Anda di halaman 1dari 11

Orasi Bisnis Edisi ke-2

PENTINGNYA PENINGKATAN SOFT SKILL


DALAM LINGKUNGAN KERJA

Esya Alhadi
Administrasi Niaga - Politeknik Negeri Sriwijaya

Abstract
Business world requires a person with good hard skill and soft skill. The skill is one of
the skills which gained in education world. Education world has a big responsibility for
creating or traning the soft skill of th students, because someones success in business
world in 80 % determined by the ability to manage self and others (soft skill). In working
environment a person can not work by himself, a work relates to another work forming a
team work. The team will be operated properly if there is a responsibility among
employess, respect others, able to communicate with others, honest, discipline, and
willing to share the knowledge to co-worker. To create the students soft skill, a lectures
roles is very important; such as designing learning process, so the students can train
their soft skill indirectly. Also, the lectures attitude can be a good model for their
students.

Keywords : soft skill, hard skills, working environtment

PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu perusahaan
sangat tergantung kepada kemampuan
dan keterampilan karyawan yang ada
dalam perusahaan tersebut, dengan
pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki, karyawan akan menyerahkan
seluruh kemampuannya untuk
melaksanakan pekerjaan dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan.
Sehingga rata-rata perusahaan yang
akan menerima karyawan baru, selalu
melakukan test mengenai kemampuan
pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pelamar. Hal ini jelas dilakukan karena
tidak ada perusahaan yang mau menerima karyawan yang tidak memiliki keterampilan
apapun.
Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan sangat diperlukan dalam
bidang kerja. Keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki dapat membuat karyawan
tersebut bekerja dengan cepat, kreatif, inovatif. Kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki tidak saja yang bersifat hard skill tetapi juga yang bersifat soft skill. Perpaduan
hard soft dan soft skill yang dimiliki seseorang sangat diperlukan dalam dunia kerja. Soft
skill yang dimilikinya dapat membantunya mudah bergaul dalam lingkungan kerja,
karena kejujuran, rasa tanggung jawab, disiplin, percaya diri yang dimiliki seseorang
dengan sendirinya akan memudahkan orang tersebut diterima di lingkungan kerja. Secara
tidak langsungpun akan memudahkan orang tersebut mengembangkan hard skill yang
dimilikinya, karena dia merasa lingkungan kerja sangat kondusif.

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN


ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
45
Orasi Bisnis Edisi ke-2

Karyawan yang bekerja dalam


perusahaan tidak bekerja sendiri, mereka
memerlukan bantuan teman kerja lainnya dalam
istilah lain dalam bekerja untuk mencapai tujuan
perusahaan sangat diperlukan adanya tim kerja.
Tim kerja ini dapat dimulai dari tim kerja yang
kecil yaitu bagian-bagian dalam perusahaan.
Tim kerja yang kecil tersebut akan membentuk
suatu tim kerja besar untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam mewujudkan visi dan misi
perusahaan. Apalagi bekerja dalam suatu tim,
keberhasilan suatu tim kerja selain sangat
tergantung dari kesamaan persepsi mengenai
tujuan yang akan dicapai, kemampuan dan keahlian yang dimiliki tim dan yang tidak
kalah pentingnya yaitu kemampuan kerja sama antar tim, kemampuan komunikasi,
bertanggung jawab, percaya diri, kemampuan memimpin, disiplin dan lain-lain yang ada
dalam diri karyawan yang dikenal dengan istilah soft skill. Seperti yang diungkapkan
oleh Admin (2008) dalam artikel dan opini dengan judul Antara Hard Skill dan Soft Skill.
Dalam artikel tersebut diungkapkan bahwa Berdasarkan penelitian di Harvard University
Amerika Serikat menyatakan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata
oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan
hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Sudah
selayaknya setiap dunia pendidikan sekarang ini agar mempersiapkan anak didiknya
untuk bersaing di pasar tenaga kerja dengan bekal keterampilan soft skill.
Menurut Nofieiman (2006) bahwa yang mempengaruhi mutu lulusan adalah:
1. Kualitas input
2. Kualitas dan kuantitas dosen
3. Sistem penilaian
4. Teaching materials
5. Kualitas sarana prasarana
6. Kerjasama

Suatu Perguruan Tinggi yang


memiliki unsur diatas, diharapkan dapat
membekali lulusannya dengan hard skill dan
soft skill, sehingga dapat menjawab
tantangan pasar kerja. Pada saat lulusan
tersebut benar-benar terjun didunia kerja,
baik sebagai pekerja maupun berwirausaha,
maka dengan bekal selama kuliah, mereka
akan dapat mengembangkan/meningkatkan
soft skill mereka dengan lebih baik. Pada
saat bekerja inilah mungkin baru disadari
bahwa kemampuan mengolah diri dan orang
lain (soft skill) sangat diperlukan.
Apabila kita tilik proses pengajaran yang ada sekarang ini terutama di Jurusan
Administrasi Niaga Politeknik Negeri Sriwijaya, dalam proses belajar setiap mata
kuliahnya sudah dirancang untuk membekali mahasiswanya dengan keterampilan baik
hard skill maupun soft skill. Tetapi sangat disayangkan, mungkin tenaga pengajarnya

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN


ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
46
Orasi Bisnis Edisi ke-2

kurang fokus melatih soft skill mahasiswanya. Sebagian besar mahasiswa dituntut untuk
menunjukkan kemampuan hard skillnya dibandingkan soft skill, padahal Jurusan
Administrasi Niaga Politeknik Negeri Sriwijaya setiap mata kuliahnya memiliki
laboratorium untuk melatih soft skill mahasiswa. Menurut laporan World
Competitiveness Yearbook (2004), tingkat daya saing sumber daya manusia di Indonesia
di lingkungan regional ASEAN berada paling bawah. Salah satu alasannya, menurut
Suprayitno (2007), adalah karena model pendidikan pada perguruan tinggi umumnya
masih fokus pada keterampilan teknis, hard skills (90%) dibandingkan pengembangan
soft skills (10%). Sementara itu, National Association of Colleges and Employers
(NACE) pada 2005 melaporkan bahwa pada umumnya para pengguna lulusan
membutuhkan keahlian kerja berupa soft skills 82 persen dan hard skills 18 persen.
(Abdurachman, 2007).
Seperti yang dikemukakan oleh
Nofieiman (2006) bahwa masalah umum
yang terjadi adalah:
1. Komunikasi efektif, Kebanyakan
kegiatan perkuliahan cenderung
dilakukan secara satu arah. Akibat
laten yang lebih parah, mahasiswa
jadi minim dalam kemampuan
komunikasi karena tidak bisa
bertanya, berinteraksi dengan dosen,
melakukan presentasi, diskusi
kelompok, atau adu argumen.
2. Kepercayaan diri, Sudah banyak
dosen yang mengelukan rendahnya
kepercayaan diri mahasiswa, baik itu
kepercayaan diri secara umum, teknis, analisis, komunikasi, maupun kepercayaan diri
dalam bidang lainnya. Contoh: Mahasiswa malas untuk bertanya/ kontribusi pada
diskusi kelas. Sementara ketika ditanya apa mereka sudah faham dengan materi
kuliahnya, lagi-lagi tidak ada yang menjawab, kalau sudah begini sulit sekali
membangkitkan kepercayaan diri ketika mereka berada didunia kerja.
3. Leadership, Mahasiswa yang pernah terlibat dalam organisasi kemahasiswaan sedikit
beruntung karena memiliki tempat untuk mengembangkan kemampuan leadership
tersebut. Dunia kerja kini tidak lagi menuntut kinerja individual yang superior, tetapi
lebih dari itu, kemampuan leadership dan team work yang mumpuni.
4. Presentasi dan kemampuan meyakinkan orang lain, Dalam dunia kerja,
kemampuan presentasi, pitching, dan meyakinkan orang lain adalah Skill yang mutlak
diperlukan. Sayangnya, tidak semua kegiatan perkuliahan memfasilitasi
mahasiswanya untuk melakukan presentasi, Sebagian mahasiswa memang terlatih
dengan mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Namun jumlahnya tentu tidak seberapa
dibandingkan jumlah seluruh mahasiswa yang ada.
5. Keberanian dan etika, Sudah jadi rahasia umum kalau lulusan kita sering sungkan
dalam mengambil keputusan berdasar sound business practice, coprorate goverment,
regulasi yang berlaku, cost-benefit analysis, project management, dan variabel lainya.
Namun ada juga sebagian lulusan yang terlalu berani menembus batas etika bisnis
maupun etika profesi yang seharusnya menjadi pegangan. Etika mutlak diperlukan
agar kemampuan yang dimiliki tidak digunakan untuk hal-hal yang bertentangan
dengan moral dan hukum.

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN


ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
47
Orasi Bisnis Edisi ke-2

Begitu juga menurut Irma (2009) bahwa Ada kecenderungan apa yang diberikan
di bangku kuliah tidak sepenuhnya serasi dengan kebutuhan di lapangan kerja. Sebagian
besar menu yang disajikan, boleh dibilang berupa keterampilan keras (hard skill).
Padahal bukti-bukti menunjukkan penentu kesuksesan justru kebanyakan adalah keahlian
yang tergolong lunak (soft skill). Pada tulisan ini, penulis ingin mengangkat uraian
mengenai mengapa soft skill sangat diperlukan di dunia kerja dan bagaimana membentuk
soft skill dalam diri seorang mahasiswa.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Soft Skill
Soft skill merupakan kesadaran
yang membuat seseorang termotivasi dan
pantang menyerah sehingga bisa
menempatkan diri ditengah orang lain
secara proporsional (Duta masyarakat,
2009)
Pengertian lain dari soft skill
menurut Gardner dalam Ikhsan (2009)
adalah kemampuan di luar kemampuan
teknis dan akademis, yang lebih
mengutamakan kemampuan intra dan
interpersonal. Kecerdasan intrapersonal
(intrapersonal intelligence) adalah
kemampuan memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang
diri. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan
berani.
Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) adalah kemampuan untuk
mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen
orang lain. Kepekaan dan ekspresi wajah, suara dan gerak tubuh orang lain (isyarat), dan
kemampuan untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain .

Penggolongan Soft Skill


Pada dasarnya soft skill terbagi menjadi 2 jenis yaitu: (Putri, 2007)
Kualitas Personal:
Dapat bertanggung jawab
Kepercayaan diri
Mampu bersosialisasi
Mampu mengatur diri sendiri (Self-management)
Integritas/kejujuran
Interpersonal Skill:
Leadership (kepemimpinan)
Kemampuan bernegosiasi
Mampu bekerja sama dalam tim
Mau berbagi ilmu dengan orang lain
Dapat melayani klien/pelanggan

Menurut Ikhsan dalam Wiratna (2008) mengatakan bahwa soft skill yang perlu
diasah dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori, yaitu:
1. Keterampilan komunikasi lisan dan tulisan (Communication skills)

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN


ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
48
Orasi Bisnis Edisi ke-2

2. Keterampilan berorganisasi (Organizational skills)


3. Kepemimpinan (Leadership)
4. Kemampuan berpikir kreatif dan logis (Logic and creative)
5. Ketahanan menghadapi tekanan (Effort)
6. Kerja sama tim dan interpersonal (group skills) dan etika kerja (ethics)

Menurut Murphy dan Peck dalam Dinata (2008) bahwa ada 8 anak tangga yang harus
dilewati dalam mengantarkan seseorang menuju puncak kesuksesan, yaitu:
1. Kemauan kerja keras (Capacity for hand work), Sikap kerja keras ini harus
dimiliki oleh setiap wirausahawan. Dalam hal ini, unsur disiplin memainkan
peranan penting. Karena bagaimana orang mau bekerja keras jika disiplin tidak
ada.
2. Mampu bekerjasama dengan orang lain (Getting things done with and through
people), Setiap wirausahawan, hendaknya mampu memanfaatkan potensi orang
lain yang ada disekitarnya. Untuk itu, perbanyak teman dengan orang-orang
dibawah kita (mungkin sebagai anak buah) atau orang diatas kita (mungkin
sebagai majikan).
3. Penampilan yang baik (Good appearance), Seorang wirausahawan bukan semata-
mata berarti penampilann body face. Akan tetapi lebih ditekankan pada
penampilan perilaku jujur dan disiplin.
4. Keyakinan diri (Self confidence) , Hidup berwirausaha haru memiliki keyakinan
diri bahwa kita akan sukses melakukan suatu usaha, jangan ragu lagi bimbang.
5. Pandai membuat keputusan (Making sound decision), Dalam berwirausaha, kita
tentu akan dihadapkan pada berbagai alternatif, harus memilih, maka langkah
yang dapat anda lakukan adalah membuat pertimbangan yang matang.
6. Pendidikan (College education), Untuk menjadi wirausahawan sukses ialah
kegemaran untuk selalu menambah ilmu pengetahuan.
7. Ambisi untuk maju (Ambition drive), Ambisi yang proporsional merupakan
sesuatu sikap positif yanhg perlu dimiliki bagi para wirausahawan yang ingin
sukses. Roh ambisi ini akan melahirkan orang-orang yang gigih dalam mengeluti
pekerjaan dan tantangan.
8. Pandai berkomunikasi (Ambility to communicate), Seorang wirausahawan harus
selalu membangun kepandaian dalam bekomunikasi. Pandai berkomunikasi
berarti pandai mengorganisasikan buah pikiran ke dalam bentuk ucapan yang
jelas, tutur kata yang enak, dan mampu menarik perhatian orang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas, ternyata bahwa peran soft skills sangat penting
untuk kesuksesan seseorang diantaranya: kemauan kerja keras, mampu bekerja sama,
penampilan yang baik, keyakinan diri, ambisi untuk maju, pandai berkomunikasi.

PEMBAHASAN
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah berhenti dari usaha untuk memenuhi
kebutuhannya. Jika suatu kebutuhan sudah terpenuhi, maka akan timbul kebutuhan
lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh A.H. Maslow, bahwa pada
dasarnya kebutuhan manusia itu digolongkan atas lima macam kebutuhan yaitu: (Zainun,
1989)

1. Kebutuhan-kebutuhan dasar manusia sehari-hari untuk makan, minum,


berpakaian, bertempat tinggal, bercampur dan kebutuhan-kebutuhan yang
tergolong kebutuhan fisik lainnya (physical needs);

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN


ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
49
Orasi Bisnis Edisi ke-2

2. Kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan atau


perlindungan diri ancaman-ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup
dan kehidupannya dengan segala aspeknya (safety needs);
3. Kebutuhan-kebutuhan untuk disukai dan menyukai, disenangi dan menyenangi,
dicintai dan mencintai, kebutuhan untuk bergaul, berkelompok, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, menjadi anggota dari kelompok pergaulan yang lebih
besar (social needs);
4. Kebutuhan-kebutuhan untuk memeperoleh kehormatan, penghormatan, pujian,
penghargaan dan pengakuan (the needs for esteems);
5. Kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan, keagungan, kekaguman
dan kemasyhuran sebagai seorang yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi
bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa (the needs for self actualizatiosin).

Kebutuhan sosial dapat


terpenuhi, jika karyawan mampu
meningkatkan soft skill dalam dirinya
di lingkungan kerja. Kebutuhan akan
diterimanya diri dalam lingkungan
misalnya lingkungan kerja tidaklah
mudah semudah membalikkan telapak
tangan. Tetapi apabila seseorang itu
mampu meleburkan diri dalam
lingkungannya akan memudahkan
orang tersebut diterima di lingkungan
kerjanya, untuk itu seseorang
karyawan haruslah memiliki
keterampilan terutama yaitu soft skill
disamping hard skill. Dengan soft skill, seseorang dalam bergaul dengan rekan kerja,
dalam urusan kerja dilakukan dengan pendekatan hati nurani (kekeluargaan) dalam arti,
saling menghargai hak-hak orang lain, saling memberikan masukan atas kekurangan
rekan kerja, mampu menerima kritikan dari rekan kerja. Sehingga suasana kerja diraskan
sangat meyenangkan. Suasana yang menyenangkan dalam lingkungan kerja akan
berdampak positif bagi karyawan. Karyawan akan mudah dan leluasa untuk menuangkan
ide/pemikirannya. Suasana ini hendaknya juga terus diciptakan oleh pemimpinb
perusahaan yang ada. Pemimpin bisa menciptakan suasana seperti ini, jika pimpinan
tersebut dapat menerapkan gaya kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan
transformasional adalah Pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan
intelektual yang diindividukan dan yang memiliki kharisma (Robbins, 2002). Pada gaya
kepemimpinan ini, seorang pemimpin haruslah mampu melakukan pendekatan kepada
karyawan, sehingga karyawan menjadikan pimpinannya sebagai sumber inspirasi, dapat
membangkitkan rangsangan intelektual (menggalakkan kercerdasan, rasionalitas, dan
pemecahan masalah yang teliti). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Zainun (1989) bahwa terpenuhinya kebutuhan tingkat ke tiga ini (kebutuhan sosial) akan
berpengaruh terhadap hubungan manusia dalam pekerjaan. Seseorang pekerja akan
disiplin bekerja dan merasa senang pergi ke tempat kerja.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kita dalam dunia kerja akan bekerja dengan banyak
orang, tidak mungkin bisa bekerja sendiri. Tujuan, visi, misi perusahaan tidak bisa
dicapai sendiri tanpa bantuan teman kerja. Untuk bisa bekerja sama inilah sangat
dibutuhkan fungsi soft skill yang besar. Seandainya seseorang tersebut memiliki ide
tertentu tentang pekerjaannya karena kemampuan hard skill yang dimilikinya, akan sia-

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN


ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
50
Orasi Bisnis Edisi ke-2

sia jika dia tidak mampu untuk


mengkomunikasikan, berbagi idenya
kepada rekan kerja ataupun percaya
diri dengan apa yang dikerjakannya.
Mengkomunikasikan sesuatu
berarti kita ingin menyampaikan
informasi kepada pihak lain. Suatu
komunikasi akan berhasil jika
pemberi informasi dapat
menyampaikan informasinya secara
baik, sehingga penerima informasi
dapat memahami dan mempunyai pemahaman yang sama dengan pemberi informasi.
Keterampilan komunikasi yang dimiliki seseorang akan sangat membantunya untuk
menyampaikan ide yang dimilikinya dalam menyelesaikan pekerjaan, jika tidak memiliki
keterampilan tersebut, maka ide-ide yang dimiliki akan terbuang sia-sia. Seperti yang
dikemukakan oleh Mangkuprawira (2008) bahwa berbagai hasil studi tentang kebutuhan
perusahaan akan karyawan profesional adalah pentingnya segi kemampuan dalam
berkomunikasi. Alasannya, kemampuan komunikasi sangat penting ketika seorang
karyawan harus mampu menterjemahkan apa yang dikehendaki pimpinan, mampu
menyampaikan gagasan-gagasannya dengan gamblang, mampu membuat surat bisnis,
dan mampu membangun komunikasi positif dengan atasan dan sesama karyawan.
Bahkan perusahaan yang sangat aktif membangun jejaring bisnisnya, kemampuan
karyawan profesional dalam berkomunikasi (negosiasi) bisnis dengan pihak rekanan
sangat dibutuhkan.
Begitu juga jika kedudukan seseorang sudah berada pada tingkat yang lebih
tinggi (top management atau middle management), maka keterampilan ini lebih besar
diperlukan.
Seorang pemimpin mempunyai tugas untuk mengkoordinir karyawan,
memotivasi karyawan, mensosialisasikan rencana-rencana yang akan dijalankan dan lain-
lain. Untuk itu pimpinan haruslah mampu mengkomunikasikan rencana yang akan
dijalankan, agar semua pihak paham akan persiapan yang akan dilakukan untuk
merealisasikan rencana tersebut. Kemampuan komunikasi juga dituntut untuk seorang
pimpinan dalam memotivasi karyawan. Salah satu cara memotivasi karyawan adalah
dengan melakukan pendekatan kepada karyawan misalnya memberikan nasehat,
memberikan masukan-masukan berupa cara terbaik dalam melaksanakan pekerjaan,
melibatkan karyawan mengambil keputusan, berdiskusi dengan karyawan untuk
membangkitkan rasa intelektualitas karyawan, dan lain-lain. Pendekatan yang dilakukan
seperti ini, akan membuat karyawan merasa diperhatikan, diakui sebagai bagian dari
organisasi, dihargai pendapatnya, sehingga apapun keputusan yang diambil akan diakui
sebagai keputusan bersama, karena mereka dilibatkan dalam mengambil keputusan dan
mereka jelas akan mendukung keputusan tersebut. Hal ini senada dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Zainun (1989) yang menyatakan bahwa kebanggaan seseorang untuk
diakui sebagai anggota sesuatu perkumpulan yang mempunyai reputasi. Kebanggaan ini
terpenuhi pula kalau diikutsertakan dan dihargai keikutsertaan itu, umpanya dalam
penyusunan rencana-rencana dan dalam menghadapi segala persoalan yang berhubungan
dengan kegiatan-kegiatan perkumpulan atau organisasi. Bilamana kebutuhan-kebutuhan
akan harga diri dapat dipenuhi, hasilnya akan menumbulkan gejala-gejala baik yaitu pada
orang yang demikian akan timbul perasaan percaya pada diri sendiri, perasaan kuat,
perasaan mampu dan sempurna , merasa berguna dan dibutuhkan dalam masyarakat.

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN


ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
51
Orasi Bisnis Edisi ke-2

Sebaliknya jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka timbul perasaan rendah diri, lemah,
putus asa, takut dan pemalu.
Pendekatan-pendekatan kepada karyawan semua ini bisa dilakukan pimpinan,
jika pimpinan mempunyai rasa empati yang tinggi, pimpinan yang bisa merasakan
perasaan orang lain akan lebih muda memotivasi karyawan. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan bahwa Menjadi pemimpin, pada intinya mengharuskan
(baca mutlak) berpengaruh. Namun demikian, cara mempengaruhi yang dipimpin bukan
dengan pendekatan materi, tetapi memadukan jiwa iman dan kasih sayang. Target
kepemimpinan adalah membangun kasih, menebar kebajikan, dan penyalur rahmat Tuhan
dimuka bumi. Pendidikan bukan mesin penghasil hard skill yang pragmatis tetapi soft
skill outcomes yang humanis, maka keterampilan berpikir logis, sistematis, kritis dan
kreatif tidak hanya dijiwai oleh nuansa intelektual saja, tetapi juga religiusitas, serta
artistik. Kapabel dalam bidang keilmuannya, konsisten dengan keyakinan
keagamaannya, serta komitmen mengubah apapun disekitarnya menjadi indah (Rektor,
2009).
Selain komunikasi lisan dan tulisan yang perlu
dimiliki agar bisa melebur dalam lingkungan kerja.
Kemampuan lain dari soft skill yang juga perlu
ditanamkan dalam diri karyawan di lingkungan kerja
adalah kepercayaan diri, berbagi ilmu dengan sesama
rekan kerja, kejujuran serta etika dalam bergaul.
Seseorang tidak dapat menunjukkan hard skill
yang dimilikinya tanpa mempunyai kepercayaan pada
diri sendiri. Bagaimana seseorang bisa meyakinkan
orang lain atas hasil kerja/ide yang dimiliki, atau seorang
yang ingin menjual produknya, bagaimana bisa kalau dia
sendiri tidak mempunyai kepercayaan diri. Tetapi
kepercayaan diri yang ada janganlah melampui batas,
sehingga kita akan meremehkan rekan kerja yang lain,
saling menghargai antar rekan kerja adalah hal yang terbaik dalam membentuk tim kerja
yang solid.
Selain kepercayaan diri yang dimiliki seseorang, kejujuran dan etika adalah hal
penting juga yang perlu terus diasah dalam bekerja. Seseorang yang jujur, mempunyai
sopan santun (beretika) dalam pergaulannya di dunia kerja, akan sangat mudah diterima
dan dijadikan panutan apalagi kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Menurut
Abdurachman (2007) bahwa: Sikap jujur mampu membuat seseorang berani
menyampaikan sesuatu sesuai dengan kenyataannya. Kejujuran memungkinkan
seseorang untuk mengevaluasi diri dengan baik karena berani mengakui kekurangan dan
siap untuk memperbaikinya. Di sisi lain, kejujuran akan menjadikan seseorang mampu
menyatakan kelebihannya. Semua perilaku tersebut sangat mendukung seseorang untuk
percaya diri. Yaitu, keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk menyelesaikan
tugas dan menghadapi tantangan.
Soft skill ini sebaiknya dibangun dalam diri seseorang sejak dini, dimulai dari
lingkungan keluarga, dimana orang tua harus menanamkan rasa sopan santun, mampu
menghargai orang lain, berani mengemukakan pendapat (bersifat terbuka/demokrasi)
dalam keluarga, ditanamkan sikap kejujuran pada anak, disiplin, semua ini perlu
diciptakan dalam kehidupan keluarga sehari-hari.
Selain dirumah untuk meningkatkan soft skill seseorang dapat juga dilakukan di
dunia pendidikan. Pada proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang dosen
hendaklah dapat membangkitkan kepedulian mahasiswa terhadap teman-temannya dan

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN


ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
52
Orasi Bisnis Edisi ke-2

juga melatih kemampuan


mengolah diri (soft skill). Salah
satu caranya yaitu memberikan
tugas kelompok, atau presentasi
setiap mahasiswa untuk materi
pelajaran dan lain-lain. Salah satu
contoh yang konkrit untuk
peningkatan soft skill mahasiswa
adalah dalam pelajaraan simulasi
bisnis yang ada di kurikulum
Jurusan Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Sriwijaya. Pada
pelajaran ini mahasiswa dilatih
untuk menguasai ilmu yang
didapat selama 5 semester kuliah
di Jurusan Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Sriwijaya.
Disamping itu mahasiswa juga
dituntut untuk mampu berkomunikasi antara mahasiswa atau bagian atau antar
perusahaan, karena disini setiap mahasiswa memegang jabatan tertentu dalam
perusahaannya. Pekerjaan disetiap jabatan harus terkoordinasi, saling keterkaitan, maka
kepedulian terhadap bagian lain sangat diperlukan. Begitu juga kerja sama kelompok
(tim) harus terjalin dengan baik agar semua pekerjaan selesai tepat waktu. Menurut Iman
(2006) bahwa solusi yang dapat diberikan adalah:
1. Kesempatan presentasi secara individual, Idealnya kegiatan perkuliahan bisa
memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan presentasi, berdiskusi, melatih
komunikasi, beradu argumentasi tanpa saling menjatuhkan. Lebih baik lagi jika
kesempatan tersebut dilakukan dalam bahasa inggris.
2. Praktik simulasi bisnis, Khususnya di bidang bisnis/keuangan, perkuliahan
banyak berkutat pada sisi teori dengan mengabaikan kemampuan praktis.
Dengan praktik simulasi bisnis semacam itu, kemampuan teknis yang dimiliki
akan lebih diarahkan untuk mengatasi persoalan (problem solving) dan membuat
keputusan (decision making).
3. Integritas dan profesionalisme, Kemampuan untuk menegakkan integritas dan
profesionalisme mutlak diperlukan karena seorang lulusan perguruan tinggi
nantinya akan bertanggung jawab penuh pada perusahaan dan kepentingna publik
(stakeholder). Mereka juga dituntut untuk tunduk pada standar profesi. Sayang,
mata kuliah terkait dengan keagamaan, civics, etika, dan personality
development seringkali dipandang sebelah mata oleh mahasiswa.
4. Suasana ilmiah terkondisi, Kuliah seharusnya bisa menjaga terpeliharanya
suasana ilmiah. Dengan demikian, mahasiswa akrab dengan perpustakaan,
familiar dengan dosen, betah berjam-jam nongkrong di lab., dan melakukan
kegiatan ilmiah lainnya. Sayangnya, banyak mahasiswa yang hanya kuliah, bikin
tugas, praktikum, lalu pulang.
5. Jangan jadi kupu-kupu, Seperti disinggung diatas, banyak mahasiswa yang jadi
kupu-kupu: kuliah-pulang, kuliah-pulang. Padahal ada baiknya spend some time
di kampus untuk melakukan kegiatan organisasi kemahasiswaan, terlibat dalam
kegiatan olahraga, menjadi asisten/tutor, magang dan terlibat dalam proyek
penelitian, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN


ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
53
Orasi Bisnis Edisi ke-2

6. Sikap mental positisi, Dunia kerja penuh dengan tantangan dan tekanan yang
saling berbenturan antara pihak-pihak berkepentingan (conflict of interest). Ada
baiknya sejak dini disiapkan sikap mental positif seperti trust, image positif,
integritas, profesionalisme, dan kredibilitas. Integritas dan kredibilitas, terutama,
sangat penting untuk mengatasi persepsi umum seperti tersebut diatas.

Disamping itu peran dosen sangat penting untuk membentuk soft skills
mahasiswa. Menurut Prayudi (2008), bahwa attitude dosen juga menjadi living example
dari terbentuknya soft skill mahasiswa. Perilaku dosen dalam datang tepat waktu,
koreksi tugas, komunikasi dalam dan luar kelas, dan sebagainya adalah salah satu yang
akan berkontribusi bagi terbentuknya soft skill mahasiswa.
Pembenahan terhadap proses
belajar kearah peningkatan soft skill
sangat diperlukan, karena lulusan
Perguruan Tinggi adalah mereka-
mereka yang akan mewarisi untuk
menjalankan negara ini dimasa yang
akan datang. Jika generasinya adalah
generasi yang jujur, peduli antar
sesama, mampunyai empati yang
tinggi, saling menghargai, maka sudah
dapat dipastikan negara ini akan
menjadi negara besar. Pembenahan
dalam proses mengajar tersebut sangat penting karena berdasarkan artikel yang ditulis
oleh Irma yang menyatakan bahwa Para pengguna tenaga kerja kerap mengeluhkan
lulusan Perguruan Tinggi yang berkualitas setengah hati. Bagaimana tidak kecewa,
kalau lulusan yang dicetak ternyata kurang tangguh, tidak jujur cepat bosan, tidak bisa
bekerja teamwork, sampai minim kemampuan berkomunikasi lisan dan menulis laporan
dengan baik. Mengapa itu bisa terjadi? (Irma, 2009), dan juga menurut Harmoni (2009)
bahwadisinyalir telah terjadi kesenjangan antar dunia pendidikan tinggi dan industri.
Perguruan Tinggi memandang lulusan yang mempunyai kompetensi tinggi adalah
mereka yang lulus dengan IPK tinggi dan dalam waktu yang cepat. Sedangkan dunia
industri menganggap bahwa lulusan yang high competence adalah mereka yang
mempunyai kemampuan teknis dan sikap yang baik.

KESIMPULAN
Suatu pekerjaan tidak dapat dikerjakan hanya oleh seorang pekerja saja, tetapi
dalam lingkungan kerja diperlukan adanya kerja sama antar pekerjaan dan antar bagian.
Pekerjaan dapat selesai dengan baik, jika ada koordinasi, komunikasi, rasa tanggung
jawab, disiplin, percaya diri dan lain-lain dari setiap karyawan. Suatu ide yang baik yang
dimiliki akan menjadi sia-sia jika karyawan tersebut tidak mampu mengkomunikasikan
ide tersebut kepada atasan atau rekan kerjanya.
Kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill) haruslah dipersiapkan
sedini mungkin, mulai dari lingkungan keluarga, dunia pendidikan sebagai bekal untuk
terjun kedunia kerja mendampingi keterampilan keras (hard skill) yang didapat di bangku
kuliah.
Pada aktivitas belajar, seorang dosen sebaiknya juga dapat menciptakan proses
belajar yang kondusif, sehingga anak didik dalam belajar dapat merasa leluasa
bertanya/berkomunikasi dengan dosen, dengan demikian akan tumbuh kepercayaan diri
anak didik tersebut.

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN


ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
54
Orasi Bisnis Edisi ke-2

DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, 2007, Kualitas PT, Kualitas Skill-nya. rumahpengetahuan.web.id.
diakses 2009.
Admin. 2008. Antara Hard skill dan Soft skill. http://www.Ubb.ac.id diakses 2009
Dinata, Arda. 2008. Tangga-tangga Kesuksesan, Seorang Wirausaha. http://
ardanews.blogspot.co. diakses 2009 Skill Jauh Lebih Penting
Duta masyarakat. 2009. Soft Skill Jauh Lebih Penting. Hadapkan Siswa pada Masalah
Nyata. http://dutamasyarakat.com. diakses 2009
Harmoni, Ati. 2009. Soft skill, Kegiatan Ekstrakulikuler dan Pilihan Karier.
Wartawarga.gunadarma.ac.id. diakses 2009
Ikhsan, Amri. 2009. Soft Skill: Alternatif Pengajaran di Era Krisis Global.
http://www.jambiekspres.co.id. diakses 2009
Irma, Dewi. 2009. Lulusan PT butuh Soft Skill, http://fe.elcom.uny.ac.id. diakses 2009
Mangkuprawira. 2008. Komunikasi dan Soft Skills. http://indosdm.com. diakses 2009
Iman, Nofie. 2006. Lulusan Jaman Sekarang. http://Nofieiman.com. diakses 2009
Putri, Rinella. 2007. Pentingnya Soft Skill. http://Vibiznews.com. diakses 2009
Prayudi, Yudi. 2008. Soft skill dan S3D. http://prayudi.staff.uii.ac.id. diakses 2009
Rektor. 2009. Bangkitkan Soft skill Holistik Mahasiswa Unpak.
http://www.unpak.ac.id. diakses 2009
Robbins, Stephen, P. 2002. Perilaku Organisasi, Jilid 2, Jakarta: Prenhalindo
Zainun, Buchari. 1989. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN


ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
55

Anda mungkin juga menyukai