SKRIPSI
Oleh
ZAKIYAH HADI
NIM 15301.07.15046
SKRIPSI
Oleh
ZAKIYAH HADI
NIM 15301.07.15046
Oleh :
ZAKIYAH HADI
NIM 15301.07.15046
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh :
ZAKIYAH HADI
NIM 15301.07.15046
Mengetahui
Ketua Stikes
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nim : 15301.07.15046
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri,bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran saya sendiri.Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa hasil skripsi
ini adalah hasil jiplakan ,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
(Zakiyah Hadi)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pekerjaan : Bidan
Riwayat pendidikan :
jember,lama pendidikan 6 tahun pada tahun 1988-1994 dan berijazah pada tahun
tahun Pada tahun 1994 -1997 dan berijazah tahun 1997.Kemudian ke SMUN 01
Jember Lama pendidikan 3 tahun pada tahun 1997-2000 dan berijazah tahun
Riwayat Pekerjaan :
Pekerjaan yang sedang diampuh yaitu sebagai Bidan desa di desa Koncer
vi
ABSTRAK
Hadi, Zakiyah 2016 Pengaruh Konseling Pada Ibu Terhadap Toilet Training
Pada Balita Usia 24-36 Bulan di Desa Koncer Darul Aman Tenggarang
Bondowoso. Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong. Pembimbing : (1) Iin Aini Isnawati, S.kep. Ns. M.Kes,
(2) Pasidi Sidiq, S.kep. Ns, M.Kes
vii
ABSTRACT
Hadi, Zakiyah 2016 The influence of councelling in the mother against Toilet
Training In Toddlers Age 24-36 Month in the Koncer Darul Aman village
Tenggarang Bondowoso. Final Assignment STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong. Supervisor: (1) Iin Aini Isnawati, S.Kep. Ns. MKes, (2)
Pasidi Sidiq, S.Kep. Ns, M.Kes
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat taufik
Konnseling Pada Ibu Terhadap Toilet Training Anak Usia 24-36 bulan di Desa
Probolinngo.
namun berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga
Skripsi ini dapat terselesaikan, untuk itu dengan segala hormat peneliti sampaikan
ini.
3. Ibu Yessy Nur E.S, S.SiT, M.kes selaku ketua program studi D-IV Bidan
ix
4. Bapak Pasidi sidiq, SKep.Ns.,M.Kes selaku pembimbing II yang banyak
berikan dan semogaa skripsi ini berguna baik bagi peneliti maupun pihak
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR...................................................................................ix
DAFTAR ISI................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN
xi
2.1.1 Pengertian Konseling.............................................6
2.2.1..............................................................................Teori
2.2.3..............................................................................Kemam
Dan Penanganannya...............................................26
Penelitian............................................................................34
4.2............................................................................................. Kerang
ka Kerja..............................................................................35
xii
36
4.5............................................................................................ Definisi
Operasional.......................................................................39
4.6............................................................................................Lokasi
4.7............................................................................................Prosedu
4.8............................................................................................Alat
4.10............................................................................................Etika
Penelitian...........................................................................48
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Toilet Training Balita usia 24-36 bulan sebelum ibu mendapat
xiii
6.3 Pengaruh Konseling Pada Ibu Terhadap Toilet Training Balita
Kabupaten Bondowoso 56
7.1 Kesimpulan 61
7.2 Saran 61
DARTAR PUSTAKA...................................................................................63
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.3 Tabulasi silang pengaruh konseling pada ibu terhadap toilet
training 53
balita usia 24-36 bulan di Desa Koncer Darul Aman
Kecamatan Tenggarang Kabupaten
Bondowoso
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
51
52
consent)................................................................................ 54
Lampiran 5 : Kuesioner......................................................................... 55
PENDAHULUAN
Toilet training merupakan salah satu tugas utama anak pada usia toddler.
Anak usia toddler harus mampu mengenali rasa untuk mengeluarkan dan
Pada tahap usia toddler anak menghadapi konflik antara tuntutan orangtua
dengan keinginan dan kemampuan fisik anak. Orang tua menuntut anak untuk
mengendalikan keinginan BAK dan BAB serta melakukan buang air pada
tempatnya, sementara anak ingin mengeluarkan begitu terasa ingin BAK dan
Di Indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30% dari 250 juta jiwa
BAK dan BAB mencapai 75 juta anak, fenomena ini dipicu banyak hal, seperti
pengetahuan ibu yg kurang terhadap bagaimana cara melatih untuk BAK dan
BAB anak, pemakaian popok sekali pakai dan hadirnya saudara baru serta masih
hasil dari 10 ibu yang mempunyai balita usia 24-36 bulan, 7orang ibu (70%)
yang memiliki balita usia 24-36 bulan, menyatakan masih sering memaksa anak
1
rumahnya. Sedangkan 3 orang ibu(30%) yang memiliki balita usia 24-36 bulan,
menyatakan telah melakukan toilet training dengan mengajari anak BAK atau
Penerapan toilet training pada anak diharapkan dapat terhindar dari stres,
berdasarkan data yang diketahui bahwa sebanyak 50% dari anak-anak yang
mulai di ajari penggunaan toilet training pada usia sebelum 1 tahun lebih awal
tidak mencapai penguasaan yang handal sampai umur 3 tahun atau lebih. Hal ini
seembelit, ngompol, dan rasa bersalah. Dengan memaksa anak yang tidak siap
yang besar dalam proses tersebut. Untuk itu orang tua perlu mengetahui tentang
menunjukkan bahwa anak anak yang selalu di beri hukuman oleh ibunya pada
bahaya karena anak akan belajar perilaku agresif dalam mengatasi rasa
(Rudolf, 2006).
Tahap anal adalah tahap perkembangan yang terjadi antara umur 1,5 3 tahun,
dimana kesenangan terbesar anak melibatkan anus (W. John Santrock: 2013)
Latihan BAB atau BAK pada anak sangat membutuhkan persiapan bagi ibu,
BAK secara mandiri. Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan yang
ada pada diri anak dan keluarga terutama ibu, seperti kesiapan fisik yaitu
kemampuan anak sudah kuat dan mampu. Demikian juga dengan kesiapan
psikologis yaitu setiap anak membutuhkan suasana yang nyaman dan aman agar
anak mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk BAB atau
BAK. Persiapan intelektual juga dapat membantu anak dalam proses BAB atau
kemandirian dalam mengontrol khususnya dalam hal BAB atau BAK (Hidayat,
2012).
pengaruh konseling pada ibu terhadap metode toilet training balita usia 24-36
belakang, maka dapat ditarik rumusan masalah adakah pengaruh konseling pada
ibu terhadap toilet training balita usia 24-36 bulan di Desa Koncer Darul Aman
training balita usia 24-36 bulan di Desa Koncer Darul Aman Kecamatan
Tenggarang 2015.
Pengaruh konseling pada ibu terhadap toilet training pada anak usia 24-36
bln.
toilet training balita usia 24-36 bulan di Desa Koncer Darul Aman
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
(Latipun, 2015)
(Janiwarty&Pieter, 2013).
merupakan satu diantara bentuk dan upaya bantuan yang secara khusus di
6
rancang untuk mengatasi persoalan persoalan yang kita hadapi. (Latipun,
20015)
yang positif.
3. Mengubah sikap dan tingkah laku yang negatif menjadi positif dan
1. Fungsi pencegahan
2. Fungsi penyesuaian
3. Fungsi perbaikan
1. Bentuk Perubahan
2. Waktu Perubahan
a. Waktu pengukuran
2015).
b. Cara pengukuran
dunia fisik dan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mental. Hipotesis
oleh energi mental manusia (libido), libido tidak dapat diciptakan atau
kepribadian, yaitu, id, ego, dan superego. Id berisi libido dan beroperasi
seksual dan agresi, yang sudah ada sejak lahir. Id bekerja berdasarkan
Salah satu tugas ego adalah memuaskan kebutuhan dari id. Seperti saat
seseorang lapar, maka itu adalah id yang menuntut pemuasan segera, dan
dari id, maka ego akan mempertimbangkan realita yang ada. Struktur
Mungkin saja makanan akan tersedia, namun ego harus melawan aturan
dalam diri individu tidak bisa ditolerir yang akan membawa individu
1. Perkembangan Psikoseksual
perkembangan tahap ini, sehingga tidak semua libido akan bebas untuk
selesai. Pada fase anal ini, fokus dari energi libido dialihkan dari mulut
dimana
memerintahkan untuk dibuang. Pada fase anal ini pulalah anak mulai
diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh orang tuanya
Oleh karena itu sikap orangtua yang benar yaitu mengusahakan agar
anak merasa bahwa alat kelamin dan anus serta kotoran yang
menyakiti dan disakiti). Karakter anal yang khas terlihat pada penderita
obsesif kompulsif.
Penyelesaian fase anal yang berhasil, menyiapkan dasar untuk
berupaya memahami diri sendiri dan lingkungan. Pada fase ini semua
informasi yang salah dan menyesatkan itu. Pada fase ini dapat terjadi
pada tahap phallic yang direpres pada tahap laten, kembali muncul dan
hormon seksual, sehingga pada saat ini terjadi perubahan fisik dan
sekitar 12-13 tahun, sedangkan remaja putra sekitar 14-15 tahun. Akibat
perbedaan waktu ini, biasanya para gadis tampak lebih tinggi daripada
basah, yaitu keluarnya air mani ketika tidur (mimpi basah). Bersamaan
cinta dan tertarik pada lawan jenisnya. Kegagalan dalam fase ini
Anak usia 1-3 tahun merujuk konsep periode kritis dan plastisitas yang
tinggi dalam prose tumbuh kembang, maka usia satu sampai tiga tahun
pertumbuhan sel otak cepat dalam waktu yang singkat, peka terhadap
perhatian yang serius dalam arti tidak hanya mendapatkan nutrisi yang
miliknya (Nursalam,et.al, 2013). Ciri-ciri anak usia 1-3 tahun antara lain
oleh karena itu mereka sangat lincah. Sediakanlah ruangan yang cukup
luas dan banyak kegiatan sebagai penyalur tenaga. Anak usia ini secara
sebaik-baiknya. Segi emosional anak usia ini mudah merasa gembira dan
Segi social anak usia 1-3 tahun sedikit anti social. Wajar bagi mereka
untuk merasa senang bermain sendiri dari pada bermain secara kelompok.
untuk belajar mandiri, maka hal ini dapat menimbulkan rasa malu
mencela aktivitas yang telah dilakukan anak. Pada masa ini anak
2. Fase anal
anak untuk dilatih buang air atau toilet training. Anak usia 1-3
penting pada fase anal tepatnya saat anak umur 2 tahun adalah
Usia 12-18 bulan anak dapat berjalan dan mengeksplorasi rumah serta
5 sampai 10 kata dan anak dapat memperlihatkan rasa cemburu dan rasa
bersaing.
Usia 18-24 bulan perkembangan anak yaitu anak dapat naik turun
kata, belajar makan sendiri, dan menggambar garis dikertas atau pasir,
mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil, menaruh
minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar dan
memperlihatkan minat kepada apa yang dilakukan anak lain dan bermain
dengan mereka.
bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarga
(Soetjiningsih, 2014).
Toilet training merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol
buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Toilet training
dan buang air besar (BAB) secara benar dan teratur. Latihan ini hendaknya
di mulai pada waktu anak berusia 15 bulan dan kurang bijaksana bila anak
pendapat lain menyebutkan untuk menunggu hingga anak besar dan mulai
Menurut Peter Stavinoha, bahwa usia tidak bisa dijadikan patokan untuk
anak siap.
Waktu yang terbaik untuk melakukan toilet training adalah saat anak
berusia antara dua hingga tiga tahun. Studi terbaru merekomendasikan para
orang tua untuk mulai mengenalkan toilet training saat anak berusia 27-32
bulan. Anak yang baru mulai belajar menggunakan toilet diatas usia 3 tahun
memulai mengenalkan anak untuk BAK dan BAB di toilet sebelum anak
Ada satu hal penting yang dapat dijadikan patokan adalah jika anak
itu akan matang saat anak berusia antara 18 sampai 36 bulan. Inilah rentang
usia dimana latihan ke toilet dapat dimulai. Setidaknya setelah anak berusia
2 tahun (Tandry,2011)
Tanda kesiapan anak menjadi nyata setelah usia 18 bulan, dan umumnya
1. Kesiapan fisik
beberapa jam. Contoh : anak sering tetap kering setelah tidur siang
c. BAK dalam jumlah yang lebih banyak. Anak yang mendekati tanda
kesiapan akan mulai BAK dalam jumlah yang lebih banyak, bukan
d. BAB menjadi dapat diperkirakan dan teratur. Orang tua akan mulai
2. Kesiapan emosional
mereka basah atau ada BAB dan meminta untuk diganti popoknya.
Banyak anak ingin sendiri saat akan BAK atau BAB. Hal ini juga
apa kegunaan toilet dan karena itu maka penting untuk dipelajari.
2. Lakukan secara rutin pada anak ketika terlihat ingin buang air.
tidur dan setelah makan. Bila pada waktu tersebut anak sudah
duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak anak segera
Orang tua bisa menyusun jadwal dengan mudah ketika orang tua tahu
dengan tepat kapan anaknya biasa buang besar (BAB) atau buang air
mengetahui jadwal yang pasti buang air kecil(BAK) dan buang air
2. Metode Lisan
pada anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar dan
pada orang tua akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa tehnik lisan ini
mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan
untuk buang air kecil dan buang air besar dimana dengan lisan ini
anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil dan
memberikan contoh-contoh buang air kecil dan buang air besar atau
membiasakan buang air kecil dan buang air besar secara benar. Dampak
yang jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang diberikan salah
(Priyoto, 2015).
6 Memaksa
Menyuruh anak menggunakan toilet ketika dia tidak siap hanya akan
7 Mempermalukan
Anak-anak yang di permalukan dalam penggunaan toilet mungkin
hanya rasa bersalah, tingkah laku antisocial, juga rasa percaya diri yang
menggunakan toilet.
8 Memukul
Anak mungkin menjadi bosan, gelisah, dan tidak mau bekerja sama,
dan dia mungkin mulai merusak usaha orang tua dengan mengompol di
10 Air Mengalir
untuk orang yang lebih tua sebagai respon yang terlatih, tetapi suara air
tidak berhasil untuk anak yang lebih kecil (Warner P, 2007: 16-17).
2.3.6. Kesalahan Utama dalam Toilet Training dan Penanganannya
1. Kehilangan kesabaran
pesan verbal maupun non verbal orang tua. Saat orang tua marah
atau jijik, mereka akan merasakan hal yang sama. Tentu saja, tidak
ada yang bisa menjadi orang tua yang tenang setiap saat.
apabila anak juga sama siapnya dengan orang tua, tapi memburu-
buru anak hanya akan membuat frustasi dan kecewa. Coba biarkan
3. Mengingatkan terus
Jangan terus menanyakan anak ingin BAK atau BAB. Orang tua
4. Bersikap inkonsisten
5. Bersikap berlebihan
Bila anak menyadari bahwa orang tua sering member pujian dan
bisa sebagai cara untuk menarik perhatian orang tua. Bila anak
dengan cara yang tenang dan terkontrol, dan beri ucapan selamat
Sebaliknya biarkan dia duduk selama yang ia mau, bisa dengan cara
membujuknya untuk duduk lebih lama dengan membacakannya
buang air dank arena sakit, mungkin anak akan berpikir lebih baik
9. Menunda
Bila anak sudah meminta untuk memakai toilet mini dan sadar
kapan harus buang air kecil atau buang air besar lakukanlah
pelatihan sekarang. Jika orang tua mengabaikan hal itu maka anak
Orang tua perlu tahu kapan anak perlu istirahat.Saat orang tua
kesabaran dan antusiasme orang tua dan anak kembali (Jane Gilbert,
2005).
2.3.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi toilet training
1. Faktor predisposisi
Orang tua perlu tahu cara mengajarkan toilet training dari tahap
b. Sikap
1).Sikap tegas
2. Komunikasi
Sampaikan pada anak bahwa saat ini anak sudah siap untuk
mulai belajar latihan buang air besar dan buang air kecil.
air kecil agar anak paham seperti sebelum BAB atau BAK
alat kelamin agar alat kelamin tetap bersih. Sampaikan pada anak
bila sudah bisa melakukan dengan baik dan berilah pujian, tetapi
atau buang air kecil pada anak laki-laki atau adik laki-lakinya.
(Zaivera, 2008)
BAB III
Faktor-faktor yang
mempengaruhi toilet training : Fase Anal
1. Faktor predisposisi :
- Pengetahuan Orang
tua
- Kesiapan anak dan Toilet Training
Orang tua
2. Faktor Pendukung
- - Sikap
Sarana WC
- Komunikasi
- Ayah/kakak laki-
laki
- Ibu/kakak
perempuan
Konseling
Toilet Training
1.Membuat jadwal untuk anak
2. Metode Lisan
3. Metode Modelling
32
Keterangan gambar :
Menurut Sigmund freud balita usia 24-36 memasuki fase anal.Dimana salah
satu salah tugas penting ny adalah toilet training.Toilet training pada balita
orang tua,kesiapan anak dan orang tua) dan factor pendukung (sarana
METODE PENELITIAN
Dalam Bab IV ini akan disajikan tentang : desain penelitian; populasi, sampel,
lokasi dan waktu penelitian; prosedur pengambilan data ; alat ukur yang
digunakan; pengolahan data dan analisis data; analisis penelitian; dan etika
penelitian.
(Nursalam, 2008). Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
(Sugiyono,2011).
4.2 Kerangka Kerja
Sampel : 18 Anak
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Pengaruh Toilet Training Pada Balita Usia 24 36
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 18 orang ibu yang mempunyai
1. Kriteria Inklusi
Darul Aman.
2. Kriteria Eksklusi
Ibu ibu yang mempunyai balita usia 24-36 di Desa Koncer Darul
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling yaitu tehnik
terhadap sesuatu. Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level dari
abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau
adalah konseling.
4.5 Definisi Operasional
secara
mandiri
sebelum
konseling
secara
mandiri
setelah
diberikan
konseling .
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Jenis
yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada
(Sugiyono, 2011).
sejumlah 10 balita usia 24-36 bulan di Desa Koncer Kidul pada kuisioner
Keterangan :
n = jumlah responden
valid jika r hitung > r tabel dan tidak valid jika r hitung < r table.
no 6,8,9 tidak valid. Sehingga soal yang tidak valid diganti dan
Instrumen
K = banyaknya soal
r11 = reliabilitas
dibandingkan dengan alfa Cronbach, jika hasil alfa Cronbach >0,6 maka
menggunakan alat ukur kuisioner pada Ibu yang mempunyai anak usia
sebanyak 15 pertanyaan.
Dari uji reliabilitas pada tgl 28 January di dapatkan nilai reliabilitas
1. Editing
2. Scoring
cara pemberikan skor dimana kalau benar diberi skor 1 dan jika
Sp
Sm
N= x 100 %
Keterangan :
N : Prosentase
3. Coding
2) Tingkat Pendidikan
SD kode 1
SMP kode 2
SMU kode 3
PT kode 4
3) Pekerjaan
3. Wiraswasta kode 3
4. Buruh kode 4
B. Data khusus
Berhasil kode 1
Berhasil kode 1
4. Transfering
Setelah seluruh kuisioner terisi penuh dan benar, Serta
5. Tabulating
1. Analisis Univariat
(Notoatmodjo, 2010).
2. Analisa Bivariat
Analisis Bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap
95% dan dk:1, maka harga tabel=3,841.
Ho diterima (ha ditolak) apabila hitung <
tabel,dengan dk : 1
Ho ditolak (ha diterima) apabila hitung >
tabel,dengan dk : 1
.
4.10 Etika Penelitian
responden.
peneliti. Hanya data tertentu yang akan di sajikan pada hasil penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan didesa
diperoleh akan disajikan dalam bentuk narasi, tabel, pie dan grafik. Pada
penyajian hasil dibagi dalam dua bagian yaitu gambaran lokasi penelitian,
pendidikan terakhir, Sedangkan data khusus meliputi data toilet training balita
sebelum dan sesudah diber ikan konseling. Data tersebut kemudian akan
Hasil Penelitian
Data Umum
22%
17-25th
8; 44% 33%
26-35th
36-45th
Gambar 5.6 Diagram Pie distribusi responden berdasarkan Umur Ibu balita
usia 24-36 bulan di desa Koncer Darul Aman Kecamatan
Tenggrang Bondowoso
35 tahun.
200%; 11%
100%; 6%
700%; 39%
SD SMP SMA
800%; 44% PT
Data Khusus
Dalam data khusus ini akan ditampilkan data toilet training balita
300%; 17%
1500%; 83%
bisa tidak bisa
training.
200%; 11%
bisa
1600%; 89% tidak bisa
Tabel 5.3 Tabulasi silang pengaruh konseling pada ibu terhadap toilet
training balita usia 24-36 bulan di Desa Koncer Darul Aman
Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso
F % F % F %
Sebelum 15 83,33 3 16.6% 18 100 %
Konseling %
Sesudah 2 11.1% 16 88,9% 18 100 %
Konseling
Z = -3.606 = .000 = 0,05
Sumber: Data Primer, angket penelitian 2016
lebih kecil dari = 0,05, sehingga H1 diterima. Kesimpulan dari hasil uji
analisa data adalah ada pengaruh konseling pada ibu hamil terhadap toilet
training anak usia 24-36 bulan di Desa Koncer Darul Aman Kecamatan
PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti akan melakukan pembahasan terhadap data hasil
Bab ini akan membahas mengenai metode toilet training balita usia 24-
36 bulan sebelum konseling di Desa Koncer Darul Aman tahun 2016, toilet
training balita usia 24-36 bulan sesudah konseling dan pengaruh konseling
pada ibu terhadap toilet training balita usia 24-36 bulan di Desa Koncer D
6.1 Toilet Training Balita usia 24-36 bulan sebelum ibu mendapat
ibu. Hal ini tentunya di pengaruhi oleh banyak faktor dan kesalahan
orang tua perlu tahu cara mengajarkan toilet training dari tahap awal
sendiri ataupun dari orang lain (Azwar, 2002). Kesiapan orang tua dan
melatih toilet training, hal ini tentunya membutuhkan kesabaran orang tua
dalam melatih toilet training, kesiapan anak sendiri yaitu kesiapan fisik,
toilet mini selama berjam jam, mengurangi konsumsi cairan, Terlalu cepat
konseling toilet training pada ibu, sebanyak 15 balita (83%) belum bisa
6.4 Toilet training balita usia 24-36 bulan sesudah mendapat konseling
Kabupaten Bondowoso
terutama dalam hal penerapan toilet training pada anak usia toddler,
orang tua menjadi tahu dan dapat mengambil sikap yang tepat dalam
tidak tepat.
orang tua, melainkan di asuh oleh nenek atau dititipkan orang lain
Bondowoso
0,05 sehingga hipotesa diterima. Kesimpulan dari hasil uji analisa data
toilet training balita usia 24-36 bulan di Desa Koncer Darul Aman
(Saefudin, 2012).
yang diberikan saat konsultasi dapat diperoleh secara terus menerus dan
berkesinambungan.
Status Gizi Balita Gizi Buruk di Kota Sorong Irian Jaya. Hasil
langsung.
Konseling yang benar dan tepat tentang toilet training harus di dapatkan
selanjutnya.
BAB VII
PENUTUP
7.3 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang pengaruh konseling pada ibu terhadap toilet
training balita usia 24-36 bulan di Desa Koncer Darul Aman Kecamatan
balita usia 24-36 bulan (83,33%) belum bisa melakukan toilet training
7.3.3 Ada pengaruh konseling pada ibu terhadap toilet training pada anak usia
7.4 Saran
dalam memberikan konseling kepada ibu balita usia 24-36 bulan untuk
memotivasi dan memberikan ilmu tentang cara melatih anak toilet training
yang baik.
tentang konseling pada ibu tentang toilet training anak usia 24-36 bulan,
DAFTAR PUSTAKA
Crain, William. (2007) Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pieter & Janiwarti, (2013) Pendidikan Psikologi untuk Bidan, Suatu teori &
Terapannya. Yogyakarta: Andi
Nursalam. (2013) Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan
Bidan). Jakarta: Salemba Medika
Santoso, Rina. (2015). Cara Cepat Toilet Training untuk Sang Buah Hati.
https//books.google.co.id
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN
o January February Maret April M
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
. Pengajuan dan Konfirmasi
pada pembimbing
. Konfirmamsi Judul
Saksi
(..)
Lampiran 4
PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT
Pengaruh Konseling Pada Ibu Terhadap Toilet Training Pada Anak Usia 24-36
Bulan di Desa Koncer Darul Aman tahun 2015
I. Identitas Responden
1. Nomor Urut* : ........................
2. Nama : ....
4. Jenis Pekerjaan** :
2. Pegawai (Negeri/Swasta)
3. Wiraswasta
4. Buruh
5. Pendidikan Terakhir** :
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Sarjana
Keterangan : *) diisi oleh peneliti **) pilih salah satu sesuai dengan status anda
Kuesioner Penelitian
Beri tanda cheklist ( ) pada pernyataan yang sesuai dengan pendapat anda :
Keterangan :
1. YA
2. TIDAK
Pernyataan YA TIDAK
1. Orang tua mengajarkan pada anak untuk jongkok dari waktu 5
sampai 10 menit tanpa berdiri dulu.
2. Apakah anak mampu mengkomunikasikan secara verbal dan
nonverbal jika merasa ingin berkemih?
3. Apakah anak merasa tidak betah dengan kondisi basah dan
adanya benda padat dicelana?
Lampiran 6
- Metode Lisan
- Metode Modelling
- Memaksa
- Mempermalukan
- Memukul
- Air Mengalir
Analisa Situasi :
1. ANALISA SITUASI
Peserta
Nama :
Umur : tahun
Pendidikan :
Pekerjaan :
2. TUJUAN
I Tujuan Umum
Ibu-ibu dapat mengisi kuesioner sebelum dan setelah diberi konseling
II Tujuan Khusus
3. MEDIA/ALAT BANTU
4. KEGIATAN KONSELING
Terlampir
6. RENCANA EVALUASI
I. Evaluasi Proses
yang bertanya.
2. Kehadiran ibu.
II. Evaluasi Hasil
konseling.
MATERI KONSELING
Selama ini terdapat dua pendapat berbeda mengenai kapan waktu terbaik untuk
mulai mengajarkan toilet training pada anak. Pendapat pertama menyebutkan untuk
Menurut Peter Stavinoha, bahwa usia tidak bisa dijadikan patokan untuk
menentukan kapan anak harus mulai diajarkan menggunakan toilet. Kuncinya adalah
Waktu yang terbaik untuk melakukan toilet training adalah saat anak berusia antara
dua hingga tiga tahun. Studi terbaru merekomendasikan para orang tua untuk mulai
mengenalkan toilet training saat anak berusia 27-32 bulan. Anak yang baru mulai
belajar menggunakan toilet diatas usia 3 tahun cenderung lebih sering mengompol
hingga usia sekolah. Sebaliknya, bila memulai mengenalkan anak untuk BAK dan
BAB di toilet sebelum anak berusia 27 bulan justru lebih sering gagal.
Ada satu hal penting yang dapat dijadikan patokan adalah jika anak sudah dapat
mengontrol otot-otot kandung kemih dan pantatnya. Otot-otot itu akan matang saat
anak berusia antara 18 sampai 36 bulan. Inilah rentang usia dimana latihan ke toilet
Tanda kesiapan anak menjadi nyata setelah usia 18 bulan, dan umumnya antara 24-
30 bulan, yaitu :
2.1 Kesiapan fisik
kering untuk beberapa jam. Contoh : anak sering tetap kering setelah
mendekati tanda kesiapan akan mulai BAK dalam jumlah yang lebih
BAB. Anak umumnya akan menunjukkan tanda mereka akan BAK atau
2.2.1 Keinginan untuk diganti. Anak menjadi tidak nyaman saat popok
mereka basah atau ada BAB dan meminta untuk diganti popoknya.
2.2.3 Keinginan untuk mendapat privasi saat akan BAB atau BAK. Banyak
anak ingin sendiri saat akan BAK atau BAB. Hal ini juga menunjukkan
anak mampu menahan keinginan untuk BAB atau BAK untuk waktu
singkat.
2.3 Kesiapan umum
apa kegunaan toilet dan karena itu maka penting untuk dipelajari.
Orang tua bisa menyusun jadwal dengan mudah ketika orang tua tahu dengan
tepat kapan anaknya biasa buang besar (BAB) atau buang air
kecil(BAK).Orang tua bias memilih waktu selama 4 kali sehari untuk melatih
anak yaitu pagi,siang,sore,dan malam bila orang tua tidak mengetahui jadwal
yang pasti buang air kecil(BAK) dan buang air besar (BAB) anak.
Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan istruksi pada
anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar dan kecil. Cara ini
kadang-kadang merupakan hal biasa yang dilakukan pada orang tua akan tetapi
apabila kita perhatikan bahwa tehnik lisan ini mempunyai nilai yang cukup
besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil dan buang air besar
dimana dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan semakin matang
dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil dan
Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar atau
contoh buang air kecil dan buang air besar atau membiasakan buang air kecil
dan buang air besar secara benar. Dampak yang jelek pada cara ini adalah
apabila contoh yang diberikan salah sehingga akan dapat diperlihatkan pada
anak nantinya anak juga mempunyai kebiasaan yang salah. Selain cara tersebut
di atas terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan seperti melakukan observasi
waktu.
Beberapa teknik bukan hanya tidak efektif, tetapi juga membahayakan jiwa
4.1 Memaksa
4.2 Mempermalukan
hanya rasa bersalah, tingkah laku antisocial, juga rasa percaya diri yang
menggunakan toilet.
4.3 Memukul
penghargaan.
Anak mungkin menjadi bosan, gelisah, dan tidak mau bekerja sama, dan
untuk orang yang lebih tua sebagai respon yang terlatih, tetapi suara air
tidak berhasil untuk anak yang lebih kecil (Warner P, 2007: 16-17).
verbal maupun non verbal orang tua. Saat orang tua marah atau jijik, mereka
akan merasakan hal yang sama. Tentu saja, tidak ada yang bisa menjadi orang
tua yang tenang setiap saat. Membersihkan kotoran anak bukan kegiatan yang
menyenangkan dan terus menerus mencuci baju kotor akan melelahkan.
proses alami. Gagal melakukannya dengan benar bukanlah kiamat, dan toilet
melakukan latihan toilet kepada anak. Ini bisa berhasil, apabila anak juga sama
siapnya dengan orang tua, tapi memburu-buru anak hanya akan membuat
frustasi dan kecewa. Coba biarkan anak siap memulai latihan toilet.
Jangan terus menanyakan anak ingin BAK atau BAB. Orang tua memang
berlebihan. Ajakan sekali dengan lembut sudah cukup, walaupun bisa juga
segera bertanya bila melihat anak sudah mulai merasakan hasrat tersebut.
mengompol di celana popok akan membuat anak sulit mengerti kenapa ini tidak
Bila anak menyadari bahwa orang tua sering member pujian dan dorongan
menambah kesempatan belajarnya, tetapi juga bisa sebagai cara untuk menarik
perhatian orang tua. Bila anak buang air akan membuat aktivitas berhenti dan
air.Bila anak selama itu ditoilet, tentunya kebosanan dan ketidak nyamanan
duduk di toilet yang dingin dalam waktu lama. Ini akan mendorong anak lebih
memilih kehangatan popok. Sebaliknya biarkan dia duduk selama yang ia mau,
Awalnya anak perlu banyak minum untuk membiasakan diri buang air kecil
cairan akan menyakitkan anak saat buang air dank arena sakit, mungkin anak
akan berpikir lebih baik ditahan-tahan yang akan jadi masalah nantinya.
Alasan yang baik kenapa harus cepat melatih anak menggunakan toilet
5.9 Menunda
Bila anak sudah meminta untuk memakai toilet mini dan sadar kapan harus
buang air kecil atau buang air besar lakukanlah pelatihan sekarang. Jika orang
tua mengabaikan hal itu maka anak akan terbiasa mengabaikan pesan-pesan dari
dalam tubuhnya, dan proses belajarnya akan menjadi lebih lama dimasa depan.
Orang tua perlu tahu kapan anak perlu istirahat.Saat orang tua merasa marah
dan frustasi atau anak terkesan kuat penolakannya, mungkin sudah waktunya
untuk berhenti sejenak.Tunggu sampai kesabaran dan antusiasme orang tua dan
anak kembali.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi toilet training
toilet training, dimulai tahu tanda-tanda kesiapan anak. Orang tua perlu
tahu cara mengajarkan toilet training dari tahap awal sampai akhir.
6.1.2 Sikap
Sikap tegas
bersikap inkonsisten.
Sikap kompromi
Selain sikap tegas orang tua dituntut untuk bersikap
untuk melatih toilet training, dimulai dari melatih anak untuk tidak
mengompol siang hari, tidak buang air besar di celana sampai tidak
WC atau kakus sebaiknya aman dan nyaman serta lantai tidak licin
toilet training.
6.2.2 Komunikasi
Sampaikan pada anak bahwa saat ini anak sudah siap untuk mulai
belajar latihan buang air besar dan buang air kecil. Komunikasikan
semua proses latihan buang air besar dan buang air kecil agar anak
dahulu, jongkok dan lau membersihkan alat kelamin agar alat kelamin
tetap bersih. Sampaikan pada anak bila sudah bisa melakukan dengan
baik dan berilah pujian, tetapi jika belum bisa jangan mengejek anak.
Ayah atau kakak laki-laki memberi contoh buang air besar atau
Ibu atau kakak perempuan memberi contoh buang air besar atau
Lampiran 9
Correlations
Correlations
Soal1 Soal1
Soal1 Soal2 Soal3 Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8 Soal9 0 1 Soal12 Soal13 soal14 soal 15 Total
Q Pearson 1 .008 .174 .174 .811** .504 -.240 -.656 .835** .504 .835** .364 .296 .260 -.488
*
1 Correlatio
Sig. (2- .982 .632 .632 .004 .137 .505 .039 .003 .137 .003 .302 .406 .468 .153
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Q Pearson .008 1 .008 .174 .343 -.074 .421 .680* -.240 .256 -.240 .273 .856** .646* .835**
2 Correlatio
Sig. (2- .982 .982 .632 .332 .838 .225 .030 .505 .475 .505 .446 .002 .044 .003
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Q Pearson .174 .008 1 .091 .343 .174 .587 -.170 .174 .421 .174 -.273 .056 .164 .008
3 Correlatio
Sig. (2- .632 .982 .803 .332 .632 .075 .639 .632 .225 .632 .446 .878 .651 .982
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Q Pearson .174 .174 .091 1 -.047 .669* .174 .194 .504 .256 .504 .545 .376 .453 .174
4 Correlatio
Sig. (2- .632 .632 .803 .898 .034 .632 .591 .137 .475 .137 .103 .284 .189 .632
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Q Pearson .811** .343 .343 -.047 1 .265 .109 -.298 .499 .577 .499 .086 .589 .345 -.125
5 Correlatio
Sig. (2- .004 .332 .332 .898 .459 .764 .403 .142 .081 .142 .814 .073 .328 .731
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Q Pearson .504 -.074 .174 .669* .265 1 .256 -.292 .835** .752* .835** .636* .216 .549 -.240
6 Correlatio
Sig. (2- .137 .838 .632 .034 .459 .475 .414 .003 .012 .003 .048 .549 .100 .505
tailed)
Reliability
N %
Total 15 100.0
1 soal2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Q1 1.00 .008 .174 .174 .811 .504 -.240 -.656 .835 .504 .835 .364 .296 .260 -.488
Q2 .008 1.00 .008 .174 .343 -.074 .421 .680 -.240 .256 -.240 .273 .856 .646 .835
Q3 .174 .008 1.00 .091 .343 .174 .587 -.170 .174 .421 .174 -.273 .056 .164 .008
Q4 .174 .174 .091 1.00 -.047 .669 .174 .194 .504 .256 .504 .545 .376 .453 .174
Q5 .811 .343 .343 -.047 1.00 .265 .109 -.298 .499 .577 .499 .086 .589 .345 -.125
Q6 .504 -.074 .174 .669 .265 1.00 .256 -.292 .835 .752 .835 .636 .216 .549 -.240
Q7 -.240 .421 .587 .174 .109 .256 1.00 .437 -.157 .504 -.157 .091 .296 .549 .504
Q8 -.656 .680 -.170 .194 -.298 -.292 .437 1.00 -.656 -.170 -.656 .000 .494 .312 .923
Q9 .835 -.240 .174 .504 .499 .835 -.157 -.656 1.00 .587 1.00 .455 .136 .260 -.570
0 0
Q10 .504 .256 .421 .256 .577 .752 .504 -.170 .587 1.00 .587 .364 .456 .742 .008
Q11 .835 -.240 .174 .504 .499 .835 -.157 -.656 1.00 .587 1.00 .455 .136 .260 -.570
0 0
Q12 .364 .273 -.273 .545 .086 .636 .091 .000 .455 .364 .455 1.00 .264 .636 .091
Q13 .296 .856 .056 .376 .589 .216 .296 .494 .136 .456 .136 .264 1.00 .644 .616
Q14 .260 .646 .164 .453 .345 .549 .549 .312 .260 .742 .260 .636 .644 1.00 .453
Q15 -.488 .835 .008 .174 -.125 -.240 .504 .923 -.570 .008 -.570 .091 .616 .453 1.00
0
Summary Item Statistics
Maximum /
Mean Minimum Maximum Range Minimum Variance N of Items
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted
Scale Statistics
I
PANDUAN
.4
TOILET
A. Waktu yang Tepat Memulai
TRAINING
Toilet Training...5
BALITA
B. Tanda Kesiapan Anak
TRAINING.1
2
DI SUSUN OLEH :
ZAKIYAH HADI A. Membuat Jadwal Untuk
NIM. 15301.07.15046
Anak.12
PENDAHULUAN DAN
.... PENANGANANNYA.....
2 19
A. Kehilangan I. Menunda
Kesabaran ................24
Tua.20 .........24
C. Mengingatkan MEMPENGARUHI
Terus TOILET
.20 TRAINING
D. Bersikap .26
Inkonsisten A. Faktor
21 Predisposisi
E. Bersikap .26
.21 Anak..29
Cairan................23 DAFTAR
Memulai......... .....36
......23
PENDAHULUAN ,si anak harus bisa duduk dan
merangkak.
Dalam profesi saya sebagai
Tanpa terasa si kecil cepat
bidan, saya banyak berhubungan
sekali tumbuhnya.Rasanya baru
dengan para orang tua yang berada
kemaren melihat ia belum bisa apa-
dalam kondisi ini . Saya banyak
apa, hanya mengedip-ngedipkan
mengamati berbagai macam cara
mata,tertawa, dan menangis.Setiap
yang dilakukan oleh orang tua dan
saat harus pakai popok . Sekarang ia
memilih cara cara yang terbukti
sudah bisa merangkak kesana kemari
efektif. Tips dan Trik yang saya
Sepertinya waktu untuk
kumpulkan akan saya bagikan dalam
melatih si kecil untuk menggunakan
acara konseling dan pelatihan Toilet
toilet telah tiba. Tapi apa yang harus
Training pada ibu yang mempunyai
dilakukan dan disiapkan?
balita usia 24 sampai 36 bulan
Ini pertanyaan yang banyak
sehingga diharapkan dapat
muncul di benak para orang tua saat
membantu para orang tua dalam
melihat bayi mungilnya ternyata
melalui fase penting ini. Sekarang
sudah tumbuh semakin besar.
saya akan membagikan hal tersebut
Mungkin saat ini pertanyaan yang
kepada anda melalui buku ini.
sama pun muncul di benak anda.
Kemampuan menggunakan
toilet sama seperti kemampuan dasar
lainnya seperti duduk, merangkak,
dan berjalan. Masing masing
kemampuan dasar tersebut hanya
bisa
mulai dipelajari oleh si anak apabila
BAB I
si anak telah memenuhi
Toilet training merupakan
4
suatu proses untuk mengajarkan
5
beberapa kondisi tertentu contohnya kepada anak-anak untuk buang air di
supaya si anak bisa belajar berjalan
kamar mandi (WC).
A. Waktu yang Tepat Memulai saat anak berusia antara dua
sering gagal.
6
8
7
Ada satu hal penting yang
Menurut Peter Stavinoha,
dapat dijadikan patokan adalah
bahwa usia tidak bisa dijadikan
jika anak sudah dapat mengontrol
patokan untuk menentukan kapan
otot-otot kandung kemih dan
anak harus mulai diajarkan
pantatnya. Otot-otot itu akan
menggunakan toilet. Kuncinya
matang saat anak berusia antara
adalah saat perkembangan fisik,
18 sampai 36 bulan.
emosi, dan psikologis anak siap.
Inilah rentang usia dimana
Waktu yang terbaik untuk
latihan ke toilet dapat dimulai.
melakukan toilet training adalah
Setidaknya setelah anak berusia 2 2.1.8 BA
mengendalikan 2.1.9 BA
9 keinginan untuk
10 dalam daripada
seringkali 11
sederhana. Anak
2.3.8 Mengerti
sebaiknya juga
konsep penggunaan
secara sukarela mau
toilet. Anak harus
untuk bekerja sama
mampu mengerti apa
dengan orang tua.
kegunaan toilet dan
2.3.6 Berjalan
karena itu maka
dengan baik.
penting untuk
Kemampuan
dipelajari.
berjalan merupakan
ke toilet.
melepas celana.
melepas pakaiannya. 13
membantu
12
kecil(BAK).Orang tua bias
anak yaitu
pagi,siang,sore,dan malam
anak.
14
15
BAB II
B. Metode Lisan
ketika orang tua tahu air besar dan kecil. Cara ini
15
C. Metode Modelling 16
penghargaan.
18
D. Duduk Untuk Waktu yang
Lama 19
menghindari
penggunaannya. Anak
mengompol di celana
berkesempatan untuk
menaruhnya di toilet.
20
E. Air Mengalir
suara air
marah atau jijik, mereka
akan melelahkan.
21
22
menyampaikan pesan
BAB III
bahwa memakai toilet
Kesalahan Utama dalam
adalah proses alami. Gagal
Toilet Training dan
melakukannya dengan benar
Penanganannya
bukanlah kiamat,
memperbolehkannya
orang tua. Bila anak buang dalam waktu lama. Ini akan
G. Mengurangi konsumsi
cairan
27
mengabaikan pesan-pesan
terjadi setelah
melakukan
penginderaan terhadap
melakukan
penginderaan terjadi
melalui indra
manusia, sebagian
besar pengetahuan
manusia diperoleh
melalui mata
(penglihatan) dan
telinga (pendengaran).
BAB IV
29
Faktor-faktor yang
30
mempengaruhi toilet Pengetahuan
yaitu cara
mengajarkan latihan
A. Faktor predisposisi
toilet training,
1. Pengetahuan orang
dimulai tahu tanda-
tua
tanda kesiapan anak.
Pengetahuan
Orang tua perlu tahu
adalah merupakan
cara mengajarkan terhadap nilai-nilai
31 yang berarti.
Salah satu bersikap
bersikap tidak.Selain
32 menumbuhka
dituntut pengetahuan
aktifitas.Oran training.
g tua
C. Faktor yang mendukung
33 toilet training
Kesiapan anak
training. Komunikasikan
semua proses bisa jangan
pada perempuan
35 memberi contoh