Anda di halaman 1dari 39

Laporan Kasus

Morbili

Pembimbing: dr. Meiharty, SpA

Disusun oleh:
Keisha Nabila
030.12.140

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul Morbili


telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 3 Febuari 2017 11 Juni 2017 di RSUD Budhi Asih

Jakarta, Mei 2017

Dr. Meiharty, SpA

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang selalu tercurah
dan segala keberkahan dan kemudahan yang selalu diberikan kepada peneliti.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam kesempatan ini pula peneliti ingin mengucapkan terimakasih


kepada kedua orang tua peneliti, serta dokter pembimbing penyusunan referat dr.
Meiharty, SpA dan seluruh dokter bagian Ilmu Kesehatan Anak serta teman
teman kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak yang telah membantu dan
mendukung peneliti dalam penyusunan laporan kasus ini. Akhir kata, peneliti
memohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam laporan kasus ini dan
peneliti menerima masukan positif apapun demi menjadikan laporan kasus ini
lebih baik lagi.

Jakarta, Mei 2017

Keisha Nabila

030.12.140

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................


KATA PENGANTAR .......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I.................................................................................................................................
LAPORAN KASUS..........................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................
I. DEFINISI.........................................................................................................
II. ETIOLOGI......................................................................................................
III. EPIDEMIOLOGI...........................................................................................
IV. PATOFISIOLOGI...........................................................................................
V. STADIUM.......................................................................................................
VI. MANIFESTASI KLINIS...............................................................................
VII. DIAGNOSIS................................................................................................
VIII. DIAGNOSIS BANDING............................................................................
IX. KOMPLIKASI...............................................................................................
X. PENATALAKSANAAN.................................................................................
XI. PENCEGAHAN............................................................................................
VIII. PROGNOSIS..............................................................................................
BAB III............................................................................................................................
BAB IV............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita. Penyakit ini mudah
menular kepada anak anak sekitarnya, oleh karena itu, anak yang menderita
Campak harus diisolasi untuk mencegah penularan. Campak disebabkan oleh
kuman yang disebut Virus Morbili. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak
dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui
plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan
mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita
menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan
mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia
akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang
anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum
usia 1 tahun.1
Morbili / campak adalah penyakit akut yang disebabkan virus campak
yang sangat menular pada umumnya menyerang anak-anak. Menurut kriteria
diagnostiknya, ada 4 stadium campak meliputi stadium tunas, stadium prodormal /
kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Gejala klinis morbili meliputi
demam mencapai 400C, pilek, batuk, konjungtivitis, ruam erupsi makulopapular,
dan kopliks spot (merupakan tanda pathognomonis penyakit campak, bentuk
bintik tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, pada pertengahan di dapat
noda putih keabuan, mula-mula 2-6 bintik). 1,2

5
BAB II

LAPORAN KASUS

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH
STATUS PASIEN KASUS

Nama Mahasiswa :Keisha Nabila Pembimbing :dr. Meiharty, SpA


NIM :030.12.140 Tanda tangan:

KASUS I
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. L Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 5 tahun 6 bulan 15 hari Suku Bangsa : Betawi
Tempat / tanggal lahir :Jakarta, 3 Oktober 2011 Agama : Islam
Alamat :Jl. Pejuang, Rt/RW 01/02 No. RM : 01087830

ORANG TUA / WALI


Ayah: Ibu :
Nama : Tn.S Nama: Ny. C
Umur : - Umur : 32 Tahun
Alamat : - Alamat : Jl. Pejuang RT/RW 01/02
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan: - Penghasilan: Rp. 3.500.000
Pendidikan : - Pendidikan : SMP
Suku Bangsa : Betawi Suku Bangsa : Betawi
Agama : Islam Agama : Islam

Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung

I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. H (Nenek Pasien)
Lokasi : Bangsal lantai VI Emerald Barat, kamar 6226
Tanggal / waktu : 18 April 2017, pukul 11.30 WIB
Tanggal masuk : 17 April 2016,pukul 11.00WIB
Keluhan utama : Demam sejak 5 hari SMRS
Keluhan tambahan : Ruam kemerahan diseluruh tubuh
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RS Budhi Asih dengan keluhan demam
sejak 5 hari SMRS. Demam timbul mendadak karena pada paginya ps

6
masih beraktivitas seperti biasa namun sorenya ps tiba-tiba demam dirasa
tinggi terus-menerus, Keluhan demam disertai batuk kering dan pilek sejak
5 hari SMRS. Nenek pasien mengatakan muncul ruam kemerahan sejak 2
hari SMRS disertai demam, mata merah dan berair. Nenek ps mengatakan
ruam awalnya dari wajah lalu menyebar ke seluruh tubuh. Ruam menyebar
dari leher lalu keseluruh tubuh disertai demam yang dirasa semakin tinggi.
Keluhan juga disertai mual disertai muntah dengan frekuensi 2 kali
sehari. Muntah berisi sisa makanan tanpa disertai ada darah. Muntah
dirasakan terjadi setiap Ps sehabis makan. Nafsu makan Ps juga berkurang.
Disertai adanya nyeri ulu hati. Keluhan BAB cair disangkal. BAK dalam
batas normal
Nenek pasien sempat membawa pasien berobat ke klinik lalu
diberikan obat penurun panas. Lalu oleh dokter di klinik, Ps dirujuk ke RS
Budhi Asih

Riwayat Penyakit yang pernah diderita


Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Penyakit ginjal (-)
Penyakit
Cacingan (-) Diare (-) (-)
jantung
Kejang
DBD (-) (+) Radang paru (-)
Demam
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain (-)

Pasien pernah menderita Kejang disertai demam saat ps umur 3 tahun


sebanyak 1 kali. Lalu sejak itu tidak pernah mengalami kejang kembali
Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita: Ps mempunyai
riwayat kejang demam. Ps tidak pernah mengalami kejadian yang sama
seperti ini
b. Riwayat Kehamilan / Kelahiran
KEHAMILAN

Morbiditas Hipertensi (+), diabetes mellitus (-),


kehamilan anemia (-), penyakit jantung (-),

7
penyakit paru (-), infeksi pada
kehamilan (-), asma (-).
Perawatan antenatal Rutin kontrol ke Puskesmas (selalu
datang sesuai anjuran bidan)
Tempat persalinan Puskesmas
Penolong persalinan Dokter
Spontan pervaginam
Cara persalinan

Masa gestasi 39 minggu


Berat lahir : 2800 gram
Panjang lahir : lupa
KELAHIRAN
Lingkar kepala : tidak tahu
Langsung menangis (+)
Merah (+)
Keadaan bayi
Pucat (-)
Biru (-)
Kuning (-)
Nilai APGAR : tidak tahu
Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan/kelahiran: pasien lahir spontan pervaginam,


neonatus cukup bulan dengan berat badan lahir sesuai masa kehamilan.

c. Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi I : 6bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 6 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 8 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 10 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : sesuai dengan usia,
tidak didapatkan keterlambatan dalam perkembangan.

d. Riwayat Makanan

8
Umur
ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(bulan)
02 ASI - - -
24 ASI - - -
46 ASI - - -
68 PASI + + +
8 10 PASI + + +
10 -12 PASI + + +

Pada anak usia> 1 tahun

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah


Nasi / Pengganti 3x sehari, 1 porsi piring kecil
Sayur 3x seminggu, 1 mangkok
Daging 2x/minggu, setengah potong dicincang
Telur 3-5x seminggu, 1 butir
Ikan 1-2x seminggu, 1 potong
Tahu 12 x sehari, 1 potong
Tempe 12 x sehari, 1 potong

Kesimpulan riwayat makanan : OS tidak mengalami kesulitan makan.


Asupan nutrisi cukup dan adekuat.

e. Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG 1 bulan
DPT / PT
Polio 0 bulan
Campak
Hepatitis 0 bulan
B
Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar tidak lengkap

f. Riwayat Keluarga
Corak Reproduksi

9
Tanggal lahir Jenis Lahir Mati Keterangan
No Hidup Abortus
(umur) kelamin mati (sebab) kesehatan
1 5 Tahun P + Sehat

2 3 Bulan p + Sehat
3 3 Bulan P + Sehat

Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. S Ny. C
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 34 32
Pendidikan terakhir - SMP
Agama Islam Islam
Suku bangsa Betawi, Indonesia Betawi, Indonesia
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada
Penyakit, bila ada Tidak ada Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien merupakan anak pertama dan memiliki 2 saudara berusia 3 Bulan.
Riwayat Kebiasaan: Keluarga pasien yang tinggal serumah tidak ada
yang merokok, suka meminum alkohol atau mengkonsumsi obat-obatan
terlarang.
Kesimpulan riwayat keluarga: Dari keluarga ps, tidak ada yang
mengalami hal yang sama seperti pasien

g. Riwayat Lingkungan Perumahan


Pasien tinggal bersama dengan ibu, nenek dan kedua adik pasien. Rumah
pasien berada di wilayah padat penduduk, merupakan rumah pribadi, satu
lantai, beratap genteng, berlantai ubin, dan berdinding tembok. Kamar
tidur berjumlah 3, kamar mandi berjumlah 2, terdapat dapur, ruang makan,
ruang tamu, serta teras yang berjumlah 1 di depan rumah.Ventilasi dan
pencahayaan baik. Sumber air bersih dari jet pam sanyo. Peralatan makan
dicuci menggunakan air biasa. Sumber air minum dari air minum isi ulang.
Sampah dibuang ke tempat sampah dan setiap hari dikumpulkan di tempat

10
sampah depan rumah. Bak mandi tidak dikuras setiap minggu, tidak ada
kolam ikan di sekitar rumah, tidak ada penumpukan barang bekas di
sekitar rumah pasien, namun banyak nyamuk di dalam rumah. Keluarga
pasien tidak pernah menjalankan kegiatan PSN.

Kesimpulan keadaan lingkungan: Lingkungan perumahan cukup baik,


dan disertai dengan kawasan padat penduduk.

h. Riwayat Sosial dan Ekonomi


Ibu pasien bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta dengan gaji
Rp.3.500.000,-/bulan. Sedangkan Ayah pasien sudah bercerai dengan ibu
pasien, dan tidak meberikan nafkah. Menurut Nenek pasien penghasilan
tersebut kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Kesimpulan sosial ekonomi: Pasien berasal dari keluarga dengan taraf
sosial ekonomi menengah ke bawah.

II. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik pada pasien dilakukan di bangsal lantai 6 Emerald Barat,


kamar 626, pada tanggal 18 April 2017 pukul 12.30 WIB
A. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Gizi : Gizi Baik
Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang :16 kg
Panjang Badan : 97 cm
Status Gizi
- BB / U = 16/17 x 100 % = 94,1% ( Kesan Gizi Baik)
- TB / U = 97/100 x 100 % = 97% (Kesan Gizi Baik)
- BB / TB = 16/18 x 100 % = 88,9 % (kesan Gizi Baik)
Kesimpulan status gizi : Menurut ketiga parameter, Ps dikategorikan
sebagai gizi Baik
Tanda Vital

Tekanan Darah : 90/60 mmHg, diukur di a. Brachialis kanan saat ps


berbaring tenang

11
Nadi : 120x/ menit, kuat, isi cukup, equal kanan dan kiri,
regular
Nafas : 20x / menit, tipe torako-abdominal, kedalaman
normal (eupneu), irama teratur
Suhu : 38,2C axilla (diukur dengan thermometer digital
di axilla)
Status Generalis
KEPALA : Normocephali, deformitas (-), hematome (-), UUB sudah
menetup, cekung (-)
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tebal
WAJAH : Wajah simetris, tidak ada luka atau jaringan parut
MATA :Alis mata merata, madarosis (-), Bulu mata hitam, merata, trikiasis

Visus : kesan baik Ptosis : -/-


Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjungtiva anemis : +/+ Cekung : -/-
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Endophtalmus : -/- Lensa jernih : +/+
Strabismus : -/- Pupil : bulat
Nistagmus : -/-
Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+

TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang +/+ Membran timpani :sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahaya : sulit dinilai
Cairan : -/-
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung: -/-
Sekret : +/+ Deviasi septum :-
Mukosa hiperemis : -/- Konka eutrofi :+/+

BIBIR : Mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-),


pucat (-)
MULUT : Trismus (-), oral hygiene baik, mukosa gusi dan pipi
berwarna merah muda, bercak koplik(-)
LIDAH : Normoglosia, atrofi papil (-), tremor (-), coated tongue (-),
hiperemis (-),
TENGGOROKAN: Arkus faring simetris, hiperemis (-), uvula ditengah,
tonsil T1-T1 tidak

12
hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-), PND (-)
LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran
tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak
teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di
tengah
THORAKS : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, deformitas
(- ),retraksi suprasternal
(-), retraksi intercostal (-), retraksi subcostal (-)

JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis
sinistra.
Perkusi : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis
sinistra.
Batas kanan jantung : ICS III V linea sternalis dextra.
Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra.
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
PARU
Inspeksi
- Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada
pernapasan yang tertinggal, tipe pernapasan abdomino-torakal, retraksi
(-), tidak ditemukan efloresensi pada kulit dinding dada.
Palpasi
- Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri, vocal
fremitus sama kuat kanan dan kiri.
- Angulus costae 75o.
Perkusi
- Sonor di kedua lapang paru.
- Batas paru dan hepar di ICS VI linea midklavikularis dextra.
Auskultasi
- Suara napas vesikuler, reguler, ronkhi -/-, wheezing -/-.
ABDOMEN :
Inspeksi : Perut datar, Dijumpai adaya efloresensi pada kulit perut maupun
benjolan, roseola spot (-), kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-), ruam
makulopapular (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), turgor kulit baik.
Hepar tidak teraba, NT(-)
Lien tidak teraba NT (-)

13
Ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-.
Perkusi : Pekak pada regio kanan dan kiri atas abdomen, timpani pada
regio tengah atas serta seluruh bagian bawah abdomen
Auskultasi : Bising usus (+)3 kali / menit

ANOGENITALIA :tidak diperiksa


KULIT : Sawo matang, ikterik (-), turgor normal, kelembaban normal,
ruam makulopapular pada ke empat kstremitas dan hampir
diseluh tubuh, Rumple Leed (-)
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
ANGGOTA GERAK :

Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas, tidak ada


edema,CRT < 2 detik.

Tangan Kanan Kiri


Tonus otot Normotonus Normotonus
Sendi Aktif Aktif
Refleks fisiologis + +
Refleks patologis - -
Edema - -

Kaki Kanan Kiri


Tonus otot Normotonus Normotonus
Sendi Aktif Aktif
Refleks fisiologis + +
Refleks patologis - -
Edema - -

Tanda rangsang meningeal : (-)


Nervus Kranialis : Tidak ada lesi nervus kranialis
KULIT : Warna sawo matang merata, pucat (+), ikterik (-), sianosis (-), turgor
kulit baik, lembab
TULANG BELAKANG : Bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-),
ruam (-)

14
NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Biseps + +

Triceps + +

Patella + +

Achiles + +

Refleks Patologis Kanan Kiri


Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -

Rangsang meningeal
Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Kerniq - -
Laseq - -
Brudzinski I - -
Brudzinski II - -

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium dari UGD RSUD Budhi Asih pada tanggal 17 April 2017
Hematologi Hasil Nilai Normal

Leukosit 4.800/ L 5000 14.500

Eritrosit 5,2 juta/ uL 3,7 5,7

Hemoglobin 13,1 g/ dL 10,8 12,8

Hematokrit 40% 31 43

Trombosit 131.000/ L 229.000 - 553.000

MCV 77,7 fL 72 88

MCH 25,4 pg 23 31

MCHC 32,7 g/ dL 32 36

15
RDW 14,0% < 14

IV. RESUME
Pasien seorang anak perempuan usia 5 Tahun datang ke UGD
RSUD Budhi Asih disebabkan oleh demam yang tidak kunjung turun sejak
5 Hari SMRS.Keluhan demam disertai batuk kering dan pilek sejak 5 hari
SMRS. Keluhan ini disertai muncul ruam kemerahan pada leher lalu seluruh
tubuh disertai mata kemerahan dan berair sejak 2 hari SMRS. Keluhan juga
disertai mual dan juga muntah setiap kali makan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien Tampak Sakit sedang
dengan kesadaran Compos Mentis dengan status gizi baik. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan Tekanan darah 90/60 mmHg, Suhu 38.2
C, Pernapasan 20 kali permenit, dan Nadi 120 kali permenit. Pada
pemeriksaan status generalis tampak ruam makulopapular pada seluruh
tubuh pasien. Dan terdapat nyeri tekan pada epigastrium.
Pada pemeriksaan Laboraturium hematologi didapatkan adanya
penurunan Trombosit yaitu sebesar 131.000 / L, dan terdapat leukopenia
sebesar 4,8rb

V. DIAGNOSIS BANDING
- Morbili
- Dengue Fever
- Eksantema Subitum
- German Measles
VI. DIAGNOSIS KERJA
- Morbili
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan darah rutin berkala

VII. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa:
Non-medikamentosa
1. Komunikasi, informasi, edukasi kepada orang tua pasien mengenai
keadaan pasien.

16
2. Observasi tanda vital
Medikamentosa
- IVFD KaEN IB 3cc/kgBB/Jam
- Paracetamol 4x200 mg
- Vitamin A 200.000 IU
- Ambroksol 3x1cth

IX PROGNOSIS
- Ad Vitam : Ad Bonam
- Ad Sanationam : Ad Bonam
- Ad Fungsionam : Ad bonam

Follow up

Tgl S O A P

17
18/4/ - Demam - Tampak Sakit Sedang, CM, BB= 16kg - Morbili - IVFD KaEN IB
- TD: 90/60mmHg, N: 120x/menit - Suspek
2017 H-4(+) 3cc/kgBB/Jam
- S: 38,2C, RR:20 x/menit
Hari - Mual (+) Dengue - Paracetamol 4x200
- Normosefali
- Muntah (+
Pera- - Mata: ca -/-, si -/- Fever mg
- Batuk(+)
- Mulut: sianosis -, kering-,pucat - - Vitamin A 200.000
wata - BAB (-) 4
- Thoraks: SNV, Wh-/-. Rh -/-; BJ 1&2
IU
n2 hari reg, M -, G -
SMRS - Abdomen: supel, BU +, NT
- Nafsu Epigastrium (+)
makan - Ekstremitas: hangat (-), CRT <2 detik
- Kulit : Tampak ruam makulopapular
berkurang
diseluruh badan

19/4/ - Demam - Tampak Sakit Sedang, CM, BB= 16kg - Morbili - Paracetamol 4x200
- TD: 100/60mmHg, N: 120x/menit
2017 H-5 (-) mg
- S: 37,5C, RR:20 x/menit
Hari - Ruam - Vitamin A 200.000
- Mata: ca -/-, si -/-
Pera- terlihat - Mulut: sianosis -, kering-,pucat +/+ IU
- Thoraks: SNV, Wh-/-. Rh -/-; BJ 1&2 - Periksa Lab darah
wata memudar
- Nafsu reg, M -, G - rutin
n3 - Abdomen: supel, BU +, NT - Pasien
Makan
Epigastrium (+) diperbolehkan
mulai - Ekstremitas: hangat(-), CRT <2 detik
pulang
bertambah - Kulit : Tampak ruam makulopapular
- Batuk (+) diseluruh badan sudah memudar
- Mual
namun masih terlihat di ekstremitas
Muntah bawah
(-) Hematologi darah (18/04/17)
- BAB (+), Hb/Ht/T/L/LED
11,9%/37%/180rb/3,0ribu/59mm/jam
konsistens
i padat

18
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola
(bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama
masern, Measles dalam bahasa Inggris. Morbili merupakan penyakit virus akut,
menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodromal ( kataral ),
stadium erupsi dan stadium konvalens.1

II. ETIOLOGI
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan
genus Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip
dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret
nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa
saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki
daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar
selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif
minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku,
minimal 4 minggu dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak
aktif pada pH rendah.2
Measles, virus RNA beruntai tunggal negative yang berenvelope,
merupakan anggota genus Morbilivirus dari family Paramyxoviridae. Hanya ada
satu serotype. Virus ini mengkode enam protein structural, termasuk dua
glikoprotein transmembran, fusi (F), dan hemaglutinin (H), yang memfasilitasi
perlekatan ke sel penjamu dan masuknya virus. Antibodi terhadap F dan H
bersifat memberikan perlindungan.3

19
Gambar 1. Morbilivirus

Genus Morbilivirus terdiri dari virus campak (rubeola) pada manusia dan
virus canine distemper, virus rindepest pada lembu, dan morbilivirus akuatik yang
menginfeksi mamalia laut. Virus virus tersebut secara antigen terkait satu sama
lain tetapi tidak dengan anggota genus lain. Protein F banyak terdapat pada
morbilivirus, sedangkan protein H menunjukkan variabilitas yang lebih luas. Virus
campak mempunyai hemaglutinin tapi tidak memiliki aktivitas neuramidase. Virus
campak menginduksi pembentukan inklusi intranuklear, sedangkan
paramiksovirus yang lain tidak 4

III. EPIDEMIOLOGI
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita
morbili akan mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur
4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang sehingga si bayi
dapat menderita morbili. Bila sang ibu belum pernah menderita menderita morbili
ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus,
bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia
mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak
dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati anak yang kemudian meninggal
sebelum usia 1 tahun5

20
IV. PATOFISIOLOGI

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah


dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara
droplet melalui udara, sej hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah
timbul rum. Di tempat awal infe Y2 si, penggandaan virus sangat minimal dan
jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas
maupun berhubungan dengan sel mononuklear, kemudian mencapai kelenjar
getah bening regional. Di sini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan
dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan Limforetikular seperti limpa. Sel
mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti
banyak (sel Warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk T-supressor dan T-lzelper)
yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara


lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu
ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel
orofaring, kunjunghva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus. Pada hari
ke-9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, akan
menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada saat itu
virus dalam jurnlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan
manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek
disertai selaput konjunghva yang tampak merah. Respons irnun yang te rjadi ialah
proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan
manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu
ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, yang dapat tanda pasti
untuk menegakkan diagnosis.

21
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed
hypersensztivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari
ke-14 sesudah awal infeksi dm pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi
pada kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T.
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian
dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan adanya antigen campak dan
diduga te rjadi suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan
saluran pemafasan memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu pneumonia
juga dapat terjadi, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang6

22
Gambar 2. Patofisiologi Morbili

23
V. STADIUM MORBILI

1. Stadium kataral (prodormal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak
Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada
mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau
4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis,
gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai
influenza.7

2. Stadium Erupsi

Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi
adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum
dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau
eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula
eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.
Rasa gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen
dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.7

3. Stadium Konvalensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua


(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.7

24
VI. MANIFESTASI KLINIS

Infeksi pada pejamu yang tidak kebal hampir selalu simptomatik.


Setelah masa inkubasi sekitar 8-12 hari, penyakit campak biasanya
berlangsung selama 7-11 hari (dengan fase prodromal 2-4 hari diikuti oleh
fase erupsi 5-8 hari).8

Gambar 3. Karakteristik campak

Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima


atau keenam pada puncak timbulnya ruam. Kadang kurva suhu
menunjukkan gambaran bifasik, ruam awal pada 24-48 jam pertama
diikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai normal selama periode satu
hari, kemudian diikuti dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai
400C pada waktu ruam sudah timbul diseluruh tubuh. Pada kasus yang
tanpa komplikasi, suhu tubuh turun mencapai suhu normal.9

Fase prodormal ditandai dengan demam, bersin, batuk, hidung


berair, amta merah, bercak Koplik, dan limfopenia. Batuk dan koriza
menggambarkan reaksi inflamasi berat yang mengenai mukosa saluran
pernapasan. Demam dan batuk menetap hingga muncul ruam dan

25
kemudian menghilang dalam 1-2 hari. Konjungtivitis umumnya disertai
fotofobia.8

Dua hari sebelum ruam timbul, gejala Kopliks spotyang merupakan tanda
patognomonis dari penyakit campak, dapat dideteksi. Lesi ini telah dideskripsikan
oleh Koplik (1896) sebagai suatu bintik berbentuk tidak teratur dan kecil
berwarna merah terang, pada pertengahannya didapatkan noda berwarna putih
keabuan. Timbulnya Kopliks spot hanya berlangsung sebentar kurang lebih 12
jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput pada waktu dilakukan
pemeriksaan klinis.9

Gambar 4. Kopliks spot

Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya
demam. Ruam dimulai sebagai erupsi makulopapular eritematosa, dan mulai
timbul pada bagian atas samping leher, daerah belakang telinga, perbatasan
rambut di kepala dan meluas ke dahi. Kemudian menyebar ke bawah ke seluruh
muka dan leher dalam waktu 24 jam. Seterusnya menyebar ke ekstremitas atas,
dada, daerah perut dan punggung, mencapai kaki pada hari ketiga. Bagian yang
pertama kena mengandung lebih banyak lesi. Setelah tiga atau empat hari, lesi
tersebut berubah menjadi berwarna kecoklatan. Hal ini kemungkinan sebagai
akibat dari perdarahan kapiler, dan tidak memucat dengan penekanan. Dengan
menghilangnya ruam, timbul perubahan warna dari ruam menjadi berwarna

26
kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi
berupa sisik berwarna keputihan.9

Gambar 5. Ruam Makulopapular pada Campak

Campak yang termodifikasi biasanya terjadi pada individu dengan imunitas


yang belum sempurna, misalnya bayi dengan antibody maternal residual. Masa
inkubasi memanjang, gejala prodormal menghilang, bercak Koplik biasanya tidak
muncul, dan ruam ringan.8

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis campak dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang


sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi
dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki cirri khas, yaitu
diawali dari belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada tubuh, lengan
dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami
hiperpigmentasi dan mengelupas. Pada stadium prodromal dapat ditemukan
enantema di mukosa pipi yang merupakan tanda patonomonis campak (bercak
Koplik). Menentukan diagnosis juga perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak
semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang
mengidap gizi kurang, ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau
bahkan pasien sudah meninggal sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang
juga dapat terjadi diare yang berkelanjutan.6
Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara
klinis sedangkan pemeriksaan penunjang hanya membantu, seperti pada

27
pemeriksaan sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan
pipi, dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang
bermanfestasi tidak khas disebut campak atipikal.1
Campak yang khas dapat didiagnosis berdasarkan latar belakang klinis,
diagnosis laboratorium mungkin diperlukan pada kasus campak atipikal dan
termodifikasi.5
1. Deteksi Antigen
Antigen campak dapat dideteksi langsung pada sel epitel dalam secret
repirasi dan urin. Antibodi terhadap nukleoprotein bermanfaat karena
merupakan protein virus yang paling banyak ditemukan pada sel terinfeksi
2. Isolasi dan Identifikasi virus
Apusan nasofaring dan konjungtiva, sampel darah, secret pernapasan, serta
urin yang diambil dari pasien selama masa demam merupakan sumber yang
sesuai untuk isolasi virus. Virus campak tumbuh lambat, efek sitopatik yang
khas (sel raksasa multinukleus yang mengandung badan inklusi intranuklear
dan intrasitoplasmik) terbentuk dalam 7-10 hari. Namun isolasi virus sulit
secara teknik.
3. Serologi
Pemastian infeksi campak secara serologis tergantung pada peningkatan
titer antbodi empat kali lipat antaraserum fase-akut dan fase konvalensi atau
terlihatnya antibody IgM spesifik campak di dalam spesimen serum tunggal
yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah awitan ruam. ELISA, uji HI dan
tes Nt semuanya dapat digunakan untuk mengukur antibodi campak, walaupun
ELISA merupakan metode yang paling praktis. Bagian utama respons imun
ditujukan untuk melawan nucleoprotein virus. Pasien dengan panensefalitis
sklerosa subakut menunjukkan respon antibodi yang berlebihan, dengan titer
10-100 kali lipat lebih tinggi dari peningkatan titer yang terlihat dalam serum
konvalensi yang khas.

28
VII. DIAGNOSA BANDING10

1. German Measles.
Penyakit ini lebih ringan daripada morbilli. Pada penyakit ini tidak ada
bercak koplik, demam ringan, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah
suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga. Ruam morbilli tampak
halus yang diawali pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang
dalam 3 hari serta kurang mencolok daripada ruam morbilli sebagaimana tingkat
demam dan keparahan penyakit.
2. Eksantema Subitum.
Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola infantum
(eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola infantum
tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus
cenderung untuk kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana tingkat
demam dan keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak infeksi
ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat.
Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanya
membantu mengenali penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia
dapat disertai dengan ruam yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi batuk
dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas
purpura petekie. Ruam papuler halus difus pada demam skarlet dengan susunan
daging angsa di atas dasar eritematosa relatif mudah dibedakan.

VIII. KOMPLIKASI6
A. Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas,
yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan
distres pemafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan
membaik dan gejala akan menghilang.

29
B. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri.
Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah
halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan
menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjutsampai beberapa hari lagi.
Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas
masih term berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang
telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran
infiltratpada foto thorax dan adanya leukositosis dapay mempertegas diagnosis.
C. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umurnnya pada puncak demam
saat ruam keluar. Kejang dalam ha1 ini diklasifikasikansebagai kejang demam.
D. Ensefalitis
Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita
campak atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus
campak hidup, pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif
dan sebagai Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Angka kejadian
ensefalitis setelah infeksi campak adalah 1 : 1.000 kasus, sedangkan ensefalitis
setelah vaksinasi dengan virus campak hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.
SSPE jarang terjadi hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah
infeksi dimana lebih dari 50% kasus-kasus SSPE pernah menderita campak pada
2 tahun pertama umur kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti
bahwa virus campak memegang peranan dalam patogenesisnya. SSPE yang
terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.
E. Otitis Media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak.
Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika
terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan
tejadi otitis media purulenta. Dapat pula terjadi mastoiditis.

30
F. Enteritis
Beberapa anak yang mengalami campak mengalami muntah dan mencret
pada fase prodromal. Keadaan ini disebabkan oleh invasi virus ke sel mukoasa
usus
G. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjunghvitis,yang ditandai
dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan
fotofobia. Kadang-kadang terjadiinfeksi sekunder oleh bakteri.Virus campak atau
antigemya dapat dideteksi pada lesikonjungtiva pada hari-hari pertama
sakit.Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-
oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan. Dapat pula timbul ulkus kornea.

IX. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi
infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan
vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit
untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan
epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna
untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.11
Indikasi rawat inap (di ruang isolasi) bila hiperpireksia (suhu >39,0C),
dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya komplikasi.12
1. Tatalaksana campak tanpa komplikasi9
Pada umumnya tidak memerlukan indikasi rawat inap
Terapi vitamin A
Berikan 50.000 IU (jika umur anak < 6 bulan), 100.000 IU (usia 6-
11 bulan), atau 200.000 IU (usia 12 bulan 5 tahun) diberikan secara
oral pada semua anak. Jika anak menunjukkan gejala pada mata akibat
kekurangan vitamin A atau dalam keadaan gizi buruk, vitamin A
diberikan 3 kali (hari 1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah dosis kedua).

Perawatan penunjang

31
Jika demam beri paracetamol. Berikan dukungan nutrisi dan cairan
sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu, untuk konjungtivitis ringan
dengan cairan mata yang jernih, tidak perlu diberikan pengobatan. Jika
mata bernanah, bersihkan mata dengan kain katun yang telah direbus
dalam air mendidih, atau lap bersih yang direndam dalam air bersih.
Oleskan salep mata kloramfenikol atau tetrasiklin, 3 kali sehari selama
7 hari. Jangan menggunakan salep steroid. Kemudian jaga kebersihan
mulut, beri obat kumur antiseptic bila pasien dapat berkumur.
Kunjungan ulang
Minta ibu untuk segera membawa anaknya kembali dalam waktu
dua hari untuk melihat apakah luka pada mulut dan sakit mata anak
sembuh, atau apabila terdapat tanda bahaya.
2. Tatalaksana campak dengan komplikasi1
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk
mengatasi penyulit yang timbul, yaitu :
Bronkopneumonia
Diberikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam dosis
intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari
intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien
dapat minum obat peroral. Antibiotik diberikan tiga hari demam reda.
Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberkulin dilakukan
setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) karena uji
tuberkulin biasanya negatif pada saat anak menderita campak.
Gangguan reaksi delayed hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-
T yang terganggu fungsinya.
Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian
cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis +
dehidrasi.

Otitis media
Seringkali disebabkan oleh infeksi sekunder, sehingga perlu
diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis).

32
Ensefalopati
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk
mengurangi edema otak, disamping pemberian kortikosteroid. Perlu
dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.

X. PENCEGAHAN
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada
bayi berumur 9 bulan atau lebih.1
Imunisasi Campak
Tahun 1954, Peenles dan Enders pertama kali berhasil
mengembangbiakkan virus campak pada kultur jaringan. Virus campak tersebut
berasal dari darah kasus campak bernama David Edmoston. Saat ini ada beberapa
macam vaksin campak : (1) monovalen, (2) kombinasi vaksin campak dengan
vaksin Rubela (MR), (3) kombinasi dengan mumps dan rubella (MMR), (4)
kombinasi dengan mumps, rubella, dan varisela (MMRV).7
Di Indonesia, sejak tahun 2004 imunisasi campak juga diberikan 2 kali,
yang pertama pada umur 9 bulan dan yang kedua pada program BIAS pada umur
6-7 tahun. Imunisasi tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan
imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau
transplantasi organ, pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak
immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa
imunosupresi dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat
imunisasi campak. 7

Dosis dan Cara Pemberian7


Dosis vaksin campak sebanyak 0,5 ml
Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan tapi dapat juga
diberikan secara intramuscular
Imunisasi campak diberikan lagi pada saat masuk sekolah SD (Program
BIAS)

33
XI. PROGNOSIS
Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai
dengan penyulit maka prognosisnya baik. Baik pada anak dengan keadaan umum
yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang
menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi.
Pada anak yang sehat, mortalitas jarang terjadi kecuali pada pasien
immunocompromised (HIV) atau pada malnutrisi, terutama defisiensi vitamin A.
mortalitas tertinggi didapat pada anak berusia dibawah 2 tahun.4

BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang anak perempuan berusia 5 tahun datang ke RSUD Budhi Asih


dengan keluhan utama demam tinggi sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Gejala lain adalah adanya ruam kemerahan di seluruh bagian tubuh pasien , mual
disertai muntah, batuk kering, pilek, mata yang kelihatan merah dan berair. Nenek

34
pasien juga melaporkan bahwa terdapat penurunan nafsu makan. Dan juga nyeri
ulu hati

Demam yang dialami oleh pasien sifatnya mendadak, karena pada pagi
harinya pasien masih beraktifitas seperti biasa, tetapi malamnya tiba-tiba pasien
demam. Demam yang terjadi tiba-tiba dan suhunya langsung tinggi merupakan
salah satu ciri dari infeksi virus.

Ruam, Adanya demam dan ruam ini mengindikasikan bahwa pasien


menderita penyakit eksantema, yaitu suatu penyakit yang bermanifestasi sebagai
erupsi difus pada kulit yang berhubungan dengan penyakit sistemik yang biasanya
disebabkan oleh infeksi. Penyakit eksantema ini sendiri diklasifikasikan menjadi
dua berdasarkan efloresensinya, yaitu penyakit eksantema dengan gambaran
eritema makulopapular dan penyakit eksantema dengan erupsi papulovesikular.
Lalu terlihat bahwa setelah ruam muncul, demam yang diderita tidak kunjung
menurun, malah dirasa semakin meninggi

Ruam yang terdapat pada pasien merupakan ruam yang berbentuk makula
dan papula, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini menderita
penyakit eksantema dengan gambaran eritema makulopapular. Penyakit
eksantema dengan efloresensi eritema makulopapular dibagi menjadi dua, yaitu
ruam makulopapular yang terdistribusi sentral dan ruam makulopapular yang
terdistribusi perifer. penyakit eksantema makulopapular yang terdisribusi sentral
adalah penyakit eksantema dimana ruam muncul mulai dari daerah kepala, leher,
kemudian menyebar ke seluruh tubuh atau menyebar ke perifer. Sedangakan
penyakit eksantema dengan erupsi makulopapular yang terdistribusi perifer
adalah penyakit eksantema dimana ruamnya ada di telapak tangan, telapak kaki,
lutut, dan siku. Ruam pada pasien ini diakui dimulai dari wajah , kemudian
meluas ke dada dan lengan atas, yang pada akhirnya ruam semakin menjalar ke
bagian perifer tubuh (tangan dan kaki). Dari hal ini, disimpulkan bahwa pasien
menderita penyakit eksantema dengan ruam makulopapular yang terdistribusi

35
sentral. Penyakit yang memberikan gambaran eksantema makulopapular dengan
distribusi diantaranya adalah morbili, rubella, dan roseola

Ketiga penyakit yang telah disebutkan sebelumnya disebabkan oleh virus


yang ditandai dengan demam yang tiba-tiba tinggi. Untuk membedakan ketiga
penyakit tersebut, penulis menggali lebih dalam mengenai pola klinis ruam. Pada
roseola, ruam dimulai dari punggung kemudian meluas ke leher, ekstremitas atas,
dan wajah, sedangkan pada pasien ini diakui bahwa ruam dimulai dari daerah
wajah dan leherkemudian meluas ke dada dan lengan. Maka dari hal ini penulis
dapat menyigkirkan roseola sebagai diagnosis kerja. Selain itu demam pada pasien
juga hanya mencapai sekitar suhu 38oC, tidak seperti pada roseola dimana suhu
dapat mencapai 40oC

Selain demam dan ruam, pasien juga mengeluhkan adanya, batuk kering,
pilek, mata merah, berair, Gejala-gejala penyerta ini cocok dengan gambaran
morbili dan rubella.

Manifestasi klinis yang menguatkan penulis untuk menetapkan morbili


sebagai diagnosis kerja pada pasien ini antara lain adalah:

Demam : Tiba-tiba tinggi, semakin lama semakin naik, suhu turun


2-3 hari setelah keluarnya ruam.
Ruam : Efloresensi makulopapular, muncul pada hari ke-4
demam, pada saat demam sedang tinggi, dimulai dari
muka lalu keseluruh badan, lalu memudar setelah 3 hari
menjadi hiperpigmentasi.
Coryza
Konjungtivitis
Batuk

Selain itu, temuan dari pemeriksaan laboratorium ditemukan

Leukopenia dan Trombositopenia : Infeksi virus pada umumnya


sifatnya mendepresi SST, sehingga fungsinya untuk menghasilkan
juga tertekan, sehingga munculah leukopenia dan trombositopenia

36
BAB V

KESIMPULAN

37
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai
dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau
demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi.
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili
paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam,
ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus
campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biak pada epitel
nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga
kemungkinan melalui kelenjar air mata.
Penatalaksanaan pada morbili meliputi Pemberian vitamin A, Istirahat
baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik,Pemberian antibiotik pada
anak-anak memiliki komplikasi ,Pemberian obat batuk dan pilek.
Komplikasi morbili meliputi otitis media akut, Pneumonia /
bronkopneumoni, Enteritis, Latingitis akut, Konjungtivitis, Ensefalitis

DAFTAR PUSTAKA

38
1. Marcdante K, et al. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke enam.
Campak (RUBEOLA). Singapore: Elsevier, 2011. P.402-407.
2. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi &
Penyakit Tropis. Edisi I.Jakarta: Balai Penerbit FKUI

3. Gillespie, Stephen, Kathleen Bamford. 2009. At a Glance Mikrobiologi Medis


dan Infeksi. Edisi 3. Erlangga Medical Series

4. Brooks, Geo F, Janet S. Butel, et al. 2008. Jawetz, Melnick, and Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta: EGC

5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi
I. Jakarta: IDAI, 2004

6. Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, Herry Garna, et al. 2012. Buku Ajar


Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
7. Rampengan, T.H. 2007. Penyakit Infeksi Tropis pada Anak. Edisi 2.
Jakarta: EGC
8. Brooks, Geo F, Janet S. Butel, et al. 2008. Jawetz, Melnick, and Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta: EGC
9. Soegijanto, Soegeng, Harsono Salimo. 2011. Campak dalam Pedoman
Imunisasi Di Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia
10. Penyakit Tropik dan Infeksi Anak. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III
Jilid FKUI 2000.
11. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan
(eds) Textbook of Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia.
Saunders. p.2283 2298
12. Pudjiadi, Antonius H, Badriul Hegar, et al. 2009. Campak dalam Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI
13. World Health Organisation. 2008. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

39

Anda mungkin juga menyukai