Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2.
Secondary Cementing dibagi menjadi tiga bagian :
Squeeze Cementing
Re-Cementing dan
Plug Back Cementing
Tujuan Re-Cementing :
- Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan untuk
memperluas perlindungan casing di atas top semen.
Tujuan Plug Back Cementing :
- Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well)
- Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock dikarekan adanya
perbedaan compressive strength antara semen dan formasi maka lubang akan berubah
arahnya.
- Menutup zona air di bawah zona minyak agar water-oil ratio berkurang pada open
hole completion.
3.
Melekatkan casing dengan formasi.
Melindungi casing dari korosi.
Mencegah hubungan formasi formasi dbelakang casing.
Melindungi casing dari tekanan formasi.
Menutup zona zona atau formasi formasi yang membahayakan operasi pemboran
selanjutnya
To prevent the movement of fluids from one formation to another or from the
formations to surface through the annulus between the casing and borehole.
To support the casing string (specifically surface casing)
To protect the casing from corrosive fluids in the formations.
Melindungi dan melekatkan casing pada dinding formasi.
Menutup daerah hilang sirkulasi dan mengisolasi lapisan dibelakang casing
agar tidak terjadi komunikasi antar lapisan.
Mencegah penyusupan gas atau fluida formasi yang bertekanan tinggi ke
celah antara casing dan formasi, yang dapat menimbulkan masalah yang yang
membahayakan dipermukaan.
Menutup sumur yang akan ditinggalkan.
Memperbaiki casing yang rusak.
Memperbaiki kesalahan pada waktu perforasi.
4.
5.
Proses Pembakaran
Setelah mengalami proses peleburan, campuran tersebut dimasukkan kedalam tempat
pembakaran (klin). Di klin campuran tersebut berputar-putar kemudian berubah
menjadi klinker. Ada 6 tahap temperatur yang harus dilalui campuran di klin, yaitu :
- Tahap 1 (sampai 200C)
Ditahap ini mengalami proses penguapan air bebas.
- Tahap 2 (200 sampai 800)
Pada tahap ini mengalami proses pra-pemanasan, dimana partikel- partikel clay
dihidroksidasi (pembebasan unsur-unsur dihidroksida).
- Tahap 3 (800-1100) dan Tahap 4 (1100 - 1300)
Pada tahap ini mengalami proses pembebasan unsur karbon (dekarbonisasi).
Dehidroksidasi mineral mineral clay disempurnakan dan didapatkan hasil yang
berbentuk kristal. Kalsium Karbonat membebaskan sejumlah besar
karbondioksida. Produk bermacam- macam kalsium aluminat dan ferit mulai
terjadi.
- Tahap 5 (1300-1500-1300)
Pada tahap ini sebagian campuran reaksi mencair. Dan suhu 1500 oC (clincering
temperature), C2S dan C3S terbentuk. Sementara itu lime, alumina dan oksida besi
tetap dalam fasa cair.
- Tahap 6 (1300o 10000C)
Pada tahap ini C3A dan C4AF berubah dari fasa liquid menjadi padat dan
berbentuk kristal.
Proses Pendinginan
Proses pendinginan sebenarnya telah dimulai dari sebagian tahap 5, ketika
temperature mulai menurun dari clinkering temperature. Kualitas clinker
danselesainya pembuatan semen sangat tergantung dari laju pendinginan perlahan
lahan sekitar 4-5oC sampai suhu 1250oC, kemudian cepat sekitar 18o 20oC per menit.
Saat laju pendingin lambat, C3A dan C4AF dengan cepat mengkristal, kristal C 3S dan
C2S menjadi lebih teratur dan MgO bebas juga mengkristal (mineral ini disebut
Periclase). Pada kondisi ini, aktivitas hidrolik kecil, compressive strength awal tinggi
namun strength selanjutnya rendah. Saat laju pendinginan cepat, fasa likuid memadat
seperti gelas. C3A dan C2S menurun. MgObebsa tetapdalam fasa gelas, sehingga
menjadi kurang aktif dan dapat menyebabkan semen menjadi kurangkokoh. Pada
kondisi ini, compressive strength awal rendah, namun selanjutnya tinggi.
Proses Penggilingan
Pada tabung penggiling ada bola-bola baja, yang dapat mengakibatkan sekitar 97-99%
energi yangmasuk diubah menjadi panas. Oleh karena itu diperlukanpendinginan,
karena biola terlalu panas akan banyak gipsum yang menghidrasi menjadi kalsium
sulfat hemihidrat (CSH1/2) atau larutan anhidrit(CS). Akhirnya dai proses
penggilingan di dapat bubuk semen yang diinginkan, yangdihasilkan dari
penggilingan clinker dengan gipsum (CSH2).
6.
f. Kelas F
Digunakan untuk kedalaman 10.000 ft sampai dengan 16.000 ft.
Untuk menyemen formasi dengan tekanan dan temperatur yang sangat tinggi.
g. Kelas G
Semen kelas G merupakan semen dasar, yang dapat dipakai sampai kedalaman
8000 ft.
Kalau dinginkan untuk kondisi yang lain maka dapat ditambah dengan addtive
yang sesuai.
Tersedia untuk ketahanan terhadap sulfate untuk tingkat moderate sampai
tinggi.
h. Kelas H
Semen kelas H juga merupakan semen kelas dasar, sama dengan semen kelas
G.
Tersedia untuk tingkay\t moderate sulfate resistance.
Semen dari kelas A sampai dengan F adalah jenis semen yang tidak ditambahi addtive
dalam penggunaannya, sedangkan untuk kelas G dan H dapat ditambahkan dengan
additive bila diperlukan.
7.
Waktupengikatan
Waktuikatadalahwaktu yang diperlukan semen untukmengeras,
terhitungdarimulaibereaksidengan air danmenjadi pasta semen hingga pasta
semen cukupkakuuntukmenahantekanan.
Panashidrasi
Panashidrasiadalahpanas yang terjadipadasaat semen bereaksidengan air,
dinyatakandalamkalori/gram.
Soundsness
Soundness didefinisikansebagaikemampuan pasta semen yang
mengerasuntukmempertahankanvolumenyasetelah proses pengikatanberakhir.
Konsistensi
Konsistensi di definisikansebagaikemampuan pasta semen untukmengalir.
Kehalusanbutir (fineness)
Kehalusanbutir semen akanmempengaruhi proses hidrasi.
Semakinhalusbutiran semen makaluaspermukaanbutiruntuksuatujumlahberat
semen tertentumenjadilebihbesarsehinggajumlah air yang
dibutuhkanjugabanyak.Semakinhalusbutiran semen maka proses
hidrasinyasemakincepatsehingga semen mempunyaikekuatanawaltinggi.
Selainitubutiran semen yang halusakanmengurangi bleeding, tetapi semen
cenderungterjadipenyusutan yang
besardanmempermudahterjadinyaretaksusutpadabeton.
Thickening time
8.
Accelerators
Accelerators adalah zat yang dapat mempercepat proses pengerasan pada bubur semen,
sehungga thickening time menjadi lebih singkat. Accelerator yang biasa digunakan adalah
calcium chloride (CaCl2), sodium chloride (Salt-NaCl), gypsum cement, sodium silicate
(Na2SiO2), air laut.
Cara Konvensional untuk mempercepat proses pengerasan bubur semen adalah dengan
memperbesar densitas semen atau mengurangi jumlah air.
Additive ini berfungsi untuk membuat bubur semen lebih ringan. Digunakan untuk
penyemenan pada formasi yang lemah dan tidak kuat menahan berat kolom semen.
Additive ini berfungsi untuk pemberat bubur semen. Additive ini digunakan untuk
penyemenan pada formasi yang memiliki tekanan cukup tinggi, sehingga tekanan dalam
kolom semen mampu mengimbangi tekanan formasi.
Retarder
Semen retarder adalah additive yang digunakan untuk memperpanjang waktu
proses pengerasan bubur semen. Biasanya additive ini digunakan untuk
penyemenan sumur-sumur dalam yang bertemperatur tinggi. Sehingga bubur
semen tidak mengeras sebelum target tercapai.
Additive jenis ini digunakan untuk menanggulangi kehilangan bubur semen pada saat
proses penyemenan. Ada dua cara untuk menanggulangi kehilangan bubur semen,
Yaitu :
Friction Reducer
Additive ini berfungsi untuk mengurangi kekentalan bubur semen, serta membuat
turbulensi aliran bubur semen pada laju pemompaan yang rendah. Friction reducer
juga sering dikenal dengan nama cement dispersant.
Terdapat beberapa sistem dalam penyemenan utama, dan itu semua tegantung dari
kedalam lubang sumur, biasanya dipakai untuk penyemenan Stove Pipe dan Conductor
Casing .Pada Stove Pipe dengan memasang Pipa Tubing pada annulus lubang yang pertama
dibor dengan Stove Pipe, sedangkan untuk Conductor Casing dengan memasukkan Pipa
sedangkan Shoe yang dipakai adalah Duplex Shoe. Biasanya dipakai untuk penyemanan
Conductor Casing karena Casing ini memiliki ukuran diameter besar sehingga dengan
system ini diperlukan volume displace sedikit ( sepanjang DP) dan waktunya lebih cepat
Yaitu penyemenan dengan menggunakan Bottom dan Top Plug,pada ujung Casing dipasang
Float Shoe dan Float Collar, sedangkan pada puncak Casing dipasang Plug
Production Casing.
Yaitu penyemenan Casing dalam satu trayek dilakukan lebih dari satu kali dengan
cara bertahap/bertingkat, menggunakan peralatan khusus yaitu DSCC, Plugs khusus, dan
Float Collar khusus. Pertimbangan dilakukan penyemenan Multi Stage adalah Casing yang
disemen panjang dan atau adanya zona loss pada lubang sumur tersebut. Biasanya untuk
10.
A. Cementing Unit
Cementing unit adalah merupakan suatu unit pompa yang mempunyai fungsi
untuk memompakan bubur semen (slurry) dan lumpur pendorong dalam
proses penyemenan.
Tanki Semen
Untuk menyimpan semen kering.
Hopper
Untuk mengatur aliran dari semen kering agar merata.
Jet Mixer
Mixer yang umum digunakan sekarang ini adalah jet mixer dimana
dipertemukan dua aliran yaitu bubur semen dan air yang ditentukan
melalui venturi agar dapat mengalir dengan deras dan dapat menghasilkan
turbulensi, yang dapat menghasilkan pencampuran yang baik dan benarbenar
homogen. Densitas slurry dapat diukur dengan mud balance
B. Flow Line
Pipa yang berfungsi untuk mengalirkan bubur semen yang dipompakan dari cementing
unit ke cementing head.
C. Cementing Head
Berfungsi untuk mengatur aliran bubur semen yang masuk ke lubang bor. Ada dua tipe
cementing head, yaitu :
1. Mac Clatchie Cementing Head
Merupakan type cementing head yang cara penggunaannya pada waktu pemasukan
bottom plug dan top plug dengan jalan membuka dan memasang kembali.
2. Plug Container
Jenis ini tidak praktis dari pada mac clatchie, karena pada plug contanier ini
memasangnya top plug dan bottom plug tidak perlu membukanya, akan tetapi sudah
terpasang sebelumnya.
a. Casing
Merupakan pipa selubung yang berfungsi untuk :
Jenis-jenis casing :
Conductor casing
Intermediate casing
Production casing
b. Centralizer
Untuk mendapatkan cincin semen yang baik (merata), casing harus terletak ditengah-
tengah lubang, untuk itu casing dilengkapi dengan centralizer.
Fungsi dari centralizer sebagai berikut :
1. Menempatkan casing di tengah-tengah lubang
2. Menyekrap mud cake
3. Mencegah terjadinya differntial sticking
Centralizer dibuat dari bahan baja, sehingga mampu mendorong casing di tengah-
tengah lubang.
c. Scratchers
Adalah suatu alat yang dirangkaikan/dipasang pada casing dan berfungsi untuk
membersihkan dinding lubang bor dari mud cake, sehingga didapat lubang bor yang
bersih.
Ada dua jenis scratchers , yaitu Rotation type wall scratchers dan Reciprecasing type
scratcher.
Pemasangan scratchers pada casing pada umumnya dilas, tetapi dewasa ini dipasang
dengan step collar atau clemps. Receiprecasing scratcher umumnya dipasang pada
interval 15-20 ft sepanjang daerah yang disusun, sedang relating scretcher dipasang
pada zone produktif (porous).
d. Peralatan Floating
Peralatan floating terdiri dari casing shoe, float shoe, guide collar dan float collar.
1. Casing Shoe
Biasanya berbentuk bulat pada bagian bawah dan ditempatkan pada ujung terbawah
dari rangkaian casing dan didalamnya tidak terdapat valve.
Berfungsi sebagai sepatu dan pemandu untuk memudahkan pemasukan rangkaian
casing agar tidak terjadi sangkutan pada didnding lubang bor. Shoe ini bersifat
drillable atau dapat dibor kembali.
2. Float Shoe
Pada prinsipnya adalah sama dengan casing shoe, perbedaannya terletak pada adanya
valve yang berfungsi untuk :
Mencegah aliran balik, mencegah blowout pada saat casing diturunkan.
Mencegah aliran balik semen, setelah proses penyemenan.
Memperkecil beban menara.
3. Guide Collar
Tidak dilengkapi valve, sehingga tidak dapat menahan tekanan balik.
4. Float Collar
Dilengkapi dengan valve, sehingga fapat menahan tekanan balik semen.
e. Shoe Trach
Merupakan pipa casing yang dipasang antara shoe dan collar, sepanjang satu batang
atau lebih, tergantung dari ketinggian semen di annulus, karena ketinggian semen di
annulus akan menentukan perbedaan tekanan hidrostatik diluar dan didalam casing
pada waktu memasukkan top plug. Shoe trach berfungsi untuk menampung bubur
semen yang bercampur udara atau lumpur pendorong, agar tidak keluar ke annulus
disekitar shoe. Memasukkan udara pada bubur semen ini terjadi bila penyemenan
menggunakan mac clatchie cementing head, yaitu pada saat cementing head dibuka
sampai memasuki top plug dan pemasangan cementing head kembali. Udara masuk
karena adanya penurunan tekanan semen, akibat perbedaan berat jenis bubur semen
didalam casing dan berat jenis lumpur diluar casing.
f. Bottom Plug
Berfungsi untul mencegah adanya kontaminasi antara lumpur dengan bubur semen.
Jadi untuk mendorong lumpur yang berada didalam casing dan memisahkan casing
dari semen dan juga membersihkan mud film didalam dinding casing, pada bottom
plug terdapat membran yang pada tekanan tertentu dapat pecah, sehingga semen akan
mengalir keluar dan terdorong ke
annulus sampai mencapai tujuan yang diharapkan. Bottom plug dibuat dari bahan
karet dan bahan dalamnya dibuat dari alluminium.
g. Top Plug
Berfungsi untuk mendorong bubur semen, memisahkan semen dari lumpur pendorong
agar tidak terjadi konyaminasi, membersihkan semen dari sisa-sisa semen didalam
casing. Alat ini sebagian besar terbuat dari karet dan pada bagian bawahnya
digunakan plat alluminium dan tidak mempunyai membran. Apabila top plug ini sudah
mencapai bottom plug, maka tekanan pompa akanm naik secara tiba-tiba dan pada
saat itu pemompaan dihentikan.
2. Cement Basket
Terletak dibawah stage cementing collar, berfungsi untuk menyekat ruang annulus
antara ruang bawah stage collar dan bagian atas stage collar.
3. Trip Plug
Setelah primary cementing selesai maka dimasukkan trip plug. Plug ini berfungsi
untuk membuka lubnag pada strategi cementing collar. Karena beratnya, trip plug ini
turun kebawah yang akhitnya sampai pada stage cementing collar. Dengan tekanan
tertentu lower inner sleeve akan turun dan membuka lubang pada stage cementing
collar disebut cementing ports.
4. PEMBAHASAN
Operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing pada dinding lubang sumur,
melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu operasi pemboran (seperti
getaran), melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi dan untuk
memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain di belakang casing.
Proses penyemenan diawali dengan pemompaan semen masuk lubang casing kemudian
didorong kedalam sampai batas yang diinginkan, setelah kering maka baru dilakukan
pemboran selanjutnya.
13.
CBL, cement bond logging, metode yang dapat digunakan untuk mengetahui
compressive strength dari suatu cement.
VDL, variable density logging.
Proses yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kerusakan pada primary
cementing.
14.
Komponen ini tidak tahan terhadap sulfate karena bisa melunakkan semen.
15.
Salah satu masalah yang dihadapi pada saat melakukan penyemenan adalah
pada saat menembus formasi yang memiliki banyak rekahan dan formasi yang
memiliki tekanan rekah formasi lebih kecil dari tekanan hidrostatik semen
dengan densitas normal maka formasi tersebut dikatakan lunak atau mudah
pecah sehingga dibutuhkan densitas semen di bawah densitas normal. Aditif
yang dapat digunakan untuk menurunkan densitas semen pemboran adalah Low
density material (Glass bubble dan Cenospheres).
Tujuan utama yaitu pencarian formulasi yang tepat untuk densitas rendah
dengan penambahan Low density material untuk mencari sifat fisik semen yang
baik, kecendrungan pada densitas rendah sulit sekali mencari harga sifat fisik
semen yang ideal untuk itu ditambahkan aditif lain (Gas block, Fluid loss,
Dispersant, Extender, Silica flour dan Defomer) yang optimum, sehingga bubur
semen tersebut mempunyai sifat-sifat fisik yang memenuhi persyaratan sesuai
dengan kondisi temperatur dan tekanan formasi pada sumur yang bersangkutan.
Sifat fisik yang akan diamati yaitu Rheology, kadar air bebas (Free water), laju
hilangnya cairan (Fluid loss), waktu pengejalan (Thickening time), kuat tekan
(Compressive strength), serta Shear bond strength sehingga akan diperoleh
gambaran seberapa besar komposisi Low density material (Glass bubble dan
Cenospheres) yang optimal yang dapat ditambahkan pada semen pemboran.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapat bahwa pada semen kelas G dengan
penambahan Aditif Low Density Material yang paling optimal terhadap sifat
fisik semen yaitu Glass bubble karena memiliki Rheology, Free water, Fluid
loss, dan Thikening time dan Compressive strength yang cukup baik pada
densitas 12.5 ppg namun masih belum memiliki Compressive strength yang
cukup baik untuk densitas dibawahnya. Sedangkan pada percobaan penambahan
Silica flour pada cenospheres didapat hasil yang optimum untuk Compressive
strength pada temperatur tinggi hingga mencapai 1287.5 psi pada 150 oC di
densitas 12.5 ppg.