Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


Sistem Saraf

Oleh :
Nama : Rindayu Putri Kinanti
NIM : 140210103102
Kelas :C
Kelompok : 6 (Enam)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
I. Judul : Sistem Saraf
Topik : Gerak Refleks
II. Tujuan :
Untuk mengetahui aktivitas refleks yang ada pada tubuh manusia.
III. Tinjauan Pustaka
Otak dan sumsum tulang belakang SSP vertebrate terkoodinasi
secara erat. Otak menyediakan daya integrative yang mendasari
perilaku kompleks vertebrate. Sumsum tulang belakang, yang
membentang di bagian dalam columna vetebralis (tulang belakang),
menghantarkan informasi ke dan dari otak serta membangkitkan pola-
pola lokomosi dasar. Sumsum tulang belakang juga bertindak secara
independen dari otak sebagai bagian dari sirkuit saraf sederhana yang
menghasilkan refleks (reflex), respon otomatis tubuh terhadap
rangsangan tertentu. Refleks melindungi tubuh dengan memicu
respons yang cepat dan tak-sadar terhadap suatu rangsangan tertentu
(Campbell,dkk. 2008 : 238).
Otak merupakan organ tubuh yang berperan penting dalam
mengontrol dan mengjoordinasi semua aktivitas normal tubuh serta
berperan dalam penyimpanan memori. Jaringan otak memiliki sel
utama yakni sel saraf (neuron) berfungsi menyampaikan sinyal dari
satu sel ke sel lainnya, serta sel-sel glia untuk melindungi, merawat,
mendukung, serta mempertahankan homeostasis cairan di sekeliling
neuron (Djuwita, 2012).
Otak besar (serebrum) merupakan pusat saraf utama yang
berfungsi untuk pengaturan semua aktivitas tubuh, berkaitan dengan
kepandaian (inteligensi), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan. Jaringan saraf terdiri dari sel saraf (neuron) dan sel glia
yang masing-masing memiliki fungsi untuk menyampaikan sinyal dari
satu sel ke sel lainnya dan untuk melindungi, mendukung, merawat,
serta mempertahankan homeostasis cairan di sekeliling neuron
(Djuwita, 2013).
Neuron merupakan unit dasar sistem saraf. Setiap neuron terdiri
dari sel saraf dan seratnya. Sel saraf bervariasi dalam bentuk dan
ukuran berdasakan fungsi yang berbeda beda. Setiap sel memiliki
nukleus dan sejumlaj granula dan fibril dalam sitoplasmanya. Dendrit
merupakan serat pendek seperti sikat yang melekat pada abgian luar
sel, melalui dendrit ini impuls memasuki sel dari sel-sel lain. Akson
adalah serat yang dilalui impuls meninggalkan sel untuk
ditransmisikan ke sel lain (Gibson, 2002 : :264).
Sistem saraf merupakan system yang paling kompleks, baik
dalam segi struktur maupun fungsinya. Banyaknya senyawa yang
dapat mengakibatkan keracunan mempunyai target pada system saraf.
Sistem saraf pusat yakni suatu sistem yang pertama kali dibentuk pada
saat embriogenesis, serta merupakan sistem yang paling akhir selesai
pembentukan dan perkembangannya (Setiawan,2013).
Sistem saraf otonom terdiri dari 3 divisi yakni divisi simpatik,
parasimpatik, dan enterik. Aktivasi divisi simpatik berkesesuaian
dengan kondisi bangun atau pembangkitan energi, misalnya jantung
berdetak lebih cepat, pencernaan dihambat, hati mengubah glikogen
menjadi glukosa, dan sekresi epinefrin (adrenalin) dari medula adrenal
dirangsang. Aktivasi divisi parasimpatik umumnya menyebabkan
respon berlawanan yang mendorong penenangan diri dan
pengembalian fungsi pemeliharaan diri, misalnya peningkatan aktivasi
pada divisi parasimpatik menurunkan laju detak jantung,
meningkatkan pencernaan, dan meningkatkan produksi glikogen.
Divisi enterik, neuron-neuronnya mengontrol sekresi serta mengontrol
otot-otot polos yang menghasilkan peristaltis. Normalnya diregulasi
oleh divisi-divisi simpatik dan parasimpatik (Campbell, 2008 : 240).
Pada sistem saraf manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem
saraf otonom. Fungsi sistem saraf pusat adalah mengendalikan
gerakan-gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki,
leher, jari-jari dan sebagainya. Sistem saraf otonom berfungsi
mengendalikan gerakangerakan yang otomatis, misalnya fungsi
digestif, proses kardiovaskuler, gairah seksual dan sebagainya. Sistem
saraf otonom terdiri dari sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sistem saraf simpatis
bekerja meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh,
memacu meningkatnya detak jantung dan pernafasan, menurunkan
temperatur kulit dan daya hantar kulit, dan juga akan menghambat
proses digestif dan seksual (Purwanto, 2008).
Refleks dapat digambarkan sebagai respons yang spontan dan
otomatis. Refleks dapat terjadi bila ada lengkung refleks yang meliputi
reseptor, saraf sensorik, saraf pusat, saraf motorik dan efektor .
( Hartati,2008).
Gerak reflek merupakan bagian dari mekanisme pertahanan
pada tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar,misalnya
menutup mata pada saat terkena debu,menarik kembali tangan dari
benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja.Gerak reflek
dapat dihambat oleh kemauan sadar;misalnya ,bukan saja tidak
menarik tangan dari benda panas,bahkan dengan sengaja menyentuh
permukaan benda panas (Pearce,2002).
Wainberg menyebutkan bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa
refleks tulang belakang dapat ditingkatkan kecepatan dan amplitudo
EMG-nya dengan latihan dan bahwa refleks-refleks lainnya (seperti
refleks vestibulo, ocular) dapat beradaptasi. Penelitian Sperry
menunjukkan bahwa reorganisasi fungsional pada pusat-pusat yang
lebih tinggi telah terjadi dan bahwa primata (kera dan macaque) belajar
untuk menghambat dan memfasilitasi jalur umum akhir untuk suatu
fungsi yang berbeda. Ini membutuhkan stimulasi yang intensif dan
gerakan aktif oleh subjek. Bukti ini juga menunjukkan bahwa
pengulangan mempunyai pengaruh terhadap adaptasi pada otak.
Perilaku yang dihasilkan mungkin tampak sama seperti perilaku yang
hilang namun perilaku ini tidak dihasilkan dalam cara yang sama
(Irdawati,2012).
IV. Metodelogi Penelitian
4.1 Alat :
a. Hammer refleks
b. Kain penutup mata
c. Kursi

4.2 Bahan :
a. Lutut praktikan
b. Mata Praktikan

4.3 Cara Kerja


a. Refleks Mata

Mengibaskan tangan di depan mata praktikan yang terbuka dan melihat ke depan secara tiba

Menempatkan stetoskop pada telinga kita


b. Refleks Lutut

aba bagian tendon yang berada di bawah tempurung lutut praktikan, posisi praktikan dalam keadaa

ata terbuka, dan disilangkan dengan mata ditutup kainkaki digantung bebas dengan mata terbuka,

Melakukan sebanyak 2 kali pengulangan pada setiap perlakuan (kaki kiri dan kanan)

V. Mengamati
Hasil Pengamatan
yang terjadi, apakah terjadi gerakan atau tidak
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang sistem saraf dengan
tujuan mahasiswa dpaat mengetahui aktivitas refleks yang ada pada tubuh
manusia. Jumlah probandus yang digunakan yakni 6 orang diantaranya
kelompok 1 oleh Mida, kelompok 2 oleh Eka, kelompok 3 oleh Sabrina,
kelompok 4 Elok, Kelompok 5 Fiqih dan kelompok yang terakhir yakni
Ichwan. Pengamatan gerak refleks pada manusia ini melakukan 2
perlakuan yang pertama yakni refleks mata yang kedua refleks lutut.
Perlakuan atau pengamatan pertama yakni refleks mata. Pada
prosesnya praktikan membuka matanya melihat keepan dan salah satu
temannya mengibaskan tangan dari belakang secara tiba-tiba, dan hasil
dari percobaan tersebut adalah semua praktikan melakukan gerakan reflex
berkedip, tetapi ada yang memiliki reflek cepat yaitu empat orang dan ada
pula yang memiliki reflek lambat sebanyak satu orang. Hal ini sesuai
dengan teori sebab mata merupakan organon visus (indra penglihatan)
yang sanagat sensitive, sehingga ketika ada benda yang secara tiba tiba
muncul di depannya maka mata akan berkedip, ini disebut dengan reflek
retina, adapun mekanisme yaitu sama Reseptor saraf sensorik
sumsum tulang belakang soraf motoric efektor, hanya saja yang
membedakan yaitu jenis sel sarafnya terutama saraf asosiasinya.
Hasil yang diperoleh pada kelompok 1 hingga kelompok 6
didapatkan hasil yang sama yakni masing masing probandus dari setiap
kelompok mendapatkan hasil ada gerak reflek dan gerak refleks tersebut
berjalan begitu cepat. Hasil yang didapat sudah sesuai dengan teori yang
terdapat pada literatur yang relevan.
Reflex kornea dikenal juga sebagai refleks berkedip, adalah tanpa
sadar kelopak mata berkedip dari yang diperoleh oleh stimulasi (seperti
menyentuh atau benda asing) dari kornea. Meskipun bisa akibat dari
rangsangan perifer harus membangkitkan rangsangan baik secara
langsung dan respons konsensual (tanggapan dari mata sebaliknya).
Refleks mengkonsumsi pesat sebesar 0,1 detik. Refleks kornea merupakan
bagian dari beberapa neurologis ujian, khususnya ketika mengevaluasi
koma. Cabang oftalmik (V1) dari saraf kranial ke-5 hasil di absen refleks
kornea ketika mata terkena dirangsang. kedipan kelopak mata yang terjadi
pda praktikum ini dibangkitkan atas reflektorik secara bilateral. komponen
eferen dan komponen eferen busur refleks tersebut disusun oleh sensorik
dari refleks yang merupakan cabang oftalmikus dari saraf V. sedangkan
ketika mengdip (motorik) diakibatkan oleh inversi saraf fasialis pada otot-
otot orbikularis okuli.
Selanjutnya yakni pengamatan kedua yakni refleks pada lutut. Pada
pengamatan ini dilakukan 2 perlakuan yakni pada saat kaki digantung
bebas dan pada saat kaki disilangkan. Pada saat kaki digantung bebas juga
mengamati 2 perlakuan yakni dengan mata dibuka dan mata ditutup.
Begitupula pada saat perlakuan kaki disilangkan, perlakuan ini juga
menggunakan pada saat mata dibuka dan pada saat mata ditutup. Pada
praktikum ini lutut praktikan diketuk dengan hammer yaitu pada bagian
tendon di bawah tempurung lutut. Hasil percobaan yang didapatkan adalah
terjadi gerak reflex pada semua praktikan. Hal ini sesuai dengan teori dan
disebut dengan reflex patella. Refleks patella adalah gerak refleks yang
terjadi disekitar daerah lutut.
Pada praktikum ini didapatkan hasil yakni kelompok 1 oleh saudari
Mida untuk kaki digantung bebas (saat mata dibuka) ada pergerakan dan
berjalan cepat baik kaki kanan maupun kaki kiri, sedangkan ketika kaki
digantung bebas (mata ditutup) ada pergerakan dan berjalan cepat baik
kaki kanan maupun kaki kiri. Selanjutnya yakni kaki disilangkan. Pada
saat kaki disilangkan (mata terbuka) kaki kanan dan kiri terdapat
pergerakan namun berjalan lambat, sedangkan pada saat kaki disilangkan
(mata ditutup) juga mendapatkan hasil yang sama yakni kaki kanan dan
kiri terdapat pergerakan namun berjalan lambat. kelompok 2 oleh saudari
Eka untuk kaki digantung bebas (saat mata dibuka) ada pergerakan dan
berjalan cepat baik kaki kanan maupun kaki kiri, sedangkan ketika kaki
digantung bebas (mata ditutup) ada pergerakan dan berjalan cepat baik
kaki kanan maupun kaki kiri. Selanjutnya yakni kaki disilangkan. Pada
saat kaki disilangkan (mata terbuka) kaki kanan dan kiri terdapat
pergerakan dan berjalan cepat, sedangkan pada saat kaki disilangkan (mata
ditutup) juga mendapatkan hasil yang sama yakni kaki kanan dan kiri
terdapat pergerakan dan berjalan cepat.
Kelompok 3 oleh saudari Sabrina untuk kaki digantung bebas (saat
mata dibuka) ada pergerakan dan berjalan cepat baik kaki kanan maupun
kaki kiri, sedangkan ketika kaki digantung bebas (mata ditutup) ada
pergerakan dan berjalan cepat pada kaki kiri dan berjalan lambat pada kaki
kanan. Selanjutnya yakni kaki disilangkan. Pada saat kaki disilangkan
(mata terbuka) kaki kanan terdapat pergerakan dan berjalan lambat,
sedangkan kaki kiri berjalan dengan cepat, sedangkan pada saat kaki
disilangkan (mata ditutup) juga mendapatkan hasil yang sama yakni kaki
kanan dan kiri terdapat pergerakan dan berjalan cepat. kelompok 4 oleh
saudari Elok untuk kaki digantung bebas (saat mata dibuka) ada
pergerakan dan berjalan cepat pada kaki kiri dan berjalan lambat pada kaki
kanan, sedangkan ketika kaki digantung bebas (mata ditutup) ada
pergerakan dan berjalan cepat pada kaki kanan dan berjalan lambat pada
kaki kiri. Selanjutnya yakni kaki disilangkan. Pada saat kaki disilangkan
(mata terbuka) kaki kanan dan kiri terdapat pergerakan dan berjalan cepat,
sedangkan pada saat kaki disilangkan (mata ditutup) juga mendapatkan
hasil yang sama yakni kaki kanan dan kiri terdapat pergerakan dan
berjalan cepat.
Kelompok 5 oleh saudara Fiqih untuk kaki digantung bebas (saat
mata dibuka) ada pergerakan dan berjalan cepat baik kaki kanan maupun
kaki kiri, sedangkan ketika kaki digantung bebas (mata ditutup) ada
pergerakan dan berjalan cepat baik kaki kiri dan berjalan lambat pada kaki
kanan. Selanjutnya yakni kaki disilangkan. Pada saat kaki disilangkan
(mata terbuka) kaki kanan dan kiri tidak terdapat pergerakan sama sekali,
sedangkan pada saat kaki disilangkan (mata ditutup) juga mendapatkan
hasil yang sama yakni kaki kanan dan kiri tidak terdapat pergerakan.
kelompok 6 oleh saudari Ichwan untuk kaki digantung bebas (saat mata
dibuka) ada pergerakan dan berjalan cepat baik kaki kanan maupun kaki
kiri, sedangkan ketika kaki digantung bebas (mata ditutup) ada pergerakan
dan berjalan cepat pada kaki kiri dan kaki kanan maupun berjalan lambat.
Selanjutnya yakni kaki disilangkan. Pada saat kaki disilangkan (mata
terbuka) kaki kiri terdapat pergerakan serts berjalan cepat pada kaki kiri
dan berjalan lambat pada kaki kanan, sedangkan pada saat kaki
disilangkan (mata ditutup) kedua kaki terdapat pergerakan namun pada
kaki kanan berjalan lambat dan kaki kiri berjalan cepat.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kecepatan gerak
reflek setiap orang berbeda-beda. Antara perlakuan dengan kaki digantung
bebas berbeda dengan kaki disilangkan. Dan gerak reflek pada kaki kanan
dan kaki kiri juga berbeda.
Perbedaan gerak refleks masing-masing individu. Ada individu
yang memberikan respon dan ada juga yang tidak memberikan respon. Hal
ini dikarenakan, kepekaan dari tiap-tiap reseptor yang dimiliki setiap
individu berbeda- beda, dan setiap tanggapan rangsangan yang diterima
maka gelombang eksistansi disalurkan melalui permukaannya. Penyaluran
gelombang eksistansi ini ada yang lambat dan ada yang cepat, hal inilah
yang membuat respon tiap-tiap individu berbeda. Fungsi dari gerak refleks
adalah untuk mengatasi kejadian yang tiba-tiba dan bersifat
membahayakan.
Perbedaan gerak reflek tersebut karena adanya perbedaan
kecepatan respon manusia ditentukan oleh kualitas sistem sarafnya, yang
menghubungkan antara otak sebagai pusat kendali dengan organ-organ di
seluruh tubuh. Jika susunan sarafnya tidak stabil, maka kecepatan perintah
itu akan terganggu bahkan mengalami kelambatan. Demikan pula jika
kualitas sarafnya buruk, kecepatan respon juga akan menurun. Salah satu
keanehan pada sistem saraf berdampak pada kualitas sarafnya. Secara
umum dapat dikatakan bahwa perilaku ialah suatu respon dinamika suatu
sistem suatu rangsang melalui mekanisme tertentu. Pada dasarnya
kecepatan respon manusia didukung dengan saraf sensorik dan saraf
motorik. Adapun batas nilai kecepatan respon manusia terdiri dari 3 batas
dan 3 kondisi. Tiga kondisi batas reaksi tersebut meliputi sangat baik, baik,
atau normal dan buruk.
Secara garis besar, mekanisme gerak reflek adalah sebagai berikut:
Rangsangan (ketukan pada patellae) Impuls reseptor neuron
sensorik/afferent (neuron Femoris) medulla spinalis neuron
asosiasi/perantara neuron motorik (neuron Femoris) efektor (neuron
Quadratus femoris) gerakan.
Sedangkan perlakuan ketika mata dibuka jika dibandingkan dengan
mata tertutup maka didapatkan hasil secara garis besar (pada hasil
praktikum) diketahui gerakan reflex kuat ketika mata ditutup, hal ini
sesuai dengan teori sebab ketika mata ditutup maka ketika ada sesuatu
rangsangan yang secara tiba-tiba maka refleksnya akan cepat dan kuat
sebab ketika mata tertutup maka tidak aka nada indra yang tahu ketika
lutut akan diketuk, sehingga ketika ketukan itu langsung terjadi maka saraf
sensorik secara cepat akan langsung meneruskan imp uls medulla spinalis
kemudian saraf asosiasi dan terakhir ke saraf motoric yang nantinya akan
ke efektor yang berupa quadratus femoris lalu menimbulkan gerak,
sedangkan ketika mata terbuka maka mata yang berperan sebagai organ
penglihatan akan tahu kapan lutut tersebut akan diketuk, ketika mata tahu
maka mata ini akan menyalurkan informasi ke otak bahwasannya akan
terjadi pukulan ditendon bawah tempurung, sehingga pukulan pada lutut
bisa diketahui terlebihb dahulu informasinya, dan hal inilah yang
menyebabkan gerakan reflex dengan membuka mata baik kaki
menggantung maupun tersilangkan lebih lemah dibandingkan dengan
kondisi mata tertutup.
Perlakuan selanjutnya jika dibandingkan antara kaki tergantung
dengan kaki disilangkan, dari hasil pengamatan didapatkan hasil rata-rata
reflex kaki yang digantungkan jauh lebih kuat dibandingkan dengan yang
disilangkan, hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa otot
yang berkontraksi akan mengalami penurunan sensitivitas terhadap
rangsang. Reflex yang ditimbulkan pada kaki disilangkan sangatlah lemah
karena ketika kaki disilangkan, maka kaki khususnya tendon bagian bawah
akan mengalami tekanan dan mengakibatkan kondisi otot disini menjadi
dalam keadaan kontraksi, dank arena keadaan kontraksi maka ketika
terjadi pukulan ataupun ketukan sensitifnya menjadi berkurang, hal inilah
yang menyebabkan refleksnya lemah, Kemudian dari data praktikum ada
beberapa praktikan yang datanya tidak sesuai dengan teori, hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa factor diantaranya :
1. Ketika mengetuk dengan hammer lokasinya tidak tepat pada
bagian tendon dibawah tempurung lutut, sehingga tidak terjadi
gerakan reflex.
2. Ketika mau diketuk pada kondisi menutup mata ada beberapa
praktikan yang melirik (tidak tertutup penuh) atau juga karena
praktikan dikondisikan sudah mengetahui bahwa aka nada
hammer yang mengetuk lututnya, sehingga dalam otak sudah
diolah informasi tersebut, dan hal inilah yang bisa menyebabkan
kesalahan data.
3. Ketukan pada tendon bawah tempurung lutut kurang keras,
4. Sensitivitas tendon antara pria dan wanita berbeda, jauh lebih
sensitive wanita.
5. Probandus yang diberi perlakuan tidak hanya satu orang sehingga
gerak reflek yang dihasilkan berbeda beda.
Gerak refleks pada lutut merupakan contoh respon sederhana,
adapun mekanisme refleks pada lutut yaitu yang pertama refleks sentakan
lutut disebaban oleh ketukan pada tendon yang berhubungan dengan otot
kuadrisep. Kemudian reseptor sensoris mendeteksi peregangan mendadak
pada otot kuadriseps (paha). Neuron sensoris mengirimkan informasi ke
sinapsis dengan neuron motoris pada sumsum tulang belakang. Lalu
neuron motoris mengirimkan sinyal ke otot kuadrisep yang menyertakan
kaki bagian bawah kearah bagian depan. Neuron sensoris dari kuadrisep
juga berkomunikasi dengan interneuron di sumsum tulang belakang yang
selanjutnya menghambat neuron motoris yang mengirimkan sinyal ke otot
kaki yang berbeda (fleksor) yang kerjanya berlawanan dengan otot
kuadriseps. Inhibisi ini menghambat fleksor sehingga tidak berkontraksi
yang akan menahan kerja kuadriseps.
Perbedaan antara gerak refleks dan gerak yang terjadi secara
sengaja atau sadar yaitu apabila gerak yang terjadi secara sadar rangsangan
yang masuk akan melewati otak sebagai sistem saraf pusat kemudian
diteruskan ke saraf motorik dan akhirnya ke efektor tetapi pada gerak
refleks rangsangan yang masuk melewati sumsum tulang belakang sebagai
sistem saraf pusatnya bukan otak.
Gerak refleks memiliki manfaat terutama dalam dalam bidang
kesehatan ketika kaki kita mengalami suatu masalah bisa menggunakan
cara pemukulan tendon sebagai indikator adanya masalah pada bagian otot
kuadrisep. Kemudian untuk mencegah masuknya mikroorganisme dan hal-
hal lain yang sifatnya membahayakan ke dalam tubuh misalnya pada
bagian mata ketika ada sesuatu mau memasuki mata maka mata akan
berkedip sehingga mikroorganisme berbahaya tersebut tidak masuk ke
dalam mata. Selain itu, ketika ada hal berbahaya dari luar kita langsung
dapat menghindarinya karena refleks yang bagus seperti contohnya ketika
tangan terkena panas kita langsung menghindari nya sehingga tidak
sampai menyakiti tangan kita, lalu ketika menaiki sepeda motor ketika
refleks nya bagus maka ketika ada kendaraan di depan kita yang mau
menabrak maka kita menghindarinya sehingga tidak akan menimbulkan
kecelakaan. Sehingga dari beberapa hal tersebut, sistem saraf juga
berfungsi sebagai pelindung.

VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Gerak refleks merupakan suatu respon dari suatu stimulus.
Aktifitas gerak refleks berlangsung secara spontan atau otomatis
dan cepat. Gerak ini disebabkan oleh rangsangan tertentu yang
biasanya mengejutkan dan menyakitkan, gerak refleks dapat terjadi
apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung
disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung).
7.2. Saran
Saat melaksanakan praktikum mahasiswa di harapkan lebih
teliti sehingga tidak terjadi kesalahan dalam percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan-Jilid 3. Jakarta: Erlangga.


Djuwita , Ita. , dkk . 2012 .Pertumbuhan Dan Sekresi Protein Hasil Kultur Primer
Sel Sel Serebrum Anak Tikus. Jurnal Veteriner. Vol 13 (2).
Djuwita, Ita. et al. 2013. Induksi Ekstrak Pegagan Secara in vitro terhadap
Proliferasi dan Diferensiasi Sel-Sel Otak Besar Anak Tikus. Jurnal
Veteriner.Vol. 14 No. 2.
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta :
EGC.
Hartati,dkk.2008. Eksplorasi Jenis-Jenis Katak Beracun Endemik Sulawesi
selatan. Jurnal Bionature Vol 8 (1). Jurusan Biologi FMIP Universitas
Negeri Makassar.
Irdawati. 2012. Latihan Gerak Terhadap Keseimbangan Pasien Stroke Non-
Hemoragik. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 7 No.2.Pearce, Evelyn
c..2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.
Purwanto, Setiyo. 2008. Mengatasi Insomnia Dengan Terapi Relaksasi. Surakarta.
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 2,Hal 141-148.
Setiawan , Arum , dkk . 2013. Pertumbuhan Dan Perkembangan Otak Fetus
Mencit Setelah Induksi Ochratoxin A Selama Periode Organogenesis.
Jurnal biologi papua. Volume 5.

Lampiran ACC
Lampiran Foto

Lampiran Buku
Lampiran Jurnal
Lampira Cover dan Abstrak

a Cover Buku

b Abstrak

Anda mungkin juga menyukai