Definisi
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata jatuh di depan
retina pada mata yang istirahat (tanpa akomodasi). Gambaran kelainan pemfokusan cahaya di
retina pada miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan didepan retina.
Klasifikasi Miopia
o Miopia aksial, dimana diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari
normal.
o Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
o Miopia maligna, yaitu keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
o Miopia refraktif adalah bertambahnya indeks bias media penglihatan, seperti pada
katarak.
o Miopia aksial adalah akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang normal.
- Kongenital
- Infantil
- Yuvenil
6. Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologi yang timbul pada mata, maka
miopia dibagi atas (Ilyas, 2003) :
o Miopia simple
o Miopia patologi
Etiologi Miopia
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan, herediter, kerja dekat
yang berlebihan dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan vitamin)
(Desvianita cit Slone, 1997).
Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar yang masuk ke
dalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia tanpa koreksi melihat ke
objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan mencapai retina sehingga bayangan menjadi kabur.
Ada dua penyebab yaitu : daya refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang (Hoolwich,
1993).
Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah bayangan jatuh di depan
retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab dari miopia aksial adalah
perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat secara kongenital pada waktu awal
kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila karena peningkatan kurvatura kornea atau lensa,
kelainan ini disebut miopia kurvatura (desvianita cit Slone, 1997).
2. Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan tekanan yang
dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari posisi tubuh yang
membungkuk.
3. Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang berlebihan
(Desvianita cit Perera, 1997).
Peningkatan kurvatura kornea dapat ditemukan pada keratokonus yaitu kelainan pada bentuk
kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa) terjadi miopia karena lensa bertambah
cembung atau akibat bertambah padatnya inti lensa ( Desvianita cit Slone, 1997).
Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal, misalnya akibat kadar gula
yang tinggi dalam cairan mata (diabetes mellitus) atau kadar protein yang meninggi pada
peradangan mata. Miopia bias juga terjadi akibat spasme berkepanjangan dari otot siliaris
(spasme akomodatif), misalnya akibat terlalu lama melihat objek yang dekat. Keadaan ini
menimbulkan kelainan yang disebut pseudo miopia (Sastradiwiria, 1989).
PATOFISIOLOGI
Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk panjangnya
bola mata akibat :
1.Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang lebih panjang,
bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial
2.Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa
mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia kurvatura/refraktif
3.Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus. Kondisi ini disebut
miopia indeks
4. Miopi karena perubahan posisi lensa
Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi glaucoma
Sebahagian kasus-kasus miopia dapat diketahui dengan adanya kelainan pada jarak pandang.
Pada tingkat ringan, kelainan baru dapat diketahui bila penderita telah diperiksa (Desvianita cit
Adler, 1997).
Gejala subjektif :
1. Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia
hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan penglihatan kabur bila
melihat objek jauh.
2. Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopianya dapat
disembuhkan.
3. Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan
efek pinhole agar dapat melihat dengan lebih jelas.
4. Penderita miopia biasanya suka membaca, sebab mudah melakukannya tanpa usaha
akomodasi (Slone, 1979).
Gejala objektif :
1. Miopia simple :
o Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang bola mata ditemukan agak menonjol.
o Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen miopia yang ringan disekitar papil saraf optik.
o Miopia Patologi :
Korpus vitreum
Makula
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
Masalah Keperawatan
Refraksi Subyektif
Metoda trial and error
Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula
( zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior
lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus.
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air
dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus
lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,
serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan
menjadi kurang elastik.
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat
nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa
Fisiologi lensa
Refraksi Obyektif
a.Retinoskopi : dengan lensa kerja +2.00 pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak
berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian dikoreksi
dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi
b.Autorefraktometer (komputer)
PENATALAKSANAAN
1.Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis negatif terlemah yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik
2.Lensa kontak
Untuk : anisometropia
Myopia tinggi
3.Bedah refrakstif
a. bedah refraktif kornea : tindakan untuk mengubah kurvatura permukaan anterior kornea
( Excimer laser, operasi lasik )
b. bedah refraktif lensa : tindakan ekstraksi lensa jernih, biasanya diikuti dengan implantasi
lensa intraokuler
> NIC
> NOC
2. Citra tubuh: Persepsi positif terhadap penampilan diri dan fungsi tubuh
3. Penghematan energi: Tingkat pengelolaan energy secara aktif untuk melakukan dan
mempertahankan aktifitas.
Cara optik
Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini tetap
ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan
permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua
pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata mempunyai
indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi
berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah
yang berperan penting.
2.4EVALUASI
1)Menyatakan penerimaan diri sehubungan dengan perubahan sensori
2)Mampu memakai metode koping untuk menghilang ansietas
3)Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
2. Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan tenaga laser untuk
mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.
3. Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian dikurangi
kecembungannya dan dilengketkan kembali.
4. Epiratopati yaitu operasi dengan melakukan penjahitan keratolens yang sesuai dengan
koreksi refraksi ke kornea penderita yang telah di buang epitelnya.
Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan kekurangan, oleh karena itu para ahli
mencoba untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan tersebut dengan jalan
mengambil lensa mata yang masih jernih (clear lens extraction/CLE).
Lasik (Laser Assisted Insitu Keratosmileusis) adalah salah satu teknik tindakan bedah refraksi
yang menggunakan laser sebagai alat bantu koreksi kelainan refraksi (pembiasan) pada miopia,
hipermetropia, dan astigmatis
Lasik (Laser Assisted Insitu Keratosmileusis) adalah prosedur yang mengubah bentuk kornea
secara permanen, mencakup hingga bagian depan mata dengan menggunakan excimer laser
Step 1
Step 2
- Proses ini menghasikan suatu penutup parsial di dalam kornea mata dengan
ketebalan yang sama.
- Penutup diciptakan dengan meninggalkan sebagian dari kornea mata belum
dipangkas untuk menyediakan suatu engsel.
Lasik (Laser Assisted in SItu Keratomileusis)
Step 3:
Penutup cornea dibalik/dibuka sehingga bagian kornea mata dapat terlihat
dengan jelas
Step 4:
Step 5:
Lasik 1
Lasik meggunakan Laser dalam alat yang disebut ultraviolet excimer laser
alat ini menggunakan panjang gelombang () 193 nm dalam pembedahan
lasik. Sehingga energi yang di emisikan sebesar:
E = hf = hc/
Lasik 2
Testimonial equipment:
Pulsa/frekuensi 10 / 250 Hz