1.1 Definisi
Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan
oral.
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (FI Ed. III, 1979, hlm 32)
Keuntungan :
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama
anak-anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak
antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)
11. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.
Kekurangan :
I. 3 Macam-macam Suspensi
1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk
penggunaan oral.
- Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan
iritasi dan atau goresan pada kornea.
- Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau
penggumpalan.
b. Berdasarkan Istilah
1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan
untuk pemakaian oral. (contoh : Susu Magnesia)
2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat
padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang
menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh :
Magma Bentonit).
3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit
(contoh : Lotio Kalamin)
c. Berdasarkan Sifat
1. Suspensi Deflokulasi
2. Suspensi Flokulasi
2. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan
flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang
bermacam-macam.
3. Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan
mudah diredispersi.
4. Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan
sedimentasinya tinggi.
I. 4 Syarat Suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
1. Beberapa orang terutama anak-anak sukar menelan obat yang berbentuk tablet /
zat padat. Oleh karena itu diusahakan dalam bentuk larutan. Kalau zat
berkhasiat tidak larut dalam air, maka bentuk suspensi-dimana zat aktif tidak
larut-terdispersi dalam medium cair merupakan suatu alternatif.
2. Mengurangi proses penguraian zat aktif didalam air. Untuk zat yang sangat
mudah terurai dalam air, dibuat bentuk yang tidak larut. Dengan demikian,
penguraian dapat dicegah. Contoh : untuk menstabilkanOxytetrasiklin
HCl di dalam sediaan cair, dipakai dipakai garam Ca karena sifat
Oxytetrasiklin yang mudah sekali terhidrolisis di dalam air.
4. Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan medium non-air
sebagai medium pendispersi. Contoh : Injeksi Penisilin dalam minyak dan
Phenoxy penisilin dalam minyak kelapa untuk oral.
5. Sediaan suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi dapat
menaikkan luas permukaan di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat
mengabsorpsi toksin-toksin atau menetralkan asam yang diproduksi oleh
lambung. Contoh Kaolin, Mg-Karbonat, Mg-Trisilikat. (antasida/Clays)
6. Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat digunakan untuk
sediaan yang berbentuk inhalasi. Zat yang mudah menguap seperti mentol, Ol.
Eucaliptus, ditahan dengan menambah Mg-Karbonat yang dapat mengadsorpsi
tersebut.
7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit dengan lebih baik
dibandingkan dalam bentuk larutan. Untuk suspensi Kloramfenikol dipakai
Kloramfenikol Palmitas yang rasanya tidak pahit.
8. Suspensi BaSO4 untuk kontras dalam pemeriksaan X-Ray.
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan
supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :
1. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat
menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat.
4. Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal :
span dan tween.
1. Perbedaan densitas
3. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan humektan.
Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme
humektan : mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat
mudah terbasahi. Contoh : gliserin, propilenglikol.
1. Pertumbuhan kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi
perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi dengan
penambahan surfaktan.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi (Disperse system, Vol. I,
158)
4. gunkan pembasah
5. gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain yang akan
membentuk lapisan pelindung pada partikel
6. viskositas ditingkatkan
3. sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran dan
bentuk yang bervariasi
Partikel
+ wetting agent
Dispersi homogen
Suspensi terflokulasi
1. Suspensi harus tetap homogen pada suatu perioda, paling tidak pada perioda
antara pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki.
A. Zat aktif
B. Bahan tambahan :
4. antioksidan
5. pemanis
6. anticaking
7. pewarna
8. flavour
9. floculating agent
10.pewangi
12.pengawet
13.pengawet
1. Bahan pembawa : air, sirup, dll
B. Bahan Tambahan
2. Komposisi kimia
I. Golongan Polisakarida
(FI III, 279; US Dispensatory,1; Martindale 28th ed., 948; Excipients 02, 1; USP
1985,1528; Husas, 161-163; Cooper & Gunn, 103-104; Aulton Pharm. Practice,100;
Aulton,Pharm. Design Form, 275)
Gom akasia adalah eksudat gom arab yang diperoleh dari batang dan dahan pohon
Acacia senegal wild, dan beberapa spesies. Akasia termasuk suspending agent yang
berasal dari alam dan mengandung enzim pengoksidasi, sehingga akasia kurang cocok
untuk digunakan dalam sediaan farmasi yang mengandung zat aktif yang mudah
teroksidasi. Enzim ini dapat diinaktivasi dengan pemanasan pada suhu 100 oC. Sebagai
suspending agent yang baik, sering dikombinasi dengan bahan pengental yang lain
seperti campuran serbuk Tragakan BP yang mengandung akasia 20 %, trgakan 15%,
starch 20% dan sukrosa. Karena kekentalannya, akasia jarang dgunakan dalam
sediaan eksternal.
Musilago akasia memiki viskositas yang paling baik pada range pH 5-9. Dibawah pH
5 dan diatas pH 9, viskositas akan menurun dengan tajam. Misilago akasia 35%
mempunyai viskositas yang kurang lebih sama dengan gliserin.
Kelarutan : mudah larut dalam air (1 g dalam 2,7 g air) menghasilkan larutan yang
kental dan tembus cahaya, praktis tidak larut dalam etanol 95%P, kloroform, eter,
gliserol, dan propilen glikol (1 g dalam 20ml) dan minyak-minyak. Larut dalam 1 :20
bagian gliserin.
Keasaman dan kebasaan : larutan jenuh dalam air bereaksi terhadap lakmus, jika
diencerkan dengan air lalu dibiarkan tidak terjadi pemisahan endapan. pH 4,5-5
(larutan 5% b/v).
Sterilisasi : autoklaf
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, tempat kering. Larutan dapat terurai oleh
bakteri atau enzim, akasia serbuk halus diawetkan dalam wadah tertutup.
Keamanan : akasia aman untuk penggunaan umum sebagai zat aditif makanan
(FDA). Meskipun aman digunakan, tetapi ada batasan jumlah yang menyebabkan
reaksi alergi pada manusia. Tidak digunakan untuk penggunaan parenteral karena
menyebabkan bahaya arabinosis.
Penggunaan :
Akasia bentuk kental dalam air digunakan dengan tragakan sebagai suspending agent
dalam tinktur resin. Serbuk akasia digunakan sebagai emulsifying agent untuk emulsi
oral (1 bagian akasia dicampur dengan 4 bagian minyak atau parafin liq dan dengan 2
bagian air membentuk suatu emulsi primer.
OTT : Akasia inkompatibel dengan aminopirin, kresol, etanol (95%), asam 2 feri,
morfin, fenol, fisostigmin, tanin, timol, dan vanilin. Banyak jenis garam dapat
menurunkan viskositas larutan akasia, sementara garam trivalen dapat menyebabkan
koagulasi. Dalam sediaan emulsi, larutan akasia OTT dengan sabun.
2. Tragakan
Tragakan yang tidak larut terhidratasi agak lambat oleh karena itu lebih baik jika
didiamkan dahulu selama beberapa hari sebelum digunakan untuk meningkatkan
viskositasnya. Untuk mempercepat hidratasi, maka bentuk granul tragakan harus
dititrasi dalam mortir.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa yang
homogen, lengket dan seperti gelatin. Jika dikocok dengan berlebih, massa ini akan
membentuk campuran yang seragam , tetapi jika didiamkan satu atau dua hari akan
terjadi pemisahan yang akan memberikan bagian yang terlarut pada lapisan
supernatan. Tragakan praktis tidak larut dalam alkohol.
Sifat fisika : 1 g serbuk ditambahkan dalam 50 ml air akan mengembang menjadi
bentuk yang halus, hampir seragam, berbentuk mucilago yang bening, 0,5% larutan
menunjukkan range viskositas 120-600 cps tergantung kepada tipe tragakan.
Stabilitas dan penyimpanan : bentuk serbuk dan bentuk tetesan tragakan, stabil jika
disimpan dalam wadah kedap udara. Gel tragakan dapat disterilkan dengan otoklaf.
Dapat dikontaminasikan dengan spesies enterobacter. Oleh karena itu larutannya harus
diberi pengawet yang sesuai.
Sterilisasi : otoklaf
Penggunaan : tragakan membentuk larutan yang kental atau gel dengan adanya air.
Kekentalan tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Dalam bentuk terdispersi,
bubuk tragakan mula-mula akan terdispersi dalam distributing agent seperti alkohol,
minyak dan gliserol.
Digunakan sebagai suspending agent dalam lotion, mikstura, dan sediaan tidak larut
lainnya.
Catatan :
Dalam 6% musilago tragakan dapat digunakan untuk suspensi dalam jelly Efedrin
Sulfat dan campuran Kaolin-Pektin.
(Excipients, 257;Exipients 02,543; Phrm. Dispensing, 164-165; Cooper & Gunn 12 th,
106; Aulton Pharm. Practice, 101; Aulton The Science of, 257)
Na-alginat cocok untuk penggunaan internal (garam alginat dengan pelarut organik
tidak digunakan). Kegunaan utama dalam bidang farmasi adalah sebagai zat pengental
dan stabilisator suspensi.
Kelarutan : larut dalam air secara perlahan-lahan (1:20) merupakan larutan koloidal
yang viskos berwarna putih sampai coklat kekuningan. Praktis tidak larut dalam
alkohol, kloroform, eter, dan larutan yang mengandung lebih 30% alkohol. Na alginat
diendapkan dari larutan dispersinya oleh koloidal (kira-kira 30-50%) tergantung pada
tipe dan konsentrasi alginat. Tak larut dalam larutan asam (pH lebih rendah dari 4).
OTT : derivat akridin, kristal violet, fenil merkuri asetat, fenil merkuri nitrat/asetat,
garam Ca logam berat, alkohol dengan konsentrasi di atas 5%. Ion logam, logam
alkali, amonium besi, magnesium mengentalkan musilago, membentuk alginat yang
tidak larut.
Penyimpanan : wadah kedap udara. Sebaiknya larutan tidak disimpan dalam wadah
logam.
Pengawet : untuk pemakaian luar ditambahkan klor kresol 0,1% klorosilenol 0,1%
ester dari asam p-hidroksi benzoat dan asam benzoat jika medium asam.
4. Starch (Amylum)
Stabilitas dan Penyimpanan : Strach kering yang tidak dimasak cukup stabil selama
penyimpanan jika dilindungi dari kelembaban yang tinggi dari kelembaban yang
tinggi. Penyimpanan dalam tempat yang sejuk, kering dalam wadah kedap udara.
Larutan starch yang dimasak atau pasta secara fisika dan tidak stabil dan mudah
diserang oleh mikroorganisme menjadi bermacam-macam turunan strach dan starch
yang termodifikasi dengan sifat fisika yang unik.
OTT : -
Keamanan : Starch merupakan senyawa makanan yang dapat dimakan yang dikenal
secara luas keamanannya.
Perhatian khusus : Simpan dalam tempat yang bersih, kering dan ruangan
berventilasi baik.
Kelarutan : semua karagenan terbasahi oleh air, tapi hanya lamda karagenan dan
natrium karagenan yang larut sempurna.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan
sebaiknya di tempat yang dingin.
Polisakarida semisintetik, terdiri dari garam natrium, kalium atau kalisum dari
polisakarida dengan BM tinggi yang diasetilase secara parsial.
Sifat fisika : merupakan dispersi koloidal yang viokous (larutan) yang terhidrasi
dalam air dingin. Kecepatan hidrasi optimum pada pH 7,5-9. Viskositas larutan 1%
ialah 2000-2500 cps dan merupakan aliran tiksotropik. Serbuk halus lebih sukar
didispersikan. Untuk mengembangkan viskositas yang maksimum diperlukan waktu
2-4 jam dalam air pada suhu kamar.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air dingin dan panas,
guar gum terdispersi. Dan mengembang membentuk sol tiksotropik, dan kental.
Kecepatan hidrasi optimum terjadi pada pH 7,5-9. Serbuk yang sangat halus
mengembang lebih cepat dan lebih sulit untuk didispersikan. Didiamkan dalam suhu
kamar selam 2-4 jam akan menghasilkan viskositas yang maksimum.
OTT : guar gum tidak tersatukan dengan aseton, alkohol, tanin, asam,/basa kuat. Ion
borat akan mencegah hidrasi dari dispersi guar dalam air. Penambahan ion borat untuk
menghidrasi larutan menghasilkan struktur gel yang kohesif yang dapat mencegah
hidrasi yang lebih lanjut. Gel tersebut dapat dicairkan dengan menurunkan pH
dibawah 7
Efek Samping : seperti halnya dengan CMC. Dalam jumlah besar secara temporer
dapat menyebabkan peningkatan flatulensi, distensi, obstruksi usus, dan obstriksi
osofagus.
Kontra indikasi : tidak boleh digunakan intuk pasien yang mengalami obstruksi sal
usus. Harus digunakan dalam keadaan mengandung air untuk menghindari kekerasan
feces atau obstruksi eosefagus.
Penggunaan : guar gum dipakai sebagai pengental dan sebagai stabilistaor dalam
emulsi. Emulsi yang dibuat dengan akasia dapat distabilkan dengan baik dengan
menambahkan gom guar 1%. Gom guar merupakan suspending agent yang kurang
baik untuk serbuk yang tidak larut. Guar Gum dapat di campurkan penggunaannya
dengan tanaman hydrokoloid lain seperti tragakan
II.Turunan Selulosa
1. Metilselulosa
(Martindale 28th, 947; RPS, 1245; Excipients,386; Cooper & Gunn, 107; Aulton
Pharm Practice,
Merupakan polimer selulosa rantai panjang yang rata-rata memiliki dua gugus
hidroksik pada setiap unit heksosa yang termetilasi. Variasi bahan dipasaran berbeda
dalam tingkat substitusinya dan panjang rantai selulosenya. Bahan yang rantainya
panjang paling kental. Ada 4 tipe metil
selulosa yang umum yaitu : MC 20 BPC, 425 BPC, 2500 BPC, dan 4500 BPC.
Nomor-nomor tersebut menandakan perkiraan kekentalannya dalam senti stokes dari 2
% musilago. Kelas yang viskositasnya tinggi (2500, 4500) digunakan sebagai
pengental dan pendispersi. Dipasaran dikenal dengan nama metosel.
Metil selulosa dengan nomor yang rendah larut dalam air, sedangkan metil dengan
kelas viskositas yang tinggi membentuk gel lunak pada suhu kamar.
Kelarutan : Larut di air dingin tetapi tidak larut dalam air panas. Tidak larut dalam
eter, alkohol, dan kloroform. Larut dalam asam asetat glasial dan dalam campuran
alkohol dan kloroform dengan perbandingan sama, tidak larut dalam air panas, dalam
larutan jenuh garam.
Jenis-jenis metilselulosa :
2. CMC Na
(US Dispensatory 27th, 1049; Martin Disp.of Medication, 546-547, 553; Art of
Compounding, 301,305,307; Martindale 28th, 950-951; Lymans Textbook of Pharm.
Compounding & Dispensing, 239-240; Excipients, 45; Cooper & Gunn, 107; Aulton
Pharm.Practice, 101; Aulton The Science of.., 276)
Kelarutan : Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan larutan jernih,
praktis tidak larut dalam pelarut organik.
OTT : CMC Na adalah anionik, maka tidak tersatukan dengan kationik seperti
akriflavine, gentian violet, thiamin, Pharmagel A, germisida kuarterner, alkaloid,
hampir semua antibiotik dan logam berat (seperti Al, Zn, Hg, Ag, Fe), CMC Na tidak
tersatukan dengan larutan asam kuat, FeCl 3 (garam-garam besi yang larut air),
alumunium sulfat dan banyak elektrolit.
3. Avicel
Ada dua bentuk avicel yang digunakan dalam bidang farmasi, yaitu yang dapat
membentuk dispersi koloid dalam air dan yang tidak terdispersi dalam air. Bentuk
yang pertama digunakan sebagai suspending agent, sedang bentuk yang kedua
digunakan sebagai pengikat, pengisi, penghancur dan pelincir pada sediaan padat
(tablet).
Kelarutan : Tidak larut dalam air, pelarut asam dan pelarut organik lainnya, agak
sukar larut dalam NaOH (1 : 20)
pH stabilitas : 5,5 7
Kadar pemakaian : sebagai suspending agent lebih besar atau sama dengan 2 %
Keamanan : aman
(RPS, 1245; Martindale 28th, 947,953; Martin Disp. of Medication, 547, 552-
555,553; Excipients, 283; Husas, 167)
pH stabilitas : 2 12
OTT : kompatibel sebagian dengan komponen larut air seperti casein, starch, metil
selulosa, polivinyl alkohol dan gelatin. Inkompatibel dengan zein. Hidroksietil
selulosa dapat digunakan dengan berbagai variasi pengawet yang larut air.
Hidroksietil selulosa dapat membuat larutan mengalami salting out seperti pelarut
organik.
Stabilitas : Viskositas hidroksietil selulosa ditandai oleh suatu angka (dalam cps)
dari larutan 2 %. Seperti hidrokoloid nonionik lainnya, hidroksietil selulosa
membentuk dispersi yang kental dalam air yang tidak dipengaruhi pH 4 10. Dengan
makin besarnya BM hidrokoloid, makin sensitif dispersi terhadap pH. Pada pH diatas
10, viskositas menurun drastis tapi reversibel. Semakin asam larutan, viskositas
menurun perlahan tapi irreversible. Efek garam pada sifat aliran hidroksietil selulosa
dapat diabaikan. Tidak seperti metil selulosa, hidroksietil selulosa tidak mengendap
dalam air bila suhu dinaikkan. Hidroksietil selulosa sedikit larut dalam alkohol tapi
tersatukan, misalnya 1 % dispersi WP 4400 tersatukan dalam alkohol 82 % dan dalam
konsentrasi gliserin yang lebih besar. Surfaktan yang dilarutkan dalam air sebelum
penambahan hidrokoloid akan mempercepat hidrasi dan memudahkan penyebaran
sediaan krim atau lainnya pada permukaan kulit. Hanya sedikit surfaktan yang
digunakan untuk keperluan ini dan surfaktan yang ditambahkan harus non ionik juga.
Semua turunan selulosa dapat dirusak oleh mikroorganisme.
Penggunaan : menyerupai CMC Na karena merupakan eter selulosa, perbedaannya
ialah nonionik dan larutan ini tidak dipengaruhi pada beberapa kasus. Digunakan
dalam bidang farmasi sebagai pengental, koloid pelindung, pengikat, penstabil, dan
suspending agent dalam emulsi, jelly dan ointmen, lotion, ophtalmic, solution,
suppositoria, tablet, shampoo, hair sprays, penetralisir, krim, lotion.
III.Golongan Clay
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam larutan air (aqueous solution),
tetapi mengembang menjadi massa yang homogen dan menempati kurang lebih 12
kali volume serbuk keringnya. Praktis tidak larut dan tidak mengembang dalam
pelarut organik.
OTT : dengan elektrolit kuat, partikel atau larutan yang bermuatan positif
(kationik), sulphurated potash dan acriflavine HCl. Bentonit yang terdispersi akan
terendapkan oleh adanya asam (karena dispersinya bersifat basa) dan oleh adanya
alkohol. Pada sediaan antibakteri yang mengandung bentonit menunjukkan bahwa
antibakteri yang kationik akan diinhibisi (di inaktivasi) oleh bentonit dalam suspensi
air, tetapi tipe antibakteri anionik dan nonionik tidak dipengaruhi. (HPE, 4th ed.
2003,43). Inaktivasi ini terjadi karena pertukaran kation.
Stabilitas : Bentonit stabil terhadap suhu tinggi (lebih kecil dari 400 o C). Dapat
disterilisasi panas. Untuk serbuk disterilisasi pada suhu 170o C selama 1 jam setelah
dikeringkan 100o C. Suspensinya dalam air disterilisasi pada autoklaf.
Pengembangan : Van Duin, jika bentonit dicampur dengan air akan terbentuk
suatu massa seperti salep. Salep-salep yang hanya terdiri dari bentonit dan air tidak
tahan lama. Salep ini selalu memisahkan air, maka sering ditambahkan zat-zat lemak
(seperti vaselin). Baru bentonit magma : bentonit dalam air 5 % b/v baik digunakan
untuk dispensing dan biasanya dibuat persediaan. Jumlah yang biasa digunakan
adalah 40% bentonit magma (Art of Compounding).
Bentonit sering digunakan sebagai sediaan eksternal. Untuk tujuan pemakaian luka,
serbuk bentonit harus disterilisasi dulu sebab bentonit kemungkinan mengandung
sesepora bakteri tetanus. Digunakan pula sebagai suspending agent pada lotion
calamine dan mixtura chalk.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, tetapi dapat membentuk suatu dispersi
koloid tiksotropik, praktis tidak larut dalam pelarut organik. Bisa tercampurkan
dengan menggunakan alkohol sampai 40%.
Sifat aliran : Tiksotropik. Dispersi dalam air pada konsentrasi 1-2 % membentuk
suspensi koloidal tipis. Pada konsentrasi 3 % atau lebih tinggi, dispersi tidak tembus
cahaya (opaque). Pada konsentrasi meningkat diatas 3 %, viskositas dispersi akan
meningkat cepat. Pada konsentrasi 4 5 %, dispersi tebal, koloid putih sol, dan pada
konsentrasi 10% terbentuk gel yang keras. Dispersi merupakan tiksotropik pada
konsentrasi diatas 3%. Tetapi, adanya garam dapat mengubah sifat aliran karena
adanya efek flokulasi dari ion positif.( Aulton The Science of, 277).Viskositas dapat
dinaikkan dengan cara : pemanasan, penambahan elektrolit, peningkatan konsentrasi,
pengadukan. Disamping itu, untuk mempertinggi viskositas, mempertahankan sifat
aliran, dan mencegah terjadinya flokulasi, veegum biasa dikombinasikan dengan
bahan pengental organik lain seperti CMC-Na atau xanthan gum.(Aulton The Science
of, 277)
Penggunaan :
Binding agent 2 10 %
Disintegrating tablet 2 10 %
Stabilitas & penyimpanan : Mg-Al silikat stabil jika disimpan pada kondisi
kering. Simpan dalam wadah tertutup baik. Stabil pada range pH yang cukup besar,
memiliki kapasitas permukaan basa, mengabsorpsi beberapa senyawa organik,
kompatible dengan pelarut organik.
OTT : Obat-obat yang bersifat asam dibawah pH 3,5. Mg-Al silikat dapat
mengabsorbsi obat yang aktif. Hal ini dapat mengakibatkan ketersediaan hayati yang
rendah dari obat tersebut jika obat terikat kuat. Contoh: amfetamin sulfat, tolbutamid,
warfarin sodium dan diazepam.
3. Hectocrite
IV.Polimer Sintetik
Tablet binder 5 10 %
Bahan yang dapat menetralisir carbomer : NaOH, KOH, NaCO3, boraks, asam
amino, amin organik polar (seperti : trietanolamin, lauril, dan stearil amin yang
digunakan sebagai bahan pembuat gel dalam sistem non polar). Satu gram carbomer
dinetralisasi oleh sekitar 400 mg NaOH. Gel carbomer yang telah dinetralisasi akan
lebih viskous pada pH antara pH 6 11. Viskositas akan berkurang pada pH < 3 atau
> 12. Viskositas akan berkurang dengan adanya elektrolit kuat. Gel akan hilang
viskositasnya dengan cepat bila terpapar oleh sinar matahari, tetapi reaksi ini dapat
diminimalkan dengan penambahan antioksidan.
OTT : Carbomer inkompatibel dengan fenol, polimer kationik, asam kuat dan
elektrolit dengan konsentrasi tinggi, dan akan berubah warna dengan adanya
resorsinol. Pemaparan oleh cahaya akan menyebabkan oksidasi yang akan
menyebabkan penurunan viskositas.
Keamanan : Tidak ada iritasi atau bukti sensitivitas atau reaksi alergi pada
makhluk hidup untuk penggunaan topikal dari dispersi yang mengandung carbomer.
Carbomer dapat mengiritasi mata. Materi / bahan yang terbentuk sulit dipindahkan
dengan air sehubungan dengan lapisan gelatin yang terbentuk. Jika mata berkontak
dengan carbomer, maka harus dicuci dengan cairan fisiologi, bukan dengan air.
Fungsi : menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut
Bahan pembasah yang biasa digunakan adalah : surfaktan yang dapat memperkecil
sudut kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa. Surfaktan kationik dan
anionik efektif digunakan untuk bahan berkhasiat dengan zeta potensial positif dan
negatif. Sedangkan surfakatan nonionik lebih baik untuk pembasah karena
mempunyai range pH yang cukup besar dan mempunyai toksisitas yang rendah.
Konsentrasi surfaktan yang digunakan rendah karena bila terlalu tinggi dapat terjadi
solubilisasi, busa dan memberikan rasa yang tidak enak.
Cara Kerja : Menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat
padat + humektan lebih mudah kontak dengan pembawa.
c. Pemanis
Usia dari pasien. Anak-anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan, orang dewasa
lebih suka sirup dengan rasa asam, orang tua lebih suka sirup dengan rasa agak pahit
seperti kopi, dsb.
Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama dengan orang sehat.
Rasa yang dapat diterima untuk jangka pendek mungkin saja jadi tidak bisa diterima
untuk pengobatan jangka panjang.
Rasa obat bisa berubah dengan waktu penyimpanan. Pada saat baru dibuat mungkin
sediaan berasa enak, akan tetapi sesudah penyimpanan dalam jangka waktu tertentu
kemungkinan dapat berubah.
Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang memiliki nilai
kalor tinggi tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan untuk pengobatan
penderita diabetes.
Catatan :
4. pH > 5 dipakai sorbitol, karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan
menyebabkan perubahan volume.
Pahit : Wild cherry, Walnut, Chocolate, Mint combination, Passion fruit, Mint spice
anisi
Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan alam,
atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh
mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk
pemakaian berulang (multiple dose). Pengawet yang sering digunakan antara lain :
Antioksidan
Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat aktif yang
mudah terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif pada konsentrasi
rendah.
Cara kerja : memblokir reaksi oksidatif yang berantai pada tahap awal dengan
memberikan atom hidrogen. Hal ini akan merusak radikal bebas dan mencegah
terbentuknya peroksida.
2. Tidak toksik, tidak merangsang dan tidak membentuk hasil antara (sediaan)
yang berbahaya
g. Pendapar
Fungsi :
1. Mengatur pH
3. Meningkatkan kelarutan
Dapar yang dibuat harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk mempertahankan
pH. Pemilihan pendapar yaitu dengan pendapar yang pKa-nya berdekatan dengan pH
yang diinginkan Pemilihan pendapar harus mempertimbangkan inkompatibilitas dan
toksisitas. Dapar yang biasa digunakan antara lain dapar sitrat, dapar posfat, dapar
asetat.
DAPAR FARMASETIK
Jenis Dapar pKa Penggunaan
pKa3 = 7.20
pKa2 = 10,36
h. Acidifier
Fungsi :
1. Mengatur pH
4. Meningkatkan kelarutan
Acidifier yang biasa digunakan pada suspensi adalah asam sitrat.
g. Flocculating agent
Floculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan
secara bersama membentuk suatu agregat atau floc. Floculating agent dapat
menyebabkan suatu suspensi cepat mengendap tetapi mudah diredispersi kembali.
Flokulating agent dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
1. Surfaktan
1. Polimer hidrofilik
Senyawa-senyawa ini memiliki bobot molekul tinggi dengan rantai karbon panjang
termasuk beberapa bahan yang pada konsentrasi besar berperan sebagai suspending
agent. Hal ini disebabkan adanya percabangan rantai polimer yang membentuk
struktur seperti gel dalam sistem dan dapat teradsorpsi pada permukaan partikel padat
serta mempertahankan kedudukan mereka dalam bentuk sistem flokulasi. Polimer
baru seperti xantin gumdigunakan sebagai flokulating agent dalam pembuatan
sulfaguanidin, bismut sub karbonat, serta obat lain. Polimer hidrofilik yang berperan
sebagai koloid hidrofil yang mencegah caking dapat juga berfungsi untuk membentuk
flok longgar (floculating agent). Penggunaan tunggal surfaktan atau bersama koloid
protektif dapat membentuk suatu sistem flokulasi yang baik. Pada proses pembuatan
perlu diperhatikan bahwa pencampuran tidak boleh terlalu berlebihan karena dapat
menghambat pengikatan silang antara partikel dan menyebabkan adsoprsi polimer
pada permukaan satu partikel saja kemudian akan terbentuk sistem deflokulasi.
1. Clay
Clay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1% dilaporkan dapat
berperan sebagai floculating agent pada pembuatan obat yang disuspensikan dalam
sorbitol atau basis sirup. Bentonitedigunakan sebagai floculating agent pada
pembuatan suspensi bismut subnitrat pada konsentrasi 1.7%.
1. Elektrolit
Foculating Agent
Polisorbat 80 Non-ionik
Tragakan Anion
PEG Non-ionik
Silikat
Attapulgit Anion
Bentonit Anion
AlCl3
NaCl Anionik/kationik
Sorbitol 20 % Sorbitol 20 %
Aquadest ad 5 ml
II.5 Perhitungan Dapar
Kapasitas dapar ialah jumlah mol asam / basa kuat yang dibutuhkan untuk mengubah
pH 1 liter larutan sebanyak 1 unit (satuan pH).
Persamaan
pH = pKa + log
= 2,3 c
Keterangan :
Persamaan Henderson-Hasselbach :
6 = 7,12 + log
log = 1,12
0,1=2,3 c =
0,1 = 2,3 c (6,55 . 10-2)
c = 0,66 mol/L
c = [garam] + [asam]
BM KH2PO4 = 136,10
BM KNaHPO4 = 158,10
= 0,61 x 136,10
= 83,02 gram/L
= 0,046 x 158,10
= 7,27 gram / L
= 0,036 gram
= 36 mg
1.8. Pembuatan Sediaan Suspensi
Contoh formula :
Sirupus simplek 30 %
Na CMC 0,25 %
Pewangi q.s
Pewarna q.s
Aquades ad 5 mL
Perhitungan :
3. Maka jumlah volume total suspensi yang akan dibuat = (36+A) botol x 100 mL
= (3600 +100A) mL.
5. Maka volume total yang akan dibuat = (3600 +100A) mL + (360 + 10A) mL =
(3960 + 110A) mL.
Penimbangan :
Pewarna qs
3. Bahan pensuspensi yang akan digunakan (yang dalam formula contoh adalah
Na CMC) dikembangkan dengan cara : dibuat dispersi stok hidrokoloid dengan
menaburkan serbuk CMC Na secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit ke
dalam mortir yang telah diisi air panas. Setelah semua serbuk CMC Na
terbasahi, lalu aduk dengan cepat.
4. Pemanis yang digunakan berupa sirupus simpleks maka sirupus simpleks yang
dibuat dengan jalan (FI III hal 567) melarutkan 65 bagian sukrosa dalam
larutan metil paraben 0,25% b/v hingga terbentuk 100 bagian sirupus simpleks
yang berfungsi sebagai pengental dan pemanis.
8. Setelah itu, sirupus simpleks, pewarna, flavour ditambahkan dan adkan dengan
air sampai dengan (1760 + 110A) mL (untuk eksipien berupa bahan pewarna
dan flavour dibuat larutan stok terlebih dahulu sebelum ditambahkan pada
campuran bahan dalam matkan).
9. Suspensi dimasukkan ke dalam botol yang telah dicuci, dikeringkan dan ditara
100 mL.
Pengembangan Suspending Agent
a. Akasia
Larutan akasia dalam air membentuk mucilago kental (4 bagian bobot dengan 6
bagian air).
Martindale ed.28 hal 950 : Bentonite ditaburkan di permukaan air panas dan
didiamkan selama 24 jam, kemudian distirer setelah bentonit terbasahi sempurna.
Dispersi dalam air juga dapat dibuat dengan mula-mula membasahi bentonite dengan
gliserol atau mencampurkannya dengan serbuk yang tidak larut seperti ZnO 2. (HPE
4th ed.,2003, 43 dan Art of Compounding)
Van Duin : Bentonite ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam air yang telah
dihangatkan.
Dispersi CMC Na dibuat dengan cara yang sama seperti untuk hidrokoloid.
Metoda yang kedua juga sama baiknya adalah pencampuran kering hidrokoloid dan
suspensinoid diikuti penambahan air. Prosedur ini hanya dipakai dengan mudah atau
waktu yang tersedia cukup Kecepatan hidrasi dari campuran kering ini dapat
ditingkatkan dengan trituasi dengan suatu humektan seperti gliserin, sorbitol, sebelum
air ditambahkan.
Untuk CMC Na, larutan jernih diperoleh dengan menggunakan pemanasan dan
pengadukan berkecepatan tinggi selama setengah jam. Jika pengadukan terlalu tinggi
dan lama, dispersi menunjukkan tiksotropik yang jelas. Dispersi CMC
mempertahankan viskositasnya dengan baik selama waktu yang lama pada suhu
kamar. Untuk penyimpanan yang lama harus digunakan pengawet.
CMC Na dapat larut dengan mudah dalam air panas atau dingin membentuk larutan
yang kental yang bertindak sebagai suspending agent yang baik. CMC Na bertindak
sebagai suspending agent dalam bentuk larutan atau kering. Aktivitas optimum
diperoleh bila gum dimasukkan dalam larutan.larutan jernih dibuat denagn mengaduk
air sementara serbuk kering ditambahkan secara perlahan-lahan, makin cepat
pengadukan makin cepat larutan terbentuk. Larutan ini dapat dibuat dengan mudah
dengan menggunakan alat pengaduk atau mortir dan alat penumbuk. Trituasi serbuk
kering dengan sebagian kecil air sampai pasta lunak diperoleh. Pasta ini dipindahkan
ke botol dan mortir dibilas dengan air atau semua cairan dicampur dalam morir dan
hasilnya ditransfer ke botol.
Guar gum dapat dikembangkan dalam air dingin atau air panas dan akan terdispersi
membentuk larutan koloidal. Guar gum praktis tidak larut dalam alkohol. Larutan
0.5% netral terhadap lakmus, musilago 1% viskositas mirip dengan musilago
tragakan. Guar gum beraksi dengan boraks membetuk gel yang keras. Pembuatan
dalam skala besar dan stok untuk jangka waktu lama, maka harus ditambahkan
pengawet.
Dispersikan Metil Selulosa dalam 1/3 air mendidih atau dengan mendidihkannya
bersama-sama. Diamkan selama 30 menit (bila serbuk tidak sempurna terbasahi akan
terbentuk gumpalan yang sukar terdispersi).
Kemudian sisa air ditambahkan dalam keadaan dingin (air es) dan produk di stirer
sampai homogen.
Dispersi MC dalam air akan berwarna putih gelam jika disimpan pada suhu ruangan,
dan akan kembali
Cara Lain :
Metil selulosa ditambahkan bertahap sekitar 2 kali volume air mendidihnya sambil di
stirer. Lanjutkan selama 2 jam dan kemudian sisa air ditambahkan. Diamkan musilago
selama 16 jam
Avicel dapat digunakan sebagai suspending agent dengan atau tanpa dicampur dengan
zat lain. Ada dua bentuk (pharmaceutical grades) di pasaran yaitu : yang dapat
membentuk dispersi koloid dalam air dan yang tidak terdispersi dalam air. Keduanya
sukar larut dalam air, tetapi yang pertama akan terdispersi dalam air membentuk
suspensi koloid pada koloidal pada konsentrasi rendah dan membentuk gel tiksotropik
pada konsentrasi lebih tinggi. Keduanya larut sebagian dalam larutan alkalis, praktis
tidak larut dalam asam dan semua pelarut organik. Bentuk yang terdispersi koloid
dalam air mempunyai ukuran partikel lebih kecil daripada yang tidak terdispersi
dalam air. Dalam pengembangannya biasanyaa dicampur dengan CMC Na pada
konsentrasi rendah (8-11%) untuk membantu terdispersi dalam air. Menurut J. Pharm
Sci, 1968,57, 1927, campuran yang digunakan adalah 95% Avicel dengan 8% CMC
Na. Sebanyak 2% dari campuran tersebut atau lebih akan membentuk gel tiksotropik
dalam air. Struktur tersebut terjadi dengan mengabsorpsi polimer selulosa yang larut
ke dalam Avicel yang tidak larut. Sistem ini unik dan digunakan sebagai suspending
agents dalam sediaan farmasi.
h. Na-Alginat
Dispersi alginat dengan mencampurkan dulu 2-4% alkohol, gliserol, propilen glikol,
gula, atau zat pendispersi lain yang cocok, atau dengan cara mencampurkan Na-
alginat dengan air, diaduk dengan kecepatan tinggi untuk menghindari penggumpalan.
Cara lain :
i. Tragakan
Musilago tragakan (Van Duin) : mengandung tragakan 2% dan dibuat dengan jalan
menggerus dahulu serbuk tragakan dengan air sebanyak 20 kali sampai diperoleh
suatu massa yang homogen dan kemudian mengencerkannya dengan sisa air.
Cara 1 :
Dapat digunakan mikroskop biasa untuk menentukan ukuran partikel antara 0,2-100
m.
Jumlah partikel yang harus dihitung untuk memperoleh data yang baik adalah
antara 300-500 partikel. Yang penting jumlah partikel yang ditentukan harus
cukup sehingga diperoleh data yang representatif. British standard bahkan
menetapkan pengukuran terhadap 625 partikel.
Untuk memudahkan pengerjaan dan perhitungan akan lebih baik bila dilakukan
pemotretan. Metode ini membutuhkan ketelitian, konsentrasi dan waktu yang
cukup lama. Jika partikel yang ada dalam larutan lebih dari satu macam,
sebaiknya tidak digunakan metode ini.
Penafsiran Hasil : distribusi ukuran partikel yang baik adalah distribusi normal pada
kurvanya.
Cara 2 :
Larutkan sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama dengan
gliserol dan kemudian encerkan lebih lanjut. Bila perlu dengan campuran
sejumlah volume yang sama dari gliserol dan air, sebagai alternatif digunakan
paraffin sebagai pelarutnya (sesuai monografinya).
Teteskan cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek. Periksalah sebaran
acaknya secara mikroskopik dengan menggunakan mikroskop resolusi yang
cukup untuk mengobservasi partikel yang kecil.
Metode ini menggunakan 1 seri ayakan standar yang telah dikalibrasi oleh National
Bureau of Standards. Ayakan sering digunakan untuk pengklasifikasian/membagi-bagi
ukuran partikel. Ayakan yang tersedia dengan ukuran 90 m 5 m, dibuat dengan
teknik photoetching & electroforming.
Ukuran partikel pada subsieve range dapat diperoleh melalui sedimentasi gravitasi
berdasarkan hukum Stokes sebagai berikut:
V = h/t = dst2 ( s 0) g / 18 0
0 = media dispersi
s = kepadatan partikel
g = percepatan gravitasi
0 = viskositas medium
h = jarak
Instrumen yang populer digunakan untuk penentuan volume partikel adalah Coulter
counter. Prinsip kerja dari alat ini adalah ketika partikel tersuspensi dalam cairan
melewati lubang kecil
Jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat
ditentukan secara visual.
Pengambilan sampel dapat dilakukan pada bagian atas, tengah, atau bawah.
Sampel diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain
sehingga terbentuk lapisan tipis.
c.1 Volume Sedimentasi (Teori dan Praktek Farmasi Industri Lachman, 3rd ed. Hal
492-493)
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo)
sebelum terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu, semakin baik
suspendibilitasnya.
Cara :
Vo
Vu
Bila F>1 terjadi Floc sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih
besar dari volume awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan.
Formulasi suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal atau
sedikit curam.
F= Vu/Vo
Parameter sedimentasi terdiri dari (Lieberman, Disperse System Vol2, hal 303)
F= volume sedimentasi
Vo = volume keseluruhan
1. Tingkat Flokulasi ()
= F / Fu
Catatan :
c.2 Kemampuan Redispersi (Lachman, Teori dan Praktek Farmasi Industri hal
493; Lieberman, Disperse System Vol 2 hal 304)
Penafsiran hasil :
2. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20C, masukkan ke dalam piknometer.
5. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi.
6. Bobot jenis adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan
bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
keduanya ditetapkan pada suhu 25C.
7. Singkatnya :
Uji ini dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi yang dikemas
dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari
250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi
dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang
ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan
seperti yang tertera pada etiket. Caranya:
4. Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah
dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5 kali volume yang diukur.
6. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran :
volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan
tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%.
7. Jika A : adalah volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak ada satupun
wadah yang volumenya kurang dari 95%.
8. Jika B : adalah tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95% tetapi
tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian
terhadap 20 wadah tambahan.
9. Volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dan
tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang
dari 95%.
g. Penetapan pH (FI IV <1071>, hal 1039)
Waktu rekonstitusi adalah mulai dari air dimasukkan sampai serbuk terdispersi
sempurna. Waktu rekonstitusi yang baik adalah <30 detik.
Pengaduk magnetik Masukkan 100 mL air ke dalam gelas piala 250 mL yang berisi
batang pengaduk magnetic 40 mm x 10 mm yang dilapisi perfluoro karbon padat dan
mempunyai cincin putaran pada pusatnya. Atur daya pengaduk magnetic hingga
menghasilkan kecepatan pengadukan rata-rata 30030 putaran per menit, bila batang
pengaduk terpusat dalam gelas piala, seperti yang ditetapkan oleh takometer optik
yang sesuai.
Larutan uji
o Masukkan ke dalam gelas piala 250 mL, tambahkan air hingga jumlah
volume lebih kurang 70 mL dan campur menggunakan Pengaduk
magnetik selama 1 menit.
Prosedur
3. Titrasi kelebihan asam klorida dengan natrium hidroksida 0,5 N LV dalam waktu
tidak lebih dari 4. menit sampai dicapai pH 3,5 yang stabil (selama 10 detik
samapai 15 detik).
5. Hitung jumlah mEq asam yang digunakan tiap g zat uji. Tiap mL asam klorida 1
N setara dengan 1 mEq asam yang digunakan.
Penyimpanan : Disimpan di tempat sejuk (FI III hal 32). Dalam wadah tertutup rapat
atau wadah tertutup kedap, di tempat sejuk (Fornas Edisi 2 th.1978 hal 333)
Penandaan : pada etiket harus tertera Kocok Dahulu (FI III, hal 32).
Pada etiket sediaan Suspensi Rekonstitusi harus tertera (Fornas edisi 2 th.1978 hal
333):
2. Sebelum digunakan, dilarutkan dalam cairan pembawa yang tertera pada etiket.