Objek Pajak : Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari
pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan
kapal yang dilakukan dari :
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan
pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
Norma Penghitungan Khusus Penghasilan neto : 4% (empat persen) dari
peredaran bruto.
Pajak Terutang : 1,2% dari peredaran bruto dan bersifat final.
Cara Pelunasan :
a. penghasilan dari charter dengan pemotong pajak
b. Penghasilan selain charter
c. Perlakuan atas Pembayaran Pajak di luar Negeri
3. Perusahaan Penerbangan Dalam
Negeri
Objek Pajak : Penghasilan dari penganguutan orang
dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke
pelabuhan lain di Inddonesia dan/atau dari pelabuhan
di Indonesia ke pelabuhan lain di luar negeri
Norma Penghasilan Neto : 6% dari Penghasilan bruto
Pajak Terutang : 1,8% dari Peredran bruto tidak Final
Cara pelunasan :
a. Carter
b. Selain Carter
Pajak Penghasilan
Pasal 23
Pajak atas penghasilan WP Dalam Negeri dan BUT yang berasal dari
pemanfaatan modal, pemberian jasa, atau penyelenggaraan kegiatan
selain penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran
sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
Point Presentasi
Dasar Hukum
Pengecualian
Dasar Hukum
1. Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan
4. Per Dirjen Pajak Nomor PER-33/PJ/2009 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas
Penghasilan berupa Royalti dari Hasil Karya Sinematografi
.
Pemotong
1. Badan Pemerintah;
2. Subjek Pajak Badan Dalam Negeri;
3. Penyelenggara Kegiatan;
4. Bentuk Usaha Tetap;
5. Perwakilan Perusahaan Luar Negeri Lainnya;
6. Orang Pribadi Yang Ditunjuk Sebagai Pemotong
Tarif dan Objek
1. Dividen);
1. Sewa dan penghasilan lain
2. Bunga; sehubungan dengan
penggunaan harta ( exc
3. Royalti;
sewa Pasal 4 ayat 2 )
4. Hadiah, penghargaan,
2. Jasa teknik, jasa
bonus, dan sejenisnya ( exc
manajemen, jasa konsultan,
Pasal 21)
jasa lain ( exc Pasal 21)
15 % 2%
1.Dividen
2.Bunga
3.Royalty
4.Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta
Definisi ...
4. Jasa Konsultan:
pemberian advice (petunjuk, pertimbangan, atau nasihat) profesional
dalam suatu bidang usaha, kegiatan, atau pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga ahli atau perkumpulan tenaga ahli, yang
tidak disertai dengan keterlibatan langsung para tenaga ahli
tersebut dalam pelaksanaannya.
.
Jenis Jasa lain
a) Jasa penilai (appraisal);
b) Jasa aktuaris;
c) Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
d) Jasa perancang (design);
e) Jasa pengeboran di bidang penambangan migas, kecuali yang
dilakukan oleh BUT;
f) Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
g) Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan
selain migas;
h) Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
i) Jasa penebangan hutan;
j) Jasa pengolahan limbah;
k) Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
l) Jasa perantara dan/atau keagenan;
m) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;
n) Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
KSEI
.
Jenis Jasa lain
o) Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
p) Jasa mixing film;
q) Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan;
r) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
s) Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/ atau
bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
t) Jasa maklon;
u) Jasa penyelidikan dan keamanan;
v) Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
.
Jenis Jasa lain
w) Jasa pengepakan;
x) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa,
media luar ruang atau media lain untuk penyampaian
informasi;
y) Jasa pembasmian hama;
z) Jasa kebersihan atau cleaning service;
aa) Jasa katering atau tata boga.
Pengecualian
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan leasing
dengan hak opsi;
3. Dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf f (dividen
yg diterima oleh badan termasuk PT, BUMN/BUMD/operasi dari
penyertaan modal pada badan di indonesia dg syarat
a. Dividen berasal dari cadangan laba ditahan,
b. Penyertaan modal paling rendah 25% bagi PT, BUMN/D
c. Dividen yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17 ayat (2c)
4. Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf i;
5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya;
6. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuanganyang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau
pembiayaan
7. .
Royalti Sinematografi
Pasal 1
(1) Pemanfaatan hasil Karya Sinematografi dapat dilakukan melalui suatu
perjanjian penggunaan hasil Karya Sinematografi:
a. dengan pemindahan seluruh hak cipta tanpa persyaratan tertentu,
termasuk tanpa ada kewajiban pembayaran kompensasi di kemudian
hari;
b. dengan memberikan hak menggunakan hak cipta hasil Karya
Sinematografi kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau
memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya, dengan
persyaratan tertentu seperti penggunaan Karya Sinematografi untuk
jangka waktu atau wilayah tertentu;
c. dengan memberikan hak menggunakan hak cipta hasil Karya
Sinematografi kepada pihak lain untuk mengumumkan ciptaannya
dengan menggunakan pola bagi hasil antara pemegang hak cipta dan
pengusaha bioskop; atau
d. dengan memberikan hak menggunakan hak cipta hasil Karya
Sinematografi kepada pihak lain tanpa hak untuk mengumumkan
dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya.
(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah perjanjian
yang dilakukan baik secara tertulismaupun tidak tertulis.
Royalty sinemotgrafi
PENGHASILAN DARI PEMANFAATAN HAASIL KARYA
SINEMATOGRAFI
Pasal 2
1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pemegang hak cipta dari
penggunaan hasil Karya Sinematografi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a dan huruf d, tidak termasuk dalam
pengertian royalti.
2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pemegang hak cipta dari
pemberian hak menggunakan hak cipta kepada pihak lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b dan huruf
c, termasuk dalam pengertian royalti.
3) Pasal 3
Jumlah royalti sebagaimana yang menjadi dasar pengenaan Pajak
Penghasilan adalah:
a. sebesar seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh pemegang hak
cipta dalam hal pemanfaatan dilakukan dengan cara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b: dan
b. sebesar 10% dari bagi hasil dalam hal pemanfaatan dilakukan dengan
cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf c.
Pajak Penghasilan terkait dengan pembelian barang, kegiatan
impor, dan kegiatan usaha di bidang lainnya.
Company Logo
Point Presentasi
www.themegallery.com
Dasar Hukum
Company Logo
Dasar Hukum
www.themegallery.com
Company Logo
Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
PMK 154 pasal 1
www.themegallery.com
*) industri hulu . Dlm hal terintegrasi, dikenakan PPh atas penjulan setiap tingkat: produk hulu, produk
antara, & produk hilir. Company Logo
Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 (2)
www.themegallery.com
Company Logo
Penjelasan Pasal 2 PER 57/PJ/2010
www.themegallery.com
(1) Badan usaha yang bergerak di bidang usaha industri baja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 huruf e adalah industri baja yang merupakan industri hulu.
(2) Dalam hal badan usaha dimaksud pada (1) mengolah atau memproses lebih lanjut
sebagian atau seluruh hasil produksinya menjadi produk antara dan/atau produk
hilir sehingga badan usaha tersebut melakukan kegiatan produksi secara
terintegrasi, maka Pajak Penghasilan Pasal 22 dipungut atas penjualan produk
hulu, produk antara, dan produk hilir.
(3) Badan usaha yang bergerak di bidang usaha industri otomotif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 huruf e adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang
industri otomotif, termasuk ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek), APM (Agen
Pemegang Merek), dan importir umum kendaraan bermotor.
(4) Pedagang pengumpul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf g adalah badan
atau orang pribadi yang kegiatan usahanya: mengumpulkan hasil kehutanan,
perkebunan, pertanian, dan perikanan; dan menjual hasil tersebut kepada badan
usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan.
Company Logo
www.themegallery.com
Tarif dan DPP
2,5% (dg. API),
7,5% (tanpa API), Nilai Impor
PPh Pasal 22 Impor 0,5%(kedelai,gandum,terigu dg. API)
-0,25% (Premium,Solar,Premix)
PPh Pasal 22 Migas bagiSPBU Pertamina, &- 0,3%
SPBU Swasta & Non SPBU
- 0,3% M.tnh, lpg,&pelumas
PPh Pasal 22
Saat Pembelian
Pedagang Pengumpul
Company Logo
Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan
www.themegallery.com
Company Logo
Dikecualikan dari Pemungutan
www.themegallery.com
Company Logo
Dikecualikan dari Pemungutan (2)
www.themegallery.com
Company Logo
Dikecualikan dari Pemungutan (3)
www.themegallery.com
Company Logo
Yang dikecualikan dari pungutan PPh Ps 22 (PER
15/2011)
www.themegallery.com
Company Logo
Beberapa perubahan Tarif dan Pengecualian
sesuai PMK 154/PMK.03/2010
www.themegallery.com
Company Logo
Soal-soal
www.themegallery.com
Company Logo
08/11/2011
PPh
Pemotongan dan Pemungutan
DTSD I PAJAK
HASANUDDIN TATANG
08/11/2011
Kewajiban perpajakan pemotong/pemungut PPh
Perhitungan
Mendaftark PEMOTONGAN/PE LAPOR
an diri MUNGUTAN
SETOR
PPh Ps 21
NPWP
PPh Ps 22
PPh Ps 23
PPh Ps 26 SSP SPT
PPh Ps 4 (2)
PPH Ps 15 BUKTI
POTONG
SIFAT
PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN
PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA,
DAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
JENIS JENIS PENGHASILAN
Tidak
Labor Teratur
Business
income
income
dilihat dari
Dilihat dari sifat
penerimaan
mengalirnya
penghasilann
kepada wp
Teratur
Other
income Passive
income Konsumsi
dilihat dari
segi
penggunaan
Tabungan
DASAR HUKUM
a. Pegawai
b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk
ahli warisnya
c. Bukan pegawai :
1. Tenaga ahli
2. Seniman/pekerja seni, pembawa acara
3. Olahragawan
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator
5. Pengarang, peneliti, penerjemah
6. Pemberi jasa dalam segala bidang
7. Agen iklan
8. Pengawas dan pengelola proyek
9. Pembawa pesanan/yang menemukan langganan/perantara
10. Petugas penjaja barang dagangan
11. Petugas dinas luar asuransi
12. Distributor MLM, Direct Selling
d. Peserta kegiatan
1. Peserta perlombaan
2. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja
3. Peserta/anggota kepanitiaan
4. Peserta pendidikan, pelatihan dan magang
5. Peserta kegiatan lainnya
BUKAN SUBJEK PPh Pasal 21
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing,
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain
di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;
Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPH PASAL 21/26
TERMASUK
Natura/Kenikmatan dari :
STATUS KAWIN
SUAMI
STATUS TDK
STATUS KAWIN TDK MENERIMA/
KAWIN
MEMPEROLEH
PENGHASILAN
SYARAT:
MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT
SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN BAHWA SUAMI TIDAK MENERIMA/
MEMPEROLEH PENGHASILAN
LAPISAN PENGHASILAN
TARIF
KENA PAJAK
SAMPAI DENGAN
5%
Rp 50 JUTA
DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN 15%
Rp 250 JUTA
DIATAS Rp 250 JUTA
SAMPAI DENGAN 25%
Rp 500 JUTA
PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp1,32 jt s.d. Rp6 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
PENGHITUNGAN PPH PASAL 21:
BUKAN PEGAWAI
Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik
PPH PASAL 21:
PESERTA KEGIATAN
TARIF PS. 17
DITERAPKAN ATAS :
JASA PRODUKSI,
TANTIEM, GRATIFIKASI
DAN BONUS ATAU PENARIKAN DANA
IMBALAN LAIN YANG PENSIUN
TIDAK TERATUR
Ph BRUTO(>6jt) PTKP
Uang Pesangon
Uang Manfaat Pensiun
THT/JHT Yang Dibayarkan Sekaligus
Dalam hal menerima atau memperoleh penghasilan lain yang tidak dikenai PPh yg
bersifat final di luar penghasilan tetap dan teratur yang menjadi beban APBN atau
APBD, penghasilan lain tersebut digunggungkan dengan penghasilan tetap dan teratur
setiap bulan dalam SPT PPh WPOP yang bersangkutan.
Dalam hal diangkat sebagai pimpinan dan/atau anggota pada lembaga yang tidak
termasuk sebagai Pejabat Negara, atas penghasilan yang menjadi beban APBN atau
APBD terkait dengan kedudukannya sebagai pimpinan dan/atau anggota pada lembaga
tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 sesuai dengan UU PPh tidak
ditanggung oleh Pemerintah.
PENERIMA PENGHASILAN TIDAK BER NPWP
Pasal 20
Pasal 21
KEWAJIBAN PEMOTONG
Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh
Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank
paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26
Untuk Setiap Masa Pajak
Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima
Penghasilan
BUKTI PEMOTONGAN PPH PASAL 21
Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun
atau pegawai berhenti
Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun
berkala:
Dibuat setiap kali ada pemotongan
Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka
bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib
dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21
KEWAJIBAN PENERIMA PENGHASILAN
Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan
Pegawai tertentu Wajib Membuat Surat
Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan
Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada
Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri
Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan
Keluarga kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai
Bekerja Atau Mulai Pensiun
Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal
Terjadi Perubahan Tanggungan Keluarga Paling
Lambat Sebelum Mulai Tahun Kalender
Berikutnya
Pajak penghasilan WPLN atas penghasilan yang tidak berasal
dari menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT yang
bersumber dari Indonesia
Sistem pengenaan pajak atas WPLN
1
Pemenuhan Sendiri
bagi yg menjalankan
usaha /kegiatan
melalui BUT
2
Pemotongan oleh
pihak yang wajib
membayar bagi
WPLN lainnya
Wajib Pajak PPh Ps 26
20% P3B
DPP
PENGHS PERK.
EAT
BRUTO PENGHS.NETO
IKHTISAR OBJEK PAJAK, DPP, DAN TARIF
NO. OBJEK PAJAK DPP TARIF EFEKTIF
1 Dividen
2. Bunga (termsk premium, diskonto,
dan jaminan pengemb. Utang)
3. Royalty
4. Sewa dan penghasilan lain sehub. dg.
Penggunaan harta ... Jumlah Bruto 20% x jumlah bruto
5. Imbalan sehub. dengan jasa, Penghasilan
pekerjaan atau kegiatan
6. Pensiun dan Pembyr. Berkala lainnya
7. Premi Swap dan transaks lindung nilai
8. Hadiah dan Penghargaan
9. Keuntungan krn Pembebasan Utang
10. Penjualan Harta di Indnesia * 25% Hg. Jual 5% x Hg. jual
* Tidak dikenakan pajak apabila jumlah nilai penjualan tidak lebih Rp 10 juta
IKHTISAR OBJEK PAJAK, DPP, DAN TARIF....
Income X Corp.
Negara X
Indonesia
Sales Product X BUT
X Corp. Income
Sales Product X
KPP yang mengaudit PT
PT ABC ABC: jangan lupa
memproduksi Alat
Keterangan !!! PT PQR
Force of attraction: Income kantor pusat dari PT ABC menjadi objek pajak BUT.
9
Hubungan efektif: Pasal 5 ayat (1) huruf c
Royalty & fee
X Corp.
License
Negara X Agreement
Management
Indonesia
Agreement
BUT
PT ABC
X Corp.
Bangunan
Hotel
Terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan kepada kantor pusat royalty dan fee adalah objek
pajak BUT.
10
Saat Terutang, Penyetoran, dan
Pelaporan
1. WP Dana Pensiun
2. WP Bank
Tarif
0% Bunga simpanan sampai dengan Rp 240.000,
per bulan
10% Jumlah bruto bunga simpanan lebih dari Rp
240.000 per bulan
Tarif
TARIF
2,5% X Margin Awal
Margin Awal adalah sejumlah
uang atau Surat Berharga yang
ditempatkan oleh pialang
berjangka atau anggota bursa
pada Lembaga Kliring dan
penjamin
TARIF
X Bruto NILAI PENGALIHAN
hak RS dan Rusun Sederhana yg
1% dilakukan oleh WP yg usaha
pokoknya mengadakan pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan
NILAI PENGALIHAN adalah nilai tertinggi berdasarkan Akta atau NJOP, kecuali :
-Kepada Pemerintah : Nilai berdasarkan keputusan pejabat
- Lelang : nilai menurut Risalah Lelang
Pengalihan hak ...
Pengecualian
1. OP yg berpenghasilan di bawah PTKP dan nilai pengalihan
kurang dari Rp 60.000.000
2. OP atau Badan atas pengalihan kepada Pemerintah dengan
ganti rugi dan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus
3. OP yg melakukan hibah kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat /badan keagamaan/badan
pendidikan/ badan sosial/ pengusaha kecil termasuk koperasi
sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan.
4. Badan yg melakukan hibah kepada Badan keagamaan/
Badan Pendidikan/ badan sosial/ pengusaha kecil termasuk
koperasi sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan.
5. Pengalihan karena warisan
Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
9 PPh atas Penghasilan OP atau Badan dari persewaan tanah dan / atau bangunan berupa
tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor,
toko, rumah toko, gedung, dan industri.
Jumlah Bruto Nilai Persewaan adalah seluruh jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh pihak
penyewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan dan service charge
PEMO
TONG
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris,
PPAT kecuali Camat, pengacara,
dan konsultan yang melakukan
OP pekerjaan bebas
b.OP yg menjalankan usaha
dengan pembukuan dan telah
terdaftar sebagai WP
Persewaan Tanah ...
PEMBAYAR
PENERIMA PENGHASILAN
dengan menggunakan SSP paling
PENYEWA lambat tanggal 15 bulan
Dalam hal penyewa adalah wajib berikutnya
potong Pajak Penghasilan Dalam hal penyewa bukan
Pemotong Pajak Penghasilan
Dalam pembukuan WP yang menyewakan wajib dipisahkan antara penghasilan dan biaya yang
berhubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan dengan penghasilan dan biaya lainnya.
10 Usaha Jasa Konstruksi
Layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi
Apabila penyedia jasa adalah BUT, maka laba setelah dikenakan PPh final
dikanakan lagi PPh Pasal 26 (4) sesuai ketentuan yang berlaku
PEMOTONG :
1. Emiten atau Kustodian
2. Broker, Bank selaku dealer
TARIF 3. Broker, bank, dana pensiun,
reksadana, selaku pembeli
PEMOTONG PAJAK