Anda di halaman 1dari 4

ABSTRAK

Syarif Ibrahim Alqadrie dalam bukunya yang berjudul Ketidakadilan, Kemiskinan,


Keterpurukan dan Terorisme pada Bagian Pendahuluan bertujuan untuk membahas
metodologi penulisan dalam buku tersebut. Dari metodologi penulisan tersebut terdapat
paradigma dan perspektif yang digunakan. Paradigma tersebut terbagi menjadi dua yaitu
paradigma positivisme dan non positivisme. Sedangkan perspektif yang digunakan adalah
perspektif budaya dan non budaya atau struktural. Paradigma dan perspektif tersebut dapat
saling berkaitan dan berhubungan seperti halnya ketidakadilan yang menyebabkan
kemiskinan dan hasil dari kemiskinan tersebut menimbulkan sebuah keterpurukan dan di
belakang rentetan hal-hal tersebut menyebabkan terorisme.

Kata kunci : Paradigma, Perspektif, Kemiskinan, Budaya


RESUME

Syarif Ibrahim Alqadrie dalam bukunya yang berjudul Ketidakadilan, Kemiskinan,


Keterpurukan dan Terorisme pada Bagian Pendahuluan yang diterbitkan oleh Alqadrie Center
Press pada Desember 2016, menjelaskan tentang ketidakadilan, kemiskinan, keterpurukan
dan terorisme yang saling berkaitan satu sama lain yang dapat disimpulkan bahwa terorisme
adalah akhir atau yang di belakang dari seluruh rentetan yang ada. Dalam hal ini
katidakadilan adalah hal pertama yang menimbulkan kemiskinan. Yang kemudian hasil dari
kemiskinan tersebut adalah keterpurukan. Dan yang menjadi akhir dari semua hal diatas
adalah terorisme yang merupakan akhir dari rentetan hal-hal yang tersebut.
Syarif Ibrahim Alqadrie menjelaskan bahwa dalam buku yang ditulisnya tersebut
dasar dari metodologi penulisannya adalah terletak pada paradigma dan cara pandangnya.
Paradigma disini terbagi menjadi dua paradigma yaitu paradigma positivisme dan paradigma
non positivisme yang biasa dikenal dalam dunia akademis. Dan perspektif disini juga terbagi
menjadi dua juga yaitu perspektif budaya dan perspektif bukan berdasarkan budaya atau yang
lebih dikenal dengan perspektif struktural.
Syarif Ibrahim Alqadrie (2016) mengatakan paradigma positivisme banyak
diberlakukan pada ilmu pasti alam dan ilmu ekonomi tradisional yang menganggap ilmu
pengetahuan sebagai alat yang dimiliki dan dikuasainya. Sehingga ilmu pengetahuan bersifat
bebas nilai, tidak berpihak dan berlaku umum kepada siapapun. Yang pertama adalah bebas
nilai dimana ilmu pengetahuan disini tidak berkaitan dengan baik buruk suatu hal. Yang
kedua adalah tidak berpihak dimana ilmu pengetahuan mempunyai kepentingannya sendiri
karena ilmu pengetahuan hanya dianggap sebagai alat. Yang ketiga adalah berlaku umum
sesuai dengan baik buruk atau bermanfaat atau merugikannya kepada masyarakat sesuai
dengan ilmu pengetahuan yang di ambilnya.
Syarif Ibrahim Alqadrie menjelaskan paradigma non positiveisme lebih kepada nilai
dan norme yang berlaku khusus sehingga penganutnya memberi perhatian lebih pada nilai
dan norma khusus yang berlaku tersebut. Dan dapat dilihat berdasarkan paradigma non
positivisme ini bahwa terorisme lebih disebabkan faktor lain (eksternal) seperti halnya yang
dijelaskan atau sebagai contohnya adalah kebijakan yang tidak adil dan sifat acuh tak acuh
yang ada di pemerintah. Berbeda dengan paradigma positivisme, disini tidak didasarkan oleh
nilai budaya, ajaran agama, dan tradisi etnisitas yang menyimpang.
Syarif Ibrahim Alqadrie mengatakan perspektif budaya memusatkan faktor dalam
sebagai penyebab utama dalam menimbulkan, mempengaruhi dalam perubahan yang terjadi
sehingga dapat dikatakan bahwa perspektif ini digunakan untuk kemiskinan dan keterpurukan
yang ada atau disebabkan oleh faktor dalam seperti budaya, tradisi, kebiasaan, pendidikan
dan sikap mental bukan faktor luar yang berasal dari ketidakadilan dari kebijakan pemerintah
yang ada. Sama halnya seperti kemiskinan dan keterpurukan yang terjadi, terorieme juga
dipengaruhifaktor dalam sesuai perspektif budaya yang ada. Syarif Ibrahim Alqadrie dalam
buku ini juga menggunakan perspektif non budaya yang berfungsi sebagai dasar dalam
mempertegas variabel bebas yang seharusnya menjadi penyebab utama yang mempengaruhi
variabel terikat.
TANGGAPAN

Menurut saya Ketidakadilan dan Kemiskinan salah satu faktor dalam yang
menyebabkan terjadinya Keterpurukan dan Terorisme. Namun dalam buku ini penulis
sebaiknya menyampaikan hal yang dapat membuat pembaca lebih memahami dampak dan
penyelesaian dari Ketidakadilan, Kemiskinan, Keterpurukan dan Terorisme. Sehingga bagian
dimana dampak diungkapkan dapat membuat pembaca lebih mempunyai keinginan yang
mencolok dalam masalah penyelesaiannya kasus-kasus tersebut. Tidak membuat pembaca
penasaran akan bagaimana penyelesaiannya.

Saya setuju dengan Syarif Ibrahim Alqadrie yang mengatakan bahwa terorisme
merupakan rentetan dari seluruh fenomena yang ada. Karena menurut saya jika tidak ada
ketidakadilan, kemiskinan, keterpurukan maka terorisme dan kekerasan tidak akan terjadi
seperti hakikatnya seseorang yang mencuri itu diakibatkan ketidakadilan yang terjadi
sehingga menyebabkan kasus pencurian tersebut. Andai saja ketidakadilan itu dapat
dihilangkan melalui kebijakan pemerintah yang pro rakyat, maka hal hal yang tidak
diinginkan tidak perlu terjadi.

Anda mungkin juga menyukai