LANDASAN TEORI
Tetapkan:
1
Untuk perencanaan geometrik, perlu ditetapkan klasifikasi menurut fungsi
jalan.
Kendaraan Rencana
VLHR dan VJR ; dan
Kecepatan Rencana, VR.
Kriteria perencanaan tersebut di atas ditetapkan berdasarkan
pertimbangan kecenderungan perkembangan transportasi di masa yang
akan datang sehingga jalan yang dibangun dapat memenuhi fungsinya
selama umur rencana yang diinginkan.
Alinemen jalan yang optimal diperoleh dari satu proses iterasi pemilihan
alinemen
Pada bagian jalan yang lurus Sta. dibubuhkan untuk setiap 50 meter;
2
Pada bagian jalan yang lengkung Sta. dibubuhkan untuk setiap 20 meter
Penulisan Sta. pada gambar dilakukan disebelah kiri dari arah kilometer
kecil ke kilometer besar.
Alinemen terpendek;
3
Semua kriteria perencanaan harus dipenuhi. Jika tidak ada alternatif
alinemen yang memenuhi kriteria perencanaan, maka kriteria
perencanaan harus dirubah;
Memiliki pekerjaan tanah yang paling sedikit atau paling murah. Yang
dimaksud pekerjaan tanah di sini melingkupi volume galian, volume
timbunan, dan volume perpindahan serta pengoperasian tanah galian
dan timbunan; dan
Memiliki jumlah dan panjang jembatan paling sedikit atau paling
pendek atau paling murah.
BAB II
PERENCANAAN
2.1. PENGERTIAN
Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas,
median, dan bahu jalan.
Bahu Jalan adalah bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan
jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan
4
darurat, dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, lapis
pondasi, dan lapis permukaan.
Batas Median Jalan adalah bagian median selain jalur tepian, yang biasanya
ditinggikan dengan batu tepi jalan.
Daerah di Luar Kota adalah, daerah lain selain daerah perkotaan.
Daerah Manfaat Jalan (Damaja) adalah daerah yang meliputi seluruh badan
jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengaman.
Daerah Milik Jalan (Damija) adalah daerah yang meliputi seluruh daerah
manfaat jalan dan daerah yang diperuntukkan bagi pelebaran jalan dan
penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk
pengaman jalan.
Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) adalah lajur lahan yang berada di
bawah pengawasan penguasa jalan, ditujukan untuk penjagaan terhadap
terhalangnya pandangan bebas pengemudi kendaraan bermotor dan untuk
pengamanan konstruksi jalan dalam hal ruang daerah milik jalan tidak
mencukupi.
Daerah Perkotaan adalah daerah kota yang sudah terbangun penuh atau
areal pinggiran kota yang masih jarang pembangunannya yang diperkirakan
akan menjadi daerah yang terbangun penuh dalam jangka waktu kira-kira 10
tahun mendatang dengan proyek perumahan, industri, komersil, dan berupa
pemanfaatan lahan lainnya yang bukan untuk pertanian.
Ekivalen Mobil Penumpang (emp) adalah faktor dari berbagai kendaraan
dibandingkan terhadap mobil penumpang sehubungan dengan pengaruhnya
kepada kecepatan mobil penumpang dalam arus lalu lintas campuran.
Faktor-K adalah faktor berupa angka yang memperbandingkan volume lalu
lintas per jam yang didasarkan pada jam sibuk ke 30-200 dengan volume lalu
lintas harian rata- rata tahunan.
Faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu lintas per 15 menit dalam satu jam,
ditetapkan berdasarkan perbandingan antara volume lalu lintas dalam satu
jam dengan 4 kali tingkat volume lalu lintas per 15 menittertinggi.
Jalan Antar Kota adalah jalan jalan yang menghubungkan simpul-simpul jasa
distribusi dengan ciri-ciri tanpa perkembangan yang menerus pada sisi mana
pun termasuk desa, rawa, hutan, meskipun mungkin terdapat perkembangan
permanen, misalnya rumah makan, pabrik, atau perkampungan.
Jarak Pandang (Jr) adalah, jarak di sepanjang tengah-tengah suatu jalur dari
mata pengemudi ke suatu titik di muka pada garis yang sama yang dapat
dilihat oleh pengemudi.
Jarak Pandang Mendahului (Jd), adalah jarak pandang yang dibutuhkan
untuk dengan aman melakukan gerakan menyiap dalam keadaan normal.
5
Jarak Pandang Henti (JP) adalah jarak pandang ke depan untuk berhenti
dengan aman bagi pengemudi yang cukup mahir dan waspada dalam
keadaan biasa.
Jarak Pencapaian Kemiringan adalah panjang jalan yang dibutuhkan untuk
mencapai perubahan kemiringan melintang normal sampai dengan
kemiringan penuh.
Jalur adalah suatu bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan
bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.
Jalur Lalu lintas adalah bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan
khusus untuk lintasan kendaraan bermotor(beroda4 atau lebih).
KAJI adakah singkatan dari Kapasitas Jalan Indonesia.
Kapasitas Jalan adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan
pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil
penumpang per jam.
Kecepatan Rencana (VR) adalah kecepatan maksimum yang aman dan dapat
dipertahankan di sepanjang bagian tertentu pada jalan raya tersebut jika
kondisi yang beragam tersebut menguntungkan dan terjaga oleh
keistimewaan perencanaan jalan.
Lajur adalah bagian pada jalur lalu lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan
bermotor beroda 4 atau lebih, dalam satu jurusan.
Lajur Pendakian adalah lajur tambahan pada bagian jalan yang mempunyai
kelandaian dan panjang tertentu untuk menampung kendaraan dengan
kecepatan rendah terutama kendaraan berat.
Mobil Penumpang adalah kendaraan beroda 4 jenis sedan atau van yang
berfungsi sebagai alat angkut penumpang dengan kapasitastempat duduk4
sampai 6.
Satuan Mobil Penumpang (SMP) adalah jumlah mobil penumpang yang
digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan, lalu lintas
dan pengawasan yang berlaku.
Strip Tepian adalah bagian datar median, yang perkerasannya dipasang
dengan cara yang sama seperti pada jalur lalu lintas dan diadakan untuk
menjamin ruang bebas samping pada jalur.
Tingkat Arus Pelayanan (TAP) adalah kecepatan arus maksimum yang layak
diperki- rakan bagi arus kendaraan yang melintasi suatu titik atau ruas yang
seragam pada suatu jalur atau daerah manfaat jalan selama jangka waktu
yang ditetapkan dalam kondisi daerah manfaat jalan, lalu lintas, pengawasan,
dan lingkungan yang berlaku dinyatakan dalam banyaknya kendaraan per
jam.
6
Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas per jam
pada jam sibuk tahun rencana, dinyatakan dalam satuan SMP/jam, dihitung
dari perkalian VLHR dengan faktor K.
Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) adalah volume total yang
melintasi suatu titik atau ruas pada fasilitas jalan untuk kedua jurusan, selama
satu tahun dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun.
Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR) adalah taksiran atau prakiraan
volume lalu lintas harian untuk masa yang akan datang pada bagian jalan
tertentu.
a. Pembuatan sketsa rencana jalan pada peta yang memiliki kontur 1 :1000.
penggambaran sketsa rencana jalan yang akan buat di gambarkan pada
peta tersebut.
b. Menentukan koordinat titik pada sketsa rencana.
Penentuan titik pada sketsa rencana jalan di buat dengan menentukan
nilai x untuk panjang horizonthal dan y untuk vertical serta z untuk
menentukan kontur pada trase yang telah di buat.
Contoh perhitungan sudut.
Nama Titik X Y Z
409.40 270.91
A 0 0 1234
409.19 270.92
PI1 0 0 1235
409.02 270.72
PI2 0 5 1233
408.90 270.78
B 0 0 1237
Tabel 2.1 koordinat titik dan kontur pada trase jalan rencana
= 2,726
7
270.920270.725
1 = arc tan[( 409.190409.020 )]
195
= arc tan ( 170 )
= 48,918
1 = +1 = 2,726+48,918 = 51,644
270.725270.780
2 = arc tan[( 409.020408.900 )]
55
= arc tan ( 120 )
= 24,624
2 = 1+2 =48,918+24,624 = 73,542
270.920270.725
Jarak PI2-PI1 = sin 1
195
= sin 48,918
= 258,699 meter
270.780270.7250
Jarak PI2-B = sin 2
8
55
= sin24,624
= 132,002 meter
9
kendaraan dapat bergerak dengan aman dan nyaman dalam
kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh
samping jalan tidak berarti.
Untuk perencanaan jalan antar kota, VR ditetapkan
berdasarkan klasifikasi (fungsi) jalan dan medan seperti
diperlihatkan pada Tabel 1.4 dan Tabel 1.5 untuk jalan perkotaan.
c) Jari-Jari Tikungan
VR 2
Rmin = 127 ( emax . f )
di mana :
Rmin = Jari jari tikungan minimum (m),
VR = Kecepatan Rencana (km/j),
emax = Superelevasi maximum (%),
10
F = Koefisien gesek, untuk perkerasan aspal f=0,14-0,24
VR(km/jam) 120 10 80 60 50 40 30 20
0
Jari-jari Minimum 600 37 21 110 80 50 30 15
(Rmin ) 0 0
d) Lengkung peralihan
a) Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara
bagian lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari jari tetap
R; berfungsi mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari
bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian lengkung jalan
berjari jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada
kendaraan saat berjalan di tikungan berubah secara
berangsur-angsur, baik ketika kendaraan mendekati tikungan
maupun meninggalkan tikungan.
b) Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral
(clothoid). Dalam tatan cara ini digunakan bentuk spiral.
c) Panjang lengkung peralihan (L) ditetapkan atas pertimbangan
bahwa:
lama waktu perjalanan di lengkung peralihan perlu dibatasi
untuk menghindarkan kesan perubahan alinemen yang
mendadak, ditetapkan 3detik (pada kecepatan VR);
gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat
diantisipasi berangsur angsur pada lengkung peralihan
dengan aman; dan
tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (re) dari
bentuk kelandaiannormal ke kelandaian superelevasi
penuh tidak boleh melampaui re-max yang ditetapkan
sebagai berikut:
untuk VR 70 km/jam, re-max =0.035 m/m/detik,
untuk VR 80km/jam, re-max =0.025 m/m/detik.
11
VR
Ls= 3.6
T
di mana:
T = waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik.
VR = kecepatan rencana (km/jam).
VR 3 VR e
Ls=0.022 2.272
RC C
Ls = (em en ) VR
3.6 re
12
80 3 5 4 6 4 70 6 90 90 12
0 5 0 0 5 5 0
90 3 6 4 7 5 80 7 10 10 13
0 0 0 0 0 0 0 0 0
100 2 6 4 8 5 90 8 11 10 14
5 5 5 0 5 0 0 0 5
110 4 7 5 8 6 10 9 12 11 -
0 5 0 5 0 0 0 0 0
120 4 8 5 9 7 11 9 13 11 -
0 0 5 0 0 0 5 5 0
Tabel 2.7 nilai e dan ls
f) Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan
yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima
kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan
VR. Nilai superelevasi maksimum ditetapkan 10%.
Pencapaian superelevasi
a) Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan
melintang normal pada bagian jalan yang lurus sampai
ke kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian
lengkung.
b) Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan
secara linear , diawali dari bentuk normal sampai awal
lengkung peralihan (TS) yang berbentuk pada bagian
lurus jalan, 'lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh
pada akhir bagian lengkung peralihan (SC).
c) Pada tikungan fC, pencapaian superelevasi dilakukan
secara linear, diawali dari bagian lurus sepanjang 213
LS sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang
113 bagian panjang LS.
g) Jarak Pandang
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh
seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian
sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, maka pengemudi dapat melakukan sesuatu
untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman.
13
Jarak pandang dibedakan atas jarak pandang henti (Jh)
dan jarak pandang mendahului (Jd).
1. Jarak pandang henti (Jh)
Jarak pandang henti adalah jarak minimum yang
diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan
kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan
di depannya. Geometrik jalan yang baik adalah ruas jalan
yang dapat memberikan rasa aman bagi pengemudi, oleh
karena itu setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi jarak
pandang henti.
Jarak pandang henti (Jh) terdiri dari 2 (dua) elemen jarak,
yaitu:
1). Jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh
kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang
menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi
menginjak rem; dan
2). Jarak pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan
untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi
menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
Jarak pandang henti (Jh) diukur berdasarkan asumsi bahwa
tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tingggi halangan
15 cm diukur dari permukaan jalan.
di mana:
VR = kecepatan rencana, km/jam
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/detik2.
fp =koefisien gesek memanjang antara ban kendaraan dengan
perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35 0,55.
14
Rumus diatas disederhanakan menjadi:
2
V
Jh 0,694 VR 0,004 R
fp
Nilai jarak pandang henti (Jh) minimum untuk jalan antar kota yang
dihitung berdasarkan rumus diatas dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 2. 8 Jarak pandang henti (Jh) minimum untuk jalan antar kota
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Nilai jarak pandang henti (Ss) minimum untuk jalan perkotaan dapat
dihitung dengan rumus:
2
V
S s 0,278 VR T 0,039 R
a
di mana:
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu reaksi, ditetapkan 2,5 detik
a = tingkat perlambatan, ditetapkan 3,4 m/detik2.
Berdasarkan persamaan di atas, jarak pandang henti (Ss) minimum
untuk jalan perkotaan dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 2.9 Jarak pandang henti (Ss) minimum untuk jalan perkotaan
VR (km/jam) 100 90 80 70 60 50 40 30
Ss minimum (m) 185 160 130 105 85 65 50 35
Sumber: RSNI T- 14 2004
Gerakan mendahului pada jalan tak terbagi, dapat dilihat pada gambar
15
Jarak pandang mendahului total = DE
A V1 V1 B
C C A
A B B
d1 1/3d2 B
d2 d3 d4
16
Rumus estimasi d1, d2, d3, d4 adalah sebagai berikut:
a.T1
d1 0,278 T1 VR m
2
(3.8)
d2 = 0,278 VR T2
d3 = antara 30 100 m
d4 = 2/3 d2
di mana:
Nilai jarak pandang mendahului (Jd) untuk jalan antar kota yang dihitung
berdasarkan rumus di atas dapat dilihat pada Tabel 1.13
17
Daerah bebas samping di tikungan (E) untuk jalan antar kota dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut:
90 0 Jh
E R 1 cos
R
1). Jika Jh < Lt.
Lt
Gambar 3.3 Daerah bebas samping di tikungan, untuk Jh < Lt
Jh
E
Lajur luar
90 0 Jh 1 90 0 Jh
cos
E R 1Garis Jh R
L t sin
pandang R 2 R Lajur dalam
2). Jika Jh > Lt. R R
Penghalang
(3.12)
pandangan
Jh
18
Lt
Gambar 3.4 Derah bebas samping di tikungan, untuk Jh > Lt
E
Garis pandang 28,65 S s
M R 1 cos
R R'
R R
Penghalan
g Lajur
Jarak pandang henti (Ss)
19
Sumbu
lajur Garis Penghalang
dalam pandang M = Daerah bebas
R samping
PERHITUNGAN ALINEMEN HORIZONTHAL
=51,644
Fungsi jalan : Kolektor
Keadaan medan : Bukit
Dari tabel 3.2 Diktat Perencanaan Geometrik Jalan Raya Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan diperoleh Vr = 50-60 km/jam
maka, diambil Vr = 60 km/jam
e maks = 10%
en = 2%
Lebar jalan 2x3,75 meter tanpa median
V r2
R min = 127 (em+fm) untuk Vr < 80 km/jam :
fm = -0,00065Vr+0,192
fm = -0,00065(60)+0,192
= 0,153
602
R min = 127 (0,1+0,153) = 112,041 meter Diambil Rrencana =
119 m
Dari tabel 3.2 Diktat Perencanaan Geometrik Jalan Raya Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan diperoleh :
e = 0.098 dan Ls = 60 meter
Ls (90) 60(90)
s = Rc = (119 ) = 14,44
Ls = 60 meter
Lc = 0
20
2
Ls2 60
P= 6 Rc - Rc(1 coss) = 6 (119) - 119(1 cos14,44)=1,283 m
3
Ls
K = Ls - 40 Rc
2 - Rc sins
119
40( 2)
= 60 - 60 3 (119 sin14,44)= 29,944
51,644
Ts = (Rc+P) tan1/2+K= (119+1,283) tan( 2 )+29,944 = 88,148
51,644
Es = (Rc+P) sec1/2-Rc = (119+1,283) sec( 2 ) - 119 = 14,625
=73,542
Fungsi jalan : Kolektor
Keadaan medan : Bukit
21
Dari tabel 3.2 Diktat Perencanaan Geometrik Jalan Raya Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan diperoleh Vr = 50-60 km/jam
maka, diambil Vr = 60 km/jam
e maks = 10%
en = 2%
Lebar jalan 2x3,75 meter tanpa median
V r2
R min = 127 (em+fm) untuk Vr < 80 km/jam :
fm = -0,00065Vr+0,192
fm = -0,00065(60)+0,192
= 0,153
602
R min = 127 (0,1+0,153) = 112,041 meter Diambil Rrencana =
119 m
Dari tabel 3.2 Diktat Perencanaan Geometrik Jalan Raya Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan diperoleh :
e = 0.098 dan Ls = 60 meter
Ls (90) 60(90)
s = Rc = (119 ) = 14,44
Ls = 60 meter
Lc = 0
Ls2 602
P= 6 Rc - Rc (1 coss) = 6 (119) - 119 (1 cos14,44) =1,283
22
119
3
Ls 40( 2)
K = Ls - 40 Rc
2 - Rc sins = 60 - 60 3 (119
sin14,44)=29,944 m
73,542
Ts = (Rc+P) tan1/2+K = (119+1,283) tan( 2 )+29,944
=119,832 m
73,542
Es = (Rc+P) sec1/2-Rc = (119+1,283) sec( 2 ) - 119 = 14,625
sebagai berikut :
Gambar Perhitungan dan Diagram super Elevasi Dapat dilihat pada lampiran
datar,
23
mendaki atau > biasa disebut berlandai dan
Landai Maksimum
24
Tabel 2.11 kelandaian maksimum yang diijinkan
25
lajur pendakian dimulai 30 m dari awal perubahan kelandaian
dengan serongan sepanjang 45 m dan berakhir 50 m sesudah puncak
kelandaian dengan serongan sepanjang 60 m.
tanjakan
30 m 45 m 50 m 60m
Lajur pendakian
200 m 60
Lengkung Vertikal
26
Koordinasi alinemen
1) Alinemen vertikal, alinemen horizontal, dan potongan melintang
jalan adalah elemen elemen jalan sebagai keluaran perencanaan
hares dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan suatu
bentuk jalan yang baik dalam arti memudahkan pengemudi
mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman. Bentuk
kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat memberikan
kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan
dilalui di depannya sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi
lebih awal.
2) Koordinasi alinemen vertikal dan alinemen horizontal harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
(a) alinemen horizontal sebaiknya berimpit dengan alinemen vertikal,
dan secara ideal alinemen horizontal lebih panjang sedikit melingkupi
alinemen vertikal;
(b) tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung
atau pada bagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan;
(c) lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan
panjang harus dihindarkan;
(d) dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal
harusdihindarkan; dan
(e) tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan yang lurus dan
panjang harus dihindarkan.
27
PVI
+g1 -g2
+g2
+g2 -g2
-g2
-g1
28
+g1
+g1 -g1 A
PVI
PTV PLV EV
LV/2 g2 % (-)
LV/2
g1 % ( + )
PVI
Letak titik-titik pada lengkung vertikal dinyatakan dengan ordinat X dan Y terhadap
sumbu koordinat titik PTV.
D2 A
398
LVC = .(1) berdasarkan jarak pandang henti
29
Kecepatan rencana, km/jam 80 60 50 40 30 20
Jarak pandangan minimum, m 120 75 55 40 25 15
Sumber:Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota,Bina Marga,Des90
V2 A
360
LVS = .(2) berdasarkan penyerapan guncangan
KESIMPULAN PVI
30