Anda di halaman 1dari 56

makalah pembuatan mikro organisme lokal

Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis

1.

Dec

26

pembuatan mikro organisme lokal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah larutan dari hasil fermentasi yang

berasal dari sisa-sisa pembusukan yang mudah terurai. Mikro organisme lokal yang

akan dijelaskan pada makalah ini yaitu mikroorganisme yang berasal dari (keong mas

dan buah maja) dan (nasi segar dan sersah bambu lapuk) serta, gula merah, dan air
kelapa. Mikro Organisme Lokal mempunyai keuntungan karena biaya yang

dibutuhkan murah dan pembuatannya sangat mudah.

MOL merupakan singkatan dari Mikro Organisme Lokal yang artinya cairan

yang terbuat dari bahan bahan alami yang disukai sebagai media atau tempat hidup

dan berkembangnya mikro organisme yang berguna untuk mempercepat

penghancuran bahan bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator atau

tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikroorganisme

yang berada di tempat tersebut.

Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah cairan dari bahan organik yang

difermentasikan dengan air kelapa dan air cucian beras ditambah gula. Mikro

organisme adalah bakteri, baksil, jamur, cendawan. hasil dari mikro organisme lokal

yang dibuat berupa larutan, larutan mikro organisme lokal dapat digunakan sebagai

dekomposer karena larutan mikro organisme mengandung bakteri yang berpotensi

merombak bahan organik. Akan tetapi Larutan mol juga mengandung unsur hara

mikro dan unsur hara makro.

Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah cairan yang terbuat dari bahan-bahan

alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang

berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau sebagai

dekomposer dan sebagai activator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang

disengaja dikembangkan dari mikro organisme yang berada di tempat tersebut.


Adanya mikro organisme lokal, maka dapat memudahkan para pembudidaya

ikan air tawar dalam menggunakan pupuk cair yang bersifat organik dan murah.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui teknik pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL).


2. Untuk mengetahui syarat pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL).
3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan pembuatan mikro organisme lokal (MOL)

terhadap perairan dan perikanan.

C. Manfaat
Selain tujuan yang ingin dicapai, hasil penulisan makalah ini diharapkan juga

dapat member manfaat :


Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk meninkatkan pengetahuan

dan keterampilan pembuatan mikro organisme lokal serta memahami

permasalahanyang timbul dalam pembuatan mikro orgnisme lokal dan juga dapat

menambah informasi lebih lanjut tentang pembuatan mikro oranisme lokal.


Manfaat lainnya adalah untuk mengembangkan dan melestarikan mikro

organisme lokal pada masyarakat luas. Dengan adanya makalah pembuatan mikro

orgaisme lokal, selain untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan juga bisa

merubah sikap dan prilaku yang tidak baik kearah yang lebih baik, dan dapat

memahami prinsip pembuatan mikro organisme lokal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Mikro Organisme Lokal (MOL)
Mikro Organisme Lokal (MOL) dapat dikatakan sebagai salah satu jenis

pupuk cair. Mikro Organisme Lokal (MOL) juga memiliki kandungan unsur hara

mikro. Mikro organisme lokal sangat berperan sebagai pengendalian hama dan

penyakit ikan. Mikro organisme lokal dapat berasal dari hasil pembusukan yang

difermentasikan. Semakin busuk dan halus bahan yang difermentasikan maka akan

semakin cepat menjadi mikro organisme lokal. Dalam pembuatan mikro organisme

lokal yang lebih cepat maka bakteri dalam larutan membutuhkan glukosa, sumber

bakteri, dan karbohidrat.


1. Glukosa

Glukosa berperan dalam sumber energi dalam mikroba yang bersifat

spontan, artinya lebih mudah untuk dimakan. Glukosa yang dibuat dalam

praktikum biasanya adalah gula merah yang telah diiris atau dihaluskan.

2. Sumber Bakteri
Sumber bakteri dalam mikro organisme lokal yang diperoleh berasal dari

keong mas, maja dan nasi, sersah bambu lapuk.


3. Karbohidrat
Karbohidrat dalam mikro organisme lokal sangat dibutuhkan
oleh bakteri pengurai dan yang digunakan sebagai sumber energi yaitu air

kelapa, air cucian beras.

B. Jenis-Jenis Mikro Organisme Lokal (MOL)

Adapun jenis jenis mikro organisme lokal yaitu:


1. Mikro organisme lokal nabati yaitu mol yang berasal dari tanaman buah maja,

kandungan Glukosa untuk nabati yaitu 5% dari 1kg maja,


2. Mikro organisme lokal hewani yaitu mol yang berasal dari keong mas, kandungan

Glukosa untuk hewani yaitu 20% dari 1kg keong mas.

C. Fungsi dan Tujuan Pembuatann Mikro Organisme Lokal (MOL)


1. Fungsi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)
Adapun fungsi dari pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) yaitu sebagai

berikut:
a. Sebagai aktivator ( mengaktifkan bakteri).
b. Sabagai dekomposer ( untuk mempercepat dekomposisi).
c. Sabagai nutrisi (makanan).
d. Sebagai Biopestisida (obat racun alami).
2. Tujuan pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)

Adapun tujuan dari pembuatan adalah sebagai berikut:

a. Untuk menaikkan pH air.


b. Mencegah penyakit.
c. Membunuh patogen/bakteri yang merugikan.
d. Menimbulkan plankton atau bias disebut pakan alami.
e. Membunuh patogen/bakteri yang merugikan.
f. Menimbulkan plankton atau bias disebut pakan alami.

D. Syarat dan Cara Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)


1. Syarat pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)

Syarat pembuatan mol merupakan salah satu faktor pendukung agar mikro

organisme lokal tidak gagal, adapun syarat pembuatan mol adalah sebagai berikut:

a. Karbohidrat yaitu air kelapa dan air cuucian beras.


b. Glukosa yaitu gula merah.
c. Sumber bakteri yaitu keong mas dan maja, nasi dan sersah bambu lapuk.
2. Cara pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)

Adapun cara dalam pembuatan mikro organisme lokal yaitu :


a. Mol keong mas dan maja
Sebelum membuat mol terlebih dahulu hal yang dilakukan yaitu

persiapan alat dan bahan.

Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan Mikro Organisme Lokal

(MOL) adalah sebagai berikut:

1) Ember plastik (untuk tempat keong).


2) Lesung batu 1 buah.
3) kayu (untuk menumbuk keong).
4) Jeriken (untuk tempat fermentasi).
5) parang (untuk membelah maja).
6) Plastik atau kresek.
7) Selang plastik sebesar pensil sepanjang 0,5 meter (untuk sirkulasi udara).
8) Tali dari karet (bekas ban dalam).
9) Botol bekas minuman mineral atau Aqua.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan Mikro

Organisme Lokal (MOL) adalah sebagai berikut:

a) 5kg keong mas yang masih hidup/segar


b) 2 Buah buah maja matang
c) gula merah 1kg
d) Air kelapa 10 liter
e) Air cucian beras 10 liter
Adapun cara membuat mol yaitu:
1) Menghaluskan Keong mas dengan cara menumbuk hingga halus

kemudian memasukkan ke dalam jeriken;


2) Mengiris gula merah hingga halus kemudian melarutkan gula dalam

larutan air cucian beras;


3) Membelah buah maja lalu mengambil isinya;
4) Mencampurkan keong dengan gula merah dan buah maja yang sudah

dihaluskan;
5) Memasukkan air kelapa dan aduk sampai merata;
6) Kocok-kocok hingga tercampur rata;
7) Kemudian tutup rapat dengan plastik dan berikan slang plastik

sambungan pada botol yang telah berisi air;


8) Mengikat dengan menggunakan karet ban dalam;
9) Fermentasikan selama 15 hari

Catatan: seteleh 15 hari mol di panen dengan cara pemerasan, dan siap

di gunakan

b. Mol nasi dan sersah bambu lapuk

Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan Mikro organisme Lokal

(MOL) adalah sebagai berikut:

1) Jeriken (untuk tempat fermentasi).


2) Plastik /kresek.
3) Selang plastik sebesar pensil sepanjang 0,5 meter (untuk sirkulasi udara).
4) Tali dari karet (bekas ban dalam).
5) Botol bekas minuman mineral atau Aqua.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan Mikro

Organisme Lokal (MOL) adalah sebagai berikut:


a) Nasi segar (tidak basi).
b) Seresah bambu lapuk, berupa daun-daun dan sisa-sisa potongan

batang bambu yang sudah ditebang dan sedang mengalami

dekomposisi (penghancuran/penguraian) dalam kondisi lembab.


c) Kardus yang bisa digunakan sebagai wadah tempat penyimpanan

kepalan nasi.
d) gula merah 0,5 kg.
e) Air kelapa sebanyak 5liter.
f) Air cucian beras sebanyak 5 liter.
Adapun cara membuat mol yaitu:
1) Membuat kepalan nasi lalu di tempelkan dangan daun bambu lapuk

atau batang bambu lapuk;


2) Menyimpan kepalan nasi yang sudah tercampur tadi dalam kotak atau

kardus yang tertutup rapat sellama 3-4 hari;


3) Memasukan kepalan nasi yang telah disimpan selama 3-4 hari

kadalam jeriken dan di campur dengan air kelapa, air beras, dan gula

merah;
4) Kocok-kocok hingga tercampur rata;
5) Kemudian tutup rapat dengan plastik dan berikan slang plastik

sambungan pada botol yang telah berisi air;


6) Mengikat dengan menggunakan karet ban dalam;
7) Fermentasikan selama 15 hari;

Catatan: seteleh 15 hari mol di panen dengan cara pemerasan, dan

siap di gunakan.

Adapun ciri-ciri pembuatan mol yang gagal yaitu ada terdapat

belatung (ulat), jika terdapat belatung atau ulat langsung di buang saja.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Adapun simpulan dari makalah ini yaitu :


1. Pembuatan MOL dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pembuatan mol

keong dan maja serta teknik pembuatan mol nasi dan sersah bambu lapuk.
2. Dalam pembuatan mikro organisme lokal harus memenuhi syarat yang berupa

gluksoa karbohidrat dan sumber bakteri


3. Dalam pembuatan mikro organisme lokal meiliki fungsi dan tujuan yaitu berupa

meningkatkan pakan alami dan memperbaiki kulitas air

B. Saran

Dari pembahasan makalah ini yang berjudul mikro organisme lokal masih

banyak kekurangan sehingga penulis masih membutuhkan saran dan kritikan dari

pembaca makalah demi kesempurnaan makalah ini.

Fiqhi Ardiansyah
Senin, 29 April 2013

MOL (mikro organisme lokal)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam dunia pertanian, istilah pupuk tentunya sudah tidak asing lagi. Pupuk
memiliki peran yang sangat besar dalam menunjang tumbuhnya tanaman. Bagi
tanaman, pupuk adalah nutrisi penting yang sangat dibutuhkan untuk
perkembangan hidupnya, menjadi tanaman yang subur dan produktif. Tanaman
yang tercukupi kebutuhan pupuknya akan tumbuh dan berkembang dengan
maksimal.

Pupuk dapat berupa pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk kimia merupakan
pupuk berasal dari bahan-bahan kimia sehingga sangat berefek negatif pada
lingkungan dan menurunkan kuantitas dari tanaman, sedangkan pupuk organik
adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan. Pupuk
organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran ayam. Pupuk organik
biasanya berupa zat padat. Akan tetapi, pupuk organik juga dapat berupa pupuk
cair.

Pupuk organik cair (POC) adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan


organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini
adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam
pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Salah satu pupuk
organik cair adalah MOL (Mikro Organisme Lokal).

MOL adalah larutan dari hasil fermentasi yang berasal dari sisa-sisa
pembusukan yang mudah terurai. MOL yang akan dibuat pada praktikum kali ini
berasal dari bermacam-macam buah yang hampir busuk seperti buah pepaya,
mangga, pisang, mentimun serta, gula merah, dan air kelapa. Mikro Organisme
Lokal mempunyai keuntungan karena biaya yang dibutuhkan murah dan
pembuatannya sangat mudah.

Hasil dari MOL yang dibuat berupa larutan. Larutan MOL dapat digunakan
sebagai dekomposer karena larutan MOL mengandung bakteri yang berpotensi
merombak bahan organik. Akan tetapi Larutan mol juga mengandung unsur hara
mikro dan unsur hara makro.

Dengan adanya MOL, maka akan memudahkan petani dalam menggunakan


pupuk cair yang bersifat organik dan murah sehingga penggunaan pupuk kimia
akan berkurang.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan percobaan mengenai


pembuatan MOL sebagai upaya untuk mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan
oleh pupuk kimia.

1.2. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui teknik-teknik pembuatan Mikro
Organisme Lokal, mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya.

Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat


mengetahui teknik-teknik pembuatan MOL dan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk memanfaatkan limbah tanaman.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Pupuk

Pupuk adalah bahan bahan yang memberikan zat makanan kepada tanaman.
Zat makanan (hara) tersebut berupa unsur kimia yang digunakan oleh tanaman
untuk pertumbuhan dan mempertahankan pertumbuhannya. (Suriadikarta, 2006).

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik (Suriadikarta, 2006).

2.2. MOL (Mikro Organisme Lokal)

a) Pengertian MOL

MOL dapat dikatakan salah satu jenis pupuk cair. Mol juga memiliki
kandungan unsur hara dan unsur hara mikro. MOL sangat berperan dalam
perangsang tanaman dan sebagai pengendalian hama dan penyakit tanaman
(Anonim, 2012).
MOL (Mikro Organisme Lokal) merupakan pemanfaatan bakteri yang
bermanfaat di sekitar yang berguna sebagai dekomposer. MOL dapat berasal dari
hasil pembusukan yang telah difermentasikan. Semakin busuk dan halus bahan
yang difermentasikan maka akan semakin cepat menjadi MOL (Anonim, 2012).

MOL yang berasal dari buah-buahan yang sedang dibuat, yang telah/hampir
busuk merupakan pembuatan MOL yang relatif cepat dan efisien karena buah
tersebut memiliki daging buah yang halus sehingga mudah untuk busuk (Anonim,
2012).

Dalam pembuatan MOL yang lebih cepat maka bakteri dalam larutan MOL
membutuhkan glukosa, sumber bakteri, dan karbohidrat (Anonim, 2012).

1. Glukosa
Glukosa berperan dalam sumber energi dalam mikroba yang bersifat spontan,
artinya lebih mudah untuk dimakan. Glukosa yang dibuat dalam praktikum ini
adalah gula jawa yang telah diiris/dihaluskan serta air kelapa.
2. Mikroorganisme lokal/sumber bakteri
Sumber bakteri dalam MOL yang diperoleh berasal dari buah-buahan yang telah
busuk. Bakteri yang tersedia dalam MOL biasanya lebih dari satu jenis bakteri. Jenis
bakteri yang terdapat seperti Pseudomona sp, Bacillus s, bakteri pelarut pospat,
dan Azospirillum sp, dll. Walaupun dalam praktikum tidak adanya identifikasi jenis
bakteri. Akan tetapi dapat diperoleh dari literatur yang telah diidentifikasi.
3. Karbohidrat
Karbohidrat dalam MOL sangat dibutuhkan oleh bakteri pengurai yang
digunakan sebagai sumber energi. Akan tetapi, karbohidrat tidak ada ditambahkan
dalam praktikum ini. Karbohidrat dapat berupa beras, gandum, ubi, kentang dan
singkong.
b) MOL dari buah-buahan

MOL yang digunakan dalam praktikum ini adalah MOL dari buah-buahan yang
telah busuk dan mudah untuk difermentasikan dan tidk membutuhkan waktu yang
lama. Hasil dari MOL ini dapat disemprotkan langsung ke tanaman dan dapat
digunakan sebagai dekomposer dalam pengomposan (Pranata, 2004).

c) Penggunaan MOL

MOL dapat digunakan langsung disemprotkan ke tanaman dalam


meningkatkan kesuburan tanaman.dan juga dalam meningkatkan kesuburan tanah.
Mol dapat langsung dimanfaatkan tanaman karena sudah berupa larutan (Pranata,
2004).

MOL dapat digunakan dalam proses penguraian pengomposan. Misalnya,


pengomposan pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi karena MOL
mengandung bakteri pengurai di dalam larutannya (Pranata, 2004).

d) Manfaat MOL

Adapun manfaat dari MOL adalah sebagai berikut (Wahyudi, 2013) :

Menyediakan ketersediaan unsur hara yang sangat cepat karena udah berupa
larutan.
Dapat disemprotkan langsung oleh tanaman, sehingga diserap melalui dedaunan
tanaman.
Dapat digunakan sebagi dekomposer dalam pengomposan.
Mengendalikan hama dan penyakit dan tanaman.
Mengurangi penggunaan pestisida yang dapat menurunkan kualitas tanaman.
Dengan adanya MOL maka buah-buahan yang busuk ataupun yang lain dapat
dimanfaatkan.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian, gedung Pusat


Kegiatan Penelitian (PKP) lantai 4, Universitas Hasanuddin. Pada hari Sabtu, 30
Maret 2013 pukul 07.30 WITA sampai selesai.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan Mikro Organisme Lokal


(MOL) adalah ember dan tutupnya, pengaduk serta blender.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)


adalah buah nenas, pisang, dan pepaya yang telah dihaluskan, gula merah yang
sudah dicairkan, air, dan sabun colek serta isolasi atau lakban.

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum pembuatan Mikro Organisme Cair


(MOL) ini adalah sebagai berikut :

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


Memasukkan buah yang telah dihaluskan ke dalam ember satu persatu
Memasukkan gula merah yang telah dicairkan
Menambahkan air ke dalam ember
Mengaduk semua bahan yang telah dimasukkan ke dalam ember
Mengolesi mulut ember dengan sabun colek
Menutup ember
Kemudian kembali mengolesi bagian pinggir tutup ember
Memberi lakban agar ember tertutup rapat

BAB IV

HASL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil

No. Gambar Keterangan


1.

Buah Pepaya yang telah


dihaluskan kemudian di
masukkan ke dalam ember

2.

Masukkan buah nenas dan


pisang ke dalam ember

3.

Sambil diaduk, kemudian di


tambahkan gula merah
yang sudah dicairkan

4.
Tambahkan air secukupnya

5.

Mengoleskan sabun colek


pada mulut ember

6.

Menutup ember

7.

Kembali mengolesi pinggir


ember dengan sabun colek
8.

Beri lakban pada ember gar


tutupnya lebih rapat

4.2. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat kita ketahui bahwa
bahan utama dari pembuatan MOL adalah buah-buahan. Mengapa harus buah-
buahan? karena bahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan organik
basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-
buah dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi, selada, kulit jeruk, pisang, durian, kol,
dsb). Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organik (C/N ratio), maka
proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah terdekomposisi,
bahan ini kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
Nutrisi buah adalah nutrisi yang diberikan untuk tanaman saat akan berbuah.
Tanaman apapun bisa, termasuk padi. Nutrisi ini dibuat dari sari buah. Jika diberikan
untuk tanaman, buah yang digunakan tak perlu segar. Buah yg digunakan dalam
pembuatan MOL ini adalah buah nenas, pisang, dan papaya. Buah-buah ini banyak
mengandung fosfor (P) yang baik untuk pertumbuhan bunga atau buah pada
tanaman. Selain itu nanas juga mengandung kalium (K) dan kalsium dua jenis
nutrisi yang juga dibutuhkan tanaman.
Dalam proses pembuatan Mikro Organisme Lokal ini kemudian ditambahkan
gula merah yang telah dicairkan. Gula merah ini bertindak sebagai molase yang
merupakan sumber energi bagi mikroorganisme yang akan menguraikan atau
fermentasi dari bahan dasar dari MOL ini.
Mikro Organisme Lokal ini sangat baik digunakan karena berbahan dasar
buah-buahan yang berasal dari alam sehingga tidak meninggalkan residu yang akan
merusak lingkungan serta harga dan proses pembuatannya yang tidak sulit. Hal ini
sesuai dengan pendapat Pranata (2004) yang menyatakan bahwa pupuk organic
merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki
kesuburan tanah, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-
bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman di konsumsi.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh


kesimpulan bahwa :

1. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan hara
esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk juga merupakan vitamin bagi tanah
yang dapat membuat tanah lebih gembur dan subur dengan tanah yang gembur
dan subur itulah, maka tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan Buah dan Daun
yang besar, sehat, dan dalam jumlah banyak.
2. MOL (Mikro Organisme Lokal) merupakan pemanfaatan bakteri yang bermanfaat di
sekitar yang berguna sebagai dekomposer. MOL berasal dari hasil pembusukan
yang telah difermentasikan.
3. Pemberian pupuk harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan
terhadap tanaman. Pemilihan dosis yang tepat perlu dapat diperoleh melalui
pengujian-pengujian di lapangan.

5.2. Saran

Sebaiknya dalam praktikum pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) ini para
mahasiswa lebih aktif lagi dalam praktikum agar supaya semua mahasiswa dapat
mengerti dengan baik bagaimana proses pembuatan Pupuk ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. http://rafiel91.blogspot.com/2012/12/mikro-organisme-lokal-dari-buah-


buahan.html Diakses pada tanggal 7 April 2013 pukul 11.10 WITA
Suriadikarta, Didi Ardi., Simanungkalit, R.D.M.2006.Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa
Barat: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Parnata, Ayub.S. 2004. Pupuk Organik Cair dan Mikro Organisme Lokal. Jakarta: PT
Agromedia Pustaka

Wahyudi, Roony. 2013. http://mentari-dunia.blogspot.com/2013/02/manfaat-mikro-


organisme-lokal.html Diakses pada tanggal 7 April 2013 pukul 13.30 WITA

Diposkan oleh Fiqhi Ardiansyah di 18.51


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya

Fiqhi Ardiansyah
Lihat profil lengkapku

arsip blog

Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh compassandcamera. Diberdayakan oleh


Blogger.
Headlines News :

AGRONOMI UNHAS
Seputar Informasi Budidaya Pertanian


INFO
MATA KULIAH
OPINI
BACAAN
PORTAL UNHAS
IKLAN
HIMAGRO
BELAJAR BLOG
NEC 2015

Beranda

Type and Enter


27 August 2016

Selamat Bergabung Mahasiswa Baru Agronomi Unhas 2016

18 May 2016

PASSING GRADE UNHAS 2016

14 May 2016

Mari Sukseskan Loktimawil. FKK Himagri Wil.V

13 May 2016

Info LOKTIMAWIL Wilayah V

06 April 2016

Pasca Panen Tanaman Kentang

06 April 2016

Pasca Panen Kelapa Sawit

28 March 2016

Agropico Gelar Pemilihan Duta Pangan Nusantara

23 February 2016

Pengertian dan Fungsi Atmosfer

09 October 2015

Sifat Dan Fungsi Batang Tanaman


08 October 2015

Laporan Lengkap DDA

08 October 2015

Pengomposan Limbah Organik

08 October 2015

Budidaya Tanaman Cabai

Home Nutrisi Tanaman LAPORAN MIKROORGANISME LOKAL

LAPORAN MIKROORGANISME LOKAL

Written By Ari Sandria on Minggu, 03 November 2013 | 23.17


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini memasuki masa transisi dari orientasi
pertanian dengan pola subsisten kepada pola komersial. Pergeseran tersebut
membawa konsekuensi penggunaan pestisida sebagai salah satu komponen penting
dalam mengatasi organisme pengganggu tanaman, salah satu kendala bagi
pembangunan pertanian yang berorientasi ekonomi. Namun sejauh ini pemakaian
pestisida selalu diikuti dengan pertimbangan ekonomi dan berdampak pada
lingkungan. Pasar lebih menyukai produksi pertanian yang
bebas bahan kimia, sehingga alternatif pestisida aman bagi lingkungan dan
konsumen sangat diperlukan.
Pembatasan penggunaan bahan aktif kimiawi pada proses produksi pertanian pada
gilirannya akan sangat membebani pertanian Indonesia yang tingkat
ketergantungan petaninya pada pestisida kimiawi masih tinggi. Ketergantungan
tersebut akan melemahkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar bebas.
Menghadapi kenyataan tersebut agaknya perlu segera diupayakan pengurangan
penggunaan pestisida kimiawi dan mengalihkannya pada jenis pestisida yang aman
bagi lingkungan. Salah satu alternatif adalah penggunaan MOL (Mikro Organosme
Lokal) yang biasa digunakan sebagai starter dalam pembuatan kompos atau biasa
disebut dengan pupuk organik.
MOL adalah cairan hasil fermentasi yang mengandung mikroorganisme hasil
produksi sendiri dari bahan-bahan alami yang tersedia disekeliling kita. Bahan-
bahan tersebut merupakan tempat yang disukai oleh mikroorganisme sebagai
media untuk hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna dalam
mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer) atau sebagai
tambahan nutrisi bagi tanaman. Selain itu MOL dapat juga berperan sebagai
pestisida hayati karena kemampuanya dalam mengendalikan beberapa
macam organisme pengganggu tanaman (OPT). MOL juga diindikasikan
mengandung zat perangsang tumbuh / fitohormon yang berperan dalam memacu
pertumbuhan tanaman seperti hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin
Kompos merupakan pupuk yang sering diaplikasikan ke lahan, dan untuk
membantu proses dekomposisi bahan-bahan organik menjadi kompos,
diperlukan bahan-bahan decomposer. Berbagai macam bahan-bahan decomposer
banyak di jual seperti EM4.Akan tetapi biaya yang dikeluarkan mahal, pada
dasarnya kompos yang berbahan dasar mikroorganisme mudah di produksi sendiri
karena mikroorganisme-mikroorganisme yang berguna banyak yang terdapat di
alam sekitar kita.
Proses pembuatan kompos ini salah satunya dapat menggunakan MOL (Mikro
Organisme Lokal). Larutan MOL menggandung unsur hara makro dan mikro dan
juga menggandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik.
Perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit
tanaman. Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah murah bahkan
tanpa biaya, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum mengenai
pembuatan Mikro Organisme Lokal yang sangat baik bagi pertumbuhan
dan produksi tanaman.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum nutrisi tanaman dengan judul percobaan pembuatan
MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan
dan manfaat MOL bagi tanaman.
Sedangkan kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi kepada
praktikan maupun kepada pembaca akan cara pembuatan MOL dan manfaat dari
MOL tersebut bagi tanaman.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikro Organisme Lokal
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dengan
kemampuan sangat penting dalam kelangsungan daur hidup biota di dalam
biosfer.Mikroorganisme mampu melaksanakan kegiatan atau reaksi biokimia untuk
melangsungkan perkembangbiakan sel. Mikroorganisme digolongkan ke dalam
golongan protista yang terdiri dari bakteri, fungi, protozoa, dan algae (Darwis dkk.,
1992).Mikroorganisme menguraikan bahan organik dansisasisa jasad hidup
menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana (Sumarsih, 2003). Menurut Budiyanto
(2002), mikroorganisme mempunyai fungsi sebagai agen proses biokimia dalam
pengubahan senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berasal dari sisa
tanaman dan hewan.
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai
starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama
MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari
hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat
sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik
seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal.
Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta
sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong,
nasi basi, dan urin sapi(Hadinata, 2006).
Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan
tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses
metabolisme. Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan
dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia,
seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan
gas, dan bau asam (Hidayat, 2006).

Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai
sumberdaya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur mikro dan
makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan
organik, perangsang tumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit
tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pendekomposer pupuk
hayati dan sebagai pestisida organic terutama sebagai fungisida. Salah satu
activator yang cukup murah adalah larutan MOL (Mikro Organisme Lokal).Tiga
bahan utama dalam larutan MOL:
1. Karbohidrat.
Bahan ini dibutuhkan bakteri/ mikroorganisme sebagai sumber energi. Untuk
menyediakan karbohidrat bagi mikroorganisme bisa diperoleh dari air cucian beras,
nasi bekas/ nasi basi, singkong, kentang, gandum, dedak/ bekatul dll
2. Glukosa.
Bahan ini juga sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang bersifat spontan
(lebih mudah dimakan mereka). Glukosa bisa didapat dari gula pasir, gula merah,
molases, air gula, air kelapa, air nira dll
3. Sumber Bakteri (mikroorganisme lokal).
Bahan yang mengandung banyak mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman
antara lain buah-buahan busuk, sayur-sayuran busuk, keong mas, nasi, rebung
bambu, bonggol pisang, urine kelinci, pucuk daun labu, tapai singkong dan buah
maja. Biasaya dalam MOL tidak hanya mengandung 1 jenis mikroorganisme tetapi
beberapa mikroorganisme diantaranya Rhizobium sp, Azospirillium sp, Azotobacter
sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut phospat.

2.2 Kandungan bahan Yang Digunakan


Pemanfaatan daun gamal sebagai bahan baku dalam penelitian karena tanaman
gamal (Gliricidia sepium) merupakan salah satu jenis tanaman leguminoceae
dengan kandungan unsur hara yang tinggi. Purwanto (2007) menguraikan gamal
yang berumur satu tahun mengandung 3-6% N; 0,31 % P; 0,77% K; 15-30% serat
kasar; dan 10% abu K. Berdasarkan hasil penelitian Sutari (2009), kandungan unsur
hara yang terdapat dalam larutan MOL daun gamal lebih tinggi daripada larutan
MOL dengan bahan dasar rebung, dan rumput gajah. Kandungan unsur hara yang
terdapat dalam larutan biourine daun gamal terdiri dari 2,8 % N; 48,11 mg L-1 P;
14,469 mg L-1 K; 520 mg L-1 S; 48,5 mg L-1 Ca; 224 mg L-1 Mg; 125 mg L-1 Na;
3,75 mg L-1 Fe; 54,60 mg L-1 Mn; 0,83 mg L-1 Zn; 0,241 mg L-1 Cu, dan 7455 mg L-
1 Cl.
Kandungan nutrisi beras yang tertinggi terdapat pada bagian kulit ari. Sayangnya
sebagian besar nutrisi pada kulit ari telah hilang selama proses penggilingan dan
penyosohan beras. Sekitar 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90% vitamin B6, 50%
mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100% serat, dan asam lemak
esensial hilang dalam proses membuat beras lebih indah untuk dimakan. Saat
mencuci beras, biasanya air cucian pertama akan berwarna keruh. Warna keruh
bekas cucian itu menunjukkan bahwa lapisan terluar dari beras ikut terkikis.
Meskipun banyak nutrisi yang telah hilang, namun pada bagian kulit ari masih
terdapat sisa-sisa nutrisi yang sangat bermanfaat tersebut. Misalkan fosfor (P),
salah satu unsur utama yang dibutuhkan tanaman dan selalu ada dalam pupuk
majemuk tanaman semisal NPK. Fosfor berperan dalam memacu pertumbuhan akar
dan pembentukan sistem perakaran yang baik dari benih dan tanaman muda.
Nutrisi lainnya adalah zat besi yang penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil)
juga berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein. Selain
itu kulit ari juga mengandung vitamin, mineral, dan fitonutrien yang tinggi. Vitamin
sangat berperan dalam proses pembentukan hormon dan berfungsi sebagai
koenzim (komponen non-protein untuk mengaktifkan enzim).
Beras mengandung karbohidrat yang tinggi. Sangat mungkin karbohidrat ini
terdegradasi saat mencuci. Hipotesa awal, saat disiramkan ke tanaman, karbohidrat
akan terpecah menjadi unsur yang lebih sederhana dan memberikan
nutrisi bagi mikroba yang menguntungkan bagi tanaman. Meskipun saya belum
mengetahui apa mikroba yang diuntungkan dengan kandungan karbohidrat air leri
ini. Menarik jika ada yang meneliti.
Fakta terbaru adalah hasil penelitian yang dilakukan Yayu Siti Nurhasanah
mahasiswa IPB. Mengungkapkan bahwa air cucian beras merupakan media
alternatif pembawa bakteri Pseudomonas fluorescens. Bakteri tersebut adalah
mikroba yang berperan dalam pengendalian petogen penyebab penyakit karat dan
memicu pertumbuhan tanaman (okezone, 19/10/11). P. fluorescens sangat berperan
dalam pengendalian patogen penyebab penyakit karat dan pemicu pertumbuhan
tanaman
Gula merah adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Gula Aren mengandung energi sebesar 368 kilokalori, protein 0 gram,
karbohidrat 95 gram, lemak 0 gram, kalsium 75 miligram, fosfor 35 miligram, dan
zat besi 3 miligram. Selain itu di dalam Gula Aren juga terkandung vitamin A
sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut
didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Gula Aren, dengan jumlah
yang dapat dimakan sebanyak 100 %.

2.3 Tanaman Kakao


Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi
jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara
mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit
tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat
produksi dan kualitas akan rendah.
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal
dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal
sebagai cokelat. Di alam kakao dapat mencapai ketinggian 10m.Meskipun demikian,
dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk
menyamping yang meluas (wikipedia. 2013).
Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun
nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik
tunas.Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge)
Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya
terjadi pada malam hari1.Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa
hari.Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem
inkompatibilitas-sendiri.Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu
melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual
yang lebih tinggi.Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki.Ukuran buah jauh lebih
besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang.Biji terangkai pada
plasenta yang tumbuh dari pangkal buah di bagian dalam (Djatmiko dan Wahyudi,
1986).
Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao
curah.Kakao curah berasal dari kultivar yang self-incompatible.Kualitas kakao curah
biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi.Bukan rasa yang diutamakan
tetapi biasanya kandungan lemaknya (Djatmiko dan Wahyudi, 1986).

BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Mikro Organisme Lokal dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 5 April 2013
pukul 08.00 Wita - selesai di Screen House, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu selang 2m, 3 botol air mineral
besar ukuran 1.5 liter, pisau, isolasi, ember, saringan dan label.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu daun gamal , air cucian beras dan gula merah.

3.3. Prosedur Pelaksanaan


Adapun prosedur kerja dari praktikum ini sebagai berikut.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Mencacah kecil-kecil daun gamal
3. Menimbang hasil cacahan daun gamal
4. Memasukkan daun gamal kedalam ember kemudian dicampurkan air beras
dan gula kedalam ember tersebut,
5. Membungkus ember dengan plastik yang telah dilubangi untuk selang yang
akandisambungkan kedalam botol yang berisi air.
6. Membiarkan/menyimpan selama satu minngu, setelah itu disaring untuk
diambil airnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Dari praktikum yang telah di lakukan menganai pembuatan Mikro Organisme Lokal
(MOL) yang terbuat dari bahan-bahan daun gamal , Gula merah, dan air beras.
Maka diperoleh hasil seperti yang terlihat pada table di atas, bahwa bahan-bahan
sebelum difermentasikan memiliki karakteristik seperti bau yang menyengat,
berwarna hijau dan belum terjadi perubahan morfologi dimana masih kelihatan
serasah daun gamal . Sedangkan setelah difermentasikan mol yang dihasilkan
memiliki karakteristik seperti bauh yang menyerupai bau tape/alcohol, berwarna
hijau kecoklatan dan terjadi perubahan morfologi berupa serasah-serasah halus
tinggal sedikit, terdapat jamur berwarna putih di permukaan larutan.Semakin busuk
dan halus daun gamal yang akan difermentasikan maka akan semakin cepat untuk
terurai sehingga akan lebih cepat menjadi MOL. Untuk mempercepat penguraian di
dalam larutan MOL, maka ditambahkan sumber makanan bagi bakteri berupa kecap
dan air kelapa yang terdapat dalam larutan MOL. Hal ini sesuai dengan pendapat
Djati Runggo (1985) yang menyatakan bahwa sumber makanan dapat berupa
glukosa dan karbohidrat. Sumber makanan digunakan bakteri sebagai energi dalam
dekomposer buah-buahan yang akan dijadikan MOL.
MOL yang dibuat pada praktikum ini membutuhkan waktu 7-8 hari. Akan tetapi,
semakin banyak bakteri di dalam larutan, maka akan semakin cepat juga
dekomposer terjadi hingga menjadi MOL sehingga peran bakteri sangat dibutuhkan
dalam pembuatan MOL.
Dalam hasil praktikum yang telah didapat bahwa larutan MOL belum sempurna dan
masih terdapat sedikit serasah-serasah dari buah-buah tersebut, hal ini disebabkan
karena bakteri tidak menguraikan secara sempurna.Adanya serasah-serasah buah-
buahan yang belum larut itu dapat diakibatkan karena kurangnya karbohidrat bagi
bakteri yang digunakan sebagai energi dalam dekomposer.

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan praktikum mengenai pembuatan mikro organisme lokal yaitu:
Hasil mol yang diperoleh memiliki warna hijau kecoklatan, bau seperti
tapai/alkohol, dan terdapat jamur berwarna putih di permukaan larutan MOL.
MOL berperan terhadap kesuburan tanaman karena memiliki kandungan unsur
hara mikro dan makro,
MOL juga dapat digunakan dalam pengomoposan yang berfungsi sebagai
mempercepat dekomposer.

5.2 Saran
Sebaiknya kerjasama asisten dan praktikan lebih baik lagi lebih dan asisten lebih
serius dan lebih aktif menjelaskan kepada praktikan mengenai percobaan-
percobaan yang akan dilakukan.dan sebaiknya dan kebersihan pada saat praktikum
lebih di jaga.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013. http://wikipedia.com/2010/11/25/budidaya-kakao/. Diunduh pada
tangga 23 April 2013, pukul 19.30
Anonim. 2013. http://papinkprapti.wordpress.com/2013/07/03/mikro-organisme-
Lokal mol.Diunduh pada tanggal 22 April 2013, pukul 20.22.

Anonim.2013.http://fiqhiardiansyah.blogspot.com/mikro-organisme-lokal.Diunduh
pada tanggal 23 April 2013

Djatmiko dan Wahyudi. 1986. Budidaya Tanaman Kakao. Erlangga. Yogyakarta

Hidayat, 2006. Puupuk Mikro Organisme Lokal. Penebay Swadaya. Jakarta

Terimakasih Sobat,, sudah berkunjung, jangan lupa di like yah atau tinggalkan
pesan anda di kolom facebook paling bawah.
Share this article :
Share

Label: Nutrisi Tanaman


0 komentar:
Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !


Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Labels
Agronomi Artikel B.Ingris Biokimia Tanaman Bioteknologi Botani BTH DDA DESAIN
BLOG Falasafah Cinta Fispan Fistum Genetika Tanaman Ilmu Gulma ILMU TANAH Info
Nutrisi Tanaman Opini Perkebunan Pertanian SKEFO

Profil

Ari Sandria
Lihat profil lengkapku

Pengunjung

326164

Recent News
Followers
Join

Home
About Us
Contact Us
New Single
Music News
Full Album

Support : Facebook: AL AZ ARI/'>Ari Sandria | Agronomi Template


Proudly powered by Blogger
Copyright 2011. AGRONOMI UNHAS - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template

Inafa Handayani (Nha Nha)


Kamis, 04 Juni 2015

PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DAN


KOMPOSTING

MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN KOMPOSTING


(Laporan Praktikum Bioteknologi)

Penulis
Nama : Inafa Handayani
NPM : 1214151027
P. S. : Kehutanan

Mata Kuliah : Bioteknologi Kehutanan


Dosen : Dr. Melya Riniarti, S.P.,M.Si.
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung
O6 November 2014
MIKROORGANISME LOKAL DAN KOMPOSTING

Inafa Handayani

Abstrak

Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai


starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama
MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
mikroorganisme. Setelah MOL matang maka pembuatan composting dilaksanakan,
Kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan
senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan
mikroorganisme. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tentang MOL
dan pengomposan, mengetahui ciri-ciri kematangan MOL dan pengomposan, dan
mengetahui apakah MOL dan Komposting yang telah dilakukan sudah matang atau
belum, diketahui dengan ciri-ciri kematangan MOL dan Komposting. MOL yang
sudah jadi berbau tidak menyengat lagi (berbau seperti tape), terjadi perubahan
diatas permukaannya berupa terdapat busa. Ciri-ciri kompos yang sudah jadi
berupa : bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam
(coklat kehitam-hitaman), tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah),
mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan),suhu kompos mendekati
suhu ruang atau udara sekitar (3035 0C), jika digunakan pada tanah, kompos dapat
memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman.
Pembuatan MOL yang kami lakukan sudah jadi karena sudah memenuhi ciri-ciri
jadinya molase yaitu berbau tidak menyengat (tape), terdapat busa diatas
permukaan, sedangkan kompos yang kami buat mendekati jadi yaitu sudah terjadi
perubahan warna berupa warna kehitaman, tidak berbau lagi, sekitar 1-2 minggu
MOL akan jadi jika diberi perlakukan dengan benar.
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................i
ABSTRAK..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................iii
I. PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Tujuan Praktikum.........................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
III. METODOLOGI PRAKTIKUM...........................................................10
IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN........................................12
A. Hasil Praktikum..........................................................................12
B. Pembahasan...............................................................................12
V. KESIMPULAN..............................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................16

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

MOL (mikroorganisme lokal) merupakan kumpulan mikroorganisme yang bisa

diternakkan, yang berfungsi sebagai starter dalam pembuatan bokasi atau kompos.
Pemanfaatan limbah pertanian seperti buah-buahan tidak layak konsumsi untuk

diolah menjadi MOL dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta mengurangi

pencemaran lingkungan.

Farida (2009) mengamati bahwa pada pembuatan MOL dengan lama fermentasi

lebih dari 3 minggu, tutup wadah fermentasi ada yang terlepas. Lepasnya tutup

wadah diduga akibat tekanan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi. Karena

itu, dalam penelitian ini akan dibandingkan metode fermentasi MOL dengan dan

tanpa penggunaan selang atau saluran udara, sehingga gas yang dihasilkan dari

proses fermentasi dapat disalurkan keluar wadah fermentasi. Selain itu, wadah

fermentasi akan ditutup lebih kuat sehingga tidak mudah terlepas.

MOL adalah cairan hasil fermentasi yang mengandung mikroorganisme hasil

produksi sendiri dari bahan-bahan alami yang tersedia disekeliling kita. Bahan-

bahan tersebut merupakan tempat yang disukai oleh mikroorganisme sebagai

media untuk hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang


berguna dalam mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer)

atau sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. Selain itu MOL dapat juga berperan

sebagai pestisida hayati karena kemampuanya dalam mengendalikan beberapa

macam organisme pengganggu tanaman (OPT). MOL juga diindikasikan

mengandung zat perangsang tumbuh/fitohormon yang berperan dalam memacu

pertumbuhan tanaman seperti hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin.

Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia

agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang dimaksud

mikrobia adalah bakteri, fungi dan jasad renik, sedangkan bahan organik adalah

jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ ternak dan sebagainya.

Kompos memiliki kandungan unsur hara yang terbilang lengkap karena

mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro. Namun jumlahnya relatif

kecil dan bervariasi tergantung dari bahan baku, proses pembuatan, bahan

tambahan, tingkat kematangan dan cara penyimpanan. Namun kualitas kompos

dapat ditingkatkan dengan penambahan mikroorganisme yang bersifat

menguntungkan.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari Praktikum Mikroorganisme Lokal dan Pengomposan ini adalah

1. Mengetahui tentang MOL dan Pengomposan


2. Mengetahui ciri-ciri kematangan MOL dan Pengomposan

3. Mengetahui apakah MOL dan Komposting yang telah dilakukan sudah matang atau

belum, diketahui dengan ciri-ciri kematangan MOL dan Komposting


II. TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai

starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari

hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat

sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik

seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal.

Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta

sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong,

nasi basi, dan urin sapi (Hadinata, 2008).

Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan

tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme.

Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat

menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti

adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas,

dan bau asam (Hidayat, 2006).

Bagi lingkungan hidup seperti tanah, adanya mikroorganisme dapat menentukan

tingkat kesuburan tanah dan memperbaiki kondisi tanah. Metode pemupukan


dalam pertanian organik sebenarnya bertumpu pada peran mikroorganisme.

Mikroorganisme ini sebenarnya sangat mudah dibudidayakan dan dikenal sebagai

mikroorganisme lokal (MOL). Salah satu mikroorganisme yang menguntungkan

dalam pembuatan kompos adalah bakteri. Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat

kelompok bakteri yang mampu mengikat gas N 2 dari udara bebas dan

mengubahnya menjadi amonia sehingga ketersediaan nitrogen dalam tanah tetap

terjaga sehingga tanah tetap subur. Bakteri ini misalnya antara lain

Azotobactervinelandii yang hidup bebas dan menghasilkan amonia berlimpah di

dalam tanah sehingga mampu menyuburkan tanaman, khususnya kelompok

jagung-jagungan dan gandum. Clostridium pasteurinum, hidup bebas dalam

berbagai kondisi tanah dalam lingkungan anaerob. Rhizobium leguminosum yang

bersimbiosis dengan tanaman jenis polong-polongan (leguminoceae) yang

membentuk bintil-bintil akar. Nitrosomonassp. Dan Nitrosococcussp, yang berperan

mengubah amonia menjadi nitrit serta nitrobacter yang bermanfaat mengoksidasi

nitrit menjadi nitrat dan langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Mulyono,

2014).

Ketepatan manajemen tanah akan mempengaruhi komunitas mikroba dan fauna

dalam pembentukan atau degradasi bahan organik sepanjang musim tanam.

Perubahan ciri fisik, kimia, dan biologi tanah yang dihasilkan dari praktek

manajemen dapat mengubah lingkungan tanah pendukung pertumbuhan populasi

dan keanekaragaman mikroba. Memelihara keaneragaman hayati dan memperbaiki

kualitas tanah akan mengantar kita menuju keberlanjutan pertanian. Pupuk hayati

telah dikenal dapat meningkatkan kesuburan tanah, keanekaragaman mikroba

dalam tanah, dan hasil tanaman (Hastuti et al, 2008).


Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang penting dalam

meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk diusahakan secara efisien,

agar diperoleh produksi yang optimal dan meningkatkan pendapatan petani serta

tidak mencemari lingkungan. Dalam rangka program pemerintah untuk

meningkatkan ketahanan pangan nasional, maka penerapan pemupukan berimbang

harus dilakukan. Penerapan pemupukan berimbang akan meningkatkan efisiensi

pemupukan, produksi tanaman, mampu menghemat pupuk dan devisa negara,

dalam jangka panjang dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Pemupukan

berimbang adalah pemberian pupuk kedalam tanah untuk mencapai status semua

hara esensial seimbang dan optimum dalam tanah untuk meningkatkan produksi

dan mutu hasil pertanian, efisiensi pemupukan, kesuburan tanah serta menghindari

pencemaran lingkungan. Jenis hara tanah yang sudahmencapaikadar optimum atau

status tinggi, tidakperluditambahkanlagi, kecuali sebagai pengganti hara yang

terangkut sewaktu panen. Pengertian pemupukan berimbang adalah pemenuhan

hara yang berimbang dalam tanah, bukan berimbang dalam bentuk pupuk. Sumber

hara dapat berupa pupuk tunggal, pupuk majemuk atau kombinasi keduanya

(Hartatik dan Setyorini, 2008).

Kompos adalah produk dari pengomposan, yaitu cara untuk mengkonversikan

bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan

menggunakan aktifitas mikrobakteria, semacam perombakan yang terjadi pada

bahan organik dalam tanah oleh bakteri tanah (Hadiwiyoto, 1983).

Selain itu kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah

mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme


(bakteri pembusuk) yang bekerja didalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti

dedaunan, rumput,kotoran hewan, jerami, sisa-sisa ranting dan bahan, rontokan

kembang dan lain-lain. Adapun kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut

didukung oleh keadaan yang basah dan lembab. Di alam terbuka, kompos bisa

terjadi dengan sendirinya, lewat proses alamiah. Namun, proses tersebut

berlangsung lama sekali, dapat mencapai puluhan tahun, bahkan berabad-abad.

Padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya,

proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik,

proses mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bias

diperoleh kompos yang berkualitas baik (Murbandono, 2000).

Ciri-ciri kualitas kompos yang sudah matang sebagai berikut :

1. Bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam (coklat

kehitam-hitaman)

2. Tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah)

3. Tidak mengandung asam lemak yang menguap

4. Mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan)

5. Memiliki C/N ratio sebesar 10-20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasi

6. Tingkat keasaman (pH) kompos sebesar 6,5 - 7,57. Kapasitas pertukaran kation

(KPK) tinggi, mencapai 110 me/100 gram

8. Suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (30 35 0C)

9. Daya absorbsi air tinggi


10. Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi

tanah dan pertumbuhan tanaman (Simamora dan Salundik, 2006).

Kelebihan pupuk organik

1.Dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisika tanah

2.Ramah lingkungan

3.Baik untuk kesehatan

4.Mengandung unsur yang lengkap

5.Tidak mudah tercuci dari tanah

Kekurangan pupuk organik

1.Bereaksi lambat

2.Memerlukan dosis yang besar jika diberikan pada tanaman

3.Kurang praktis (Zubaidah. 1999)

Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Menyediakan unsur hara mikro bagi tumbuhan

2. Mengemburkan tanah

3. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah

4. Meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah

5. Memudahkan pertumbuhan akar tanaman


6. Menjadi salah satu alternative pengganti (subsitusi) pupuk kimia karena harganya

murah,berkualitas dan akrab lingkungan

7. Mengurangi pencemaran lingkungan

8. Murah dan mudah didapat, bahan bisa dibuat sendiri (Murbandono, 2000)

Keunggulan Kompos : Pupuk organik atau kompos memlilki beberapa keunggulan

dibandingkan dengan pupukan organik. Berikut beberapa perbedaan antara pupuk

organik atau kompos dan pupukan organik. Sifat kompos atau pupuk organik

a. Mengandung unsur hara mikro dan makro lengkap walaupun jumlahnya sedikit

b. Dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara sebagai berikut :

1. Menggemburkan dan meningkatkan ketersediaan tanah

2. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara

3. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme di dalam tanah dengan cara menyediakan

bahan makanan bagi mikroorganisme

4. Memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah

5. Beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan

penyakit.

Sifat pupuk anorganik

a. Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak
b. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, tetapi justru penggunaan dalam jangka

waktu panjang dapat membuat tanah menjadi keras.

c. Sering membuat tanaman manja sehingga rentan terhadap penyakit.

Bahan organik yang masuk kedalam pembuatan kompos adalah sisa-sisa bahan

makanan yang mengandung lemak, antara lain sisa-sisa daging, tulang, dan duri

ikan. Lemak dapat mengganggu proses fermentasi oleh bakteri, sedangkan sisa

daging dan duri ikan akan menimbulkan aroma yang lebih menyengat dibandingkan

dengan bahan lainnya. (Bagus, 2007).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah ember, tally raffia, kantong

plastic 2, pengaduk, alat untuk memasak air, cangkul, gayung, botol aqua besar,

Tally Sheet. Sedangkan bahan yang digunakan adalah terasi kg, gula pasir kg,

gedebog pisang, bekatul (dedak), air mendidih, seresah, air biasa,

B. Cara Kerja

a. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan mol sebagai berikut

1. Rebus air sampai mendidih

2. Sisihkan

3. Potong-potong terasi dan masukkan ke dalam air mendidih

4. Masukkan gula pasir dan aduk bekatul hingga rata

5. dinginkan

6. Gedebong pisang yang sudah busuk diperas

7. Sisihkan air perasannya


8. Campurkan bahan dari langkah 1-7 tersebut aduk hingga rata
9. Tutup rapat campuran selama 3 hari dengan plastic yang diikatkan pada wadah

10. Buka campuran setelah 3 har, aduk campuran tutup kembali dan buka keesokan

harinya untuk diaduk sesuai kebutuhan. Ulang proses serupa sampai hari ke 10

b. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan composting adalah

1. Mencari dan mencacah seresah sampai luasannya kecil

2. Timbang seresah untuk composting anaerob dan aerob, pisahkan

3. Letakkan seresah yang telah dicacah kedalam kantong plastic sebagai composting

anaerob

4. Pemberian MOL pada anaerob sesuai dengan jumlah seresah

5. Ikat kantong plastic untuk mendapatkan composting anaerob

6. Membuat lubang tanah kurang dari 1 m

7. Meletakkan seresah yang telah dicacah dan ditimbang kedalam lubang tanah

8. Memberikan MOL pada seresah tersebut sesuai dengan banyaknya seresah

9. Setelah selesai, keliling lubang tersebut di beri penutup dengan plastic agar tidak

ada seresah yang baru jatuh masuk

10. Pembuatan lubang sebaiknya pada daerah yang lembab agar mikroorganisme

pada pemberian MOL untuk pembuatan kompos tidak mati


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Hasil yang didapatkan setelah praktikum adalah

Tabel 1. Hasil Praktikum MOL


Bentuk Awal Praktikum Akhir Praktikum
Perubahan
Bau Terasi masih Berbau seperti tape
berbau menyengat
Bentuk Tidak terjadi Terjadi perubahan
perubahan diatasnya, berupa
terdapat busa

Tabel 2. Hasil Praktikum Komposting

Aerob Anaerob
Perubaha
n Sebelu Setelah Sebelum Setelah
m
Bau Berbau Tidak berbau Berbau Berbau
MOL MOL mendekati
bau tape
Tekstur Kasar Kasar Kasar Kasar
Berat 2,2 kg Tidak ditimbang, Tidak Tidak
tetapi ditimban ditimbang
kemungkinan g (akan tetapi
bertambah menyusut)
karena kompos
sudah mendekati
jadi
Warna Coklat Kehitam-hitaman Coklat Agak
kehitam-
hitaman
B. Pembahasan

Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai

starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Hasil dari

praktikum pembuatan MOL bahwa MOL sudah jadi karena terjadi


perubahan bau pada MOL tersebut, baunya seperti tape, selain itu terjadi

perubahan berupa terdapat busa diatasnya. Jadinya suatu MOL dipengaruhi oleh

dibukanya MOL setelah 3 hari dan kelembaban. Dibukanya MOL setelah 3 hari

berfungsi untuk pergantian oksigen pada MOL agar mikroorganisme yang

didalamnya tidak mati, pada praktikum ini masing-masing bahan memiliki fungsi

yaitu : terasi digunakan untuk sumber protein, gula sebagai glukosa, dedak sebagai

glukosa padat, gedebog pisang sebagai sumber inokulum, air panas dan dingin

sebagai media. Manfaat bakteri local adalah Karena bakteri itu sudah beradaptasi

dengan lingkungan yang ada di Indonesia, tahu asal bakteri tersebut, banyak

tersedia di alam, dan petani mudah membuat sendiri, tidak mengeluarkan biaya

yang besar untuk membeli, tidak khawatir bakteri lokal akan punah, karena

bersaing dengan bakteri luar. Untuk perbanyakan molase hanya perlu ditambahkan

air dan penambahan gula, penambahan gula berfungsi sebagai sumber glukosa

untuk bakteri yang ada diperbanyakan MOL.

Praktikum praktikum composting dilakukan setelah pembuatan MOL sudah jadi,

karena MOL digunakan untuk pembuatan composting, pada praktikum ini dilakukan

2 pecobaan yaitu pembuatan kompos aerob dan kompos anaerob. Ciri-ciri kualitas

kompos yang sudah matang sebagai berikut : Bentuk fisik sudah menyerupai tanah,

berwarna coklat tua hingga hitam (coklat kehitam-hitaman), tidak mengeluarkan

bau busuk (berbau tanah), mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa

remukan), suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (3035 0C), jika

digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi tanah

dan pertumbuhan tanaman. Dari ciri-ciri diatas dapat diambil bahwa pembuatan

kompos aerob yang telah kami lakukan sudah mendekati jadi, karena pada
praktikum kami kompos sudah tidak berbau menyengat, warna pada kompos yang

telah kami buat berwarna kehitaman, walaupun dari ciri-ciri diatas seharusnya

kompos yang sudah jadi bertekstur remah dan gembur seperti tanah, kompos pada

praktikum yang kami lakukan juga sudah agak dingin jika dipegang, kompos akan

jadi setelah 1-2 minggu lagi jika kompos diberi air secara teratur agar inokulum

tidak mati karena suhunya panas, pada pembuatan kompos anaerob juga sudah

mendekati jadi, kompos tetap berwarna coklat, belum jadinya kompos yang kami

buat diakibatkan karena tidak dibukanya kompos setelah 3 hari, karena inokulum

juga memerlukan adanya oksigen, jika tidak dibuka maka inokulum akan mati

karena panas, bau kompos sudah tidak menyengat, baunya seperti tape jika dibuka.
V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah

1. Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai

starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Komposting

adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses

pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk)

yang bekerja didalamnya.

2. MOL yang sudah jadi berbau tidak menyengat lagi (berbau seperti tape), terjadi

perubahan diatas permukaannya berupa terdapat busa. Ciri-ciri kompos yang sudah

jadi berupa : bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga

hitam (coklat kehitam-hitaman), tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah),

mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan),suhu kompos mendekati

suhu ruang atau udara sekitar (30 35 0C), jika digunakan pada tanah, kompos

dapat memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman.

3. Pembuatan MOL yang kami lakukan sudah jadi karena sudah memenuhi ciri-ciri

jadinya molase yaitu berbau tidak menyengat (tape), terdapat busa diatas

permukaan, sedangkan kompos yang kami buat mendekati jadi yaitu sudah terjadi

perubahan warna berupa warna kehitaman, tidak berbau lagi, sekitar 1-2 minggu

MOL akan jadi jika diberi perlakukan dengan benar.


DAFTAR PUSTAKA

Farida. 2009. Pemanfaatan Limbah Buah dalam Pembuatan MOL dengan Variasi Jenis
Kemasan dan Lama Fermentasi. Skripsi Jurusan THP. Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh.

Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal.


Http://Ivanhadinata.blogspot.com /. Tanggal akses 27 Oktober 2014 pukul 11.00 wib

Hartatik, W. Dan D. Setyorini. 2008. Validasi Rekomendasi Pemupukan NPK dan Pupuk
Organik pada Padi Sawah.<http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ eng/viewer.php?
folder=dokumentasi/prosiding2008pdf&filename=wiwiek_validasi&ext=pdf>.
Diakses tanggal 27 Oktober 2014 pukul 12.30 wib

Hastuti, R. D., R. Saraswati, J. Purwani, dan T. S. Kadir. 2008. Aplikasi Pupuk hayati dan
Dekomposer pada Padi Sawah.
<http://balittanah.litbang.deptan.go.id/eng/viewer.php?
folder=dokumentasi/prosiding2008pdf&f ilename=ratih_dkomposer&ext=pdf>.
Diaksestanggal 27 Oktober 2014

Hidayat. 2006. Mikrobiologi industri. Andi offset, Yogyakarta.

Mulyono. 2014. Membuat MOL dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga. PT
AgroMediaPustaka, Jakarta Selatan.

Hadiwijoto,S, 1999.Penanganandanpemanfaatansam,pah.YayasanIadayu. Jakarta

Murbandono, 2000. Membuatkompos. PenebarSwadaya. Jakarta

Simamora, Suhut, dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Jakarta:


AgroMediaPustaka.
Zubaidah, Ida. 1992. Pendidikan Lingkungan Hidup. Tim MGMP. Nganjuk

Diposkan oleh inafa handayani di 23.35


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

inafa handayani
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
2015 (8)
o Desember (1)

o Juni (7)
PERKECAMBAHAN BENIH
PENYAPIHAN BENIH
PENYAPIHAN BENIH
PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KEHUTANAN RHIZOBIUM PADA PO...
PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI EKTOMIKORIZA PADA TANAMAN M...
PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL)...
PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KEHUTANAN ENDOMIKORIZA

Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.

nn

Anda mungkin juga menyukai