Backup of Backup of Makalah Campak Bener
Backup of Backup of Makalah Campak Bener
Backup of Backup of Makalah Campak Bener
Morbili
Disusun oleh:
Keisha Nabila
030.12.140
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang selalu tercurah
dan segala keberkahan dan kemudahan yang selalu diberikan kepada peneliti.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Keisha Nabila
030.12.140
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita. Penyakit ini mudah
menular kepada anak anak sekitarnya, oleh karena itu, anak yang menderita
Campak harus diisolasi untuk mencegah penularan. Campak disebabkan oleh
kuman yang disebut Virus Morbili. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak
dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui
plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan
mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita
menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan
mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia
akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang
anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum
usia 1 tahun.1
Morbili / campak adalah penyakit akut yang disebabkan virus campak
yang sangat menular pada umumnya menyerang anak-anak. Menurut kriteria
diagnostiknya, ada 4 stadium campak meliputi stadium tunas, stadium prodormal /
kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Gejala klinis morbili meliputi
demam mencapai 400C, pilek, batuk, konjungtivitis, ruam erupsi makulopapular,
dan kopliks spot (merupakan tanda pathognomonis penyakit campak, bentuk
bintik tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, pada pertengahan di dapat
noda putih keabuan, mula-mula 2-6 bintik). 1,2
5
BAB II
LAPORAN KASUS
KASUS I
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. L Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 5 tahun 6 bulan 15 hari Suku Bangsa : Betawi
Tempat / tanggal lahir :Jakarta, 3 Oktober 2011 Agama : Islam
Alamat :Jl. Pejuang, Rt/RW 01/02 No. RM : 01087830
I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. H (Nenek Pasien)
Lokasi : Bangsal lantai VI Emerald Barat, kamar 6226
Tanggal / waktu : 18 April 2017, pukul 11.30 WIB
Tanggal masuk : 17 April 2016,pukul 11.00WIB
Keluhan utama : Demam sejak 5 hari SMRS
Keluhan tambahan : Ruam kemerahan diseluruh tubuh
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RS Budhi Asih dengan keluhan demam
sejak 5 hari SMRS. Demam timbul mendadak karena pada paginya ps
6
masih beraktivitas seperti biasa namun sorenya ps tiba-tiba demam dirasa
tinggi terus-menerus, Keluhan demam disertai batuk kering dan pilek sejak
5 hari SMRS. Nenek pasien mengatakan muncul ruam kemerahan sejak 2
hari SMRS disertai demam, mata merah dan berair. Nenek ps mengatakan
ruam awalnya dari wajah lalu menyebar ke seluruh tubuh. Ruam menyebar
dari leher lalu keseluruh tubuh disertai demam yang dirasa semakin tinggi.
Keluhan juga disertai mual disertai muntah dengan frekuensi 2 kali
sehari. Muntah berisi sisa makanan tanpa disertai ada darah. Muntah
dirasakan terjadi setiap Ps sehabis makan. Nafsu makan Ps juga berkurang.
Disertai adanya nyeri ulu hati. Keluhan BAB cair disangkal. BAK dalam
batas normal
Nenek pasien sempat membawa pasien berobat ke klinik lalu
diberikan obat penurun panas. Lalu oleh dokter di klinik, Ps dirujuk ke RS
Budhi Asih
7
penyakit paru (-), infeksi pada
kehamilan (-), asma (-).
Perawatan antenatal Rutin kontrol ke Puskesmas (selalu
datang sesuai anjuran bidan)
Tempat persalinan Puskesmas
Penolong persalinan Dokter
Spontan pervaginam
Cara persalinan
c. Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi I : 6bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 6 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 8 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 10 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : sesuai dengan usia,
tidak didapatkan keterlambatan dalam perkembangan.
d. Riwayat Makanan
8
Umur
ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(bulan)
02 ASI - - -
24 ASI - - -
46 ASI - - -
68 PASI + + +
8 10 PASI + + +
10 -12 PASI + + +
e. Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG 1 bulan
DPT / PT
Polio 0 bulan
Campak
Hepatitis 0 bulan
B
Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar tidak lengkap
f. Riwayat Keluarga
Corak Reproduksi
9
Tanggal lahir Jenis Lahir Mati Keterangan
No Hidup Abortus
(umur) kelamin mati (sebab) kesehatan
1 5 Tahun P + Sehat
2 3 Bulan p + Sehat
3 3 Bulan P + Sehat
Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. S Ny. C
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 34 32
Pendidikan terakhir - SMP
Agama Islam Islam
Suku bangsa Betawi, Indonesia Betawi, Indonesia
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada
Penyakit, bila ada Tidak ada Tidak ada
10
sampah depan rumah. Bak mandi tidak dikuras setiap minggu, tidak ada
kolam ikan di sekitar rumah, tidak ada penumpukan barang bekas di
sekitar rumah pasien, namun banyak nyamuk di dalam rumah. Keluarga
pasien tidak pernah menjalankan kegiatan PSN.
11
Nadi : 120x/ menit, kuat, isi cukup, equal kanan dan kiri,
regular
Nafas : 20x / menit, tipe torako-abdominal, kedalaman
normal (eupneu), irama teratur
Suhu : 38,2C axilla (diukur dengan thermometer digital
di axilla)
Status Generalis
KEPALA : Normocephali, deformitas (-), hematome (-), UUB sudah
menetup, cekung (-)
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tebal
WAJAH : Wajah simetris, tidak ada luka atau jaringan parut
MATA :Alis mata merata, madarosis (-), Bulu mata hitam, merata, trikiasis
TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang +/+ Membran timpani :sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahaya : sulit dinilai
Cairan : -/-
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung: -/-
Sekret : +/+ Deviasi septum :-
Mukosa hiperemis : -/- Konka eutrofi :+/+
12
hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-), PND (-)
LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran
tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak
teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di
tengah
THORAKS : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, deformitas
(- ),retraksi suprasternal
(-), retraksi intercostal (-), retraksi subcostal (-)
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis
sinistra.
Perkusi : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis
sinistra.
Batas kanan jantung : ICS III V linea sternalis dextra.
Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra.
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
PARU
Inspeksi
- Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada
pernapasan yang tertinggal, tipe pernapasan abdomino-torakal, retraksi
(-), tidak ditemukan efloresensi pada kulit dinding dada.
Palpasi
- Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri, vocal
fremitus sama kuat kanan dan kiri.
- Angulus costae 75o.
Perkusi
- Sonor di kedua lapang paru.
- Batas paru dan hepar di ICS VI linea midklavikularis dextra.
Auskultasi
- Suara napas vesikuler, reguler, ronkhi -/-, wheezing -/-.
ABDOMEN :
Inspeksi : Perut datar, Dijumpai adaya efloresensi pada kulit perut maupun
benjolan, roseola spot (-), kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-), ruam
makulopapular (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), turgor kulit baik.
Hepar tidak teraba, NT(-)
Lien tidak teraba NT (-)
13
Ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-.
Perkusi : Pekak pada regio kanan dan kiri atas abdomen, timpani pada
regio tengah atas serta seluruh bagian bawah abdomen
Auskultasi : Bising usus (+)3 kali / menit
14
NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biseps + +
Triceps + +
Patella + +
Achiles + +
Rangsang meningeal
Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Kerniq - -
Laseq - -
Brudzinski I - -
Brudzinski II - -
Hematokrit 40% 31 43
MCV 77,7 fL 72 88
MCH 25,4 pg 23 31
MCHC 32,7 g/ dL 32 36
15
RDW 14,0% < 14
IV. RESUME
Pasien seorang anak perempuan usia 5 Tahun datang ke UGD
RSUD Budhi Asih disebabkan oleh demam yang tidak kunjung turun sejak
5 Hari SMRS.Keluhan demam disertai batuk kering dan pilek sejak 5 hari
SMRS. Keluhan ini disertai muncul ruam kemerahan pada leher lalu seluruh
tubuh disertai mata kemerahan dan berair sejak 2 hari SMRS. Keluhan juga
disertai mual dan juga muntah setiap kali makan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien Tampak Sakit sedang
dengan kesadaran Compos Mentis dengan status gizi baik. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan Tekanan darah 90/60 mmHg, Suhu 38.2
C, Pernapasan 20 kali permenit, dan Nadi 120 kali permenit. Pada
pemeriksaan status generalis tampak ruam makulopapular pada seluruh
tubuh pasien. Dan terdapat nyeri tekan pada epigastrium.
Pada pemeriksaan Laboraturium hematologi didapatkan adanya
penurunan Trombosit yaitu sebesar 131.000 / L, dan terdapat leukopenia
sebesar 4,8rb
V. DIAGNOSIS BANDING
- Morbili
- Dengue Fever
- Eksantema Subitum
- German Measles
VI. DIAGNOSIS KERJA
- Morbili
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan darah rutin berkala
VII. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa:
Non-medikamentosa
1. Komunikasi, informasi, edukasi kepada orang tua pasien mengenai
keadaan pasien.
16
2. Observasi tanda vital
Medikamentosa
- IVFD KaEN IB 3cc/kgBB/Jam
- Paracetamol 4x200 mg
- Vitamin A 200.000 IU
- Ambroksol 3x1cth
IX PROGNOSIS
- Ad Vitam : Ad Bonam
- Ad Sanationam : Ad Bonam
- Ad Fungsionam : Ad bonam
Follow up
Tgl S O A P
17
18/4/ - Demam - Tampak Sakit Sedang, CM, BB= 16kg - Morbili - IVFD KaEN IB
- TD: 90/60mmHg, N: 120x/menit - Susp DF
2017 H-4(+) 3cc/kgBB/Jam
- S: 38,2C, RR:20 x/menit
Hari - Mual (+) - Paracetamol 4x200
- Normosefali
- Muntah (+
Pera- - Mata: ca -/-, si -/- mg
- Batuk(+)
- Mulut: sianosis -, kering-,pucat - - Vitamin A 200.000
wata - BAB (-) 4
- Thoraks: SNV, Wh-/-. Rh -/-; BJ 1&2
IU
n2 hari reg, M -, G -
SMRS - Abdomen: supel, BU +, NT
- Nafsu Epigastrium (+)
makan - Ekstremitas: hangat (-), CRT <2 detik
- Kulit : Tampak ruam makulopapular
berkurang
diseluruh badan
19/4/ - Demam - Tampak Sakit Sedang, CM, BB= 16kg - Morbili - Paracetamol 4x200
- TD: 100/60mmHg, N: 120x/menit
2017 H-5 (-) mg
- S: 37,5C, RR:20 x/menit
Hari - Ruam - Vitamin A 200.000
- Mata: ca -/-, si -/-
Pera- terlihat - Mulut: sianosis -, kering-,pucat +/+ IU
- Thoraks: SNV, Wh-/-. Rh -/-; BJ 1&2 - Periksa Lab darah
wata memudar
- Nafsu reg, M -, G - rutin
n3 - Abdomen: supel, BU +, NT - Pasien
Makan
Epigastrium (+) diperbolehkan
mulai - Ekstremitas: hangat(-), CRT <2 detik
pulang
bertambah - Kulit : Tampak ruam makulopapular
- Batuk (+) diseluruh badan sudah memudar
- Mual
namun masih terlihat di ekstremitas
Muntah bawah
(-) Hematologi darah (18/04/17)
- BAB (+), Hb/Ht/T/L/LED
11,9%/37%/180rb/3,0ribu/59mm/jam
konsistens
i padat
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola
(bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama
masern, Measles dalam bahasa Inggris. Morbili merupakan penyakit virus akut,
menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodromal ( kataral ),
stadium erupsi dan stadium konvalens.1
II. ETIOLOGI
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan
genus Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip
dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret
nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa
saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki
daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar
selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif
minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku,
minimal 4 minggu dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak
aktif pada pH rendah.2
Measles, virus RNA beruntai tunggal negative yang berenvelope,
merupakan anggota genus Morbilivirus dari family Paramyxoviridae. Hanya ada
satu serotype. Virus ini mengkode enam protein structural, termasuk dua
glikoprotein transmembran, fusi (F), dan hemaglutinin (H), yang memfasilitasi
perlekatan ke sel penjamu dan masuknya virus. Antibodi terhadap F dan H
bersifat memberikan perlindungan.3
19
Gambar 1. Morbilivirus
Genus Morbilivirus terdiri dari virus campak (rubeola) pada manusia dan
virus canine distemper, virus rindepest pada lembu, dan morbilivirus akuatik yang
menginfeksi mamalia laut. Virus virus tersebut secara antigen terkait satu sama
lain tetapi tidak dengan anggota genus lain. Protein F banyak terdapat pada
morbilivirus, sedangkan protein H menunjukkan variabilitas yang lebih luas. Virus
campak mempunyai hemaglutinin tapi tidak memiliki aktivitas neuramidase. Virus
campak menginduksi pembentukan inklusi intranuklear, sedangkan
paramiksovirus yang lain tidak 4
III. EPIDEMIOLOGI
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita
morbili akan mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur
4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang sehingga si bayi
dapat menderita morbili. Bila sang ibu belum pernah menderita menderita morbili
ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus,
bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia
mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak
dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati anak yang kemudian meninggal
sebelum usia 1 tahun5
20
IV. PATOFISIOLOGI
21
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed
hypersensztivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari
ke-14 sesudah awal infeksi dm pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi
pada kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T.
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian
dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan adanya antigen campak dan
diduga te rjadi suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan
saluran pemafasan memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu pneumonia
juga dapat terjadi, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang6
22
Gambar 2. Patofisiologi Morbili
23
V. STADIUM MORBILI
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak
Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada
mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau
4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis,
gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai
influenza.7
2. Stadium Erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi
adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum
dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau
eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula
eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.
Rasa gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen
dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.7
3. Stadium Konvalensi
24
VI. MANIFESTASI KLINIS
25
kemudian menghilang dalam 1-2 hari. Konjungtivitis umumnya disertai
fotofobia.8
Dua hari sebelum ruam timbul, gejala Kopliks spotyang merupakan tanda
patognomonis dari penyakit campak, dapat dideteksi. Lesi ini telah dideskripsikan
oleh Koplik (1896) sebagai suatu bintik berbentuk tidak teratur dan kecil
berwarna merah terang, pada pertengahannya didapatkan noda berwarna putih
keabuan. Timbulnya Kopliks spot hanya berlangsung sebentar kurang lebih 12
jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput pada waktu dilakukan
pemeriksaan klinis.9
Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya
demam. Ruam dimulai sebagai erupsi makulopapular eritematosa, dan mulai
timbul pada bagian atas samping leher, daerah belakang telinga, perbatasan
rambut di kepala dan meluas ke dahi. Kemudian menyebar ke bawah ke seluruh
muka dan leher dalam waktu 24 jam. Seterusnya menyebar ke ekstremitas atas,
dada, daerah perut dan punggung, mencapai kaki pada hari ketiga. Bagian yang
pertama kena mengandung lebih banyak lesi. Setelah tiga atau empat hari, lesi
tersebut berubah menjadi berwarna kecoklatan. Hal ini kemungkinan sebagai
akibat dari perdarahan kapiler, dan tidak memucat dengan penekanan. Dengan
menghilangnya ruam, timbul perubahan warna dari ruam menjadi berwarna
26
kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi
berupa sisik berwarna keputihan.9
VI. DIAGNOSIS
27
pemeriksaan sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan
pipi, dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang
bermanfestasi tidak khas disebut campak atipikal.1
Campak yang khas dapat didiagnosis berdasarkan latar belakang klinis,
diagnosis laboratorium mungkin diperlukan pada kasus campak atipikal dan
termodifikasi.5
1. Deteksi Antigen
Antigen campak dapat dideteksi langsung pada sel epitel dalam secret
repirasi dan urin. Antibodi terhadap nukleoprotein bermanfaat karena
merupakan protein virus yang paling banyak ditemukan pada sel terinfeksi
2. Isolasi dan Identifikasi virus
Apusan nasofaring dan konjungtiva, sampel darah, secret pernapasan, serta
urin yang diambil dari pasien selama masa demam merupakan sumber yang
sesuai untuk isolasi virus. Virus campak tumbuh lambat, efek sitopatik yang
khas (sel raksasa multinukleus yang mengandung badan inklusi intranuklear
dan intrasitoplasmik) terbentuk dalam 7-10 hari. Namun isolasi virus sulit
secara teknik.
3. Serologi
Pemastian infeksi campak secara serologis tergantung pada peningkatan
titer antbodi empat kali lipat antaraserum fase-akut dan fase konvalensi atau
terlihatnya antibody IgM spesifik campak di dalam spesimen serum tunggal
yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah awitan ruam. ELISA, uji HI dan
tes Nt semuanya dapat digunakan untuk mengukur antibodi campak, walaupun
ELISA merupakan metode yang paling praktis. Bagian utama respons imun
ditujukan untuk melawan nucleoprotein virus. Pasien dengan panensefalitis
sklerosa subakut menunjukkan respon antibodi yang berlebihan, dengan titer
10-100 kali lipat lebih tinggi dari peningkatan titer yang terlihat dalam serum
konvalensi yang khas.
28
VII. DIAGNOSA BANDING10
1. German Measles.
Penyakit ini lebih ringan daripada morbilli. Pada penyakit ini tidak ada
bercak koplik, demam ringan, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah
suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga. Ruam morbilli tampak
halus yang diawali pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang
dalam 3 hari serta kurang mencolok daripada ruam morbilli sebagaimana tingkat
demam dan keparahan penyakit.
2. Eksantema Subitum.
Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola infantum
(eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola infantum
tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus
cenderung untuk kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana tingkat
demam dan keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak infeksi
ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat.
Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanya
membantu mengenali penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia
dapat disertai dengan ruam yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi batuk
dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas
purpura petekie. Ruam papuler halus difus pada demam skarlet dengan susunan
daging angsa di atas dasar eritematosa relatif mudah dibedakan.
VIII. KOMPLIKASI6
A. Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas,
yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan
distres pemafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan
membaik dan gejala akan menghilang.
29
B. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri.
Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah
halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan
menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjutsampai beberapa hari lagi.
Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas
masih term berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang
telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran
infiltratpada foto thorax dan adanya leukositosis dapay mempertegas diagnosis.
C. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umurnnya pada puncak demam
saat ruam keluar. Kejang dalam ha1 ini diklasifikasikansebagai kejang demam.
D. Ensefalitis
Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita
campak atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus
campak hidup, pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif
dan sebagai Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Angka kejadian
ensefalitis setelah infeksi campak adalah 1 : 1.000 kasus, sedangkan ensefalitis
setelah vaksinasi dengan virus campak hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.
SSPE jarang terjadi hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah
infeksi dimana lebih dari 50% kasus-kasus SSPE pernah menderita campak pada
2 tahun pertama umur kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti
bahwa virus campak memegang peranan dalam patogenesisnya. SSPE yang
terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.
E. Otitis Media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak.
Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika
terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan
tejadi otitis media purulenta. Dapat pula terjadi mastoiditis.
30
F. Enteritis
Beberapa anak yang mengalami campak mengalami muntah dan mencret
pada fase prodromal. Keadaan ini disebabkan oleh invasi virus ke sel mukoasa
usus
G. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjunghvitis,yang ditandai
dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan
fotofobia. Kadang-kadang terjadiinfeksi sekunder oleh bakteri.Virus campak atau
antigemya dapat dideteksi pada lesikonjungtiva pada hari-hari pertama
sakit.Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-
oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan. Dapat pula timbul ulkus kornea.
IX. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi
infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan
vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit
untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan
epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna
untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.11
Indikasi rawat inap (di ruang isolasi) bila hiperpireksia (suhu >39,0C),
dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya komplikasi.12
1. Tatalaksana campak tanpa komplikasi9
Pada umumnya tidak memerlukan indikasi rawat inap
Terapi vitamin A
Berikan 50.000 IU (jika umur anak < 6 bulan), 100.000 IU (usia 6-
11 bulan), atau 200.000 IU (usia 12 bulan 5 tahun) diberikan secara
oral pada semua anak. Jika anak menunjukkan gejala pada mata akibat
kekurangan vitamin A atau dalam keadaan gizi buruk, vitamin A
diberikan 3 kali (hari 1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah dosis kedua).
Perawatan penunjang
31
Jika demam beri paracetamol. Berikan dukungan nutrisi dan cairan
sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu, untuk konjungtivitis ringan
dengan cairan mata yang jernih, tidak perlu diberikan pengobatan. Jika
mata bernanah, bersihkan mata dengan kain katun yang telah direbus
dalam air mendidih, atau lap bersih yang direndam dalam air bersih.
Oleskan salep mata kloramfenikol atau tetrasiklin, 3 kali sehari selama
7 hari. Jangan menggunakan salep steroid. Kemudian jaga kebersihan
mulut, beri obat kumur antiseptic bila pasien dapat berkumur.
Kunjungan ulang
Minta ibu untuk segera membawa anaknya kembali dalam waktu
dua hari untuk melihat apakah luka pada mulut dan sakit mata anak
sembuh, atau apabila terdapat tanda bahaya.
2. Tatalaksana campak dengan komplikasi1
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk
mengatasi penyulit yang timbul, yaitu :
Bronkopneumonia
Diberikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam dosis
intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari
intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien
dapat minum obat peroral. Antibiotik diberikan tiga hari demam reda.
Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberkulin dilakukan
setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) karena uji
tuberkulin biasanya negatif pada saat anak menderita campak.
Gangguan reaksi delayed hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-
T yang terganggu fungsinya.
Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian
cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis +
dehidrasi.
Otitis media
Seringkali disebabkan oleh infeksi sekunder, sehingga perlu
diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis).
32
Ensefalopati
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk
mengurangi edema otak, disamping pemberian kortikosteroid. Perlu
dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
X. PENCEGAHAN
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada
bayi berumur 9 bulan atau lebih.1
Imunisasi Campak
Tahun 1954, Peenles dan Enders pertama kali berhasil
mengembangbiakkan virus campak pada kultur jaringan. Virus campak tersebut
berasal dari darah kasus campak bernama David Edmoston. Saat ini ada beberapa
macam vaksin campak : (1) monovalen, (2) kombinasi vaksin campak dengan
vaksin Rubela (MR), (3) kombinasi dengan mumps dan rubella (MMR), (4)
kombinasi dengan mumps, rubella, dan varisela (MMRV).7
Di Indonesia, sejak tahun 2004 imunisasi campak juga diberikan 2 kali,
yang pertama pada umur 9 bulan dan yang kedua pada program BIAS pada umur
6-7 tahun. Imunisasi tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan
imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau
transplantasi organ, pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak
immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa
imunosupresi dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat
imunisasi campak. 7
33
XI. PROGNOSIS
Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai
dengan penyulit maka prognosisnya baik. Baik pada anak dengan keadaan umum
yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang
menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi.
Pada anak yang sehat, mortalitas jarang terjadi kecuali pada pasien
immunocompromised (HIV) atau pada malnutrisi, terutama defisiensi vitamin A.
mortalitas tertinggi didapat pada anak berusia dibawah 2 tahun.4
BAB IV
ANALISIS KASUS
34
pasien juga melaporkan bahwa terdapat penurunan nafsu makan. Dan juga nyeri
ulu hati
Demam yang dialami oleh pasien sifatnya mendadak, karena pada pagi
harinya pasien masih beraktifitas seperti biasa, tetapi malamnya tiba-tiba pasien
demam. Demam yang terjadi tiba-tiba dan suhunya langsung tinggi merupakan
salah satu ciri dari infeksi virus.
Ruam yang terdapat pada pasien merupakan ruam yang berbentuk makula
dan papula, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini menderita
penyakit eksantema dengan gambaran eritema makulopapular. Penyakit
eksantema dengan efloresensi eritema makulopapular dibagi menjadi dua, yaitu
ruam makulopapular yang terdistribusi sentral dan ruam makulopapular yang
terdistribusi perifer. penyakit eksantema makulopapular yang terdisribusi sentral
adalah penyakit eksantema dimana ruam muncul mulai dari daerah kepala, leher,
kemudian menyebar ke seluruh tubuh atau menyebar ke perifer. Sedangakan
penyakit eksantema dengan erupsi makulopapular yang terdistribusi perifer
adalah penyakit eksantema dimana ruamnya ada di telapak tangan, telapak kaki,
lutut, dan siku. Ruam pada pasien ini diakui dimulai dari wajah , kemudian
meluas ke dada dan lengan atas, yang pada akhirnya ruam semakin menjalar ke
bagian perifer tubuh (tangan dan kaki). Dari hal ini, disimpulkan bahwa pasien
menderita penyakit eksantema dengan ruam makulopapular yang terdistribusi
35
sentral. Penyakit yang memberikan gambaran eksantema makulopapular dengan
distribusi diantaranya adalah morbili, rubella, dan roseola
Selain demam dan ruam, pasien juga mengeluhkan adanya, batuk kering,
pilek, mata merah, berair, Gejala-gejala penyerta ini cocok dengan gambaran
morbili dan rubella.
36
BAB V
KESIMPULAN
37
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai
dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau
demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi.
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili
paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam,
ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus
campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biak pada epitel
nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga
kemungkinan melalui kelenjar air mata.
Penatalaksanaan pada morbili meliputi Pemberian vitamin A, Istirahat
baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik,Pemberian antibiotik pada
anak-anak memiliki komplikasi ,Pemberian obat batuk dan pilek.
Komplikasi morbili meliputi otitis media akut, Pneumonia /
bronkopneumoni, Enteritis, Latingitis akut, Konjungtivitis, Ensefalitis
DAFTAR PUSTAKA
38
1. Marcdante K, et al. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke enam.
Campak (RUBEOLA). Singapore: Elsevier, 2011. P.402-407.
2. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi &
Penyakit Tropis. Edisi I.Jakarta: Balai Penerbit FKUI
4. Brooks, Geo F, Janet S. Butel, et al. 2008. Jawetz, Melnick, and Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta: EGC
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi
I. Jakarta: IDAI, 2004
39