Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengertian :
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup
yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial
(Varcarolis, 2000).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu
dalam menemukan arti kehidupannya.
Patofisiologi :
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi
otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat
menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk
terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M,
dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon melawan atau melarikan diri
sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang
menghadapi ancaman yaitu stres.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan.
Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu
bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional
seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku
dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan
dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan
lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan menyebabkan
seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan munculnya
gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya
gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan
timbulnya depresi.
Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
1. Ungkapan kekurangan
a. Harapan
c. Perdamaian/ketenangan
d. Penerimaan
e. Cinta
g. Keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
Penyebab :
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang
keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri?
Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?)
Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang
didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi
saudara?
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Perasaan hampa
Faktor Predisposisi :
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga
akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer
pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor Presipitasi :
Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup,
kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin
hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah
ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan
menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
Respon Kognitif
Respon Afektif
Respon Fisiologis
Respon Sosial
Respon Perilaku
Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan
orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan
balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok
untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan
apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor
spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.
PSIKOFARMAKA :
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek
spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga,
empat atau lima
Diagnosa :
Distters Spritual
Intervensi :
Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab distress
spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama
yang diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan
spritual dalam kehidupan.
Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien
untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta
dalam kegiatan keagamaan.
RENCANA KEPERAWATAN DISTRES SPIRITUAL
Nama Klien :
Ruang :
1 2 3 4 5
Distres TUM :
spritual Klien mampu
menyatakan
mencapai
kenyamanan
dari
pelaksanaan
praktik
spiritual
sebelumnnya
dan merasa
kehidupannya
berarti/bermak
na 1. Ekspresi wajah 1. Bina
TUK I : bersahabat, hubungan
Setelah dua menunjukkan saling
kali pertemuan rasa senang ada percaya
Klien dapat kontak mata, dengan
membina mau berjabat menggunak
hubungan tangan, mau an prinsip
saling percaya. menyebutkan dan teknik
nama, mau komunikasi
menjawab terapeutik :
salam, mau
duduk a. Sapa klien dengan ramah
berdampingan baik verbal maupun non
dengan verbal
perawat, mau
mengutarakan b. Perkenalkan diri dengan
masalah yang sopan
dihadapi.
c. Tanyakan nama lengkap
klien dan nama panggilan
1 2 3 4 5
TUK 3 :
Setelah atau 1. Klien 1. Berbagai
kali pertemuan mampu keyakinan
kali dapat tentang arti
mendiskusikan a. Mencintai diri dan tujuan
dengan sendiri dan dengan
perawat hal orang lain perawat
penting yang dengan
memberikan mengungkapk 2. Diskusikan
makna dalam an penerimaan manfaat
kehidupannya terhadap spiritual
dimasa yang dirinya sendiri
lalu. maupunorang 3. Beri
lain kesempatan
untuk
b. Berdoa mendiskusi
menurut kan
keyakinannya berbagai
masing- hambatan
masing yang
dirasakan
c. Melakukan dalam
ibadah menjalanka
n
d. Berpartisipasi keyakinan
dalam upcara
keagamaan 4. Bersikap
terbuka dan
e. Berpartisipasi menjadi
dalam pendengar
pengobatan yang baik
terhadap
f. Berinteraksi apa yang
dengan tokoh dikatakan
agama individu
g. Berhubungan 5. Dorong
dengan diri klien
sendiri orang berdoa
lain yang secara
individu
h. Berhubungan
dengan orang
1 2 3 4 5
lain
i. Berinteraksi
dengan orang
lain untuk
berbagi
perasaan dan
keyakinan
TUK 4 :
Setelag tiga 1. Klien 1. Mendorong
kali pertemuan mampu klien untuk
klien dapat menulis
mempertahank a. Melakukan dalam
an pemikiran ADL daftar
dan kegiatan
perasaannya b. Melaksanakan hariannya
tentang keyakinannya setiap hari
spiritual sesuai dengan untuk
perannya mengekpre
sikan
c. Mengungkapk pemikiran
an dan saran
perasaannya refleksi.
terkait dengan
keyakinannya 2. Menyediak
an musik,
d. Mengontrol literatur,
aktifitas radio atau
spiritualnya program
TV spritual
e. Memilih secara
pelayanan individu
spiritual yang
diperlukan 3. Terbuka
terhadap
pernyataan
individu
terhadap
kesepian
dan
1 2 3 4 5
kekuatanny
a
4. Dorong
menggunak
an sumber-
sumber
spiritual
seperti
tokoh-
tokoh
agama,
literatur-
literatur
atau buku
yang sesuai
dengan
keyakinan,
tersedianya
tempat-
tempat
beribadah
dan alat-
alat dalam
menjalanka
n ritual
keyakinann
ya.
5. Menyerahk
an ke tokoh
agama
yang pilih
6. Gunakan
teknik
klarifikasi
untuk
membantu
individu
mengklarifi
kasi
1 2 3 4 5
keyakinan
dan nilai
7. Mendengar
kan
perasaan
individu
8. Menunjukk
an empati
9. Fasilitas
individu
untuk
meditasi,
berdoa,
tradisi
religius
lainnya dan
ritual
10. Dengarkan
dengan
hati-hati
komunikasi
individu
dan
mengemba
ngkan
waktu
untuk
berdoa atau
ritual
keagamaan
11. Yakinkan
individu
bahwa
perawat
akan
mendukung
individu
1 2 3 4 5
pada saat
menderita/
masa kulit
12. Terbuka
kepada
individu
tentang
sakit dan
kematian
13. Bantu
individu
untuk
mengungka
pkan dan
mengurang
i
kemaharan.
STRESS MANAGEMENT
Stress :
Increases performance
Loss of motivation
Kurang efektif
Money
Traffic
Health/Medical issues
Work load
Stress Signs
Physical Stress Signs :
Muchles tightening
Fatigue
Sleepleeness
Headaches
Backaces
Increased illness
Anxiety
Forgetfulness
Depression
Apathy/lack of interest
Confucion
Increased anger
Exessive fear
Worry
Decreased self-confidence
Hostility
Iriitability
Under/over eating
Memory problems/forgetfulness
Clumsiness
Poor performance
Absenteeism
Impact of Stress
Impact on health of an individual
Back pain
Headaches
Stomachahes
Ulcers
Lower Productivity
Time management
Organize
Think Positive
Pengalihan
Music
Hobbies
Play
Learning
Vacation
Phyrical Techniques
Deep breathing
Exercise
Meditation
Nutrition
Rest
Laughter
Workplace Skills
Delegate
Anticipate problems
Be assertive
Organize
Team building
Career counseling
MEKANISME KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
1. Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stresor, pemilihan respon
yang tidak adekuat dan atau ketidakmampuan dalam menggunakan sumber-sumber yang
tersedia (Nanda, 2005).
3. Koping individu, tidak efektif terjadi bila seorang individu mengalami atua beresiko
mengalami ketidakmampuan menangai ansietas karena tidak mempunyai kemampuan
secara fisik, perilaku maupun kogntifi (Keliat, et, all, 2006).
Pengkajian :
1. Pengkajian Fisik
Berupa kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan otot dileher, bahu dan punggung,
peningkatan denyut nadi dan pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin,
postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan pada daerah lambung, suara
yang bernada tinggi, mual, muntah, diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan,
perubahan frekwensi berkemih, gelisah, sulit untuk tertitur atau sering terbangun saat tidur dan
dilatasi pupil.
2. Pengkajian Psikologis
Yang perlu dikaji meliputi adanya ansietas, depresi, marah, kecemasan, ketakutan, kehilangan
kontrol, harga diri rendah, perasaan tidak adekuat, kehilangan motivasi, ketidakmampuan
memenuhi peran yang diharpakan (mengalami ketegangan peran, konplik peran),
mengungkapkan kesulitan kehidupan, perilaku destruktif (merusak diri, penyalahgunaan zat),
rasa khawatir kronis, suka berbohong dan manipulasi (Potter & Perry, 2005).
Difokuskan pada dukungan sosial dalam memahami pengalaman klien, persepsi budaya terhadap
nyeri, penderitaan dan sakit deskriminasi atau perlakuan yang berbeda, atau adanya rasisme
dimana terdapat perbedaan pencapaian individu dalam ras atau kelompok tertentu yang merasa
lebih tinggi (Stuart, 2007).
4. Pengkajian Spritual
Berhubungan dengan keyakinan dan pencarian makna hidup individu itu sendiri. Apakah
keyakinan individu itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Pengkajian spiritual ini
berdampak sekali kepada koping seseorang. Ini bisa dirasakan ketika seseorang mengalami
kegagalan, perasaan tidak stabil, ketidakmampuan mengontrol diri, dan merasakan perasaan
hampa.
C. Diagnosa Keperawata
D. Intervensi Keperawatan
Adapun rencana tindakan keperawatan ini dikembangkan sebagai intervensi generalis dan
spesialis dalam asuhan keperawatan jiwa.
1. Generalisasi :
Rencana asuhan keperawatan jiwa pada tahap generalis ditujukan kepada pasien dan keluarganya
sebagai berikut :
Rencana tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan Umum :
Pasien mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stressnya.
Tujuan Khusus :
2. Berjabat tangan
3. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
1. Tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya dengan
peristiwa dan perubahannya
3. Dengarkan dengan cermat dan amati ekpsresi wajah, gerakan tubuh, kontrak mata, posisi
tubuh, intonasi, dan intensitas suara pasien.
4. Tentukan resiko adanya tindakan membahayakan diri sendiri dan berikan tindakan yang
dibutuhkan.
2. Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih memberikan harapan dan
pandangan realistis.
a. Tujuan Umum
Keluarga mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stres pada anggota
keluarganya.
b. Tujuan Khusus
1. Keluarga mampu mengenal koping individu tidak efektif pada anggota keluarganya.
2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping tidak efektif pada anggota
keluarganya.
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang masalah mengalami koping tidak
etektif
4. Keluarga mampu mempraktekan cara merawat anggota keluarga dengan masalah koping
individu tidak efektif
5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping tidak efektif
Tindakan Keperawatan
d. Diskusikan tentang cara merawat pasien dengan koping tidak efektif dengan cara :
f. Diskusikan bagaiaman cara merujuk anggota keluarga jika sudah tidak dapat ditangani
dirumah.
Terapi Spesialis
1. Terapi Individu
a. Cognitif Behavior Therapy : sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan dan stres yang
dihadapi individu tidak mengancam.
b. Gestals therapy : memfokuskan pada peningkatan kesadaran emosi dan perilaku klien
serta meningkatkan kesadaran diri klien untuk mencoba berinteraksi dengan orang lain.
c. Anxiety reduction : upaya memperkecil pemahaman, rasa takut, firasat atau kegelisahan
yang berhubungan dengan sumber-sumber bahaya yang tidak terindentifikasi.
2. Terapi Keluarga
Negosiasi
Konfrontasi
Minat nasehat
Subtitusi
Ego defence
1. Faktor Predisposisi
a. Biologik
o L.B. Genetik
o Kesehatan
o Terpapar Racun
b. Psikologik
o IQ
o Moral
o Koping
o Konsep Diri
o Kepribadian
o Pengalaman lalu
o Keterampilan verbal
c. SOS. BUD
o Umur
o Pendidikan
o Pekerjaan
o Pendapatan
o L.B. Bud-Sos
o Agama
o Politik
a. Stresor : stimulus yang dipersepsi sebagia tantangan ancaman, tuntutan, perlu energi
tensi dan stres.
a. Kognitif
o Pemilihan koping
a. Kognitif
o Kemampuan koping
o Efektifitas koping
b. Afektif
d. Perilaku :
e. Sumber informasi
a. Mechanic :
1. Model ekonomi
2. Tekanan koping
4. Dukungan sosial
5. Motivasi
2. Keyakinan positif
4. Keterampilan sosial
a. Cari info
b. Indentifikasi maslah
c. Nilai alternatif
d. Laksanakan rencana
c. Antonousky
1. Kekuatan ego
2. Konsisten
3. Stabil
a. Budaya
b. Agama
c. Sistem Nilai
d. Keyakinan
ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI : BODY IMAGE
Pengertian Body Image adalah asumsi dari perilaku secara sadar dan tidak sara tentang keutuhan
dari tubuhnya, yang dipengaruhi persepsi sekarang dan yang lalu tentang perasaan bentuk tubuh,
ukuran, fungsi, penilaian (Stuart & Sundeen, 1991).
Faktor predisposisi menurut Stuart Laraia dibagi menjadi biologis, psikologis dan sosiokutural.
1. Faktor Biologis
2. Faktor Fsikologis
Teori Psikologis/Psikoanalitik
Sigmund Freud (1936) mengatakan struktur kepribadian ID (dorongan imazing dan impuls
primitif), Super Ego (hati nurani, norma budaya), Ego (mediator antara id dan super ego
konflik emosional id dan super ego. Warning ego tentang bahaya timbul gangguan BODY
IMAFGE.
3. Faktor Sosiokultural
Teori Perilaku
Kegagalan berperilaku Frustasi Konflik salah satu konfliknya adalah BODY IMAGE.
Faktor Presipitasi
Terdapat 2 faktor presifitasi pada gangguan penampilan peran, yaitu :
1. Trauma
Ada riwayat kekesaran atau trauma seperti fisik, sexual, dan psikologikal abuse dimasa.
(Chu et al, 1999; Kluft, 1999).
2. Role Strain
Perasaan frustasi ketika seseorang tidak dapat memenuhi peranannya, yang bisa disebabkan oleh
keadaan sakit yang lama atau transisi perkembangan.
Dari 2 faktor diatas kemudian dikaji lagi tentang sifat, asal, waktu dan jumlah dari faktor
presipitasi yang muncul.
Apprasial Of Stressor
Dikaji penilaian klien terhadap masalah dari kognitif, afektif, fisiologi, perilakua dan sosial, dan
yang terpenting perawat selalu mengkaji dan melakukan valid.dengan melakukan
hubungan teurapeutik dengan klien.
Sumber Koping
Penting dikaji oleh perawat tentang sumber koping ini merupakan kekuatan untuk klien.
Jika ditemukan ada sumber koping positif yang dimiliki klien sebaiknya perawat dengan
klien berusaha bersama-sama untuk meningkatkan self awareness (Bjorklund, 2000).
Dikaji sumber koping dari kemampuan personal, dukungan sosial, aset materi dan
keyakinan positif terhadap stressor.
Diagnosa Keperawatan
Berduka
Dengarkan
1. Identifikasi dan ekpresi
Empat
Alternatif
2. Pecahan masalah
Tidak berbahaya
Identifikasi kembali
3. Perilaku & hati
Penilai Klien terhadap body image
Percaya diri
4. Evaluasi diri
Kemampuan diri
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
MASALAH PSIKOSOSIAL
(REVISI)
I. INFORMASI UMUM
Inisial Klien :
Usia : (Tahun)
Jenis Kelamin : [ ] Perempuan [ ] Laki-laki
Suku :
Bahasa Dominan :
Status Perkawinan : [ ] Belum Menikah [ ] Menikah [ ] Janda/Duda
Alamat : Cimalaka
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
Oksigenasi
Tanda-tanda Vital : TD : P : Vd : T :
Ritme :
Kedalaman :
Nutrisi
Berat badan :
Tinggi badan :
Pola makan : [ ] Satu kali sehari [ ] Dua kali sehari
[ ] Tiga kali sehari [ ] > 3 kali sehari
Alergi : [ ] Tidak ada [ ] Ada, __________
Eliminasi
Pola BAB/BAK : [ ] Baik [ ] Terganggu
Nyeri : [ ] Ada [ ] Tidak ada
Aktivitas dan Istirahat
Pelaksanaan ADL : [ ] Total [ ] Parsial [ ] Suportif
Pola Tidur : [ ] Baik [ ] Terganggu, __________
Kebiasaan sebelum tidur : [ ] Baca [ ] Mematikan lampu
[ ] Lain-lain ______________________
Proteksi
Status Imunisasi : [ ] Lengkap [ ] Tidak lengkap
b. Penampilan
1. Cacat Fisik
2. Kontak Mata
3. Pakaian
4. Perawatan Diri
Jelaskan _____________________________________________
Diagnosa Keperawatan
_________________________________________________________
_________________________________________________________
________________________________________________________
IV. KELUARGA
a. Genogram
b. Tipe keluarga
c. Pengembailan Keputusan
Jelaskan :
________________________________________________________
________________________________________________________
Diagnosa Keperawatan
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
V. RIWAYAT SOSIAL
a. Pola Sosial
1. Teman/orang terdekat
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
2. Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini
_____________________________________________________
_____________________________________________________
Diagnosa Keperawatan
________________________________________________________
________________________________________________________
______________________________________________________________________________
_____________________________
______________________________________________________________________________
_____________________________
______________________________________________________________________________
_____________________________
Komunikasi
Non Verbal
Nada
Diagnosa keperawatan
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
_______________
PENGKAJIAN ANSIETAS
______________________________________________________________________________
_____________________________________________
2. Keluhan fisik
______________________________________________________________________________
_____________________________________________
3. Alam perasaan
[ ] ketakutan [ ] kuatir
[ ] putus asa [ ] gembira berlebihan
4. Mekanisme koping
Adaptif [] Adaptif []
Lain-lain : Lain-lain :
Diagnosa Keperawatan :
______________________________________________________________________________
_____________________________________________
[ ] mengingkari [ ] depresi
[ ] marah [ ] penerimaan
Tawar menawar
3. Mekanisme koping
Adaptif [] Adaptif []
Lain-lain : Lain-lain :
Diagnosa Keperawatan :
______________________________________________________________________________
_____________________________________________
PENGKAJIAN GANGGUAN CITRA TUBUH
1. Keluhan Fisik
______________________________________________________________________________
_____________________________________________
2. Alam Perasaan
[ ] ketakutan [ ] kuatir
[ ] putus asa [ ] gembira berlebihan
3. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
______________________________________________________________________________
_______________________________________
b. Identitas
______________________________________________________________________________
_______________________________________
c. Peran
______________________________________________________________________________
_______________________________________
d. Ideal diri
______________________________________________________________________________
_______________________________________
e. Harga diri
______________________________________________________________________________
_______________________________________
4. Mekanisme Koping
Adaptif [] Adaptif []
Lain-lain : Lain-lain :
Diagnosa Keperawatan :
______________________________________________________________________________
_____________________________________________