Esya Alhadi - Pentingnya Peningkatan Soft Skill PDF
Esya Alhadi - Pentingnya Peningkatan Soft Skill PDF
Esya Alhadi
Administrasi Niaga - Politeknik Negeri Sriwijaya
Abstract
Business world requires a person with good hard skill and soft skill. The skill is one of
the skills which gained in education world. Education world has a big responsibility for
creating or traning the soft skill of th students, because someones success in business
world in 80 % determined by the ability to manage self and others (soft skill). In working
environment a person can not work by himself, a work relates to another work forming a
team work. The team will be operated properly if there is a responsibility among
employess, respect others, able to communicate with others, honest, discipline, and
willing to share the knowledge to co-worker. To create the students soft skill, a lectures
roles is very important; such as designing learning process, so the students can train
their soft skill indirectly. Also, the lectures attitude can be a good model for their
students.
PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu perusahaan
sangat tergantung kepada kemampuan
dan keterampilan karyawan yang ada
dalam perusahaan tersebut, dengan
pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki, karyawan akan menyerahkan
seluruh kemampuannya untuk
melaksanakan pekerjaan dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan.
Sehingga rata-rata perusahaan yang
akan menerima karyawan baru, selalu
melakukan test mengenai kemampuan
pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pelamar. Hal ini jelas dilakukan karena
tidak ada perusahaan yang mau menerima karyawan yang tidak memiliki keterampilan
apapun.
Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan sangat diperlukan dalam
bidang kerja. Keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki dapat membuat karyawan
tersebut bekerja dengan cepat, kreatif, inovatif. Kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki tidak saja yang bersifat hard skill tetapi juga yang bersifat soft skill. Perpaduan
hard soft dan soft skill yang dimiliki seseorang sangat diperlukan dalam dunia kerja. Soft
skill yang dimilikinya dapat membantunya mudah bergaul dalam lingkungan kerja,
karena kejujuran, rasa tanggung jawab, disiplin, percaya diri yang dimiliki seseorang
dengan sendirinya akan memudahkan orang tersebut diterima di lingkungan kerja. Secara
tidak langsungpun akan memudahkan orang tersebut mengembangkan hard skill yang
dimilikinya, karena dia merasa lingkungan kerja sangat kondusif.
kurang fokus melatih soft skill mahasiswanya. Sebagian besar mahasiswa dituntut untuk
menunjukkan kemampuan hard skillnya dibandingkan soft skill, padahal Jurusan
Administrasi Niaga Politeknik Negeri Sriwijaya setiap mata kuliahnya memiliki
laboratorium untuk melatih soft skill mahasiswa. Menurut laporan World
Competitiveness Yearbook (2004), tingkat daya saing sumber daya manusia di Indonesia
di lingkungan regional ASEAN berada paling bawah. Salah satu alasannya, menurut
Suprayitno (2007), adalah karena model pendidikan pada perguruan tinggi umumnya
masih fokus pada keterampilan teknis, hard skills (90%) dibandingkan pengembangan
soft skills (10%). Sementara itu, National Association of Colleges and Employers
(NACE) pada 2005 melaporkan bahwa pada umumnya para pengguna lulusan
membutuhkan keahlian kerja berupa soft skills 82 persen dan hard skills 18 persen.
(Abdurachman, 2007).
Seperti yang dikemukakan oleh
Nofieiman (2006) bahwa masalah umum
yang terjadi adalah:
1. Komunikasi efektif, Kebanyakan
kegiatan perkuliahan cenderung
dilakukan secara satu arah. Akibat
laten yang lebih parah, mahasiswa
jadi minim dalam kemampuan
komunikasi karena tidak bisa
bertanya, berinteraksi dengan dosen,
melakukan presentasi, diskusi
kelompok, atau adu argumen.
2. Kepercayaan diri, Sudah banyak
dosen yang mengelukan rendahnya
kepercayaan diri mahasiswa, baik itu
kepercayaan diri secara umum, teknis, analisis, komunikasi, maupun kepercayaan diri
dalam bidang lainnya. Contoh: Mahasiswa malas untuk bertanya/ kontribusi pada
diskusi kelas. Sementara ketika ditanya apa mereka sudah faham dengan materi
kuliahnya, lagi-lagi tidak ada yang menjawab, kalau sudah begini sulit sekali
membangkitkan kepercayaan diri ketika mereka berada didunia kerja.
3. Leadership, Mahasiswa yang pernah terlibat dalam organisasi kemahasiswaan sedikit
beruntung karena memiliki tempat untuk mengembangkan kemampuan leadership
tersebut. Dunia kerja kini tidak lagi menuntut kinerja individual yang superior, tetapi
lebih dari itu, kemampuan leadership dan team work yang mumpuni.
4. Presentasi dan kemampuan meyakinkan orang lain, Dalam dunia kerja,
kemampuan presentasi, pitching, dan meyakinkan orang lain adalah Skill yang mutlak
diperlukan. Sayangnya, tidak semua kegiatan perkuliahan memfasilitasi
mahasiswanya untuk melakukan presentasi, Sebagian mahasiswa memang terlatih
dengan mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Namun jumlahnya tentu tidak seberapa
dibandingkan jumlah seluruh mahasiswa yang ada.
5. Keberanian dan etika, Sudah jadi rahasia umum kalau lulusan kita sering sungkan
dalam mengambil keputusan berdasar sound business practice, coprorate goverment,
regulasi yang berlaku, cost-benefit analysis, project management, dan variabel lainya.
Namun ada juga sebagian lulusan yang terlalu berani menembus batas etika bisnis
maupun etika profesi yang seharusnya menjadi pegangan. Etika mutlak diperlukan
agar kemampuan yang dimiliki tidak digunakan untuk hal-hal yang bertentangan
dengan moral dan hukum.
Begitu juga menurut Irma (2009) bahwa Ada kecenderungan apa yang diberikan
di bangku kuliah tidak sepenuhnya serasi dengan kebutuhan di lapangan kerja. Sebagian
besar menu yang disajikan, boleh dibilang berupa keterampilan keras (hard skill).
Padahal bukti-bukti menunjukkan penentu kesuksesan justru kebanyakan adalah keahlian
yang tergolong lunak (soft skill). Pada tulisan ini, penulis ingin mengangkat uraian
mengenai mengapa soft skill sangat diperlukan di dunia kerja dan bagaimana membentuk
soft skill dalam diri seorang mahasiswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Soft Skill
Soft skill merupakan kesadaran
yang membuat seseorang termotivasi dan
pantang menyerah sehingga bisa
menempatkan diri ditengah orang lain
secara proporsional (Duta masyarakat,
2009)
Pengertian lain dari soft skill
menurut Gardner dalam Ikhsan (2009)
adalah kemampuan di luar kemampuan
teknis dan akademis, yang lebih
mengutamakan kemampuan intra dan
interpersonal. Kecerdasan intrapersonal
(intrapersonal intelligence) adalah
kemampuan memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang
diri. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan
berani.
Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) adalah kemampuan untuk
mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen
orang lain. Kepekaan dan ekspresi wajah, suara dan gerak tubuh orang lain (isyarat), dan
kemampuan untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain .
Menurut Ikhsan dalam Wiratna (2008) mengatakan bahwa soft skill yang perlu
diasah dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori, yaitu:
1. Keterampilan komunikasi lisan dan tulisan (Communication skills)
Menurut Murphy dan Peck dalam Dinata (2008) bahwa ada 8 anak tangga yang harus
dilewati dalam mengantarkan seseorang menuju puncak kesuksesan, yaitu:
1. Kemauan kerja keras (Capacity for hand work), Sikap kerja keras ini harus
dimiliki oleh setiap wirausahawan. Dalam hal ini, unsur disiplin memainkan
peranan penting. Karena bagaimana orang mau bekerja keras jika disiplin tidak
ada.
2. Mampu bekerjasama dengan orang lain (Getting things done with and through
people), Setiap wirausahawan, hendaknya mampu memanfaatkan potensi orang
lain yang ada disekitarnya. Untuk itu, perbanyak teman dengan orang-orang
dibawah kita (mungkin sebagai anak buah) atau orang diatas kita (mungkin
sebagai majikan).
3. Penampilan yang baik (Good appearance), Seorang wirausahawan bukan semata-
mata berarti penampilann body face. Akan tetapi lebih ditekankan pada
penampilan perilaku jujur dan disiplin.
4. Keyakinan diri (Self confidence) , Hidup berwirausaha haru memiliki keyakinan
diri bahwa kita akan sukses melakukan suatu usaha, jangan ragu lagi bimbang.
5. Pandai membuat keputusan (Making sound decision), Dalam berwirausaha, kita
tentu akan dihadapkan pada berbagai alternatif, harus memilih, maka langkah
yang dapat anda lakukan adalah membuat pertimbangan yang matang.
6. Pendidikan (College education), Untuk menjadi wirausahawan sukses ialah
kegemaran untuk selalu menambah ilmu pengetahuan.
7. Ambisi untuk maju (Ambition drive), Ambisi yang proporsional merupakan
sesuatu sikap positif yanhg perlu dimiliki bagi para wirausahawan yang ingin
sukses. Roh ambisi ini akan melahirkan orang-orang yang gigih dalam mengeluti
pekerjaan dan tantangan.
8. Pandai berkomunikasi (Ambility to communicate), Seorang wirausahawan harus
selalu membangun kepandaian dalam bekomunikasi. Pandai berkomunikasi
berarti pandai mengorganisasikan buah pikiran ke dalam bentuk ucapan yang
jelas, tutur kata yang enak, dan mampu menarik perhatian orang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas, ternyata bahwa peran soft skills sangat penting
untuk kesuksesan seseorang diantaranya: kemauan kerja keras, mampu bekerja sama,
penampilan yang baik, keyakinan diri, ambisi untuk maju, pandai berkomunikasi.
PEMBAHASAN
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah berhenti dari usaha untuk memenuhi
kebutuhannya. Jika suatu kebutuhan sudah terpenuhi, maka akan timbul kebutuhan
lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh A.H. Maslow, bahwa pada
dasarnya kebutuhan manusia itu digolongkan atas lima macam kebutuhan yaitu: (Zainun,
1989)
Sebaliknya jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka timbul perasaan rendah diri, lemah,
putus asa, takut dan pemalu.
Pendekatan-pendekatan kepada karyawan semua ini bisa dilakukan pimpinan,
jika pimpinan mempunyai rasa empati yang tinggi, pimpinan yang bisa merasakan
perasaan orang lain akan lebih muda memotivasi karyawan. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan bahwa Menjadi pemimpin, pada intinya mengharuskan
(baca mutlak) berpengaruh. Namun demikian, cara mempengaruhi yang dipimpin bukan
dengan pendekatan materi, tetapi memadukan jiwa iman dan kasih sayang. Target
kepemimpinan adalah membangun kasih, menebar kebajikan, dan penyalur rahmat Tuhan
dimuka bumi. Pendidikan bukan mesin penghasil hard skill yang pragmatis tetapi soft
skill outcomes yang humanis, maka keterampilan berpikir logis, sistematis, kritis dan
kreatif tidak hanya dijiwai oleh nuansa intelektual saja, tetapi juga religiusitas, serta
artistik. Kapabel dalam bidang keilmuannya, konsisten dengan keyakinan
keagamaannya, serta komitmen mengubah apapun disekitarnya menjadi indah (Rektor,
2009).
Selain komunikasi lisan dan tulisan yang perlu
dimiliki agar bisa melebur dalam lingkungan kerja.
Kemampuan lain dari soft skill yang juga perlu
ditanamkan dalam diri karyawan di lingkungan kerja
adalah kepercayaan diri, berbagi ilmu dengan sesama
rekan kerja, kejujuran serta etika dalam bergaul.
Seseorang tidak dapat menunjukkan hard skill
yang dimilikinya tanpa mempunyai kepercayaan pada
diri sendiri. Bagaimana seseorang bisa meyakinkan
orang lain atas hasil kerja/ide yang dimiliki, atau seorang
yang ingin menjual produknya, bagaimana bisa kalau dia
sendiri tidak mempunyai kepercayaan diri. Tetapi
kepercayaan diri yang ada janganlah melampui batas,
sehingga kita akan meremehkan rekan kerja yang lain,
saling menghargai antar rekan kerja adalah hal yang terbaik dalam membentuk tim kerja
yang solid.
Selain kepercayaan diri yang dimiliki seseorang, kejujuran dan etika adalah hal
penting juga yang perlu terus diasah dalam bekerja. Seseorang yang jujur, mempunyai
sopan santun (beretika) dalam pergaulannya di dunia kerja, akan sangat mudah diterima
dan dijadikan panutan apalagi kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Menurut
Abdurachman (2007) bahwa: Sikap jujur mampu membuat seseorang berani
menyampaikan sesuatu sesuai dengan kenyataannya. Kejujuran memungkinkan
seseorang untuk mengevaluasi diri dengan baik karena berani mengakui kekurangan dan
siap untuk memperbaikinya. Di sisi lain, kejujuran akan menjadikan seseorang mampu
menyatakan kelebihannya. Semua perilaku tersebut sangat mendukung seseorang untuk
percaya diri. Yaitu, keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk menyelesaikan
tugas dan menghadapi tantangan.
Soft skill ini sebaiknya dibangun dalam diri seseorang sejak dini, dimulai dari
lingkungan keluarga, dimana orang tua harus menanamkan rasa sopan santun, mampu
menghargai orang lain, berani mengemukakan pendapat (bersifat terbuka/demokrasi)
dalam keluarga, ditanamkan sikap kejujuran pada anak, disiplin, semua ini perlu
diciptakan dalam kehidupan keluarga sehari-hari.
Selain dirumah untuk meningkatkan soft skill seseorang dapat juga dilakukan di
dunia pendidikan. Pada proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang dosen
hendaklah dapat membangkitkan kepedulian mahasiswa terhadap teman-temannya dan
6. Sikap mental positisi, Dunia kerja penuh dengan tantangan dan tekanan yang
saling berbenturan antara pihak-pihak berkepentingan (conflict of interest). Ada
baiknya sejak dini disiapkan sikap mental positif seperti trust, image positif,
integritas, profesionalisme, dan kredibilitas. Integritas dan kredibilitas, terutama,
sangat penting untuk mengatasi persepsi umum seperti tersebut diatas.
Disamping itu peran dosen sangat penting untuk membentuk soft skills
mahasiswa. Menurut Prayudi (2008), bahwa attitude dosen juga menjadi living example
dari terbentuknya soft skill mahasiswa. Perilaku dosen dalam datang tepat waktu,
koreksi tugas, komunikasi dalam dan luar kelas, dan sebagainya adalah salah satu yang
akan berkontribusi bagi terbentuknya soft skill mahasiswa.
Pembenahan terhadap proses
belajar kearah peningkatan soft skill
sangat diperlukan, karena lulusan
Perguruan Tinggi adalah mereka-
mereka yang akan mewarisi untuk
menjalankan negara ini dimasa yang
akan datang. Jika generasinya adalah
generasi yang jujur, peduli antar
sesama, mampunyai empati yang
tinggi, saling menghargai, maka sudah
dapat dipastikan negara ini akan
menjadi negara besar. Pembenahan
dalam proses mengajar tersebut sangat penting karena berdasarkan artikel yang ditulis
oleh Irma yang menyatakan bahwa Para pengguna tenaga kerja kerap mengeluhkan
lulusan Perguruan Tinggi yang berkualitas setengah hati. Bagaimana tidak kecewa,
kalau lulusan yang dicetak ternyata kurang tangguh, tidak jujur cepat bosan, tidak bisa
bekerja teamwork, sampai minim kemampuan berkomunikasi lisan dan menulis laporan
dengan baik. Mengapa itu bisa terjadi? (Irma, 2009), dan juga menurut Harmoni (2009)
bahwadisinyalir telah terjadi kesenjangan antar dunia pendidikan tinggi dan industri.
Perguruan Tinggi memandang lulusan yang mempunyai kompetensi tinggi adalah
mereka yang lulus dengan IPK tinggi dan dalam waktu yang cepat. Sedangkan dunia
industri menganggap bahwa lulusan yang high competence adalah mereka yang
mempunyai kemampuan teknis dan sikap yang baik.
KESIMPULAN
Suatu pekerjaan tidak dapat dikerjakan hanya oleh seorang pekerja saja, tetapi
dalam lingkungan kerja diperlukan adanya kerja sama antar pekerjaan dan antar bagian.
Pekerjaan dapat selesai dengan baik, jika ada koordinasi, komunikasi, rasa tanggung
jawab, disiplin, percaya diri dan lain-lain dari setiap karyawan. Suatu ide yang baik yang
dimiliki akan menjadi sia-sia jika karyawan tersebut tidak mampu mengkomunikasikan
ide tersebut kepada atasan atau rekan kerjanya.
Kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill) haruslah dipersiapkan
sedini mungkin, mulai dari lingkungan keluarga, dunia pendidikan sebagai bekal untuk
terjun kedunia kerja mendampingi keterampilan keras (hard skill) yang didapat di bangku
kuliah.
Pada aktivitas belajar, seorang dosen sebaiknya juga dapat menciptakan proses
belajar yang kondusif, sehingga anak didik dalam belajar dapat merasa leluasa
bertanya/berkomunikasi dengan dosen, dengan demikian akan tumbuh kepercayaan diri
anak didik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, 2007, Kualitas PT, Kualitas Skill-nya. rumahpengetahuan.web.id.
diakses 2009.
Admin. 2008. Antara Hard skill dan Soft skill. http://www.Ubb.ac.id diakses 2009
Dinata, Arda. 2008. Tangga-tangga Kesuksesan, Seorang Wirausaha. http://
ardanews.blogspot.co. diakses 2009 Skill Jauh Lebih Penting
Duta masyarakat. 2009. Soft Skill Jauh Lebih Penting. Hadapkan Siswa pada Masalah
Nyata. http://dutamasyarakat.com. diakses 2009
Harmoni, Ati. 2009. Soft skill, Kegiatan Ekstrakulikuler dan Pilihan Karier.
Wartawarga.gunadarma.ac.id. diakses 2009
Ikhsan, Amri. 2009. Soft Skill: Alternatif Pengajaran di Era Krisis Global.
http://www.jambiekspres.co.id. diakses 2009
Irma, Dewi. 2009. Lulusan PT butuh Soft Skill, http://fe.elcom.uny.ac.id. diakses 2009
Mangkuprawira. 2008. Komunikasi dan Soft Skills. http://indosdm.com. diakses 2009
Iman, Nofie. 2006. Lulusan Jaman Sekarang. http://Nofieiman.com. diakses 2009
Putri, Rinella. 2007. Pentingnya Soft Skill. http://Vibiznews.com. diakses 2009
Prayudi, Yudi. 2008. Soft skill dan S3D. http://prayudi.staff.uii.ac.id. diakses 2009
Rektor. 2009. Bangkitkan Soft skill Holistik Mahasiswa Unpak.
http://www.unpak.ac.id. diakses 2009
Robbins, Stephen, P. 2002. Perilaku Organisasi, Jilid 2, Jakarta: Prenhalindo
Zainun, Buchari. 1989. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.