Anda di halaman 1dari 14

KEPARIWISATAAN BERBASISKAN

E-TOURISM DI INDONESIA
Oleh :
Andeka Rocky Tanaamah 1
Augie D. Manuputty 2

Abstrak
Pariwisata Indonesia merupakan sektor yang memiliki potensi besar dalam menghasilkan
pendapatan Negara apabila dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, berbagai aspek
dalam bisnis kepariwisataan telah dikembangkan oleh pemerintah maupun para pelaku
kepariwisataan guna meningkatkan pendapatan pada sektor ini. Namun persoalan yang ada
saat ini adalah pengoptimalan pemanfaatan teknologi internet dalam aplikasi kepariwisataan
Indonesia belum di jalankan secara optimal. Oleh karena itu, pemanfaatan E-Tourism yang
menekankan pada online booking, sebagai landasan dalam pengembangan pariwisata
Indonesia merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan. Dengan berbasiskan internet, maka
wisatawan dapat memperoleh informasi dan kepastian tempat samapi dengan melakukan
kunjungan ke Indonesia.
Key Word : Pariwisata, E-Tourism, Online Booking

1. Pendahuluan
Peran penting sektor pariwisata dalam perekonomian sudah lama disadari. Hal
ini tidak saja berlaku di negara maju, tetapi juga oleh negara sedang berkembang. Hal
ini terbukti melalui pembentukan Departemen Pariwisata untuk tingkat nasional dan
Dinas Pariwisata untuk tingkat daerah. Selain itu, terdapat suatu optimisme yang
sangat tinggi bahwa pariwisata merupakan agen yang powerfull untuk melakukan
perubahan sosial dan ekonomi terhadap suatu negara. Pariwisata memiliki peran
penting dalam membuka lapangan kerja baru dan investasi, mengubah penggunaan
lahan dan struktur ekonomi, serta memberikan sumbangan yang positif terhadap
perekonomian suatu negara.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka pariwisata dipandang sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan pendapatan daerah. Apalagi pengoptimalan potensi ini
atas asumsi bahwa pariwisata merupakan sektor yang lebih menekankan pada
penyediaan jasa dengan mengoptimalkan potensi kawasan wisata. Hal ini
menyebabkan berbagai organisasi dunia seperti PBB, Bank Dunia, dan World
Tourism Organization (WTO), memberikan pengakuan bahwa pariwisata merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai dimensi kehidupan manusia terutama
menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Lebih daripada itu, pariwisata juga
memberikan kesempatan kepada setiap individu atau kelompok untuk memanfaatkan
waktu luang yang dimiliki untuk memenuhi keingintahuan tentang dimensi lain diluar
lingkungan mereka saat ini. Dalam kaitan dengan hal tersebut, secara berani dan tegas
Naisbit (1994), menyatakan bahwa pariwisata yang semula hanya dinikmati oleh
segelintir elit, sekarang merupakan hal paling mendasar dan sudah merupakan aspek
yang sangat diperhatikan.
Dilain pihak, Santosa (2002), memaparkan bahwa prospek pariwisata dunia ke
depan pun sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar, terutama
apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional ( inbound
tourism ) berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan

1
Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi (atanaamah@yahoo.com)
2
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Sistem Informasi (davex@yahoo.com)

1
1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta
orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Dan akan mampu menciptakan
pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020.
Jika kita mengacu pada data World Tourism Organization ( 2005), terlihat
bahwa pariwisata Indonesia pada tahun 2003, menduduki urutan ke empat. Posisi ini
jelas memberikan pemahaman kepada kita bahwa pariwisata Indonesia memiliki
prospek yang sangat besar jikalau di kembangkan dengan baik. Melalui pembenahan
sarana prasarana dan perkuatan partisipasi masyarakat, maka tidak mungkin sektor
pariwisata di Indonesia menjadi salah satu sektor yang dapat di andalkan sama seperti
Malaysia, Thailand dan Singapura.
Gambar 1
Data Kedatangan Wisatawan di ASEAN
14.000
Thousands

13.292
12.775
12.000

10.873
10.577
10.000 10.222 10.133 10.082
9.579

8.000
7.446 7.469
6.952 6.917 6.725 6.997
6.422
6.000
5.705
5.299 5.064 5.254 5.033
4.842
4.324 4.467
4.000

2.000 2.178

-
1990 1995 2000 2001 2002 2003

Brunai Kamboja Indonesia Laos Malaysa


Nyanmar Philipina Singapura Thailand Vietnam

Sumber : World Tourism Organization, 2005, Data di Olah Penulis

Khusus untuk Indonesia, prospek pendapatan dari sektor pariwisata yang


tercermin dari jumlah kunjungan pariwisata meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data BPS (2004), jumlah kunjungan wisatawan asing yang datang ke
Indonesia pada tahun 1999 sebesar 4.727.520 orang; pada tahun 2000 naik menjadi
5.064.217 orang; pada tahun 2001 naik menjadi 5.153.620 orang; pada tahun 2002
sebesar 5.033.400 orang; dan pada tahun 2003 sebesar 4.467.021 orang. Jika dikaji
lebih jauh, mengacu jumlah kunjungan wisatawan manca negara berdasarkan wilayah,
maka pariwisata Indonesia memiliki prospek cerah, yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1
Jumlah Kunjungan wisatawan Manca Negara
Berdasarkan Wilayah (%)
Wilayah 1999 2000 2001 2002 2003
Amerika 3,950 4,583 4,717 4,412 3,930
Eropa 14,558 15,793 16,726 16,550 13,564
ASEAN 39,447 40,480 41,031 41,438 46,638
Asia Pasifik 40,571 37,703 36,030 36,121 34,489
Total 100 100 100 100 100
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2004, Data di olah
Berdasarkan data yang dipaparkan pada Tabel 1, terlihat bahwa jumlah
kunjungan wisatawan selama 5 tahun menunjukkan bahwa wisatawan dari ASEAN
dan Asia Pasifik memberikan kontribusi paling besar terhadap perkembangan
pariwisata Indonesia. Dengan jumlah yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke

2
tahun memberikan pemahaman kepada kita bahwa pariwisata Indonesia merupakan
sektor yang cukup menjanjikan, apabila dikembangkan dengan baik.
Ada berbagai alternatif dalam mengembangkan potensi pariwisata seperti:
pembenahan dan renovasi kawasan wisata, menciptakan daerah tujuan wisata,
melakukan promosi melalui media maupun brosur-brosur, serta masih banyak lagi
alternatif yang dapat dilakukan guna menunjang pengembangan wisata namun itu saja
belum cukup untuk menjawab tantangan penanganan dunia pariwisata kita.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini telah menyita
perhatian kalangan pariwisata untuk mengadopsi teknologi informasi ke dalam bisnis
pariwisata. Hal ini terlihat melalui pemanfaatan internet untuk melakukan promosi
serta melakukan transaksi-transaksi pariwisata. Pemanfaatan-pemanfaatan ini
tercermin melalui aplikasi E-Tourism yang lebih menekankan pada online booking ke
dalam industri pariwisata.

2. Tinjauan E-Tourism
Konsep E-Tourism pada dasarnya merupakan konsep yang masih baru dan
belum mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang bergerak dalam bidang
pariwisata, khususnya di Indonesia. E-Tourism masih di lihat sebagai sesuatu hal
yang masih perlu dikaji lebih jauh mengenai keberadaan. Meskipun dilain pihak
dalam pengembangan pariwisata penekanan terhadap pemanfaatan Internet sudah
tinggi, namun hal ini tidak di barengi dengan aplikasi internet tersebut sebagai alat
pengembangan pariwisata. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pengembangan E-
Tourism sangat terkait erat dengan penggunaan internet sebagai media utama yang
dipakai.
Pada hakekatnya internet memiliki peran yang tidak terpisah dalam
perkembangan teknologi, teutama pariwisata. Internet telah menjadi salah satu solusi
yang ditawarkan untuk mempermudah kinerja pengembangan pariwisata di Indonesia.
Lewat internet banyak hal bisa di akses secara mudah, serta digunakan oleh sebagian
besar masyarakat didunia. Hal ini memungkinkan penyebaran informasi mengenai
pengembangan pariwisata bisa diakses kapan, dimana, serta oleh siapa saja.
Khusus di Indonesia, sejak di kembangkan pada tahun 1994, internet
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Boerhanoeddin (2005), menyatakan
bahwa tidak ada data yang pasti menyangkut jumlah pengguna internet di Indonesia,
namun berdasarkan perkiraan, pada akhir tahun 1999 pemanfaatan internet telah
mencapai 180.000 subscribers (Langganan/Pelanggan). Oleh karena itu, ditinjau dari
aspek pemanfaatan internet, maka Indonesia penduduki peringkat kedua terbesar
setelah Cina di Asia. Pada saat ini, terdapat 46 ISP (Internet Service Provider) yang
ada di Indonesia. Dari 46 ISP tersebut, yang beroperasi hanya sekitar 35 ISP. Namun
pemanfaatan ISP tersebut masih berorentasi pada Industri skala menengah dan Besar,
sedangkan pada sektor-sektor lainnya seperti pariwisata belum di manfaatkan secara
optimal.
Pemanfaatan internet di Indonesia pada umumnya masih berada di kota-kota
besar. Hal ini disebabkan karena internet masih dipandang sebagai produk yang hanya
dipergunakan oleh kalangan tertentu. Dilain pihak, bagi kalangan kecil, dalam
pemanfaatan internet lebih memilih Warung Internet. Pada warung internet,
seorang pengguna dapat mengakses internet tanpa harus menjadi pelanggan ISP. User
hanya membayar biaya per jam, dan tidak perlu membayar biaya telepon atau biaya
internet,lebih daripada itu, user bebas dari masalah-masalah teknis seperti modem,
kesulitan connect, dan lain sebagainya.

3
Saat ini pelanggan internet di Indonesia diperkirakan berjumlah 200.000.
Berdasarkan hal tersebut kita dapat perkirakan jumlah pengguna jasa internet di
Indonesia mencapai 500.000 sampai 1.000.000 user. Hal ini bisa
dipertanggungjawabkan karena satu PC biasanya dipakai oleh 3 sampai 5 orang,
oleh karena itu jumlah pengguna internet lebih besar dari jumlah pelanggan.
Berdasarkan paparan diatas, nampaklah bahwa internet memiliki
perkembangan yang sangat pesat. Namun yang menjadi persoalan adalah bagaimana
pemanfaatan internet yang tidak hanya terbatas pada sektor-sektor bisnis dan industri,
namun merambah lebih jauh pada sektor-sektor lain, terutama pariwisata.
Dalam laporan ekonomi informasi (UNTAD, 2005), dinyatakan bahwa in
2001, the E-commerce and development report (ECDR) analised e-commerce and
tourism with a view to exploring how thE-Tourism industry was tarting to benefit
from information technologies and the internet, as the effect on developing countries
competitiveness in tourism market. Paparan diatas memperlihatkan bahwa pariwisata
dan bisnis berusaha meningkatkan manfaat teknologi informasi dan internet dengan
melihat dampaknya terhadap negara berkembang melalui persaingan pasar pariwisata.
Hal ini memberi penegasan bahwa industri pariwisata dinegara berkembang sangat
merasakan manfaat dengan kehadiran teknologi informasi dan internet. Pemanfaatan
internet dalam pasar pariwisata dipakai sebagai landasan dalam pengambilan
kebijakan strategis pariwisata, dan merupakan dasar perubahan/inovasi pariwisata
yang lebih efektif. Hal ini terlihat dari pengembangan infrastruktur, human capacity,
dan integrasi konsep elekronik bisnis tingkat rendah oleh penyedia pariwisata lokal,
pemerintah, dengan menambah aturan utama dalam menumbuhkan paritisipasi dan
pemasukan perusahaan pariwisata dalam pasar pariwisata global
Santosa (2004), secara tegas menyatakan bahwa Internet tidak semata-mata
hanya merupakan temuan teknologi belaka, tetapi juga merupakan guru untuk
mendidik manusia menemukan berbagai informasi (termasuk informasi pariwisata)
yang diinginkannya, sehingga membuat hidup jauh lebih mudah ( to make life much
easier) . Wisatawan kini tidak sabar menunggu informasi yang biasanya diberikan
melalui biro jasa perjalanan ataupun organisasi lainnya. Mereka lebih senang mencari
sendiri apa yang ada di benaknya sehingga mampu meyakinkan bahwa produk yang
dipilihnya adalah yang terbaik. Lebih jauh Santosa (2004) menyatakan bahwa Pada
saat perjalanan wisata dibeli pada umumnya hanyalah membeli informasi yang berada
di komputer melalui reservation systemnya, yang dibeli oleh wisatawan hanyalah
hak untuk suatu produk, jasa penerbangan ataupun hotel.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka kebutuhan untuk melakukan perjalanan
wisata akan sangat mudah, tanpa harus melalui birokrasi yang rumit dan sukar. Oleh
karena itu, mengutip pernyataan Santosa (2004), yang menyatakan bahwa if you are
not online, then you are not on-sale. If your destination is not on the Web then it may
well be ignored by the millions of people who now have access to the internet and
who expect that every destination will have a comprehensive presence on the Web.
The Web is the new destination marketing battleground and if you are not in there
fighting then you cannot expect to win the battle for tourist dollars. Berdasarkan hal
tersebut, terlihat bahwa peranan internet melalui E-Tourism sangat penting dan perlu
untuk diperhatikan dalam pengembangan pariwisata.
Hendriksson (2005), menyatakan bahwa ada empat karateristik utama bila
kita ingin mengembangkan E-Tourism yaitu : 1) produk pariwisata; 2) dampak
berantai yang ditimbulkan oleh industri pariwisata; 3) struktur industri pariwisata; 4)
adalah ketersediaan perangkat teknologi komunikasi dan informasi. Lebih jauh
Eriksson menyatakan, dalam mempersiapkan karateristik E-Tourism, maka perlu

4
dilakukan pembangunan untuk mencapai penyempurnaan pasar elekronik, seperti : 1)
warisan sistem yang telah ada; 2) keberagaman informasi; 3) tidak ada standar global
dalam penukaran data; 4) operasi tanpa batas.
Dalam Issues Brief (UNTAD, 2005), dinyatakan bahwa teknologi informasi
dan komunikasi telah memberikan dampak pada promosi, pemasaran, dan penjualan
pariwisata. Dampak ini muncul akibat pemanfaatan E-Tourism dalam melakukan
tranformasi radikal dalam industri pariwisata, yang disebabkan karena pada saat ini
masyarakat mencari tujuan pariwisata di internet. Khusus untuk negara berkembang,
tidak banyak kasus yang mengambil manfaat dari kesempatan pariwisata baru.
Berdasarkan studi kasus di Afrika, pembaharuan dan pemasaran pariwisata dilakukan
dalam konteks internasional, dengan mengacu pada pelayanan providers negara maju.
Hal ini dapat meningkatkan transaksi penjualan dan menghasilkan keuntungan yang
sangat besar (85%). Demikian pula dengan Carabia (80%), atau Asia yang
ditunjukkan oleh Thailand (70%) dan India (40%).
Berdasarkan pemahaman diatas, dengan adanya akses tanpa batas dan biaya
rendah maka fokus perhatian dicurahkan pada persaingan dalam pasar global, dan
pembukaan jaringan perdagangan. Oleh karena itu, UNTAD (2005), menyarankan
untuk melibatkan usaha kecil menengah pariwisata dalam jaringan teknologi
informasi dan komunikasi global sebagai langkah terobosan dalam kebijakan
nasional. Hal ini disebakan karena E-Tourism dipandang dapat membantu negara-
negara berkembang dalam mengoptimalkan potensi-potensi yang belum dimanfaatkan
selama ini sebagai peluang dalam pembangunan pariwisata.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka aplikasi internet dalam pariwisata pada
dasarnya tercermin dalam suatu sistem distribusi pariwisata yang lebih mengarah pada
tranformasi pemngembangan industri pariwisata dari perantara tradisional ke arah
perantara internet, seperti yang terlihat dalam gambar 3.

Gambar 3
Sistem Distribusi Pariwisata

Sumber : UNTACT, Information Economy, 2005

Paparan gambar 3, menunjukkan beberapa sistem akses dengan menggunakan


jalur internet untuk tiket pesawat, penginapan, rental mobil, dan berbagai jasa
pelayanan lainnya. Gambar tersebut merupakan jalan keluar dalam jalur distribusi
ketergantungan tingkat rendah dari sistem pelayanan konsumen tradisional dan sistem
distribusi global. Dimana terdapat penghasil pariwisata (penginapan, pesawat,
restauran, tempat rekreasi dan trasportasi lainnya), perantara tradisional seperti agen
travel, operator tour, DMOs, dan asosiasi tour, serta daerah potensi pariwisata. Web

5
memiliki peranan sebagai jembatan penghubung antara produsen pariwisata dan
daerah potensi pariwisata. Karena secara langsung produsen pariwisata dapat
mengetahui kondisi serta alternatif-alternatif yang bisa dijadikan bahan acuannya
untuk memilih daerah wisata tujuan sebagai layanan kepada produsen pariwisata.
Layanan ini dipermudah melalui Global Distribution System dan Consumer
Distribution System.
Prantner, Siorpaes, dan Bachlechner, (2005) memperlihatkan desain
pengembangan pariwisata berbasiskan E-Tourism yang menekankan pada sistem
pemesanan online. Desain ini pada dasarnya memberikan gambaran yang cukup
tentang bagaimana sistem sistem pengembangan pariwisata berbasiskan E-Tourism
seharusnya berjalan, diharapkan sistem ini bisa dijadikan tulang punggung
pengembangan pariwisata pariwisata pada masa yang akan datang.

Gambar 4
Desain Sistem Paket Liburan yang Akan Datang

Sumber : Prantner, Siorpaes, dan Bachlechner, 2005

Sistem ini didasarkan pada satu konsep layanan yang bisa dikatakan tidak
terbatas bagi turis ataupun konsumen yang akan berwisata. Konsep layanan untuk
memuaskan turis atau konsumen ini didasarkan oleh beberapa aspek penting kesiapan
sistem ini yang minimal mencakup antara lain: akomodasi, transportasi, serta fasilitas
yang dapat mendukung aktivitas yang diinginkan oleh konsumen. Sedangkan yang
menjadi dasar penting bagi konsumen mencakup antara lain harga, kesiapan, serta
Dengan sistem ini pula jarak yang selama ini menjadi masalah dalam penyampaian
informasi dapat diselesaikan dengan jalan online bookings, denga kata lain seorang
konsumen mendapatkan informasi yang lebih solid, akurat dan cepat sehingga dia
secara langsung dapat memutuskan daerah mana yang menjadi tujuan wisatanya.
Berangkat dari paparan diatas, maka sistem pengembangan kepariwisataan yang
berbasis e-Tourism terdiri dari tiga komponen utama yaitu: 1) pengumpulan data,
standarisasi, dan konsulidasi, manajemen serta implementasi, dan yang ke tiga adalah
pemasarannya (gambar 5)

6
Gambar 5
Konsep Dasar E-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004


Berdasarkan gambar 5, terlihat ada tiga tingkatan utama dalam penyusunan
sistem e Tourism yaitu : 1) Bagian-bagian koleksi data, yang merupakan dasar dalam
dalam melakukan standarisasi dan konsolidasi. Pada bagian ini terdapat elemen-
elemen seperti hotel, tempat rekreasi, serta event-event penting yang bisa diakses oleh
konsumen. Oleh karena itu, pengumpulan data serta penerapan standarisasi dan
konsulidasi menjadi tujuan utama dalam tingkatan pertama; 2) manajemen dan
follow-up dalam hal ini mencakup perancangan sistem yang akan disusun berdasarkan
bagian-bagian standarisasi dan konsolidasi pada tingkatan pertama; 3) mencakup
aplikasi ataupun penerapan sistem yang terjadi dalam rangka pemasaran. tingkatan
ketiga pada dasarnya merupakan tingkatan penyampaian dan penyebaran informasi
kepada wisatawan.
Berdasarkan rancangan pengembangan yang telah dipaparkan pada gambar 5,
maka dalam gambar 6 diperlihatkan contoh rancangan portal e-Tourism.

Gambar 6
Portal E-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004

7
Pada gambar 6 dapat kita lihat contoh potensial dari pengembangan website
yang merupakan tampilan awal dari website yang akan dirancang. Pada tampilan
awal terdapat hal-hal penting dalam perancangan website, seperti: Data negara tempat
tujuan wisata, tempat iklan, jaringan-jaringan partnership yang akan dibangun guna
kelancaran dari proses pemesanan tempat nanti. Rancangan portal e-Tourism yang
dikembangkan pada dasarnya merupakan langkah kedua setelah dilakukan
pengumpulan, standarisasi, dan konsolidasi data. Data-data tersebut di generalisasi
berdasarkan kebutuhan informasi dalam portal e-tourism.

Gambar 7
Manajemen Tools E-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004

pada gambar 7 seorang wisatawan sudah memilih satu daerah atau negara
tujuan wisata tertentu, maka wisatawan akan berada pada level kedua dari website ini
yang didalamnya berisi merek, bahasa serta keywords yang akan bisa diakses. Setelah
itu ada juga bagian-bagian lain yakni manajemen tools yang bisa diakses. Dalam
manajemen tools ini terdapat elemen seperti hotel, kerajinan tangan, tempat
wisatanya, dan sebagainya. Hal-hal lain seperti gambaran dari akomodasi yang akan
digunakan, juga terdapat dalam bagian ini.

Gambar 7
Pencitraan Fasilitas dalam e-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004

8
Guna menyakin wisatawan tentang fasilitas diberikan, sangat perlu didukung
oleh gambaran visual sebagai alat pertimbangannya untuk menyakinkan wisatawan.
Pada bagian ketiga ini disediakan foto atau deskripsi yang mencitrakan secara
langsung, fasilitas ataupun akomodasi yang akan digunakan (Gambar 8).

Gambar 8
Online Booking dalam e-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004

Gambar 8 memperlihatkan apabila wisatawan sudah menetapkan paket apa


saja yang akan dia pilih, baik itu transportasi, akomodasi atau fasilitas lainnya,
wisatawan tersebut dapat melakukan pemesan secara online. Dalam bagian ini
konsumen aka diminta untuk mengisi data diri yang valid atau sah, paket apa saja
yang di minta, aktifitas yang akan nanti dijalani, tipe pembayaran seperti apa, validasi
ataupun keabsahan dari pembayaran yang dia minta serta penetapan tanggal
perjalanannya.
Gambar 9
Database Pusat dalam e-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004

9
Gambar 9 memperlihatkan mengenai database pusat dalam Portal e-Tourism.
Jika pemesanan sudah selesai maka sistem akan secara langsung menghubungkan
pada database pusat yang mempermudah pengontrolan terhadap jumlah pendapatan,
keseluruhan transaksi yang terjadi perhari, data diri dari pemesan serta infrastruktur
yang ada. Khusus untuk di Asia Tenggara, salah satu contoh yang dapat kita lihat
adalah portal e-Tourism Malaysia. E-Tourism berbasis online booking yang di
lakukan Malaysia dapat memberikan bukti bahwa kedatangan wisatawan di Malaysia
pada saat ini ditunjang oleh pengembangan Portal E-Tourism yang berbasis Online
Booking.
Gambar 10
Virtual Malaysia eTourism Portal

Homepage Virtual Malaysia e-Tourism Portal, diambil pada tanggal 23 Februari 2006

Gambar 10 memberikan memperlihatkan mengenai e-Tourism Portal Malaysia


merupakan integrasi terpadu penyampaian informasi dan pemesanan paket wisata
yang dilakukan oleh Malaysia. E-tourism portal merupakan kumpulan informasi yang
berisikan gambaran umum Negara Malaysia (geografis, sistem pemerintahan, mata
uang, dll) serta secara khusus mengenai gambaran pariwisata di Malaysia, seperti fast
fact, daerah tujuan, kegiatan, travel tool, pocket travel, peta malaysia, channel Virtual
Malaysia, paket travel, dan komunitas travel). Berdasarkan pemahaman diatas, maka
gambar 6, menunjukan sistem online booking yang dikembangkan oleh Malaysia.

Gambar 11
E-Tourism Portal Berbasiskan Online Booking di Malaysia

Homepage Virtual Malaysia e-Tourism Portal, diambil pada tanggal 23 Februari 2006

10
Gambar 11 memperlihat e-Tourism Portal berbasiskan online booking di
Malaysia. Online booking yang dikembangkan di malaysia merupakan sarana yang
dapat dimanfaatkan oleh wisatawan untuk memperoleh kepastian ketika mereka
melakukan perjalanan ke malaysia. Oleh karena informasi yang disediakan dalam
sistem ini antara lain : 1) tujuan; 2) lama perjalanan; 3) dana; 4) tanggal perjalanan; 5)
tanggal kembali; 6) travel yang digunakan; 7) dan indentitas wisatawan. Ketika
wisatawan tertarik untuk melakukan perjalanan ke Malaysia, maka mereka dapat
melakukan pemesan melalui internet.
Berdasarkan paparan diatas, hal ini memberikan keuntungan untuk Malaysia,
terutama dalam memperkuat posisi mereka sebagai Malaysia True Asia. Melalui e-
Tourism berbasis online booking, Malaysia dapat memberikan informasi mengenai
potensi wisata yang dimiliki, serta dapat memotong jasa perantara dari luar, sehingga
pendapatan sepenuhnya menjadi pendapatan Malaysia. Paparan diatas memberikan
pemahaman bahwa kehadiran e-Tourism berbasis online booking merupakan suatu
kebutuhan yang tidak terelakkan untuk pengembangan pariwisata. E-Tourism berbasis
online booking setidaknya dapat mengurangi kerugian negara tujuan wisata didalam
meningkatkan pendapatan negara tersebut.

3. Kepariwisataan Berbasis E-Tourism di Indonesia


E-Tourism yang dikembangkan di Indonesia pada saat ini belum menyentuh
pada aspek yang paling utama yaitu memberikan informasi dan kepastian bagi
wisatawan ketika mereka memilih untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata.
Disamping itu, masih bersifat spasial, Jikalau di bandingkan dengan negara ASEAN
lainnya seperti Malaysia, Thailand dan Singapura, dapat di katakan Indonesia sangat
tertinggal untuk pengembangan E-Tourism.
Meskipun telah terjadi pemanfaatan internet dalam pengembangan pariwisata
indonesia, namun belum menjawab pola pengembangan pariwisata terpadu
berbasiskan e-Tourism Hal ini menjadi permasalahan dalam pengembangan
pariwisata di Indonesia.

Gambar 11
Homepage Pariwisata Indonesia

Homepage : www.Indonesia-tourism.com, diambil pada tanggal 24 Februari 2006

11
Berdasarkan gambar 11, terlihat bahwa Indonesia sudah memiliki portal website
yang cukup memadai, akan tetapi dari segi kontent atau isinya masih sederhana.
Disamping itu, website pariwisata yang dikembangkan kurang memberikan informasi
yang memadai,. Hal ini terlihat dari daerah Tujuan Wisata (DTW) yang
diinformasikan hanya Jakarta dan Bali, dan belum menyentuh kekayaan pariwisata
Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki anekaragam budaya.
Pengembangan kepariwisataan Indonesia masih belum terpadu dan memiliki akses
terbatas pada lingkup Nasional. Disamping itu, pengembangan kepariwisataan
Indonesia tidak memiliki hubungan dengan kepariwisataan dengan Negara Tetangga
(Malaysia, Thailand, dan Singapura). Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata
Indonesia belum Optimal dalam mengembangkan e-Tourism.
Dengan memperhatikan kondisi kepariwisatan Indonesia, serta sinkronisasi
sistem kepariwisataan terpadu, maka hendaknya kepariwisataan Indonesia melakukan
transformasi pengembangan kepariwisataan dengan berbasiskan E-Tourism. Oleh
karena itu, pengembangan E-Tourism sebaiknya lebih mendasarkan pada kondisi
kepariwisataan Indonesia.

Gambar 12
Desain Sistem Kepariwisataan Berbasis E-Tourism di Indonesia

Berdasarkan gambar 12 kami mencoba untuk memaparkan sistem


kepariwisataan yang berbasiskan E-Tourism dengan penekanan pada online booking,
dan mendasarkan pada sistem yang dibuat oleh Prantner, Siorpaes, dan Bachlechner,
(2005), namun disesuaikan berdasarkan perkembangan pariwisata di Indonesia,
dimana konsumen pariwisata kembali diperhadapkan dengan hal klasik seperti
ketersediaan waktu dan harga/keuangan. Kemudian sistem ini juga diperhadapkan
dengan masalah yang sama yakni akomodasi, transportasi, serta fasilitas dari aktivitas
yang akan disiapkan. Namun yang berbeda dan menjadi ciri khas dari sistem ini
adalah, adanya satu konsep objek wisata yang lebih terfokus untuk masalah
kebudayaan, serta kawasan wisata yang ada.
Adapun alasan dasar mengapa hal-hal tersebut diangkat dan menjadi salah satu
prioritas adalah karena lewat hal ini budaya Indonesia secara khusus diperkenalkan
kepada konsumen dalam hal ini turis, dilain sisi budaya yang ada akan terus dijaga
dan dilestarikan oleh masyarakat, karena lewat budaya ini bukan saja identitas yang
akan tetap dipertahankan namun juga lewat budaya, masyarakat setempat pun
mendapatkan penghasilan. Begitu juga kawasan wisata yang selama ini memiliki
potensi yang besar namun belum diperhatikan bisa dapat dimaksimalkan oleh
pemerintah daerah.
Lewat sistem online booking, sangat mempermudah konsumen merencanakan
serta melakukan perhitungan yang tepat untuk mendapatkan paket liburannya. Hal ini

12
disebabkan karena konsumen dalam hal ini wisatawan dapat mengetahui kepastian
biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan perjalanan. Disamping itu, wisatawan
juga dapat memperoleh kepastian akan aktivitas yang akan dilakukan pada saat
melakukan perjalanan.
Disisi lain, dengan adanya informasi yang komperhensif mengenai jarak ke
lokasi wisata dan juga jaraka perjalanannya, maka akan mempermudah wisatawan
dalam mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan ke lokasi wisata tersebut.
Oleh karena itu, jarak, tidak lagi menjadi masalah yang terlalu signifikan dalam
penyampaian informasi untuk efisiensi dan efektifitas wisatawan.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka kehadiran E-Tourism dalam
meningkatkan pendapatan pariwisata sangatlah penting. Pengoptimalan potensi
pariwisata tidak hanya berada dalam aras pembenahan lokasi maupun objek wisata,
namun harus diikuti dengan pemafaatan teknologi internet dalam melakukan promosi
serta pemesanan langsung oleh wisatawan.

4. Penutup
Kepariwisataan Indonesia pada dasarnya memiliki potensi yang sangat
besar dan merupakan sektor yang dapat diandalkan untuk mengembangkan,
dengan syarat pengembangan potensi ini didukung oleh pola perencanaan dan
pengembangan yang menyeluruh dengan melibatkan pemanfaatan teknologi
internet.
Namun perkembangan kepariwisataan ini harus didukung oleh pola
pengelolaan internet dalam rangka menyediakan informasi yang menyeluruh bagi
wisatawan, yang nantinya dapat dipakai sebagai alat pengambilan keputusan
untuk melakukan perjalanan wisata. Mengacu pada pemahaman tersebut, maka E-
Tourism perlu diletakan sebagai alat didalam mengembangkan kepariwisataan
Indonesia terutama dalam penyediaan informasi dan pemesanan paket pariwisata
oleh wisatawan. Belajar dari pengalaman Malaysia, persoalan utama yang
dihadapi Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan adalah ketidak
tersediaan informasi yang menyeluruh tentang potensi pariwisata secara
terintegrasi. Hal ini menyebabkan pariwisata Indonesia cenderung tertinggal di
banding negara Malaysia, Thailand, dan Singapura. Oleh karena itu, didalam
kepariwisataan, pengembangan e-Tourism berbasis online booking perlu menjadi
perhatian Indonesia.
Melalui E-Tourism paling tidak dapat memberikan peningkatan
pendapatan dalam bidang kepariwisataan bagi pariwisata Indonesia, dan juga
mendorong promosi serta penyediaan informasi secara lengkap bagi wisatawan.
Disisi lain, E-Tourism juga dapat mengurangi travel agen luar, sehingga semua
pendapatan dari pengeluaran wisatan menjadi hak pariwisata Indonesia.
Berdasarkan ketersediaan berbagai aspek seperti akamodasi, objek wisata, fasilitas
untuk mendukung aktivitas wisatawan, , dan adanya informasi yang lengkap
tentang jarak perjalanan dan didukung oleh kecocokan harga dan waktu, maka
akan sangt membantu wisatawan untuk mengambil keputusan didalam melakukan
perjalanan ke Indonesia.

13
Daftar Pustaka
Biro Pusat Statistik, 2004., Jumlah Kunjungan wisatawan Manca Negara
Berdasarkan Wilayah: Jakarta.
Boerhanoeddin, Zuraida, 2005., E-Commerce In Indonesia; Indonesian
Satellite Corp
Darrell E. Owen, Idris F. Sulaiman, Sonia Baldia, Steven P. Mintz, 2001.,
IndonesiaInformation and Communications Technologies (ICT)
Assessment: USAID-funded Project with the Government of Indonesia
English Tourism Council, 2002., E-Tourism in England: A Strategy For
Modernising English Tourism Though E-Business: English Tourism Council
EPOCH, 2005., Tourism Through Cultural Routes: www.epoch-net.org
Meningkatkan Transaksi Pariwisata Indonesia dengan Internet,
www.bogor.net
Naisbitt, John, Global Paradok, 1994s., Bigger the Wolrd Economy, the More
Powerful Its Smallest Players; William Morrow & Company Inc
Prantner Kathrin, Siorpaes Katharina, Beachlechner Daniel, 2005., On Tour
Semantic Web Search Assistant: Seminar on Semantic Web Technologies,
Austria
Prisma, 2003., E-Tourism: Prisma Strategic Guideline 6, http://www.prisma-
eu.net
Rachel Tym, 2005., E-Tourism: How the Internet is Transforming an Industry:
European Tour Operator Association
Santosa Setyanto P, 2002., Pengembangan Pariwisata Indonesia:
www.google.com
UNCTAD, 2005., E-Tourism in Developing Countries, More Links and Fewer
Leaks: Issues Brief Number 8
UNCTAD, 2005., Information Economy: www.unctad.org/e-comerce
United Nations Conference on Trade and Development, 2004., Unctads E-
Tourism Initiative: UNCTAD- United Nation
Virtual Malaysia E-Tourism Portal, Http://www.Virtualmalaysia.com
World Tourism Organization (2003/2004). Tourism Highlights. See
http://www.world-tourism
World Tourism Organization (2004). Compendium of Tourism Statistics. See
http://www.world-tourism.org

14

Anda mungkin juga menyukai