur minimal 121oC dalam
jaringan tekanan. Bentuk yang paling sederhana dari autoklaf adalah home
pressure cooker.
A. Uap panas pada 100oC
The Art of Compounding : 412
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir
atau air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap
mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan
media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk larutan yang mengandung
bahan-bahan karena spora sering gagal tumbuh dibawah kondisi ini, bentuk
vegetatif dari kebanyakan bakteri yang tidak membentuk spora. Temperatur
suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada bentuk non spora yang bertahan.
Dalam prakteknya, 2 metode uap mengalir digunakan, suatu
perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh semua
bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan spora. Untuk

7
meyakinkan penghancuran spora, sterilisasi berjeda yang juga disebut
sterilisasi tidak berlanjut. Penjedahan dan bertahap adalah tindalisasi
digunakan. Dengan metode ini bahkan dipaparkan pada uap mengalir pada
periode waktu bervariasi dari 20-60 menit setiap hari selama 3 menit. Antara
pemaparan bahan terhadap uap yang disimpan pada suhu kamar atau pada
inkubator pada 37oC. prinsip dari metode ini adalah pada saat waktu pertama
kali pemaparan pada uap membunuh bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi
pada saat bahan disimpan pada inkubator atau pada suhu ruangan selam 24
jam, banyak spora akan tumbuh ke dalam bentuk vegetatif bentuk spora yang
telah tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari
proses ini tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk vegetatif selama
masa istirahat.
B. Pemanasan dengan bakterisida
The Art of Compounding : 413
Ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap pans pada 100oC. adanya
bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini. Metode ini digunakan
untuk larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil pada temperatur yang
biasa diterapkan pada autoklaf. Larutan yang ditumbuhkan bakterisida ini
dpanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100oC selama 20 menit dalam
pensterilisasi uap atau penangas air. Bakterisida yang dapat digunakan
termasuk 0,5%, fenol, 0,5% klorbutanol, 0,2% kresol atau 0.002% fenil
merkuri nitrat saat larutan dosis tunggal lebih dari 15 ml larutan obat untuk
injeksi intratekal atau gastro intestinal sehingga tidak dibuat dengan metode
ini.
C. Air mendidih
The Art of Compounding : 413
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam
sterilisasi jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-
bahan ini harus benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih
paling kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air
dengan pinset yang telah disterilisasi menggunakan pemijaran. Untuk
menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol, 1-2% Na-carbonat atau 2-
3% larutan kresol tersaponifikasi yang menghambat kondisi bahan-bahan
logam.

8
2.2.1.3 Cara Bukan Panas
a. Sinar ultraviolet
Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1272
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi
kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang
bersifat membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut
merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7 nm . Sinar UV menembus
udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu penambahan garam atau
bahan tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan penurunan derajat
penetrasi dengan cepat. Untuk kebanyakan pemakaian lama penetrasi dihindarkan
dan setiap tindakan membunuhmikroorganisme dibatasi pada permukaan yang
dipaparkan.
Aksi letal
Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1272
Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam
atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan
meningginya keadaan tertinggi atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Ketika
eksitasi dan perubahan aktivitas atom-atom utama terjadi dalam molekul-molekul
mikroorganisme atau metabolit utamnya, organisme itu mati atau tidak dapat
berproduksi. Pengaruh utamanya mungkin pada asam nukleat sel, yang
diperhatikan untuk menunjukkan lapisan absorpsi kuat dalam rentang gelombang
UV yang panjang.
b. Radiasi pengion
Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1274
Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop
radioaktif seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh percepatan
mekanis elektron sampai ke kecepatan den energi tinggi (sinar katode, sinar beta).
Sinar gamma mempunyai keuntungan mutlak karena tidak menyebabkan
kerusakan mekanik, namun demikian, kekurangan sinar ini adalah di hentikan
dari, mekanik elektron akselerasi (yang dipercepat) keuntungan elektron yang
dipercepat adalah kemampuannya memberikan output laju doisis yang lebih
seragam. Aksi letal radiasi pengionan menghacurkan mikroorganisme dengan
menghentikan rep-roduksi sebagai hasil mutasi letal. Mutasi ini disebabkan
karena transformasi radiasi menjadi molekul penerima pada sinar x, menurut teori

9
langsung. Mutasi ini dapat disebabkan oleh tindakan tidak langsung, dimana
molekul-molekul air diubah menjadi kesatuan yang berenergi tinggi seperti
hidrogen dan ion hidroksil. Semua ini pada akhirnya, menyebabkan perubahan
energi pada asam nukleat dan molekul lain sehingga hilangnya keberadaannya
bagi metabolisme molekul sel bakteri.
Validation of Pharmaceutical Processes : 151
Dekstruksi bakteri untuk menghasilkan kondisi steril dapat dilakukan
dengan menggunakan radiasi pengion, dengan efek pada asam nukleat dari
mikroorganisme yang nonreversibel. Pembentukan radikal bebas dan peroksida
yang merupakan senyawa reaktif juga memberikan kontribusi pada letalitas dari
proses sterilisasi ini. Dua tipe radiasi pengion yang dapat digunakan yaitu radiasi
sinar gamma dan radiasi electron. Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk alat-
alat medis yang sensitive terhadap panas dan jika residu etilen oksida tidak
diharapkan. Pengukuran presisi dari dosis radiasi, yang tidak berhubungan
dengan suhu, adalah merupakan faktor kontrol dalam sterilisasi radiasi selama
dengan waktu iradiasi. Monitoring dan kotrol proses sangat sederhana, tetapi
kehati-hatian akan keamanan harus dilakukan oleh operator sterilisasi.
Radiasi pengion juga digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan obat dan
bahan-bahan formulasi. Kompabilitas dari bahan yang disterilkan dengan radiasi
adalah factor yang harus diperhatikan sejak bahan-bahan dan alat-alat
dipengaruhi oleh radiasi, mungkin tidak dengan segera dilakukan penanganan
tetapi setelah stabilitas produk dapat dipengaruhi. Untuk bahan-bahan medis dan
plastik, perubahan dari sterilisasi etilen oksida ke sterilisasi radiasi membutuhkan
penentuan efek radiasi jangka pendek dan jangka panjang, dan kadang
membutuhkan modifikasi produksi bahan plastik dan karet untuk membuatnya
sesuai dengan sterilisasi radiasi.
Penerapan untuk sterilisasi ini
Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1276
Elektron dipercepat atau sinar gamma dapat digunakan untuk mensterilkan
produk-produk pilahan dengan suatu proses berkesinambungan. Kebanyakan
prosedur sterilisasi produk lain harus diselenggarakan dalam batch setrilisasi
dengan proses berkesinambungan memerlukan pengendalian yang tepat, sehingga
tidak ada bagian yang lepas dari keefektifan sterilisasi.
Remingtons Pharmaceutical Sciences : 1476

10
Radiasi ionisasi digunakan untuk sterilisasi industri untuk alat-alat rumah
sakit, vitamin, antibiotik, steroid hormon dan transplantasi tulang dan jaringan
dan alat pengobatan seperti alat untuk suntik plastik, jarum, alat beda, tube
palstik, katter, benang bedah dan cawan Petri. Radiasi ioniasasi dapat
menghasilkan perubahan dalam molekul organik yang dapat mempengaruhi
kemujaraban sediaan atau dapat menginduksi toksisitas. Radiasi produk juga
dapat menghasilakn perubahan warna dan kerapuhan beberapa wadah gelas dan
bahan plastik.
Sterilisasi radiasi dapat dilakukan baik dengan radiasi elektromagnetik dan
radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik dan energi foton, termasuk ultra dari
bahan radioaktif seperti kobalt 60 atau sesium 137 adalah yang paling sering
digunakan sebagai sumber energi sterilisasi adhesi elektromagnetik. Radiasi
partikel atau molekul termasuk daftar partikel yang steril. Satu-satunya sekarang
yang digunakan untuk sterilisasi radiasi pada obat-obat rumah sakit dan
laboratorium. Bagaimanapun banyak prosedur sterilisasi industri manggunakan
radiasi, termasuk penjelasan singkatnya. Beberapa informasi mengenai efek
sterilisasi ultraviolet juga dihadirkan.
Prinsip bermuatan negatif sepeti elektron yang berinteraksi langsung dengan
bahan menyebabkan ionisasi seperti elektron elektromagnetik menyebabkan
ionisasi pada mekanisme yang bervariasi yang menghasilkan perpindahan suatu
orbital elektron dengan mekanisme jumlah tertentu dari energi yang ditransfer
dalam insiden sinar gamma. Perpindahan elektron ini kemudian bentindak
sebagai partikel beta dalam reduksi. Oleh sebab itu baik partikel maupun
elektromagnetik, dipertimbangkan sebagai radiasi ionisasi yang berbeda dengan
radiasi sinar ultraviolet.
Kerugian penggunaan germisida radiasi sinar UV adalah penetrasinya
terbatas, pada panjang gelombang 253,7 nm, diserap oleh banyak bahan dan
membuat penggumpalan organisme dan hal tersebut dilindungi oleh debu dan
puing-puing. Untuk menghindari aksi letal panggunaan radiasi sinar UV sebagai
cara sterilisasi tidak direkomendasikan lemak jika bahan-bahan yang diradiasi
sangat bersih dan bebas yang dapat melindungi mikroorganisme.

11
2.2.2 Sterilisasi Secara Kimia
Sterilisasi Gas
Pharmaceutical Technology : 281
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke
dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan
mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan dalam
bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan
yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan
kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya
thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan
dengan etilen oksida.
Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam amino,
hidroksi atau gugus sulfur dari enzim seluler atau protein. Beberapa lembab
dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi dan menghancurkan
sel. Kelembaban rendah misalnya minimal 20%, angka kematian tidak
logaritmik (tidak nyata). Tetapi mikroorganisme muncul peningkatan
resistensinya dengan penurunan kelembaban. Dalam prakteknya, kelembaban
dalam chamber pensteril ditingkatkan dari 50-60% dan dipegang untuk suatu
waktu pada permukaan dan kelembaban membran sel sebelum penggunaan
etilen oksida.
Etilen oksida bersifat eksplosif ketika dicampur dengan udara.
Penghilangan sifat eksplosif dengan menggunakan campuran etilen oksida dan
karbondioksida. Seperti Carboxide, Oxyfume 20, campuran etilen oksida
dengan hidrokarbon terflouronasi seperti Storoxide 12. keduanya diluent inert
yang mempunyai tekanan uap yang tinggi dan bereaksi sebagai pembakar etilen
oksida keluar dari silinder masuk ke dalam chamber steril. Komponen
terfloronasi mempunyai keuntungan over karbondioksida yang disimpan dalam
wadah yang ringan dan campuran mengizinkan tekanan parsial tinggi dari etilen
oksida pada chamber pensteril pada tekanan total yang sama.
Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan
kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi
minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85C dan 50%
kelembaban relativ dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama

12
1000 mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam partikel 6 jam pemaparan
etilen oksida digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan
memperbolehkan waktu untuk penetrasi gas ke dalam bahan sterilisasi. Sisa gas
dihilangkan dengan terminal vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang
difiltrasi. Cara ini digunakan untuk mensterilkan obat serbuk seperti penisilin,
juga telah digunakan untuk sterilisasi benang, plastik tube. Penggunaan etilen
oksida untuk sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu seperti kertas karf dan
lapisan tipis polietilen. Semprot aerosol etilen oksida telah digunakan untuk
mensterilkan daerah sempit dimana dilakukan teknik aseptis.
Validation of Pharmaceutical Processes : 151
Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau
campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat
mudah terbakar. Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan dekstruksi
mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan
dalam ruang/chamber sterilisasi.
Sterilisasi menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang
menghasilkan ion klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-
alat medis dan baju-baju medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan
cawan petri yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen
oksida adalah bahan yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan bahan
yang disterilkan setelah proses sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan
mengubah suhu lebih tinggi dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan
terhadap personil dari efek berbahaya gas ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban,
konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan.
Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam
bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama
atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas.
Mekanisme aksi etilen oksida
Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1286
Etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap mikroorganisme
dengan mengalkilasi metabolit esensial yang terutama mempengaruhi proses
reproduksi. Alkilasi ini barangkali terjadi dengan menghilangkan hidrogen aktif
pada gugus sulfhidril, amina, karboksil atau hidroksil dengan suatu radikal

13
hidroksi etil metabolit yang tidak diubah dengan tidak tersedia bagi
mikroorganisme sehingga mikroorganisme ini mati tanpa reproduksi.
2.2.3 Sterilisasi Secara Mekanik
2.2.3.1 Filter Bakteri
Validation of Pharmaceutical Processes : 151
Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi
ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak
menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara
fisik melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan
mikroorganisme untuk dapat melaluinya.
Cara sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau
bahan yang tidak tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara
sterilisasi lain. Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan
sterilisasi filtrasi, khusunya jika digunakan berpasangan dengan sistem proses
aseptik.
Keefektifan sterilisasi filtrasi dapat merupakan fungsi magnitude dari beban
mikroorganisme, selama tersumbat pada penyaring dapt terjadi pada konsentrasi
yang tinggi dari mikroorganisme. Tekanan, laju aliran, dan karakteristik dari
peenyaring adalah parameter yang harus dikontrol untuk mencapai sterilisasi pada
produk yang dapat diprediksi dan reproduksibel. Ukuran nominal pori penyaring
0,2 m atau kurang dan penyaring dibuat dari berbagai jenis bahan seperti
selulosa asetat, selulosa nitrat, florokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat,
poliester, polivinil klorida, vinil, nilon, politef, dan berbagai tipe bahan lain
termasuk memban logam.
The Art of Compounding : 404
Larutan dapat dibebaskan dari organisme vegetatif dan spora bakteri dengan
melalui filter bakteri, filter bakteri tidak membebaskan larutan dari virus.
Bagaimanapun alat ini tidak mengurangi jumlah dan adanya virus, secara prinsip
oleh adsorbsi pada dinding filter dan penghilangan partikel besar dari bahan yang
mengandung virus.
Sterilisasi dengan filter bakteri digunakan untuk larutan farmasetik atau
bahan biologi yang tidak diefektifkan oleh panas. Berbeda dengan metode filtrasi
lain, filter bakteri ditujukan untuk filtrasi bebas bakteri. Metode sterilisasi ini
membutuhkan penggunaan teknik aseptik yang benar. Sediaan obat yang

14
disterilkan dengan metode ini dibutuhkan yang mengandung bahan, bakteristatik,
kecuali dinyatakan lain. Larutan yang ditujukan untuk injeksi intratekal atau
merupakan larutan dosis tunggal intravena dengan volume lebih dari 15 ml, tidak
boleh ditambahkan bahan bakterisida. Paraffin cair dan minyak lain, tidak
disterilkan dengan metode ini karena dapat meningkatkan permeabilitas dari filter
bakteri. Untuk membuat larutan bebas dari bakteri dan steril, filter dengan
berbagai tipe digunakan. Tipe ini termasuk filter yang terbuat dari silikon murni
(diatomaccus atau klesegurh), porcelin, asbes dan gelas fritled. Karena alat-alat
ini mudah dibersihkan filter seitz yang menggunakan lapisan asbes dan filter-
glass mungkin lebih berguna untuk farmasis.
Filter dengan pori yang lebih kecil menghilangkan bakteri tetapi beberapa
filtrasi sangat lambat untuk tujuan praktis. Dengan meningkatnya kekentalan dari
lilin filter sangat menghasilkan filtrasi yang efektif, tetapi kekurangannya adalah
banyak dari bahan aktif larutan dihilangkan oleh adsorbsi pada lilin.
Bagaimanapun, dengan mengatur ukuran pori dan kekentalan dari filter sampai
optimum. Filter dapat menjadi sangat efisien dan sangat cepat. Faktor lain dari
filter bakteri yaitu keseimbangan permukaan antara bahan dari filter dengan
bakteri dari larutan, tekanan yang digunakan, waktu filtrasi, muatan listrik dan
filter, pH dari bahan yang disaring dan absorpsi dari protein dan bahan lain.
2.2.3.2 Filter seitz
Bagian dari filter ini dibuat dari bahan asbestos yang dijepit pada dasar
wadah besi. Keuntungan utama dari filter seitz adalah lapisan filter dapat dibuang
setelah digunakan dan untuk masalah ini pembersihannya berkurang. Efisiensi
dari filter ini tergantung pada pengembangan serat dan lapisan filter oleh air.
Karena larutan alkohol pekat tidak mengembang, filter ini tidak digunakan untuk
mensterilkan larutan yang mengandung alcohol dengan jumlah besar. Filter ini
mampu dengan kapasitas volume dari 30 ml hingga lebih 100 ml.
Kerugian pertama dari filter ini cenderung memberikan komponen
magnesium pada filtrat. Bahan alkalin ini dapat menyebabkan pengendapan dari
alkaloid bebas dari garamnya dan dapat menginaktifkan bahwa yang sensitiv
seperti insulin, ekstrak pituitary, epinefrin, dan apomorphin. Hal ini dapat diatasi
dengan perawatan pertama dengan filter dengan dibasahkan dengan HCl dan
kemudian dibilas dengan air.

15
Kerugian kedua dari seitz adalah permukaan serat dari lapisan filtrat,
membuat larutan tidak cocok untuk injeksi. Ini dapat diatasi dengan
menempatkan ayakan dari nilon atau sutra, di bawah lapisan filter sebelum
menempatkan lapisan di dalam filter atau sebuah fritted glass dapat ditempelkan
pada saluran. Kedua untuk menghilangkan serat. Filter seitz juga cenderung
menghilangkan substrat dari filtrate dengan absorpsi.
2.2.3.3 Filter Swinny
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor khusus
yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci. Keutamaan
untuk digunakan filter swinny di bungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian
yang dipotong dihubungkan pada spoit werlock dan cairan dimasukkan ke
potongan asbes dengan menggunakan tekanan pada sal spoit.
2.2.3.4 Filter Fritted-Glass
Filter Sintered Fritted-Glass dapat dihancurkan oleh kandungan dalam
serbuk, tombol bulat dari gelas digabungkan bersama dengan penggunaan panas
untuk menempatkan ukuran dari bentuk potongan. Permeabilitas dari filter
berbanding lurus dengan berkembangnya ukuran. Setelah potongan dibentuk,
potongan disegel dengan pemanasan didalam gelas pirex seperti corong Buchner.
2.2.3.5 Filter Berkefeld dan Mandler
Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalsium sulfat.
Berkefeld disusun juga dari tanah silika murni. Masing-masing filter bermuatan
negatif. Tersedia dalam beberapa prioritas berdasarkan permeabilitasnya ke dalam
air dalam Bekerfeld atau Mandler.
2.2.3.6 Filter Selas
Filter ini secara kimia, menjadi resistensi terhadap semua larutan yang tidak
menyerang silika. Karena masing-masing partikel meliputi filter semata-mata
bersama selama proses manufaktur, ada bahaya kecil partikel-partikel dari filter
jauh dalam larutan.
2.2.3.7 Filter Candles-Pasteur-Chamberland
Ada pemanasan dengan Bekerfeld tetapi dibuat dari pori porselen tak
berkaca dengan pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat.

16
2.3 Sejarah Pirogen
Pirogen berasal dari kata pyro yang artinya keadaan yang berhubungan dengan
panas, dan kata gen yang artinya membentuk atau menghasilkan .Pirogen adalah suatu
produk mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif .
Pirogen adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang dinyatakan sebagai
senyawa lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira-kira 5-10% massa total bakteri.
Pirogen ini merupakan senyawa yang jika masuk ke aliran darah akan mempengaruhi
suhu tubuh dan biasanya menghasilkan demam. Pengobatan demam yang disebabkan
oleh pirogen sangat sulit dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.
Pirogen berasal dari kelompok senyawa yang luas, meliputi endotoksin (LPS).
Endotoksin adalah suatu molekul yang berasal dari membran luar bakteri gram
negatif.Organisme gram negatif membawa 3-4 juta LPS pada permukaannya yang
meliputi 75% permukaan membran luar.
Pirogen merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam dan sering
mencemari sediaan farmasi.Sampai saat ini, substansi pirogenik yang diketahui paling
aktif dan paling sering mencemari sediaan farmasi adalah endoktoksin, selain itu
masih banyak substansi pirogenik lainnya seperti bakteri, fungi, DNA-RNA virus,
protein, polipeptida dan lain.
Endotoksin merupakan suatu produk miroorganisme terutama dari gram negatif
yang terdiri atas suatu senyawa kompleks lipopolysakarida yang pyrogenic, suatu
protein dan suatu lipid yang inert.Pada saat ini endoktoksin diketahui merupakan
pirogen yang paling kuat, namun kehadiran pirogen lain dalam suatu sediaan perlu
diperhitungkan karena manusia tidak hanya dipengaruhi endoktoksin saja tetapi juga
pirogen yang lain.
Pada tahun 1923 seibert membuktikan bahwa pirogen adalah substansi yang tidak
tersaring, termostabil, dan non volatile. Pada tahun 1937 Co Tui membuktikan bahwa
kontaminasi pirogen ini juga terjadi pada alat-alat seperti wadah-wadah untuk
melarutkan obat suntik, juga pada zat kimia yang digunakan sebaga zat berkhasiat.

2.4 Teori Pirogen


Pirogen adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang dinyatakan sebagai
senyawa lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira-kira 5-10% massa total bakteri.
Pirogen ini merupakan senyawa yang jika masuk ke aliran darah akan mempengaruhi
suhu tubuh dan biasanya menghasilkan demam. Pengobatan demam yang disebabkan
oleh pirogen sangat sulit dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.
Pirogen berasal dari kelompok senyawa yang luas, meliputi endotoksin (LPS).

17
Endotoksin adalah suatu molekul yang berasal dari membran luar bakteri gram
negatif.Organisme gram negatif membawa 3-4 juta LPS pada permukaannya yang
meliputi 75% permukaan membran luar (Sudjadi,2008)
Pirogen merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam terutama dari
bakteri gram negatif yang terdiri atas suatu senyawa kompleks lipopilisakarida. Pada
saat ini endotoksin diketahui merupakan pirogen yang paling kuat, namun kehadiran
pirogen lain dalam suatu sediaan perlu diperhitungkan; karena manusia tidak hanya
respon terhadap endotoksin tetapi juga pirogen yang lain (Suwandi. 1988)
Sifat-sifat pirogen:
1. Termostabil, sehingga hanya dapat dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 650
derajat C selama 1 menit
2. Larut dalam air
3. Tidak dipengaruhi oleh bakterisida biasa
4. Tidak menguap
5. Berat Molekul (BM) antara 15.000-4.000000 dan
6. Ukuran umumnya 1-50 millimikron
Secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu pirogen endogen
dan eksogen.
1. Pirogen endogen
Pada intinya, semua pirogen endogen adalah sitokin, molekul yang merupakan
bagian dari sistem kekebalan tubuh. Mereka diproduksi oleh sel-sel kekebalan
tubuh diaktifkan dan menyebabkan peningkatan titik thermoregulatory set di
hipotalamus. Pirogen endogen utama interleukin 1 ( dan ), [20] interleukin 6
(IL-6). Pirogen endogen kecil termasuk interleukin-8, tumor necrosis factor-,
makrofag inflamasi protein- dan makrofag inflamasi protein- serta interferon-,
interferon-, dan interferon-. [20] Tumor necrosis factor- juga bertindak
sebagai pirogen a. Hal ini dimediasi oleh interleukin 1 (IL-1) release. [21]
Faktor-faktor sitokin ini dilepaskan ke dalam sirkulasi umum, di mana mereka
bermigrasi ke organ circumventricular otak karena penyerapan lebih mudah
disebabkan oleh berkurangnya aksi filtrasi penghalang darah-otak di sana. Faktor
sitokin kemudian mengikat dengan reseptor endotel pada dinding pembuluh, atau
berinteraksi dengan sel-sel mikroglia lokal. Ketika faktor-faktor sitokin mengikat,
jalur asam arakidonat kemudian diaktifkan.
2. Pirogen Eksogen
Salah satu model untuk mekanisme demam yang disebabkan oleh pirogen
eksogen meliputi LPS, yang merupakan komponen dinding sel bakteri gram
negatif. Sebuah protein kekebalan yang disebut protein lipopolisakarida mengikat
(LBP) mengikat LPS. LBP-LPS kompleks maka berikatan dengan reseptor CD14

18
dari makrofag dekatnya. Hasil ini mengikat dalam sintesis dan pelepasan berbagai
faktor endogen sitokin, seperti interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6), dan
tumor necrosis factor-alpha. Dengan kata lain, faktor-faktor eksogen
menyebabkan pelepasan faktor endogen, yang, pada gilirannya, mengaktifkan
jalur asam arakidonat (Walter F. 2003; 1300).
Mekanisme Demam
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan
sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen
IL-1(interleukin 1), TNF (Tumor Necrosis Factor ), IL-6 (interleukin 6), dan INF
(interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan
patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan
bukan di suhu normal. Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan
menjadi 38,9 C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 37 C
terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanisme-mekanisme respon dingin untuk
meningkatkan suhu tubuh.
Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan suhu tubuh
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk
mengatasi berbagai rangsang. Ransangan endogen seperti eksotoksin dan endotoksin
menginduksi leukosit untuk mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten
diantaranya adalah IL-1 dan TNF, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen ini akan
bekerja pada sistem saraf pusat tingkat OVLT (Organum Vasculosum Laminae
Terminalis) yang dikelilingi oleh bagian medial dan lateral nukleus preoptik,
hipotalamus anterior, dan septum palusolum. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut
maka pada OVLT terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui
metabolisme asam arakidonat jalur COX-2 (cyclooxygenase 2), dan menimbulkan
peningkatan suhu tubuh terutama demam.

2.5 Sumber-sumber Pirogen


Pirogen dapat masuk dalam sediaan dalam arti berupa mikroorganisme
hidup/mati. Mungkin sumber terbesar dari berbagai kontaminasi adalah air yang
digunakan pada proses pembuatn. Walaupun destilasi yang tepat akan menyediakan
air bebas pirogen, kondisi penyimpanannya harus tidak dapat dimasuki oleh
mikroorganisme dan pertumbuhannya dicegah.
Sumber potensial yang lain dari kontaminasi adalah perlengkapan. Bahan-bahan
pirogenik melekat kuat pada gelas atau permukaan lain. Residu dari larutan dalam

19
peralatan yang digunakan sering terjadi menjadi kultur bakteriyang terkontaminasi
pirogenik. Walaupun peralatan yang sudah dicuci dibiarkan di udara dapat
mengandung nutrisi yang nyata untuk pertumbuhan mikroorganisme karena
pengeringan tidak menghancurkan pirogen, pirogen dapat tinggal dalam peralatan
selama jangka panjang. Pencucian yang baik akan menurunkan dan pemanasan kering
akan mencegah kontaminasi peralatan yang cocok untuk digunakan bahan terlarut
dapat menjadi sumber nitrogen. Bahan terlarut dapat mengkristal/mengendap dari
larutan berair yang mengandung kontaminasi pirogenik. Pada proses ini, pirogen
dapat didihalangi melalui lapisan partikel. Dalam beberapa kasus, bahan terlarut dapat
dimurnikan dengan rekristalisasi dan pencucian pengendapan atau cara lai untuk
penghilangan pirogen. Proses pembuatan harus diperhatikan sekali dansecepat
mungkin untuk meminimalkan kontaminasi. Tidak ada produk yang seharusnya
disiapkan dengan proses yang lengkap dalam satu hari kerja termasuk sterilisasi (RPS
18th : 1550).
Sumber-sumber pirogen adalah sebagai berikut :
1. Scovilles : 196
Pada prinsipnya sumber pirogen adalah air destilat yang
terlalu terkontaminasi oleh bakteri yang tahan udara yang
tumbuh dan menghasilkan endotoksin. Sebagai tambahan,
pirogen dapat dibawa ke destilat pada proses destilasi. Sumber
lain dari pirogen adalah air yang melekat pada permukaan dalam
wadah atau botol labu, yang dipakai dalam penyiapan larutan. Zat
terlarut seperti dekstrosa dan NaCl juga dapat dapat mengandung
pirogen.
2. RPS 18th : 1550
Pirogen dapat masuk kedalam sediaan melalui beberapa cara
berupa mikroorganisme hidup atau mati. Mungkinsumber
potensial terbesar dari berbagai kontaminasi adalah air yang
digunakan dalam proses. Walaupun destilasi yang tepat akan
menyediakan air bebas pirogen, kondisi penyimpanan harus tidak
dapat dimasuki oleh mikroorganisme dan pertumbuhannya
dicegah. Sumber potensial yang lain dari kontaminasi adalah
perlengkapan. Bahan-bahan pirogen melekat kuat pada gelas dan
permukaan lain. Residu larutan dalam peralatan yang digunakan

20
sering menjadi media kultur bakteri dengan kontaminasi
pirogenik. Walaupun peralatan yang sudah dicuci dibiarkan basah
dan dibiarkan diudara dapat mengandung nutrisi yang nyata
untuk pertumbuhan mikroorganisme karena pengeringan tidak
menghancurkan pirogen, pirogen dapat tinggal dalam peralatan
dalam jangka panjang. Pencucian akan mengurangi kontaminasi
dan pemanasan kering akan mencegah kontaminasi peralatan
yang cocok untuk digunakan. Bahan terlarut dapat menjadi
sumber pirogen. Bahan terlarut dapat mengkristal atau
mengendap dari larutan berair yang mengandung kontaminasi
pirogenik. Pada proses ini, pirogen dapat dihalangi melalui lapisan
partikel. Dalam beberapa kasus, bahan terlarut dapat dimurnikan
dengan rekristalisasi dan pencucian pengendapan atau cara lain
untuk penghilangan pirogen.
3. SDF : 46
Kebanyakan sumber utama dari pirogen adalah air yang
digunakan untuk membuat larutan. Walaupun air itu sendiri
medium kultur yang buruk, kontaminasi dapat terjadi melalui
mikroorganisme yang membuat udara dan debu. Seperti yang
telah didiskusikan, inilah alasan satu-satunya digunakan dalam
sediaan adalah air untuk injeksi. Jika destilasi digunakan untuk
menyiapkan air untuk injeksi, masih perlu dirancang dan
digunakan dengan lebih baik. Pirogen dipindahkan dari air dengan
destilasi, pirogen tidak menguap. Destilasi bebas pirogen
dikumpulkan dalam wadah steril dan bebas pirogen. Jika wadah
tidak bebas pirogen, pirogen dalam wadah akan dilarutkan dalam
air, hal ini yang menyebabkan pirogenik. Jika wadah tidak steril,
mikroorganisme dapat tumbuh dan memproduksi pirogen,
menghasilkan larutan pirogenik. API, ketika dikumpulkan dalam
wadah bebas pirogen dan steril, harus digunakan kurang dari 24
jam untuk sediaan produk parenteral yang disterilakan pada
perode ini. Jika air untuk injeksi disimpan untuk waktu yang lebih
panjang, air untuk injeksi dapat disimpan dalam wadah bebas

21
pirogen dan steril pada suhu 5o atau 30o, suyhu dimana
mikroorganisme tidak akan tumbuh, kemungkinan menghilangkan
pirogen. Pilihan lain adalah sterilisasi air untuk injeksi, dengan
demikian mempertahankan stabilitas sampai waktu
penggunaaan.
2.6 Metode depirogenasi
2.6.1 Depirogenasi dengan membuang endotoksin
- Destilasi
Menghilangkan pelarut, seperti air dari endotoksin dan bahan tidak murni
lainnya dan ini sangat efektif. Hal ini dimungkinkan untuk menenggelamkan/
menghilangkan beban endotoksin atau "Beban pyro" yang terlalu tinggi.
- Osmosis Balik
Dalam depyrogenation air dengan reverse osmosis (RO), air dipaksa melalui
pori-pori yang sangat kecil dalam membran melawan gradien osmotik; air
melewati membran, tetapi endotoksin tidak. Berat molekul potong (MWCO)
untuk membran RO umumnya tidak ditentukan karena untuk ultrafilter.
Namun, sebagai membran RO umumnya satu yang akan menghilangkan
garam dan sebagai berat molekul natrium klorida adalah 58,44, pengecualian
ukuran membran RO jelas kurang dari 100 Da.
- Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi adalah proses yang efektif yang mengandalkan larutan atau
molekul menjadi depyrogenation yang secara signifikan lebih kecil dari
endotoksin. Sebuah membran dinilai untuk mempertahankan molekul (atau
agregasi daripadanya) dari 100.000 Da umumnya akan menghapus
endotoksin dari larutan air karena LPS yang diagregasikan. Namun, jika
kondisi fisikokimia larutan menyebabkan LPS untuk menguraikan, sebuah
ultrafilter MWCO rendah diperlukan. Sebuah membran dengan 10.000 Da
MWCO dapat diharapkan untuk menghilangkan endotoksin dari kebanyakan
larutan.
- Resin penukar ion
Resin penukar anion akan menghapus endotoksin bermuatan negatif.
Penggunaan teknologi ini untuk menghilangkan endotoksin dan memurnikan
enzim. Secara umum dengan karbon aktif, resin pertukaran ion yang paling
cocok untuk pemrosesan batch. Kecuali hati-hati dibersihkan, resin penukar
anion dapat menjadi terkontaminasi oleh bakteri dan mungkin memberikan

22
kontribusi endotoksin ke sistem daripada menghapusnya. Hal ini berlaku
dalam sistem air serta aplikasi lainnya.

- Karbon teraktivasi
Karbon aktif mengikat dan menghilangkan molekul organik, termasuk
endotoksin, dan dapat efektif dalam depyrogenasi larutan. Karbon aktif dapat
didepirogenasi oleh panas kering sebelum digunakan untuk depyrogenasi.
Hal ini dapat ditambahkan ke dalam larutan yang akan didepirogenasi atau
larutan ini bisa melewati kolom atau tabung yang mengandung karbon aktif.
Seperti halnya untuk resin pertukaran ion, itu lebih cocok untuk proses batch
tapi mudah menjadi pengotor dan dapat menjadi sumber endotoksin jika
dalam sistem untuk periode yang diperpanjang. Efektivitas karbon aktif
dilaporkan meningkat bila dikombinasikan dengan autoklaf 121 0C selama 90
menit. Karbon aktif dapat dihilangkan dengan mengendapkan, filtrasi, atau
sentrifugasi, atau dengan kombinasi pendekatan ini. untuk produk suntik atau
komponennya, perawatan harus dilakukan untuk menjamin penghapusan
partikel.
- Mengisi media yang dimodifikasi
Media filter bermuatan positif dapat menghapus endotoksin dari larutan air
dan garam, meskipun mungkin tidak efektif untuk larutan protein. Secara
historis asbes digunakan dalam aplikasi ini, tapi ini sekarang secara khusus
dilarang untuk obat-obatan di revisi GMP untuk obat-obatan yang berlaku
efektif pada tanggal 8 Desember 2008. Filter dengan potensi zeta positif
(yaitu, muatan positif), biasanya nilon, sekarang digunakan.
- Perangkat afinitas
Perangkat dengan afinitas khusus untuk endotoksin yang tersedia untuk
menghilangkan endotoksin. Ini termasuk Polymyxin B di sepharosa atau
kolom kromatografi agarosa, perangkat afinitas heparin, dan histamin
sepharosa. Ini mungkin tidak efektif di dalam larutan protein tertentu, dan
mungkin perlu untuk menyesuaikan konsentrasi garam dan pH untuk
mendapatkan selektif maksimal mengikat endotoksin.
- Mencuci / membilas
Mencuci atau membilas dapat digunakan untuk menghilangkan endotoksin
dari partikel padat yang tidak dapat depyrogenation oleh panas kering. Ini
mungkin bilas API panas atau mungkin melibatkan penggunaan bahan kimia
yang diikuti dengan membilasnya. Bahan kimia untuk membantu proses ini

23
termasuk surfaktan, NaOH (biasanya di kisaran 0,05-0,5 M), atau bahan
pembersih komersial.
2.6.2 Depirogenasi dengan dekstruksi kimia endotoksin
- Hidrolisis Asam
Hidrolisis asam ringan pada hubungan glikosidik antara lipid A dan bagian
struktur gula. Lipid A bebas maka agregat dan relatif nonpyrogenic sampai
itu dilarutkan. Hidrolisis lebih lanjut dari lipid A dengan asam dapat benar-
benar mengurangi pirogenitas tersebut. Perawatan asam dilaporkan termasuk
0,12 M HCl selama 30 menit diikuti dengan pembilasan yang luas ; 0,05 M
HCl selama 30 menit di 100 0C ; 1% asam asetat glasial selama 2 sampai 3
jam pada 1000C.
- Hidrolisis basa
Perawatan dengan larutan alkali yang digunakan dalam pembersihan dan
perawatan untuk mengurangi kontaminasi endotoksin, terutama peralatan
seperti tank dan tabung. Mekanisme depyrogenation adalah dengan
saponifikasi asam lemak dari lipid A. Sodium hidroksida umumnya
digunakan pada konsentrasi antara 0,05 dan 0,5 M. Selain perusakan
endotoksin dengan hidrolisis, pada pH tinggi afinitas permukaan endotoksin
berkurang dan solubilisasinya meningkat, yang memungkinkan untuk dibilas.
Dalam banyak kasus, terutama jika suhu yang tinggi tidak digunakan, ini
mungkin sama pentingnya dengan kehancuran. Natrium hidroksida
memerlukan sejumlah besar air (biasanya WFI atau air lainnya konsentrasi
endotoksin rendah) untuk membilas (tapi mudah untuk menentukan kapan
residu telah dihapus dengan memantau pH air). Berkumur dengan volume
berlebihan air akan membantu depyrogenation. KOH juga efektif dan lebih
mudah dihilangkan dengan pembilasan. Tingkat depyrogenation dengan
hidrolisis alkali meningkat bahkan pemanasan yang tinggi. Sebagai contoh,
pengobatan dengan 0,25 M NaOH pada 560C selama 1 jam telah terbukti
efektif. Depyrogenation sebesar 0,1 M NaOH juga dilaporkan meningkat
dengan adanya 95% etanol atau 80% dimetilsulfoksida.
- Oksidasi
Hidrogen peroksida telah terbukti menjadi agen efektif untuk depyrogenation
dikonsentrasi tinggi pada suhu yang tinggi (27% pada 100 0C). Ini
menunjukkan beberapa efektivitas sebesar 2,7% dan 370C, dan telah
menyarankan bahwa mungkin lebih efektif pada pH yang lebih tinggi. Ozon
telah digunakan untuk menghasilkan air konsentrasi endotoksin rendah, dan

24
efektivitas dilaporkan meningkat dengan adanya sinar ultraviolet. Sodium
hipoklorit (pemutih), agen oksidasi yang umum digunakan dalam sanitasi dan
pembersihan, umumnya tidak diakui sebagai efektif dalam depyrogenation.
ETO adalah agen pengoksidasi lain. Hal ini banyak digunakan untuk
mensterilkan bahan, terutama peralatan medis. ETO telah dilaporkan untuk
menonaktifkan endotoksin tetapi tidak cukup efektif untuk mencapai
pengurangan yang signifikan.
2.6.3 Depirogenasi dengan dekstruksi fisika endotoksin
- Radiasi
Dosis sterilisasi dari radiasi (radiasi ) tidak efisien untuk mengurangi secara
signifikan konsentrasi endotoksin. Dosis yang tinggi akan menghancurkan
endotoksin tetapi mungkin dapat mempengaruhi bahan, terutama plastic.
- Panas lembab
Autoklaf umumnya tidak dianggap sebagai cara yang efektif untuk
depyrogenation, tetapi memiliki beberapa efek. Siklus panjang, terutama
pada suhu tinggi dan tekanan, akan merusak endotoksin, misalnya, 5 jam
pada 20 psi dan pH 8,2, atau 2 jam pada pH 3,8. Pada 15 p.s.i. (tekanan
biasanya digunakan dalam otoklaf), penurunan yang signifikan dalam
konsentrasi endotoksin telah dilaporkan setelah tiga jam. Sebagaimana
dinyatakan di atas, kombinasi autoklaf dan karbon aktif telah ditemukan
efektif. Perusakan endotoksin oleh autoklaf dengan adanya surfaktan
nonionik serta beberapa tingkat depyrogenation dengan autoklaf sendiri.
- Panas kering
Panas kering adalah metode yang paling efektif dan sering digunakan untuk
depyrogenasi banyak partikel. Asalkan partikel dapat mentolerir paparan
panas, itu adalah metode pilihan. Hal ini banyak digunakan untuk kaca dan
stainless steel dan juga dapat digunakan untuk Teflon. Silikon (seperti
tabung) dapat didepirogenasi oleh panas kering, tapi pada suhu 250 0C
membuat tabung rapuh dan rentan terhadap retak dan kerusakan. Suhu lebih
dari 1800C efektif menghancurkan endotoksin dengan waktu diperlukan
menurun karena suhu meningkat. USP menyatakan "Umumnya digunakan
pengaturan waktu dan suhu 30 menit pada 2500C".

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam makalah ini dapat disimpulkan:
a. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari
semua bentuk kehidupan.
b. Metode sterilisasi diantaranya metode fisika (pemanasan, radiasi), kimia, dan
mekanik (filtrasi)
c. Pirogen adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang dinyatakan sebagai
senyawa lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira-kira 5-10% massa total
bakteri.
d. Sumber-sumber pirogen diantaranya air destilat yang terlalu
terkontaminasi oleh bakteri yang tahan udara yang tumbuh dan
menghasilkan endotoksin, air yang digunakan untuk membuat
larutan.
e. Metode depiroenasi antara lain depirogenasi dengan membuang endotoksin,
depirogenasi dengan dekstrusi fisika, depirogenasi dengan dekstruksi kimia.

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerbit UI Press. Jakarta

Aulton, Michael. 1990. Pharmaceutical Practice. Oritic Livingston. London


Eugene L. Parrott. 1974. Pharmaceutical Technology. Burgess Publishing Company.
Minneapolis

Ganong, W.F. 2002. Pengaturan Sentral Fungsi Visera. Dalam : Widjajakusumah M.D.,
Editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. EGC. Jakarta.

Gennaro,A.R,et al. 1990. Remingons Pharmaceutical Science 18th Edition.


Pensylvania:Marck publishing company.
Glenn L. Jenkins et.all. 1957.Scovilles : The Art of Compounding. MC-Graw Hill Book
Companies. New York.
James Agalloco. 2008. Validation of Pharmaceutical Processes (electronic version). Informa
Healthcare Inc. USA
Leon Lachmann et.all. 1998. Teori dan Praktek Farmasi Industri (terjemahan). UI-Press.
Jakarta
Michael J. Groves. 1988. Parenteral Manual Technology. Interpharm Press Inc. USA

Nelwan, R.H.H., 2006. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata M., dan Setiati, S., Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi Keempat. Jilid Ketiga. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit
Dalam.

Nema, S., John D.L. 2010. Pharmaceutical Dosage Form Parenteral Medication Vol.2.
Informa Healthcare. USA.

Sudjadi. 2008. Bioteknologi kesehatan. Penerbit kanisius(anggota IKAPI). Yogyakarta.

Suwandi. 1988. Uji Pirogenitas dengan Kelinci dan Limulus Amebocyt Lysate. Cermin Dunia
Kedokteran no.52.

Turco, Salvatore dan Robert E. 1974. Sterile Dosage Forms. Published in Great Britain by
Henry Kimpton Publishers. London

Walter F., PhD. Boron. 2003. Medical Physiology: A Cellular And Molecular Approaoch.
Elsevier/Saunders. p. 1300. ISBN 1-4160-2328-3.
.

27

Anda mungkin juga menyukai