Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Bayi berat lahir sangat amat rendah (BBLSAR) adalah bayi baru
lahir dengan berat badan dibawah kurang dari 1000 gram (Indrasanto,
2008).
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction/IUGR) (IDAI, 2010).

B. ETIOLOGI
Pada umumnya BBLSR/ BBLSAR disebabkan persalinan kurang
bulan (umur kehamilan antara 28-36 minggu) atau bayi lahir kecil masa
kehamilan (KMK) karena adanya hambatan pertumbuhan saat dalam
kandungan (janin tumbuh lambat/intra uterine growth retardation) atau
kombinasi keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia
kehamilan walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan,
fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin
kurang baik (Gomella TL, 2009).
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang
rendah, usia ibu remaja, kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur,
perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi
kecil masa kehamilan antara lain ibu kurang gizi, hipertensi, toksemia,
anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan merokok. Retardasi
pertumbuhan intrauterin dan efek mereka terhadap janin bervariasi
tergantung dari cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat
gangguan tersebut terjadi (Kiess N, 2009).

C. KLASIFIKASI
a. Menurut masa gestasinya:
1. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan
kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan
sesuai dengan masa kehamilan atau biasa disebut Neonatus
Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilannya (NKB-SMK) dengan
gambaran klinis (karakteristik) yang dijumpai :
a) Berat lahir 2.500 gram, panjang badan 45cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkaran kepala < 33 cm
b) Kepala relatif besar dari badannya
c) Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan
lengan
e) Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah menjadi
hipotermi
f) Ubun-ubun dan sutura lebar
g) Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi
labio minora (pada perempuan), dan pada laki-laki testis
belum turun
h) Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic
usus dapat terlihat
i) Rambut tipis, halus dan teranyam
j) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun
telinga masih kurang sempurna)
k) Puting susu belum terbentuk dengan baik
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak
teratur dan sering timbul apneu
n) Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam
keadaan kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan
kaki dalam keadaan fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke
satu sisi
o) Refleks tonick neck lemah
p) Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum
sempurna
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal
ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya
(KMK). Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm, aterm, dan
posterm dengan gambaran klinik/ karakteristik yang dijumpai :
a) Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
b) Aterm dan Post aterm
c) Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
d) Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
e) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
f) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
g) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
b. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam:
1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
2 Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3 Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
C. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
1 Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
2 Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
3 Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin.
(Prawirohardjo, 2010).

D. PATOFIOLOGI
Terjadinya BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor janin,
faktor plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat menyebabkan
sindrom aspirasi mekonium yaitu bayi bisa mengalami asfiksi intra uterin,
janin gasping dalam uterus, cairan amnion bercampur dengan mekonium
masuk dan lengket di paru janin. Maka janin dapat beresiko gangguan
pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas. Dapat terjadi juga
imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan defesiensi albumin
gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primary gasping yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan
lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary
apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya
menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh
bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkurang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan
tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi
perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang
kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh
darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan
mengalami gangguan.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh
berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi
menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
(Hanifah, 2010).

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Sebelum bayi baru lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuia
menurut yang seharusnya.
d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
(Nanda, 2013)

F. PENATALAKSANAAN
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan
dan pengawasan bayi prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan,
pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLASR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan
relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dilakukan
Kangaroo Mother Care (KMC) dengan ibunya.
2. Makanan bayi prematur/BBLASR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein
3 sampai 5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB badan, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3
jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung.
Reflek mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya
sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau
dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan
sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan demikian perawatan
dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik.
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat (Hanifah, 2010).

G. KOMPLIKASI
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLSR adalah :
a. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,50C
b. Kurang aktif dan tangis lemah
c. Malas minum
d. Bayi teraba dingin
e. Frekuensi jantung < 100 x/menit
f. Nafas pelan dan dalam
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
a. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
b. Kejang, tremor, letargi/kurang aktif
c. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
d. Riwayat ibu dengan diabetes
e. Keringat dingin
f. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi
hepar pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan
kern ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen.
Hiperbilirubin di tandai dengan :
a. Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas
berwama kuning
b. Konjungtiva berwama kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl
4. Masalah pemberian minum. Hal ini ditandai dengan :
a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui
5. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum
dan selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan,
terjadinya asfiksia saat lahir, dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBSLR
antara lain :
a. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau
lekositopenia dan trombositopenia
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit ikterus, sklerema
g. Kejang
6. Gangguan permafasan :
a. Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat
nafas/RDS
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek
menghisap dan reflek menelan
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
d. Pemafasan tidak teratur
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
2. Urinalisis
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti
rasio lesitin sfingomielin, surfaktan

I. PATHWAY

Terlampir

J. FOKUS PENGKAJIAN
1. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh > 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C
37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
3. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
4. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
5. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleks
terhadap cahaya.
6. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
7. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
8. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
11. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna.
12. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
tanda infeksi pada tali pusat.
13. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia
mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
14. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
15. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
16. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat,
1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
17. Tanda Fisiologis
a. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar
bayi tidak menangis bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
b. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi penyebabnya adalah:
pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna,
kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat
terjadinya perubahan suhu dan kurangnya mobilisasi sehingga
produksi panas berkurang.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa menurut NANDA 2013 adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya
ekspansi paru
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang
tinggi dan intake yang kurang adekuat
5. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan di dalam tubuh
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh

L. PERENCANAAN
Perencanaan dalam proses keperawatan adalah metode pemberian
langsung kepada klien terdiri atas tiga fase yaitu menentukan prioritas,
merumuskan tujuan dan membuat intervensi keperawatan (Carpenito,
2008) .
1. Diagnosa Keperawatan 1 :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya
ekspansi paru
Tujuan :
Pola nafas yang efektif
Kriteria Hasil :
a. Kebutuhan oksigen menurun
b. Nafas spontan, adekuat
c. Tidak sesak
d. Tidak ada retraksi
Intervensi
a. Kaji frekwensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan
perubahan frekwensi jantung
Rasional : Membantu dalam membedakan periode perputaran
pernapasan normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering
terjadi pad gestasi minggu ke-30
b. Isap jalan napas sesuai kebutuhan
Rasional : Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
c. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan
gulungan popok dibawah bahu untuk menghasilkan sedikit
ekstensi
Rasional : Posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan
episode apnea, khususnya bila ditemukan adanya hipoksia,
asidosis metabolik atau hiperkapnea
d. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan
memperberat depresi pernapasan pada bayi
Rasional : Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat
pernapasan dan aktifitas SSP
Kolaborasi :
e. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Rasional : Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea,
hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis
f. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat
meningkatkan funsi pernapasan
g. Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi
2. Diagnosa Keperawatan 2 :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
Tujuan :
Pertukaran gas adekuat.
Kriteria :
a. Tidak sianosis
b. Analisa gas darah normal
c. Saturasi oksigen normal.
Intervensi :
a. Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan
leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau
selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm
Rasional : Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher
yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas
b. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu
Rasional : Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir
untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.
c. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
d. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah arteri
Rasional : Mencegah terjadinya hipoglikemia
3. Diagnosa Keperawatan 3 :
Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tujuan : Hidrasi baik
Kriteria :
a. Turgor kulit elastik
b. Tidak ada edema
c. Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
d. Elektrolit darah dalam batas normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Bandingkan masukan dan pengeluaran urine setiap shift dan
keseimbangan kumulatif setiap periodik 24 jam
Rasional : Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan
terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama,
meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum.
Pengambilan darah untuk tes menyebabkan penurunan kadar
Hb/Ht.
b. Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih atau setiap 2-4 jam
dengan menginspirasi urine dari popok bayi bila bayi tidak tahan
dengan kantong penampung urine.
Rasional : Meskipun imaturitas ginjal dan ketidaknyamanan untuk
mengonsentrasikan urine biasanya mengakibatkan berat jenis yang
rendah pada bayi preterm (rentang normal1,006-1,013). Kadar
yang rendah menandakan volume cairan berlebihan dan kadar lebih
besar dari 1,013 menandakan ketidakmampuan masukan cairan dan
dehidrasi.
c. Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, dan keadaan fontanel
anterior.
Rasional : Kehilangan atau perpindahan cairan yang minimal dapat
dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit
yang buruk, membran mukosa kering, dan fontanel cekung.
Kolaborasi :
d. Berikan infus parenteral dalam jumlah lebih besar dari 180 ml/kg,
khususnya pada PDA, displasia bronkopulmonal (BPD), atau
entero coltis nekrotisan (NEC)
Rasional : Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 45-53%
kalium serum
e. Berikan tranfusi darah.
Rasional : Penggantian cairan darah menambah volume darah,
membantu mengenbalikan vasokonstriksi akibat dengan hipoksia,
asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui PDA dan telah membantu
dalam penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.
4. Diagnosa Keperawatan 4 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang
tinggi dan intake yang kurang adekuat
Tujuan :
Nutrisi adekuat
Kriteria :
a. Berat badan naik 10-30 gram / hari
b. Tidak ada edema
c. Protein dan albumin darah dalam batas normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan
(misalnya: mengisap, menelan, dan batuk)
Rasional : Menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk
bayi
b. Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik dan statuys
pernapasan
Rasiona l: Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki
peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distres
pernapasan ada cairan parenteral di indikasikan dan cairan peroral
harus ditunda
c. Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari,
kemudian dokumentasikan pada grafik pertumbuhan bayi
Rasional : Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan resiko
terhadap pola pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan cairan
ekstrasel kemungkinan kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA
mungkin telah mengalami penurunan berat badan dealam uterus
atau mengalami penurunan simpanan lemak/glikogen.
d. Pantau masukan dan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan
elektrolit setiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang masukan aktual dalam
hubungannya dengan perkiraan kebutuhan untuk digunakan dalam
penyesuaian diet
e. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat jenis
urine, kondisi membran mukosa, fruktuasi berat badan.
Rasional : Peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA dapat
meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan bayi hiperglikemia dapat
mengakibatkan diuresi pada bayi. Pemberian cairan intravena
mungkin diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan,
tetapi harus dengan hati-hati ditangani untuk menghindari
kelebihan cairan
f. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; takipnea dan pernapasan tidak
teratur, apnea, letargi, fruktuasi suhu, dan diaphoresis. Pemberian
makan buruk, gugup, menangis, nada tinggi, gemetar, mata
terbalik, dan aktifitas kejang.
Rasional : Karena glukosa adalah sumber utama dari bahan bakar
untuk otak, kekurangan dapat menyebabkan kerusakan SSP
permanen.hipoglikemia secara bermakna meningkatkan mobilitas
mortalitas serta efek berat yang lama bergantung pada durasi
masing-masing episode.
Kolaborasi :
g. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Rasional : Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi
SGA saat cadangan glikogen dengan cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat karena penurunan simpanan protein
obat dan lemak
h. Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral
5. Diagnosa keperawatan 5:
Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan di dalam tubuh
Tujuan : Klien mempertahankan suhu tubuh stabil
Kriteria hasil: Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal
Intervensi :
a. Tempatkan bayi pada inkubator, penghangat rsian, atau pakaian
hangat dalam keranjang terbuka
b. Atur unit servokontrol atau kontrol suhu udara sesuai kebutuhan
c. Gunakan pelindung panas plastik bila tepat
d. Periksa suhu bayi dalam hubungannya dengan suhu ambien dan
suhu unit pemanas
e. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
6. Diagnosa keperawatan 6 :
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Tujuan : Klien tidak menunjukkan infeksi nosokomial
Kriteria hasil: bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nosokomial
Intervensi :
a. Pastikan bahwa semua pemberi perawatan mencuci tangan sebelum
dan setelah mengurus bayi
b. Pastikan bahwa semua alat kontak dengan bayi sudah bersih atau
steril
c. Isolasi bayi lain yang mengalami infeksi sesuai kebijakan
institusional
d. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan orangtua dalam
prosedur kontrol infeksi
e. Beri terapi antibiotik sesuai instruksi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA

Hidayat,Alimul A.2005. PengantarIlmuKeperawatan Anak1.Penerbit


SalembaMedica : Jakarta.

NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia

Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sitohang ,Nur Asnah.2006. AsuhanKeperawatanPadaBeratBadanLahirRendah.


USU Repository

Anda mungkin juga menyukai